PROPOSAL TUGAS AKHIR TERPADU PERANCANGAN GOURMET ALLEY : OPEN AIR CULINARY ARCADE BANDUNG-JAWA BARAT
Dosen Pembimbing:
Prof.Dr.Ir.Herlien D. Setio Dhemi Harlan, ST., M.Sc., Ph.D. Sugeng Krisnanto, ST., MT., Ph.D. Budi Hasiholan, ST. M.Eng.,Ph.D.
Disusun oleh:
Kelompok 21 Mhd Reza Fahlevy
15015061
Anthony Adewidjaja
15015063
M Singgih Iman Suwangsa
15015070
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2018
ii
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
DAFTAR ISI
i
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
DAFTAR GAMBAR
ii
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
DAFTAR TABEL
iii
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kota Bandung memiliki potensi yang besar untuk pengembangan wisatanya. Pengembangan
aktivitas wisata di Kota Bandung ini harus didukung dengan pembangunan fasilitas-fasilitas wisata baru, salah satunya yaitu fasilitas wisata kuliner. Salah satu fasilitas kuliner yang tengah marak di masyarakat adalah cafe atau restoran yang menyediakan fasilitas bagi pengunjung tidak hanya sekedar makan, namun dapat menghabiskan waktu untuk bekerja ataupun bersosialisasi. Dengan demikian, muncul ide pembangunan “Gourmet Alley”, sebuah kawasan wisata kuliner yang juga dirancang untuk mewadahi interaksi informal antar masyarakat. Bangunan ”Gourmet Alley” direncanakan memiliki 3 lantai yang difungsikan sebagai restoran dan tenant-tenant makanan maupun minuman. Pada bangunan ini juga terdapat communal space yang berfungsi sebagai ruang kegiatan atau aktivitas pengunjung yang beragam. Adapula area roof garden yang dapat mewadahi aktivitas makan dan minum bagi para pengunjung. Selain itu untuk mengurangi kemacetan yang seringkali menjadi hambatan di sepanjang kedua sisi jalan, maka dibuat parkir basement untuk mempermudah pengaturan sirkulasi kendaraan. Dengan berbagai macam fasilitas dan fungsi yang dimiliki oleh bangunan tersebut maka diperlukan adanya perencanaan bangunan yang matang. Salah satu aspek yang penting dalam perencanaan bangunan adalah perencanaan struktur bawah. Agar bangunan “Gourmet Alley” dapat berdiri dengan kuat, maka diperlukan adanya pondasi. Pondasi yang direncanakan harus kokoh serta memiliki deformasi yang tidak melebih deformasi izin. Selain itu dikarenakan bangunan ini memiliki basement 1 lantai yang difungsikan sebagai lahan parkir, makan diperlukan pekerjaan yang melibatkan penggalian tanah. Penggalian tanah ini memerlukan adanya dinding penahan tanah agar tanah di samping galian tidak runtuh akibat gaya lateral yang ada. Oleh karena itu, untuk tugas akhir ini akan dilakukan perencanaan struktur bawah bangunan “Gourmet Alley” yang meliputi dinding penahan tanah dengan sistem penunjangnya serta perencanaan pondasi dalam.
4
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley 1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada laporan tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana perancangan saluran drainase yang sesuai kebutuhan dan standar untuk bangunan Gourmet Alley? 2. Bagaimana perancangan sistem penampung air hujan dan sumur resapan yang sesuai kebutuhan dan standar untuk bangunan Gourmet Alley?
1.3
Tujuan
Tujuan yang akan dibahas pada laporan tugas akhir ini adalah: 1. Merancang saluran drainase yang sesuai kebutuhan dan standar untuk bangunan Gourmet Alley 2. Merancang sistem penampung air hujan dan sumur resapan yang sesuai kebutuhan dan standar untuk bangunan Gourmet Alley
1.4
Ruang Lingkup Pembahasan
1.4.1 Perancangan Struktur Atas 1.4.2 Perancangan Struktur Bawah dan Pekerjaan Geoteknik 1.4.3 Perancangan Manajemen Air Ruang lingkup pembahasan pada laporan tugas akhir ini dalam bidang sumber daya air antara lain: 1. Analisis hidrologi data curah hujan. Data yang digunakan adalah data curah hujan harian dari minimal tiga stasiun hujan terdekat dari lokasi proyek. 2. Menghitung luas daerah tangkapan hujan dan perkiraan limpasan. 3. Melakukan estimasi kebutuhan air. 4. Merancang sistem drainase. 5. Merancang sistem penangkap air hujan dan sumur resapan.
