Draft Proposal_andira Triana Putri_15015090.docx

  • Uploaded by: X-Reza Fahlevy
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Draft Proposal_andira Triana Putri_15015090.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,510
  • Pages: 14
DRAFT PROPOSAL IMPLEMENTASI METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) DALAM PENGEMBANGAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION PADA PROSES KONSTRUKSI UNTUK PROYEK GEDUNG DI INDONESIA Diajukan sebagai tahap awal penyusunan SI-4099 Tugas Akhir

Dosen Pembimbing : Ir. Biemo Woerjanto Soemardi MSE, Ph.D.

Disusun oleh : Andira Triana Putri

15015090

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim pada tahun 2018, pemanasan bumi saat ini sedang berada di jalur menuju batas 1,5oC dan kecenderungan pemanasan ini tidak menunjukkan tanda penurunan. Pemanasan ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca yang terdiri atas 76% karbon dioksida. Indonesia memperoleh peringkat ke-12 sebagai negara penyumbang CO2 terbesar di dunia karena berkontribusi sebesar 1,5% dari total emisi gas yang ada (EDGAR, 2017). Penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan sektor utama yang melepaskan banyak gas rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Salah satu sektor utama tersebut adalah pengolahan industri (16,8%) yang didalamnya terdapat 80% kontribusi emisi CO2 dari industri bangunan. Dalam visi 2030 dan roadmap 2010 industri nasional oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia, industri pengembang infrastruktur, termasuk industri konstruksi, merupakan salah satu dari tiga klaster industri unggulan peningkatan daya tarik investasi dan daya saing bangsa. Oleh karena itu, industri konstruksi merupakan salah satu industri unggulan yang menjadi fokus nasional. Industri konstruksi merupakan salah satu sektor pembantu pemerintah dalam usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa meningkatkan PDB potensial, yakni dengan reformasi struktural. Perbaikan kualitas dan kuantitas infrastruktur diperkirakan memberikan dampak positif tidak hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan kelompok pendapatan dan wilayah (Bappenas, 2018). Pentingnya industri konstruksi perlu diikuti oleh kesadaran mengenai bagaimana pentingnya menjaga lingkungan yang kini kondisinya mengkhawatirkan, mengingat bahwa konstruksi juga memiliki peran dalam pemanasan global. Walaupun kini sudah mulai banyak berkembang konsep dari bangunan hijau, kita

juga perlu memikirkan bagaimana proses konstruksi, yang juga berada dalam siklus hidup bangunan, bisa memiliki dampak yang baik terhadap lingkungan. Green construction adalah perencanaan dan pengelolaan proyek konstruksi agar pengaruh proses konstruksi terhadap lingkungan seminimal mungkin (Galvinich, 2008). Perkembangan praktik green constructon di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran berbagai pihak yang berkaitan dalam praktik konstruksi mengenai bagaimana pentingnya untuk memperhatikan lingkungan dalam proses konstruksi bangunan. Dengan adanya suatu sistem khusus untuk menilai kinerja proses konstruksi dalam aspek pengelolaan terhadap dampak lingkungan, diharapkan praktisi konstruksi di Indonesia dapat memahami prinsip-prinsip green construction yang perlu diimplementasikan,

mengevaluasi

dan

meningkatkan

kinerjanya

dengan

melakukan perbaikan ramah lingkungan yang dibutuhkan. Pada penelitian sebelumnya sudah dilakukan pemodelan assessment green construction dengan menerapkan metode AHP, akan tetapi pada kenyataannya metode AHP belum mampu mengatasi permasalahan yang samar atau tidak pasti karena memiliki sifat subjektif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada penelitian kali ini penulis menggunakan metode Fuzzy AHP (FAHP) yang dapat membantu dalam pengukuran yang berhubungan dengan penilaian subyektif manusia menggunakan bahasa atau variabel linguistik.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, timbul rumusan masalah sebagai berikut. 1.

