BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu
faktor
penghambat
perkecambahan
adalah
dormansi
benih.Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh kulit benih yang keras dan keadaan fisiologis embrio.Benih yang dorman dan benih yang mati dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada akhir perkecambahan sama dengan keadaan sebelum dikecambahkan maka benih dalam keadaan dorman. Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan, misalnya mengecil, ditumbuhi cendawan atau bila dipijat terasa lembek, berarti benih tersebut mati (Saleh, dkk.,2008). Benih dorman adalah benih yang mengalami istirahat total, benih tidak menunjukkan gejala atau fenomena tumbuh walaupun dalam keadaan media tumbuh optimum.Timbulnya dormansi pada benih padi disebabkan oleh adanya hambatan benih untuk berkecambah, baik hambatan mekanis maupun fisiologis.Dormansi pada benih padi menguntungkan produsen benih karena dapat menekan laju deteriorasi pada masa prapanen maupun pascapanen (pengeringan, prosesing dan penyimpanan) (Ahmad, 2011). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini secara khusus akan membahas permasalah:
1. Apakah pengertian dari dormansi? 1
2. Apakah faktor internal yang mempengaruhi dormansi? 3. Apakah faktor eksternal yang mempengaruhi dormansi?
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dormansi Dormansi adalah keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor tumbuhan itu sendiri.Seringkali jaringan yang dorman gagal tumbuh meskipun berada pada kondisi ideal. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya. Benih dalam keadaan dorman bukan berarti mati, karena benih tersebut dapat dirangsang untuk berkecambah dengan berbagai perlakuan.Benih yang mati dan benih yang dorman dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada akhir perkecambahan sama dengan sebelum dikecambahkan
2
maka benih dalam keadaan dorman. Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan misalnya mengecil, ditumbuhi cendawan atau bila dipijat ternyata lembek berarti benih tersebut mati (Ahmad, 2011). B. Tipe – tipe pada domansi Beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis a. Dormansi fisik Tipe
dormansi
ini
yang
menyebabkan
pembatas
struktural
terhadap
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah: 1) Impermeabilitas kulit biji terhadap air Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin.Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih. 2) Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji. 3
3) Adanya zat penghambat Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan.Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah.Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat. b. Dormansi fisiologis (embrio) Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang.Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan).Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih.Benihbenih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah. C. Faktor internal yang mempengaruhi dormansi a. Faktor gen Yaitu faktor penurunan sifat pada keturunan yang diturunkan adalah sifatsifat fisik. b. Hormon Hormon tumbuh disebut juga zat tumbuh yang komponennya terdiri atas senyawa protein dengan substansi kimia yang aktif.Zat tumbuh ini banyak jenisnya, antara lain auksin, giberelin, sitokini, asam absisat, gas etilen, asam traumalin, dan kalin.
c. Kecepatan transpirasi Semakin cepat transpirasi makin cepat penyerapan.
d. Sistem perakaran Tumbuhan yang mempunyai system perakaran berkembang baik, akan mampu mengadakan penyerapan lebih kuat karena jumlah bulu akar semakin banyak.
e. Kecepatan metabolisme
4
Penyerapan memerlukan energi, maka semakin cepat metabolismem (terutama respirasi) akan mempercepat penyerapan.