1.4.4 Manajemen Konstruksi
5
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
6
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
2
BAB II
KRITERIA DESAIN
2.1
Deskripsi Proyek
2.2
Spesifikasi Material
2.3
Standar dan Peraturan
2.3.1 Standar dan Peraturan Perancangan Struktur Atas 2.3.2 Standar dan Peraturan Perancangan Struktur Bawah dan Pekerjaan Geoteknik 2.3.3 Standar dan Peraturan Perancangan Manajemen Air Pekerjaan perancangan manajemen air pada bangunan Gourmet Alley mengacu pada peraturan-peraturan berikut: 1. Sistem Drainase
Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana SNI 2415:2016.
Buku Jilid IA Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12 /PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.
Pedoman Teknis T-02-2006-B Perencanaan Sistem Drainase Jalan.
Tata cara perencanaan drainase permukaan jalan SNI 03 - 3424 – 1994.
2. Sistem Penangkap Air Hujan
Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing SNI 03-7065-2005.
Pt S-04-2000-C, Spesifikasi bak penampung air hujan untuk air bersih dari ferro semen
Pt S-05-2000-C, Spesifikasi bak penampung air hujan untuk air bersih dari pasangan bata
3. Sumur Resapan
Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan SNl 03-2453-2002.
Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan SNI 03-2459-2002.
Petunjuk Teknis tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan Pt T22-2000-C.
7
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
Tata cara perencanan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan SNI 06-24051991.
4. Studi Sebelumnya
Rancangan Sumur Resapan Air Hujan Sebagai Salah Satu Usaha Konservasi Air Tanah di Perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
2.3.4 Kriteria Desain 2.3.5 Standar dan Peraturan Manajemen Konstruksi 2.4
Software yang digunakan
2.5
Dasar Teori
2.5.1 Desain Drainase 2.5.1.1 Analisis Hidrologi 1. Data Curah Hujan Data curah hujan yang digunakan dalam merancang drainase Gourmet Alley ini diambil dari situs …. Data disajikan dalam bentuk curah hujan per hari dalam satu tahun. Jumlah data curah hujan yang diperlukan minimal sepuluh tahun. Terkadang, ada sejumlah data hujan yang hilang pada stasiun hujan. Maka dari itu, perlu dilakukan pengisian data yang hilang yang dapat ditentukan dengan tiga metode, antara lain metode rata-rata aritmatika, metode rasio normal, atau metode kebalikan kuadrat. Diantara ketiga metode tersebut, metode kebalikan kuadrat atau biasa disebut metode reciprocal dianggap lebih baik karena menggunakan jarak antar stasiun sebagai faktor koreksi (weighing factor). Dalam menentukan data hilang dengan Metode Reciprocal diperlukan stasiun pembanding yang diusahakan memiliki elevasi yang tidak jauh berbeda dari stasiun yang akan dikaji. Selain itu, diusahakan yang digunakan sebagai stasiun pembanding memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dan memiliki data yang cukup lengkap. Bentuk persamaan matematisnya dapat dilihat dalam persamaan berikut. 1 1 1 1 𝐻1 + 2 𝐻2 + 2 𝐻3 + ⋯ + 2 𝐻𝑛 𝑅1 2 𝑅2 𝑅3 𝑅𝑛 𝐻𝑋 = 1 1 1 1 + + + ⋯+ 2 𝑅1 2 𝑅2 2 𝑅3 2 𝑅𝑛 Dimana: H1, H2, H3, Hn = Curah hujan pada masing-masing stasiun 1, 2, 3, hingga n. R1, R2, R3, Rn = Jarak masing-masing stasiun terhadap stasiun yang ditinjau.