Bagaiamana model assessment green construction dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah model assessment green construction pada proses konstruksi bangunan gedung di Indonesia dengan menggunakan metode fuzzy analytical hierarchy process.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup aktivitas konstruksi gedung baru. Gedung baru didefinisikan sebagai suatu bangunan yang didirikan di atas suatu lahan kosong atau bangunan lama yang dibongkar dengan fungsi sebagai perkantoran, pertokoan, rumah sakit, hotel, dan apartemen. Penelitian ini berlaku untuk proyek gedung pada umumnya termasuk pekerjaan arsitektural. Sedangkan untuk pekerjaan mekanikal, elektrikal dan plumbing tidak diakomodasi dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Sebelumnya Model assessment green construction sebelumnya sudah diteliti oleh Wulfram I. Ervianto, mahasiswa S3 Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung pada tahun 2015. Pada penelitian tersebut, model assessment yang dikembangkan diadaptasi dari sistem penilaian green building yang sudah ada di Indonesia dan dibobotkan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Berikut adalah hasil hirarki model yang sudah berhasil dikembangkan.

Gambar 2. 1 Hirarki Model Assessment Green Construction Sumber : Ervianto, Wulfram. 2015. Pengembangan Model Assessment Green Construction pada Proses Konstruksi untuk Proyek Gedung di Indonesia. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Hirarki tersebut terdiri dari tiga level yaitu, a. Level 0, adalah green construction b. Level 1, adalah aspek green construction. Yaitu sudut pandang dalam perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang.

c. Level 2, adalah faktor green construction. Yaitu suatu keadaan yang mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. d. Level 3, adalah indikator green construction. Yaitu sesuatu yang memberikan petunjuk perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan dampak negatif proses

konstruksi terhadap

lingkungan

agar terjadi

keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Pada penelitian kali ini, akan dilakukan pengembangan model sistem assessment yang sama namun proses pembobotan pada hirarki model akan dilakukan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process, yaitu pengembangan dari teori Analytic Hierarchy Process dengan logika fuzzy. Langkah penelitian yang dilakukan hampir sama dengan metode AHP, namun metode Fuzzy AHP akan mengubah skala AHP ke dalam skala triangular fuzzy untuk memperoleh tingkat prioritas. Karena metode pembobotan yang berbeda, maka yang dapat diambil dari penelitian sebelumnya adalah hirarki model assessment green construction yang sudah berhasil dibuat. Kemudian hirarki tersebut akan dibobotkan ulang dengan metode Fuzzy AHP.

2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu teori tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio dengan melakukan perbandingan berpasangan antar faktor. Terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP, diantaranya adalah : 1. Decomposition, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut. 2. Comparative Judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan ralatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan

matriks pairwise comparison. Proses pembanding dapat dikemukakan dengan penyusunan skala variabel seperti pada tabel. Tabel 2. 1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Tingkat

Definisi

Kepentingan 1 3 5 7

9 2, 4, 6, 8

Kedua elemen sama pentingnya. Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya. Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. Seatu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya. Nilai di antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas ketika

Kebalikan

dibandingkan dengan elemen j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i

Sumber : Saaty (1993)

3. Synthesis of Priority, yaitu mencari nilai eigen vektor yntuk mendapatkan local priority. 4. Logical Consistency, yaitu menentukan tingkat konsistensi dari hasil penilaian. Pengujian konsistensi matriks berukuran n x n diperoleh dengan persamaan berikut (Saaty & Kearns) 𝐢𝐼 =

(πœ†π‘šπ‘Žπ‘₯ βˆ’ 𝑛) (𝑛 βˆ’ 1)

(2.1)

Dengan, CI = rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index) Ξ»maz = nilai eigen terbesar dari matriks berordo n n = banyak kriteria Batas ketidakkonsistenan ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR) yang ditentukan dengan persamaan berikut (Saaty & Kearns)

𝐢𝑅 =

𝐢𝐼 𝑅𝐼

(2.2)

Dengan, CR = Consistency Ratio RI = Random Index Nilai RI bergantung kepada n yang diperlihatkan pada Tabel 2. 2. Tabel 2. 2 Nilai Random Index (RI) NI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

RI

0

0

0,52

0,89

1,11

1,25

1,35

1,40

1,45

1,49

Sumber : Saaty & Vargas (2001)

Bila nilai CR < 10% maka ketidakkonsistenan pendapat dapat diterima.

