MAKALAH MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GINGIVITIS DAN STOMATITIS
DISUSUN OLEH : 1. ANGGA FARID FIRMANSYAH
(1111B0078)
2. ABILIO BARRETO
(1211B0001)
3. AFIF TRI ATMOKO
(1211B0004)
4. DADANG PRADANA
(1211B0013)
5. ENIK SEPTIANI
(1211B0020)
6. ERNA EKA PUSPITA
(1211B0021)
7. IDOLINA ANUNUT
(1211B0029)
8. IIN OKTA VIANI
(1211B0030)
9. JOICE DELSRYANI
(1211B0031)
10. MARSELINA HATI
(1211B0039)
11. OTAFIANUS MANEK
(1211B0043)
12. SITI NUR AZIZAH
(1211B0051)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan, yang mana atas berkat rahmat, nikmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyusun makalah yang berjudul “Manajemen Asuhan Keperawatan Gingivitis dan Stomatitis “ ini karena ada sangkut pautnya antara ilmu keperawatan dengan Ilmu Keperawatan khususnya Sistem Pencernaan. Penulis berharap makalah ini akan berguna dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di bidang Ilmu Keperawatan. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari akan segala kekurangan dan kemampuan yang sangat terbatas dimiliki oleh penulis, sehingga dalam penulisan, penyusunan kalimat dan dalam mencari sumber buku serta internet masih kurang dan teramat sulit. Namun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dan berusaha untuk menjadikan yang terbaik. Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini dapat memenuhi harapan kita semua.
Kediri, 12 Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .......................................................................................................
i
Kata Pengantar ..........................................................................................................
ii
Daftar Isi ....................................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 1.5 Luaran yang Diharapkan ................................................................................ BAB II Tinjauan Teori 2.1 Pengertian Penyakit Gingivitis dan Stomatitis .............................................. 2.2 Etiologi Penyakit Gingivitis dan Stomatitis .................................................. 2.3 Patofisiologi dan Web of Caution Gingivitis dan Stomatitis ........................ 2.4 Manifestasi Klinis Penyakit Gingivitis dan Stomatitis ................................. 2.5 Klasifikasi Penyakit Gingivitis dan Stomatitis.............................................. 2.6 Penatalaksanaan Penyakit Gingivitis dan Stomatitis .................................... 2.7 Pemeriksaan Penunjang Penyakit Gingivitis dan Stomatitis......................... 2.8 Pencegahan Penyakit Gingivitis dan Stomatitis ............................................ 2.9 Komplikasi Penyakit Gingivitis dan Stomatitis ............................................ BAB III Skenario Kasus 3.1 Contoh Ilustrasi Kasus Penyakit Stomatitis ................................................... BAB IV Pembahasan 4.1 Pembahasan Ilustrasi Kasus sesuai dengan Konsep Asuhan Keperawatan ... BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan..................................................................................................... 5.2 Saran ............................................................................................................... Daftar Pustaka ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi gingival, dapat terjadi pada anakanak, orang dewasa, dan juga dapat terjadi pada masa remaja. Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingival berupa perubahan wama, konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran, perubahan bentuk, pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku. Sedangkan Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan merupakan penyakit yang dapat diakibatkan oleh jamur pada mulut dan saluran kerongkongan. Stomatitis sering terjadi di beberapa bagian di dalam rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau mungkin juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut (Anonim 2010). Gingivitis adalah suatu inflamasi pada gingiva yang biasanya disebabkan oleh akumulasi plak. Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2001 kelainan periodontal pada tahun 2001 terjadi sebesar 61%. Penyakit periodontal salah satunya gingivitis yang disebabkan infeksi bakteri, secara langsung melalui aliran darah (hematogen), maupun tidak langsung dari respon imun sistemik infeksi melalui peningkatan mediator infeksi (PGE2, IL1, IL6 dan TNFα) oleh pertahanan tubuh. Jaringan periodonsium adalah jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva, sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami kelainan akibat interaksi faktor pejamu, mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis. Pada sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Penatalaksanaan gingivitis dilakukan pengukuran keparahan gingival. Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingival, indeks pendarahan papilla, dan indeks titik pendarahan. Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi haras mendiagnosa gingivitis sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat. Perawatan inisial merupakan satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan, perawatan inisial mencakup prosedur-prosedur yaitu instruksi kontrol plak, penskeleran dan penyerutan akar, perbaikan restorasi yang cacat, penumpatan lesi karies dan pemolesan. Untuk sariawan sendiri meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut.
Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional dalam pelayanan pasien gangguan gingivitis dan stomatitis. Pemberian asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya. 1.1 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah dari makalah yang berjudul “ Manajemen asuhan keperawatan Gingivitis dan Stomatitis “ adalah sebagai berikut : a. Apa pengertian dari penyakit gingivitis dan stomatitis ? b. Apa etiologi dari penyakit gingivitis dan stomatitis ? c. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari penyakit gingivitis dan stomatitis ? d. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit gingivitis dan stomatitis? e. Apakah klasifikasi dari penyakit gingivitis dan stomatitis ? f. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit gingivitis dan stomatitis? g. Pemeriksaan penunjang apa yang digunakan dalam mendeteksi penyakit gingivitis dan stomatitis? h. Bagaimana pencegahan penyakit gingivitis dan stomatitis? i. Komplikasi apa yang bisa terjadi jika pasien menderita penyakit gingivitis dan stomatitis ? 1.2 Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah yang telah ditulis, maka tujuan penulisan dari makalah yang berjudul tentang “ Manajemen Asuhan Keperawatan Gingivitis dan Stomatitis “ adalah sebagai berikut : a. Mengetahui pengertian dari penyakit gingivitis dan stomatitis b. Mengetahui penyebab penyakit gingivitis dan stomatitis c. Mengetahui patofisiologi dan web of caution dari penyakit gingivitis dan stomatitis d. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit gingivitis dan stomatitis e. Mengetahui klasifikasi penyakit gingivitis dan stomatitis f. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit gingivitis dan stomatitis g. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan penyakit gingivitis dan stomatitis h. Mengetahui pencegahan penyakit gingivitis dan stomatitis.
i. Mengetahui komplikasi yang dapat disebabkan dari penyakit gingivitis dan stomatitis
1.3 Manfaat Penulisan Manfaat secara teoritis yaitu dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan penyakit gingivitis dan stomatitis, sementara manfaat praktis untuk mahasiswa adalah
dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit gingivitis dan stomatitis.
1.4 Luaran yang Diharapkan Luaran yang diharapkan pada pembuatan makalah ini adalah mengacu pada Panduan Pembuatan Makalah yang telah diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem Pencernaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gingivitis dan Stomatitis
Radang gusi adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya penyakit/ kelainan pada gingiva (Depkes, R.I., 1996). Radang gusi adalah reaksi gingiva terhadap rangsangan dari plak, dari sulkus keluar cairan yaitu eksudat yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri (Konig, dkk., 1982).
Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum (William dan wilkins, 2008).
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau;defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus atau jamur;atau penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry,2005).
2.2 Etiologi Gingivitis dan Stomatitis Etiologi Gingivitis Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu: A. Faktor Lokal Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan periodontium : a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di maksudkan dengan plak dental secara umum adalah bakteri yang berhubungan dengan permukaan gigi. b. Faktor Pendorong /predisposisi Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong : - Materia alba Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari mikroorganisme, leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan deskuamasi dan partikel-partikel makanan. Materi ini bisa melekat ke permukaan gigi maupun restorasi dan gingiva, - Debris Makanan Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris makanan adalah partikel makanan yang bersisa di mulut akibat tidak tuntas terlarutkan oleh enzim bakteri atau mekanis lidah, bibir dan pipi. - Stein Dental Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada permukaan gigi. Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stein seperti: stein hitam (black stein) stein hijau (green stein) dan stein jingga (orange stein)
- Kalkulus Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi. - Karies Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah ini mudah terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak lainnya. - Merokok Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal beragam, terdiri dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu menghisap rokok. Stein tembakau akibat merokok dianggap mempermudah penumpukan plak. - Impaksi makanan (food impaction) Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit tersebut merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan plak dan merupakan iritasi mekanis terhadap periodontium - Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry) Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan yang terlalu tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak proksimal yang terbuka, tepi mahkota tiruan yang tidak baik, restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau cekat yang tidak baik kedudukannya, dan piranti orthodonti. - Kontrol plak inadequat Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak dan deposit lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak tersingkirkan dari perlekatannya. - Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri plak. Sebaliknya makanan yang kenyal dan berserat menghalangi penumpukan plak. - Trauma mekanis Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga lebih mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri plak. Trauma mekanis ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah atau kebiasaan menggaruk-garuk gingiva dengan kuku. - Trauma kimiawi Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara lokal pada gusi sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit gigi maupun obat kumur yang keras serta obat-obatan yang bersifat bisa menyebabkan trauma kimiawi pada gingiva.