D. Faktor exkternal yang mempengaruhi dormansi a. Cahaya/Sinar matahari Cahaya sangat diperlukan tumbuhan hijau untuk kelangsungan hidupnya, sebab cahaya/sinar matahari merupakan sumber energi yang digunakan untuk proses berlangsungnya fotosintesis di dalam daun tumbuhan hijau. b. Suhu (Temperatur) Setiap proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan selalu dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Suhu juga mempengaruhi kerja enzim.Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, suhu optimum berkisar antara 22-37˚C . c. Kelembapan Udara Umumnya tanah dan udara sekitar yang kurang lembab (airnya cukup) akan sangat baik atau cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena pada kondisi seperti itu, tanaman menyerap banyak air dan penguapan (transpirasi) air semakin menurun, sehingga memungkinkan cepat terjadinya pembelahan dan pemanjangan sel. d. Air dan Unsur Hara Tanah Air mutlak diperlukan tumbuhan. Fungsi air bagi tumbuhan adalah bahan pembentuk karbohidrat (dalam proses fotosintesis), sebagai pelarut garam mineral di tanah dan sebagai pelarut senyawa-senyawa dalam sel. Air juga sebagai medium/tempat reaksi enzimatis e. Nutrisi Harus mengandung unsur makro (C,H,O,N,K,S,Ca,Fe,Mg) dan unsur mikro (B,Mo,Zu,Cu,Cl). f. Ketersediaan air tanah
5
Tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan berada dalam lingkungan anaerob. g. Konsentrasi air tanah Air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi berbagai ion dan molekul.Semakin pekat larutan tanah semakin sulit penyerapan. h. Temperatur tanah Temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism.Ada temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada temperatur optimum untuk penyerapan. i. Aerasi tanah Aerasi adalah pertukaran udara, yaitu maksudnya oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2 yang selanjutnya menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap permeabilitas membran sel. E. Pemetahan dormansi pada biji 1) Perlakuan mekanis a. Skarifiaksi Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas empelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlaukan impaction (gocangan) untuk benih-benih yang memiliki sumber gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas
b. Tekanan Benis-benih dari sweet clover (Melilotus alba) dan alfafa (Medicago sativa) setelah diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180OC selama 5-20 menit ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat setelah benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan,
6
tidak diragukan lagi perbaikan perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air
2) Perlakuan kimia Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Bahan kimia lain yang juga sering digunakan adalah: potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, dan thiourea. Disamping itu dapat pula digunakan hormon tumbuh untuk memecahkan dormansi pada benih, antara lain adalah : cytokinin, gibberellin dan auxin. 3) Perlakuan perendaman dengan air Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Prosedur yang umum digunakan adalah sebagai berikut : air dipanaskan sampai 1800 – 2000F, benih dimasukkan ke dalam air panas tersebut dan biarkan sampai menjadi dingin, selama beberapa waktu.
4) Perlakuan pemberian temperatur tertentu a. Statifikasi elama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya
bahan-bahan
penghambat
pertumbuhan
atau
terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.BenihBenih yang memerlukan stratifikasi selama waktu tertentu sebelum tanam yaitu : apel, anggur, pear, peach, pinus, rosa, strawberry, oak, cherry, dan lain-lain. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman.Temperatur tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, kecuali baru kelapa
7
sawit.Biasanya temperatur tinggi malah meningkatkan dormansi benih daripada memperbaiki perkecambahnnya. b. Perlakuan dengan temperatur tinggi dan rendah Keadaan dormansi pada beberapa benih dapat diatasi dengan pemberian efek dari temperatur rendah dan agak tinggi. Tetapi temperatur ekstrim dari perlakuan ini tidak boleh berbeda lebuh dari 100 atau 200C , pada umumnya berada diatas dari titik beku.
5) Perlakuan dengan cahaya Cahaya tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari F. Organ tumbuhan yang mengalami dormansi a.
Dormansi biji
Dormansi biji merupakan keadaan dimana biji tidak dapat berkecambah meskipun kondisi untuk berkecambah telah memadai. Hal ini biasanya terjadi karena hal – hal berikut: o Adanya pelapis biji yang sulit ditembus air Biji memiliki pelapis – pelapis berupa perikarp, testa, perisperma dan endosperma. Pelapis – pelapis tersebutlah yang mengakibatkan terhalangnya pertukaran oksigen dan penyerapan air. Selain itu, adanya pelapis – pelapis tersebut juga menyebabkan kegagalan dalam memobilisasi cadangan makanan dari endosperma/ perisperma. Testa merupakan lapisan yang impermeabel terhadap air jika baru dialiri air, oleh karena itu dormansi di tanah dapat dipertahankan sampai lapisan tersebut dirusak oleh organisme – organisme mikro tanah.Ada pula pada beberapa spesies, air dan oksigen tidak dapat masuk kedalam biji karena terhalang oleh gabus (sumpal strofiolar).Terhalangnya air dan oksigen kedalam biji dapat diatasi dengan goncangan dan skarifikasi (penggoresan) Jadi, biji digoncang –
8
goncangkan sampai sumpal strofiolar lepas, selanjutnya air dan oksigen dapat menembus biji dan biji dapat mulai berkecambah.Skarifikasi (penggoresan) dilakukan dengan pisau, kikir, dan kertas amplas, sedangkan di alam skarifikasi terjadi akibat kerja mikroba, pada saat biji melewati pencernaan burung atau hewan lain, terpajan suhu yang tidak menentu, serta terbawa oleh air melintasi pasir dan batu cadas. o o Adanya senyawa – senyawa penghambat osmotik dan kimia Potensial air yang terlalu negatif menyebabkan biji mengalami dormansi. Adapun senyawa – senyawa kimia yang menghambat perkecambahan dan menyebabkan dormansi diantaranya adalah kompleks pelepas sianida, senyawa pelepas ammonia, lakton tak jenuh, aldehid, minyak esensial, alkaloid, dan senyawa fenol.Selain senyawa – senyawa tersebut, adapula hormon yang berperan dalam dormansi biji yaitu ABA. ABA eksogen menjadi penghambat yang kuat bagi perkecambahan biji, dimana hormon ini akan memperlambat pemanjangan radikula. ABA memang menyebabkan dormansi pada beberapa spesies, namun tidak pada spesies – spesies tertentu. Pada tumbuhan gurun, masa berakhirnya dormansi terjadi ketika hujan lebat melunturkan ABA dari biji b.