2.3 Fuzzy Fuzzy berarti β€œkabur” atau β€œsamar-samar” diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh. Himpunan fuzzy merupakan pengembangan dari teori himpunan tegas (crisps). Himpunan tegas hanya akan memiliki dua kemungkinan keanggotaan yaitu menjadi anggota atau tidak menjadi anggota. Anggota himpunan fuzzy memiliki nilai kekaburan antara salah dan benar (fuzziness). Jika himpunan tegas hanya mengenal hitam atau putih, himpunan fuzzy dapat mengenal hitam, abu-abu dan putih. Setiap himpunan fuzzy dapat dinyatakan dengan suatu fungsi keanggotaan (membership function), yaitu suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Untuk mendapatkan nilai keanggotaan dapat melalui pendekatan fungsi. Beberapa fungsi yang dapat digunakan antara lain, Representasi Linier, Trapesium (Trapeziodal), dan Segitiga (Triangular) (Kusumadewi dan Purnomo, 2004)

2.4 Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) F-AHP merupakan gabungan metode AHP dengan pendekatan konsep Fuzzy. FAHP. Pada F-AHP ketidakpastian bilangan direpresentasikan dengan urutan skala. Penentuan derajat keanggotaan Fuzzy AHP yang dikembangkan menggunakan fungsi keanggotaan segitiga (Triangular Fuzzy Number/ TFN). TFN terdiri dari tiga fungsi keanggotaan, yaitu nilai terendah (l), nilai tengah (m), dan nilai tertinggi (u). Chang [2] menjelaskan langkah-langkah metode Fuzzy AHP sebagai berikut :

1.

Menghitung nilai fuzzy synthetic extent π‘š

𝑛

βˆ’1

π‘š

𝑗

𝑗

(2.3)

𝑆𝑖 = βˆ‘ 𝑀𝑔𝑖 ⨂ [βˆ‘ βˆ‘ 𝑀𝑔𝑖 ] 𝑗=1

𝑖=1 𝑗=1

dengan, π‘š

π‘š

𝑗 βˆ‘ 𝑀𝑔𝑖 𝑗=1

π‘š

π‘š

= (βˆ‘ 𝑙𝑗 , βˆ‘ π‘šπ‘— , βˆ‘ 𝑒𝑗 ) 𝑗=1

𝑗=1

𝑗=1

dan ⨂ merupakan operator dot product. Sedangkan untuk memperoleh nilai 𝑗 βˆ’1

[βˆ‘π‘›π‘–=1 βˆ‘π‘š 𝑗=1 𝑀𝑔𝑖 ] dilakukan operasi penjumlahan untuk keseluruhan bilangan 𝑗

triangular fuzzy 𝑀𝑔𝑖 (j = 1,2,...,m) yaitu : 𝑛

π‘š

𝑛

𝑗 βˆ‘ βˆ‘ 𝑀𝑔𝑖 𝑖=1 𝑗=1

π‘š

𝑛

π‘š

𝑛

π‘š

= (βˆ‘ βˆ‘ 𝑙𝑗 , βˆ‘ βˆ‘ π‘šπ‘— , βˆ‘ βˆ‘ 𝑒𝑗 ) 𝑖=1 𝑗=1

𝑖=1 𝑗=1

𝑖=1 𝑗=1

Sehingga, 𝑛

βˆ’1

π‘š 𝑗

[βˆ‘ βˆ‘ 𝑀𝑔𝑖 ] 𝑖=1 𝑗=1

2.