8
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley HX = Curah hujan yang diperkirakan pada sistem yang ditinjau. 2. Konsistensi Data Curah Hujan Uji konsistensi data curah hujan diperlukan untuk mengetahui perubahan lingkungan atau perubahan metode dalam mencatat data curah hujan. Apabila dalam uji ini data dinyatakan konsisten berarti pada daerah pengaruh stasiun yang diuji tidak terjadi perubahan lingkungan dan tidak terjadi perubahan pencatatan data hujan. Pengecekan konsistensi data dapat dilakukan dengan teknik kurva massa ganda (double mass curve technique). Teknik ini berdasarkan prinsip setiap pencatatan data yang berasal dari populasi sekandung akan konsisten. Sedangkan yang bukan sekandung tidak konsisten, dimana terdapat penyimpangan atau trend. Prinsip metode analisis massa ganda adalah sejumlah tertentu stasiun dalam wilayah iklim yang sama diseleksi sebagai stasiun dasar dihitung untuk periode yang sama. Rata-rata hujan tersebut diakumulasikan mulai dari periode awal pengamatan. Demikian pula dengan stasiun utama yang akan dicek konsistensinya. Grafik yang menghubungkan curah hujan akumulatif stasiun dasar dan stasiun utama untuk setiap periode, diplot pada koordinat segi empat dalam kurva massa ganda. Bila data stasiun yang dicek konsistensinya dengan stasiun dasar adalah konsisten, maka kurva massa gandanya merupakan garis lurus. 3. Curah Hujan Rata-rata Untuk menentukan curah hujan rata-rata DAS, terdapat tiga metode yang umum digunakan, yaitu metode rata-rata aritmatika, metode poligon Thiessen, dan metode Isohyet. a. Metode Rata-rata Aritmatika 𝑛
̅𝑅̅̅ℎ̅ =
1 ∑ 𝐻𝑖 𝑛 𝑖=1
Dimana: Hi = Tinggi curah hujan pada masing-masing luas daerah pengaruh stasiun (mm) n = Jumlah stasiun stasiun hujan RH = Tinggi curah hujan rata-rata daerah DAS (mm) b. Metode Poligon Thiessen ̅𝑅̅̅ℎ̅ =
∑𝑛𝑖=1 𝐻𝑖 × 𝐿𝑖 ∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑖
9
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley Dimana: Hi = Tinggi curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) Li = Luas poligon/daerah pengaruh masing-masing stasiun (km2) n = Jumlah stasiun yang ditinjau RH = Rata-rata hujan. c. Metode Isohyet ̅𝑅̅̅ℎ̅ =
∑𝑛𝑖=1 𝐻𝑖 × 𝐿𝑖 ∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑖
Dimana: Hi = hujan pada masing-masing stasiun L1, L2, …., Ln Li = luas bagian-bagian antara garis-garis isohyet n = jumlah bagian-bagian antara garis-garis isohyet, RH = rata-rata hujan. 4. Curah Hujan Maksimum Curah hujan maksimum adalah nilai curah hujan tertinggi yang terjadi pada suatu periode tertentu. Periode terjadinya curah hujan terdiri atas periode jam, harian, bulanan, dan tahunan. Tujuan dari analisis curah hujan maksimum ini adalah untuk mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrim (maksimum) terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Makin besar periode ulangnya, misal 10 tahunan, 50 tahunan, atau 100 tahunan, maka makin besar pula curah hujan yang terjadi. Terdapat beberapa jenis metoda yang dapat digunakan untuk menggambarkan distribusi probabilitas dari suatu variabel acak dalam hidrologi. Masing-masing distribusi mempunyai sifat-sifat khusus tersendiri, dengan begitu setiap data hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi tersebut. Pemilihan distribusi yang tidak benar dapat menimbulkan estimasi terlalu tinggi (over-estimated) atau estimasi terlalu rendah (under-estimated). Berikut ini adalah beberapa jenis metode distribusi: a. Metode Normal