Faktor lokal fungsional: Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan bemapas dari mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para fungsional serta oklusi yang traumatik B. Faktor Sistemik Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh, yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi : pubertas, kehamilan dan menopouse, gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin dan defisiensi protein serta obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperplasia gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor psikologis (emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus, gangguan penyakit hematologis : leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit yang melemahkan (debilatating disease) Etiologi Stomatitis
Etiologi yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti : a. Kebersihan mulut yang kurang Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien. Apabila higiene gigi pasien buruk, sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang. b. Makanan atau minuman yang panas dan pedas Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh terhadap mukosa yang ada didalam mulut yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infrksi. Selain itu, juga bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada “flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Daya tahan mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. c. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan. Bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa. d. Infeksi jamur Namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal. e. Infeksi virus
Stomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai utama atau infeksi tambahan; infeksi tambahan ini adalah sering banyak terjadi. dua tipe HSV dapat diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan penyebab lesi genital dan HSV tipe 1 dengan respon dari lesi nongenital. awal terjadinya virus merupakan hasil utama dari infeksi HSV biasa disebut stomatitis Herpes Akut. keseragaman ukuran gelembung frekuensinya lebih banyak terjadi dilidah, palatum dan mukosa bucal dan labial. gelembung burut terjadi setelah nyeri luka meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis tepi erythematous. lesi ditingkat ini biasa terjadi di luka aphathous. area yang terkena luka 10 sampai 14 hari. Gelembung mukosa umumnya disertai dengan inflamasi akut gingiva, saat dengan lesi herpes. Karakteristik lidah dengan keputih-putihan dan klien mengatakan adanya bau busuk di pernafasannya. infeksi HSV utama dikarakteristikkan dari gejala yang timbul dari infeksi termasuk kelemasan, panas dan pembesaran dalam limpa. f. Letak susunan gigi atau kawat gigi Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt berpengaruh terhadap kebersihan gigi. Dimana terjadi kesulitan dalam proses membersihkan kotoran yang tersangkut atau melekat pada baian yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.
Etiologi yang berasal dari keadaan luar mulut seperti : a. Rokok Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang mengandung zat-zat yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak terdapat mukosa sebagai alat perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adaptif tersebut yang berasal dari asap rokok menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa didalam mulut. Sehingga terjadi penurunan imun terutama pada bagian mulut yang menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit. b. Pada penggunaan obat kumur Obat
kumur
yang
mengandung
bahan-bahan
pengering
(misalnya
alkohol,
lemon/gliserin) harus dihindari. Zat-zat seperti alkohol di atas dapat menyebabkan kerusakan yang pada sel-sel mukosa dalam mulut yang bertugas dalam menghasilkan sekret sebagai bentuk pertahanan tubuh. c. Reaksi alergi Sariawan
timbul
setelah
makan
makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita. d. Alergi
jenis
makanan
tertentu.
Jenis
Bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan tersebut. e. Faktor psikologis (stress) Kortison merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan tubuh untuk respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon ini juga dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri berlebih (ada tidaknya bakteri akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang sehat). f. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita. g. Kekurangan vitamin C Mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan. h. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. i. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan Seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.
2.3 WOC Gingivitis dan Stomatitis
WOC Stomatitis Eksternal Internal
Kebersihan mulut berkurang Makan dan minum yang panas dan pedas Luka pada bibir akibat gigitan atau benturan Infeksi jamur Infeksi virus Letak susunan gigi / kawat gigi
Rokok Penggunaan obat kumur Alergi Reaksi alergi Stress Gangguan hormonal Kekurangan vitamin C dan vitamin B Kelainan pencernaan
l Defisiensi nutrisi
trauma
ulser
Alergi dan sensitifitas
p
Kerusakan pada mukosa mulut
Penurunan kadar vitamin
Allergen Kerusakan jaringan kulit
Zat berbahaya dalam rokok
Obatobatan
Penggunaan obat nonsteroidal
stress
Respon tubuh
Mukosa mulut rusak
Imun Lebih beresiko
Mukosa meradang dan edematosis
Penuru nan imun pada bagian mulut
Berpenga ruh pada fisik dan emosi
Gangguan hormonal
Gangguan imunologi
Pra menstru asi
imun
Penurunan estrogen dan progestero n
Penurunan system imun Kekurangan vitamin
saliva
Jaringan mukosa dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi robek
Terjadinya infeksi Adanya alergen
Mukosa mulut rusak
Di respon oleh tubuh
Secara local Secara sistemik Secara normal
Mengurangi peradangan Adanya reaksi jaringan berlebih
Resiko terjadi SAR
Adanya ulser pada mukosa
Terjadinya stomatitis (SAR )
System lakto peroksidase rusak
genetik
Timbul rasa gatal dan terbakar
Melepuh di jaringan mulut
Peningkatan jumlah HLA
Melakukan aksi fagositosis
Ulserasi lokal
MK: perubahan mukosa oral
Reaksi pertahanan abnormal Rusak pada jaringan mukosa mulut
Adanya pecah dan berwarna putih
Reaksi ulser Masa prodromal atau penyakit 1-24 jam hipersentifitas
Stadium pre ulcerasi
Nafsu makan
Stadium ulserasi Anorexia
edema
Peninggian 1-3 hari pada ulser
rasa terbakar
MK: resiko kekambuhan tidak adekuat
MK: nyeri Rasa sakit
Terjadi nekrosis di tengah ulser
Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
WOC Gingivitis Bakteri,Jamur,Virus
Masuk ke dalam mulut bersama Makanan,udara,dll
Kebersihan gigi dan mulut tidak Tergaja
Bakteri/jamur/virus menginfeksi Jaringan dalam mulut
Peradangan
Stomatitis
Pulpitis
Periodontitis
Tonsilitis
Kebutuhan Dasar Manusia Terganggu Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan pada selaput mukosa oral
Kurangnya volume cairan
Gingivitis
2.4 Manifestasi Klinis Gingivitis dan Stomatitis
Manifestasi Klinis Gingivitis Keradangan pada gusi dapat disebabkan oleh beberapa hal, keradangan tersebut dapat terlihat dengan tanda-tanda klinis sebagai berikut: a.