1 1 1 β‰ˆ( 𝑛 , 𝑛 , 𝑛 ) π‘š π‘š βˆ‘π‘–=1 βˆ‘π‘—=1 𝑒𝑗 βˆ‘π‘–=1 βˆ‘π‘—=1 π‘šπ‘— βˆ‘π‘–=1 βˆ‘π‘š 𝑗=1 𝑙𝑗

Menghitung perbandingan tingkat kemungkinan antara bilangan fuzzy Untuk dua bilangan triangular fuzzy S1 = (l1, m1, u1) dan S2 = (l2, m2, u2) dengan tingkat kemungkinan (S1 β‰₯ S2) dapat didefinisikan oleh persamaan berikut : 1, π‘—π‘–π‘˜π‘Ž π‘š1 β‰₯ π‘š1 0, π‘—π‘–π‘˜π‘Ž 𝑙2 β‰₯ 𝑒1 𝑉(𝑆1 β‰₯ 𝑆2 ) = 𝑙2 βˆ’ 𝑒1 , π‘™π‘Žπ‘–π‘›π‘›π‘¦π‘Ž {(π‘š1 βˆ’ 𝑒1 ) βˆ’ (π‘š2 βˆ’ 𝑙2 )

3.

(2.4)

Menghitung tingkat kemungkinan untuk bilangan fuzzy Tingkat kemungkinan bilangan fuzzy didefinisikan sebagai berikut 𝑑 β€² (𝐴𝑖 ) = min 𝑉 (𝑆𝑖 β‰₯ π‘†π‘˜ )

(2.5)

π‘˜ = 1,2, … , 𝑛; π‘˜ β‰  𝑖 Sehingga diperoleh vektor bobot π‘Š β€² = (𝑑 β€² (𝐴1 ), 𝑑 β€² (𝐴2 ), … , 𝑑 β€² (𝐴𝑛 )) 4.

𝑇

Menormalisasi vektor bobot Vektor bobot yang masih dalam bentuk bilangan fuzzy selanjutnya dinormalisasi dengan persamaan

𝑑 β€² (𝐴𝑖 ) 𝑑(𝐴𝑖 ) = 𝑛 βˆ‘π‘–=1 𝑑 β€² (𝐴𝑖 )

(2.6)

Untuk i = 1,2,...,n Tabel 2. 3 Skala AHP dan Triangular Fuzzy Number

Skala AHP

Skala Fuzzy

Invers Skala

Keterangan

Fuzzy

1

(1,1,1)

(1,1,1)

2

(1,2,3)

(3 , 2 , 1)

3

(2,3,4)

(4 , 3 , 2)

4

(3,4,5)

(5 , 4 , 3)

5

(4,5,6)

(6 , 5 , 4)

6

(5,6,7)

(7 , 6 , 5)

7

(6,7,8)

(8 , 7 , 6)

8

(7,8,9)

(9 , 8 , 7)

9

(8,9,9)

(9 , 9 , 8)

1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Sumber : Hsu, et al (2010)

1 1 1

Sama Penting Skala antara sama dan sedikit lebih penting Sedikit lebih penting Skala antara sedikit lebih dan lebih penting Lebih penting Skala antara lebih dan sangat penting Sangat penting Skala antara sangat dan mutlak lebih penting Mutlak lebih penting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alur pengembangan sistem pada penilitian ini melalui beberapa tahap, antara lain : Tahap Penyusunan Hierarki dan Pengumpulan Data Tahap Analisis

Gambar 3. 1 Tahapan Penelitian

3.1 Penyusunan Hirarki dan Pengumpulan Data 1. Penyusunan Hirarki Model Pada tahap ini akan dilakukan kajian untuk menyusun hirarki model assessment green construction yang akan digunakan. Hirarki yang dikembangkan berdasarkan kepada penelitian sebelumnya yaitu Pengembangan Model Assessment Green Construction pada Proses Konstruksi untuk Proyek Gedung

