Dosis Obat 1.
Pengertian Dosis Obat Dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat (gram, miligram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (Unit Internasional atau UI), kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yanga diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obata yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toksis. Dosis toksik ini dapat sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal. (ariyani, 2017) Obat-obat tertentu memerlukan dosis pemulaan (initial dose) atau dosis awal (loading dose) yang lebih tinggi dari dosisi pemeliharaan (misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini dilakukan antara lain pada pemberian oral prepalral Sulfa ( Sulfisoxazole, Trisulfa Pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam. (ariyani, 2017)
2.
Macam-Macam Dosis Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang dikelompokan bisa dibagi : a. Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit. b. Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku buku standar seperti Famakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM) tercantum diperuntukan orang dewasa. c. Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan Over Dosis (OD). d. Dosis toxica yaitu dosis obat yang melampaui dosis maksimalnya. e. Dosis Khusus yaitu Dosis penderita yang obesitas : harus diperhiungkan lemak dan persentase Berat Badan Tanpa Lemak (BBTL) BBTL = BB (100-%lemak) Dosis penderita geriatrik (>65 tahun). f. Dosis dopamine, Salah satu indikasi penggunaan dopamine adalah pada TD sistolik < 70 mmHg disertai dengan tanda-tanda syok. Rumus dopamine yaitu Dosis x BB (kg) x 60/4000. Contoh : Pasien dengan tekanan darah 80/50 mmHg dan BB 50 kg. Dosis dopamine dimulai dari 5 mikrogram/ kg BB/ menit. Rumus praktik = 5 x 50 x 60/ 4000 = 15.000/ 4000 = 3.75 cc/ jam
3. Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut penderita. Terutama faktor-faktor penderita sering kali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut dibawah ini didapati sekaligus yaitu : a. Faktor Obat: 1) Sifat fisika : daya larut obat dalam air atau lemak, kristal atau amorf¹. 2) Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester², garam kompleks, pH, pKa. 3) Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya. b. Faktor cara pemberian obat kepada penderita : 1) Oral : dimakan atau diminum 2) Parentera : Subcutan, Intramuskular, Intravena, dan lain-lain 3) Rektal, vaginal, uretra 4) Lokal, topical 5) Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal. c. Faktor Penderita 1) Umur Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun). Pada anakanak bukan dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan. Sedangkan pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti : a) Proses metaboliknya lebih lambat b) Laju filtrasi glomerulus berkurang c) Kepekaan atau respon reseptor (faktor farmakodinamik) terhadap obat berubah d) Kesalahan minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan, e) Pendengaran telah berkurang dan pelupa f) Efek samping obat 2-3 kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis oabat perlu diturunkan. 2) Berat badan Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obesitas mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil daripada
pasien dengan berat badan
normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat. (ariyani, 2017)
3) Jenis kelami Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria. Pemberian
obat
pada
wanita
hamil
juga
harus
mempertimbangkan