Pertumbuhan kuncup
Dormansi kuncup terjadi sebelum munculnya perubahan warna dan mengeringnya daun pada musim gugur. Pada saat musim panas, kuncup – kuncup ini akan berhenti tumbuh dan kemudian muncul kembali ketika musim dingin. Daun – daun akan tetap berwarna hijau dan melakukan fotosintesis sampai awal musim gugur, yang nantinya daun akan mengering akibat respons terhadap siang hari yang pendek, cerah dan dingin. Adanya perlakuan hari pendek menyebabkan terjadinya pembentukan kuncup dorman dan penghambatan pemanjangan ruas serta pembesaran daun, contohnya pada mapel merah (Acer rubrum) dan cemara Norwegia (Picea abies).
9
Sama seperti halnya dormansi biji, kurangnya air pada kuncup juga mempercepat dormansi.Pengaruh morfologi terhadap dormansi juga mengambil peranan yang penting, dimana pada kuncup dorman umumnya terdapat sisik kuncup.Sisik kuncup ini merupakan ruas yang sangatpendek dengan daun yang berubah.Sisik ini berperan dalam mencegah kekeringan dan membatasi pergerakan oksigen ke jaringan meristem yang ada dibawahnya. Dormansi kuncup dari tumbuhan berkayu memiliki sejumlah primordial daun yang tidak membesar dan perkembangan selanjutnya dihentikan oleh awal dormansi. Promordia daun dapat dikelilingi oleh sisik tunas dengan stipula yang berubah (seperti pada Fagus) atau daun yang berubah (seperti pada Acer). Hormon ABA berperan dalam menginduksi dormansi.Awalnya hormon ini disintesis di daun kemudian dipindahkan ke pucuk untuk menginduksi dormansi. ABA akan berperan secara langsung dalam memperlambat dan menghentikan pertumbuhan serta perkembangan sisik kuncup. Hormon auksin juga ikut berperan dalam hal mematahkan dormansi pada kuncup. Auksin banyak digunakan dalam kerja mikropropagasi dan bekerja sama dengan medium makanan (nutrien) untuk memelihara pertumbuhan kalus, suspensi sel atau organ (seperti meristem, tunas dan ujung akar) dan mengatur morfogenesis. Adanya dominasi apikal menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih tinggi dan meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari. Produksi auksin oleh tunas apikal berdifusi ke arah bawah tumbuhan dan menghambat pertumbuhan tunas lateral. Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya dapat menyebabkan tunas lateral dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Ketika tunas apikal dihilangkan, sumber auksin hilang. Konsentrasi auksin yang jauh lebih rendah menyebabkan tunas lateral terpacu untuk tumbuh. Tunas lateral akan lebih sensitive terhadap auksin daripada tunas apikal. Selanjutnya tunas yang berada diantara ketiak daun dan batang menghasilkan percabangan baru yang akan berkompetisi untuk menjadi titik tumbuh.
10
11
BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan
1. Dormansi adalah keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor tumbuhan itu sendiri. 2. Faktor internal yang mempengaruhi dormansi yaitu kecepatan metabolism, sistem perakaran, kecepatan transpirasi, hormone, dan faktor gen 3. Faktor eksternal yang mempengaruhi dormansi yaitu cahaya/sinar matahari, suhu (temperatur), kelembapan udara, air dan unsur hara tanah, nutrisi, ketersediaan air tanah, konsentrasi air tanah, temperatur tanah , dn aerasi tanah 4. Pematahan dormansi pada biji dibagi menjadi yaitu perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perlakuan perendaman dengan air, perlakuan pemberian temperatur tertentu, dan perlakuan dengan cahaya
12
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A. 2011.Studi Pematahan Dormansi Dan Periode After-Ripening Padi Gogo Lokal Gorontalo. Disertasi IPB, Bogor Dahlia, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang : UM Press
13