di Indonesia oleh Wulfram I. Ervianto serta sistem rating bangunan hijau oleh GBCI yang terkait dengan proses konstruksi. Hasil dari penyusunan hirarki ini kemudian akan dijadikan acuan untuk merancang instrumen pengumpul data. Keluaran dari tahap ini adalah hirarki yamg digunakan serta instrumen pengumpul data berupa kuisioner. 2. Pengumpulan Data Setelah mendapatkan hirarki model yang ingin digunakan, dilakukan pengumpulan data melalui survey dengan menyebarkan kuesioner kepada kelompok pakar yang dianggap mengetahui/memahami green construction. Kemudian akan disusun matriks perbandingan berpasangan untuk setiap data responden pada setiap level kriteria yang ada lalu melakukan uji konsistensi pada setiap matriks perbandingan berpasangan tersebut. Jika CR ≀ 10% maka matriks tersebut konsisten. Jika terdapat matriks perbandingan berpasangan yang tidak konsisten maka harus dilakukan perbaikan. Keluaran dari tahap ini adalah data hasil kuisioner yang sudah konsisten dan siap untuk dianalisis lebih lanjut.

3.2 Analisis Pada tahap ini akan dilakukan analisis data yang sudah diperoleh pada tahap sebelumnya untuk menentukan besar bobot setiap aspek dan faktor yang tersusun dalam hirarki. Seluruh jawaban responden yang sudah konsisten akan dicari ratarata geometriknya untuk digabungkan kedalam matriks perbandingan berpasangan dengan persamaan berikut. 1

𝑏𝑖𝑗 = (π‘Ž1𝑖𝑗 Γ— π‘Ž1𝑖𝑗 Γ— π‘Ž1𝑖𝑗 Γ— … Γ— π‘Žπ‘˜π‘–π‘— )π‘˜

(3.1)

Dimana, k = jumlah responden Kemudian bobot penilaian perbandingan berpasangan tersebut diubah ke dalam bilangan triangular fuzzy sesuai dengan Tabel 2. 3. Selanjutnya akan digunakan perhitungan FAHP untuk memperoleh bobot setiap aspek dan faktor yang ada pada model assessment green construction. Langkah-langkah yang akan dilakukan pada perhitungan FAHP adalah sebagai berikut :

1. Menentukan nilai fuzzy synthetic extent untuk setiap faktor dan aspek dengan persamaan (2.3). 2. Membandingkan nilai fuzzy synthetic extent seperti persamaan (2.4) kemudian mengambil nilai minimum dari perbandingan tersebut dengan persamaan (2.5). 3. Menormalisasi vektor bobot untuk memperoleh kriteria prioritas dengan persamaan (2.6). Keluaran dari tahap ini adalah bobot di seluruh hirarki model assessment green construction.

DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2018. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019, Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Chang, Da-Yong. 1996. Applications of the Extent Analysis Method on Fuzzy AHP. European Journal Of Operational Research, pp. 649-655. Emission Database for Global Atmospheric Research. 2017. Fossil CO2 & GHG Emissions of All World Countries. Luxembourg : Publications Office of the European Union. Ervianto, W. I. 2015. Pengembangan Model Assessment Green Construction pada Proses Konstruksi untuk Proyek Gedung di Indonesia. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Galvinich, T. E. 2008. Contractor’s Guide to Green Building Construction. New Jersey : John Wiley. Hsu, Yu-Lung, Lee, Cheng-Haw. & V.B. Kreng, 2010. The Application of Fuzzy Delphi Method and Fuzzy AHP in lubricant regenerative technology selection. Expert System with Application, pp. 419-425 Kamar Dagang dan Industri Indonesia. 2007. Visi 2030 & Roadmap 2010 Industri Nasional. Kusumadewi, S dan Purnomo, H. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Saaty, T. L. & Kearns, K. P. 1985. Analytical Planning The Organization of System. Pergamon Press. Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Penerjemah : Setiono, L. Pustaka Binaman Pressindo : Jakarta. Sagheb, A., Vafaeihosseini, E., dan Ramancharla, P. K. 2011. The Role of Building Construction Materials on Global Warming Lesson for Architects. India : International Institute of Information Technology.

Related Documents

Triana
April 2020 7
Triana
November 2019 11
Folhetim Triana
June 2020 3
Triana En Positivo
June 2020 3
Maria Andrea Y Triana
November 2019 12

More Documents from ""