terdistribusinya obat kejanin seperti obat , obat anestesi, antibiotik, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan kongenital. (ariyani, 2017) 4) Toleransi Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate dan analgetik narkotik. (ariyani, 2017) 5) Keadaan pato-fisiologi Kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat. (ariyani, 2017) 6) Bentuk kesediaan dana cara pemakaian Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk kesediaan yang digunakan dan cara pemakaian, perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk kesediaan tablet memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk kesediaan larutan. (ariyani, 2017) 7) Cara pemberian obat Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi proses Farmakokinetik. (ariyani, 2017) 8) Waktu pemakaian Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang mengiritasi lambungan dan saluran cerna lebih baik dipakai segera sesudah makan. (ariyani, 2017) 9) Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat) Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat secara fisika dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek yang menggangu. Misal interaksi tetrasiklin dengan logam kalsium, magnesium, dan aluminium (logam ini terdapat pada antasida atau produk susu keju), pemakaian secara bersamaan harus dihindari atau dengan cara mengatur jadwal pemberian, karena tetrasiklin membentuk kompleks dengan logam tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran cerna. (ariyani, 2017)
4. Perhitungan dosis a. Dosis obat untuk anak (pediatrik) Kategori anak : 1. Anak premature : lahir kurang 35 minggu 2. Anak baru lahir : Neonatus sampai dengan 28 hari 3. Bayi : infant sampai degan 1 tahun 4. Balita : 1-5 tahun 5. Anak : 6-12 tahun b. Penentuan dosis anak Dalam menentukan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita perhatikan. Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna, metabolisme obat belum maksimal Distribusi cairan tubuh berada dengan orang dewasa 1. Neonatus > 29,7% dari dewasa. 2. Bayi 6 bulan > 20,7% dari dewasa. 30 Anak sampai dengan 7 tahun > 5,5% dari dewasa. c. Rumus perhitungan dosis anak 1. Menurut perbandingan umur orang dewasa a. Rumus Young : untuk anak 1-8 tahun kebawah keterangan : Da
: Dosis obat untuk anak
n
: Umur anak dalam tahun
Dd
: Dosis obat untuk dewasa
Contoh soal : Dosis lazim paroksetin (paxil) untuk dewasa adalah 20 mg/ hari untuk penanganan gangguan obesif konfulsif. Beberapa dosis obat ini untuk anak berusia 6 tahun? Jawab : Da =
Da =
6 × 20 mg 6 + 12 120 18
= 6,67 mg/hari
b. Rumus Dilling : untuk anak lebih dari 8 tahun n Da = × Dd 20 Keterangan : Da
: Dosis obat untuk anak
n
: Umur anak dalam tahun
Dd
: Dosis obat untuk dewasa
Contoh soal : R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali : 1 mg, DM sehari 3 mg) Sacchar.lact. qs m.f.pulv.d.t.d.no.X. S.t.d.d.pulv.I Rifki (12 tahun) Analisa resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan, mengandung 0,5 mg atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari satu bunkus. Jawab : (1)DM sekali pakai untuk anak 12 tahun 12 × 1 mg 20 12 Da = × 0,6 mg DM atropin sulfat sekali pakai 20 Da =
(2)DM untuk sehari untuk anak 12 tahun Da =
12 × 3 mg 20 36
Da = 20 × 1,8 mg atropin sulfat untuk sehari 2. Menurut perbandingan berat badan orang dewasa (70 kg) : a. Rumus Clark : Da = W x Dd Keterangan : Da
: Dosis obat untuk anak
W
: Berat badan (kg)
Dd
: Dosis obat untuk dewasa
Contoh soal : Dosis hidroklorotiazid untuk dewasa adalah 50 mg per hari. Berapa dosis untuk anak berbobot 40 kg? Jawab : Da
= 40 x 50 mg = 200 mg
b. Rumus Fried untuk umur bayi 0 – 12 bulan 𝑛 Da = × 𝐷𝑑 150 Keterangan : Da
: Dosis obat untuk anak
n
: Umur anak dalam tahun
Dd
: Dosis obat untuk dewasa
3. Menurut perbandingan Luas Permukaan Tubuh (LPT) orang dewasa (1,73 m²). a. Rumus Crawford-Terry-Rourke : Da =
𝐿𝑃𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑘 × 𝐷𝑑 𝐿𝑃𝑇 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
Keterangan : Da
: Dosis obat untuk anak
LPT anak
: Luas Permukaan Tubuh Anak (m²)
LPT dewasa
: Luas Permukaan Tubuh dewasa (1,73 m²)
Dd
: Dosis obat untuk dewas
5. Kesalahan dosis atau Over Dosis (OD) Akibat kelebian dosis : a. Pernapasan akan tertekan atau sesak nafas. b. Maual-mual atau muntah. c. Berkurangnya tingkat kesadaran. d. Pusing. e. Penanganan kelebihan dosisi sesuai dengan gejala misalnya sesak nafas dengan cara penambahan oksigen. 6. Persiapan pemberian obat Perawatan, bidan, dan tenaga medis bertanggungjawab dalam pemebrian obat-obatan yang aman. Persiapan dan pemberianobat harus dilakukan dengan akurat