10
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley Distribusi normal adalah suatu distribusi yang simetri dan bentuknya menyerupai lonceng. Distribusi ini digunakan sebagai pendekatan distribusi fenomena alam. Fungsi kerapatan probabilitas distribusi normal dinyatakan dengan 𝑓(𝑥) =
1 𝑥−𝜇 2 exp [− ( ) ] 2 𝜎 𝜎√2𝜋 1
Dengan 𝜇 dan 𝜎 adalah parameter statistik, yaitu nilai rata-rata dan standar deviasi data. Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan menggunakan pendekatan yang disarankan oleh Chow (1951), dengan menggunakan bentuk yang dilinearisasi sebagai berikut. 𝑋𝑇 = 𝑥̅ + 𝐾𝑇 𝑆 𝐾𝑇 =
𝑋𝑇 − 𝜇 =𝑧 𝜎
Dengan X𝑇 = hujan rencana untuk periode ulang T 𝑥̅ = rata-rata dari data pengamatan S = standar deviasi data K = faktor frekuensi Z = variabel standar normal. b. Metode Log Normal Metode distribusi Log Normal adalah salah satu metoda yang cukup dapat merepresentasikan distribusi curah hujan maksimum pada suatu periode tertentu. Fungsi kerapatan Log Normal dinyatakan dengan, 𝑓(𝑥) =
1 𝑥 − 𝜇𝑛 2 exp [− ( ) ] 2 𝜎𝑛 2 𝜎√2𝜋 1
Dengan 𝜇𝑛 adalah rata-rata untuk 𝑦 = log 𝑥 dan 𝜎𝑛 adalah nilai standar deviasi untuk 𝑦 = log 𝑥. c. Metode Log Pearson III Perhitungan menggunakan distribusi Log Pearson tipe III menggunakan data yang sama dengan distribusi Weibull. Pada distribusi ini seluruh data hujan menggunakan skala logaritmis. d. Metode Distribusi Gumbell Dalam mengolah data curah hujan maksimum dengan metode distribusi Gumbel, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
11
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley 𝑥 = 𝑥̅ +
𝑦𝑇 − 𝑦𝑛 𝜎𝑛 𝑆𝑛
Dengan : x = nilai curah hujan ekstrim 𝑥̅ = nilai rata-rata 𝑦𝑇 = reduced variate, merupakan fungsi dari probabilitas atau dengan rumus : 𝑦𝑇 = − ln [𝑙𝑛 (
𝑇𝑟 )] 𝑇𝑟 − 1
𝑦𝑛 = reduced variate mean, rata-rata Yt, merupakan fungsi dari pengamatan tabel gumbel 𝑆𝑛 = reduced variate standard deviation, merupakan koreksi dari penyimpangan (fungsi pengamatan dari tabel gumbel) 𝜎𝑛 = simpangan baku (standar deviasi) rumus : ∑𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2 𝑆𝑑 = √ 𝑖=1 𝑛−1 Syarat distribusi Gumbel :
Koefisien kepencengan (skewness) ; Cs = 1,14
Koefisien puncak (kurtosis) ; Ck = 5,4
Rumus koefisien kepencengan (Cs) dan koefisien puncak (Ck) : 𝐶𝑠 =
𝐶𝑘 =
𝑛 ∑(𝑥 − 𝑥̅ )3 (𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆 3
𝑛2 ∑(𝑥 − 𝑥̅ )4 (𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3)𝑆 4
Dengan : Cs = skewness/ kepencengan Ck = kurtosis/ koefisien puncak S = simpangan baku
12
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley n = jumlah data 5. Intensitas Curah Hujan Merupakan curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Intensitas curah hujan (I) mempunyai satuan mm/jam, yang berarti tingkat kederasan hujan per satuan waktu. Intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa rumus, yaitu Rumus Talbot, Rumus Ishiguro, Rumus Sherman, Rumus Mononobe, dan metode lainnya. Pada perencanaan ini digunakan Rumus Mononobe karena data yang tersedia adalah data hujan harian, sedangkan pada rumus lainnya diperlukan data hujan jangka pendek (curah hujan menitan). Rumus intensitas hujan dengan Metode Mononobe yaitu: 2
𝑅24 24 3 𝐼= ×[ ] 24 𝑡 Keterangan: I = intensitas hujan (mm/jam) R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) t = durasi hujan atau waktu konsentrasi (jam)
2.5.1.2 Waktu Konsentrasi
13
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
3
BAB III
METODOLOGI
14
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley 3.1
Tahap Pelaksanaan Tugas Akhir
3.1.1 Tahapan Perancangan Struktur Atas 3.1.2 Tahapan Perancangan Struktur Bawah dan Geoteknik 3.1.3 Tahapan Perancangan Drainase
15
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley
16
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley 1. Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi pemerintah dan pihak yang terkait. Data sekunder meliputi data curah hujan, peta topografi, dan peta tata guna lahan. Data curah hujan diperlukan untuk menghitung intensitas hujan, curah hujan andalan, serta debit rencana. Peta topografi digunakan untuk memperkirakan lokasi paling efisien dalam merencanakan drainase. Peta tata guna lahan diperlukan untuk memperhitungkan batasan-batasan antara bangunan dengan daerah sekitar. 2. Analisis Hidrologi a. Penentuan daerah tangkapan hujan (catchment area) Program Global Mapper dan WMS 8.1 akan membantu dalam menentukan catchment area, yaitu dengan cara mengubah koordinat suatu lokasi menjadi gambar peta yang dapat dimunculkan konturnya. b. Kelengkapan dan konsistensi data curah hujan Lakukan pengecekan kembali atas data curah hujan yang telah diperoleh sebelumnya. Apabila terdapat beberapa data curah hujan yang hilang, dapat diperbaiki dengan pengisian data curah hujan hilang metode reciprocal. Pengecekan konsistensi data curah hujan dilakukan dengan teknik kurva massa ganda. c. Penentuan curah hujan harian maksimum dan curah hujan bulanan Curah hujan harian maksimum dan curah hujan bulanan diperoleh dari minimal tiga stasiun pengukur curah hujan. Dari proses analisis hidrologi, diperoleh keluaran data curah hujan regional dan data curah hujan andalan. 3. Periode Ulang Perkiraan data curah hujan rencana dilakukan menggunakan analisis frekuensi data curah hujan harian maksimum tahunan (berturut-turut) dilakukan dengan metode Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Pearson Tipe III, dan/atau Distribusi Gumbell. Fungsi distribusi yang paling dekat dengan data observasi digunakan untuk menghitung besar debit banjir.curah hujan rencana. Kecocokan dalam pemilihan fungsi distribusi diuji dengan uji kecocokan menggunakan metode pengujian dan dengan confidence interval (tingkat interval kepercayaan) tertentu dapat menggunakan metode Chi-Square dan Kolmogorov-Smirnov. 4. Intensitas Curah Hujan (I)
17
Proposal Tugas Akhir Kelompok TA Terpadu 21-Gourmet Alley Mencari nilai intensitas curah hujan menggunakan metode Mononobe dengan data curah hujan rencana harian. Nilai intensitas kemudian akan digunakan untuk perhitungan debit rencana. 5. Koefisien Pengaliran (C) Didapatkan dari analisis jenis lahan berbanding dengan luasnya. Nilai tersebut kemudian digunakan dalam perhitungan debit rencana. 6. Waktu Konsentrasi Pendekatan estimasi waktu konsentrasi untuk aliran di lahan dapat digunakan rumus Kirpich (1940). 7. Debit Banjir Rencana Untuk desain saluran drainase, debit rencana dapat dihitung dengan metode rational atau metode rational yang telah dimodifikasi atau hidrograf satuan untuk daerah perkotaan. 8. Perhitungan hidrolika Perancangan hidrolika mencakup jenis saluran, dimensi, dan kemiringan.
3.1.4 Tahapan Manajemen Konstruksi
3.2
Jadwal Kegiatan
3.3
Daftar Pustaka
18