Gusi berwarna merah terang dan mudah berdarah.
b. Perabaan lunak. c.
Mudah berdarah pada waktu menggosok gigi dan pada tingkatan tertentu.
d. Terdapat luka pada gusi. e. bau tidak sedap
Manifestasi klinis dari stomatitis secara umum yaitu: a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar b. Stadium Pre Ulcerasi Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari c.
Stadium Ulcerasi Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
2.5 Klasifikasi Gingivitis dan Stomatitis
Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi:
1. Gingivitis Akut Gingivitis akut dibagi menjadi : a. Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut / GUNA (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis IANUG). GUNA terbagi lagi menjadi: - GUNA dengan fajctor sistemik tidak dikenal - GUNA yang berkaitan dengan H.I.V b. Gingivostomatitis herpetis akut (Acute Herpetic Gingivostomatitis) 2. Gingivitis kronis Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi: a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated gingivitis) b. Gingivitis berkomplikasi (complicatedgingivitis) c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis) 3. Gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri. Klasifikasi Gingivitis menurut lokasinya : a. Gingivitis Lokalisata Gingivitis yang hanya terdapat pada satu gigi. b. Gingivitis Generalisata Gingivitis yang hampir menyeluruh pada semua gigi rahang atas atau rahang bawah. c. Gingivitis Marginalis Gingivitis yang terdapat pada daerah margin dan bisa mencapai daerah attached gingiva d. Gingivitis Dims Gingivitis yang melibatkan gingiva margin dan attached gingiva serta papila interdental e. Gingivitis Papilaris Gingivitis yang melibatkan papila interdental dan meluas ke marginalgingiva yang berbatasan.
Ada beberapa klasifikasi stomatitis, yaitu: a. Mycotic stomatitis Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.
b. Gingivostomatitis Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat banyak luka terbuka yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut. c. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahanperubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Budtz-Jorgensenl mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam- macam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus-menerus, oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh karena itu, gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga perawatannyapun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemungkinan penyebabnya. d. Aphthous stomatitis Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi. Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak menular. Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya: 1. Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. 2.
Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.
Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya: 1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS) Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar
mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggal bekas. 2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS) Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut,
termasuk
daerah-daerah
berkeratin.
Stomatitis
aphtosa
major
ini
meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.
3. Ulserasi herpetiformis (HU) Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa. 2.6 Penatalaksanaan Gingivitis dan Stomatitis
Perawatan inisial Gingivitis mencakup prosedur-prosedur: a. Instruksi Kontrol Plak Pada sesi pertama dapat diajarkan cara menyikat gigi yang benar. Penggunaan alat pembersih interdental belum dapat dilakukan karena penggunaannya masih terhalang oleh deposit dan cacat interproksimal yang belum tersingkirkan. b. Penskeleran dan penyerutan akar Apabila pada pasien dijumpai gingiva yang getas dan terinflamasi di sekitar saku periodontal yang dalam, prosedur penskeleran supragingiva untuk menyirigkirkan kalkulus subgihgiva harus didahulukan. Dengan pefskeleran supragingiva, gingivitis akan mereda dan dilanjutkan perskeleran subgingiva pada sesi selanjutnya. Pada permukaan akar dengan gingival yang tersingkap terdapat sisa toksin bakteri, pada daerah ini harus dilakukan penyerutan akar agar jaringan nekrose tersingkap. c. Perbaikan restorasi yang cacat Tepi restorasi yang cacat, dapat dideteksi dengan ujung eksplorer yang halus, yaitu dengan menggeserkan eksplorer naik turun sepanjang tepi restorasi. Apabila terdapat tepi restorasi yang mengeper terdengar bunyi klik saat eksplorer digeser dari restorasi ke arah gigi dan terasa ada hambatan. Penyingkiran restorasi yang mengeper sedapat mungkin digantikan dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap
dipertahankan agar perawatan inisal bisa cepat diselesaikan, bagian yang mengeper harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin yang mengeper dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal atau finishing bur. Bila menggunakan bur arahnya adalah dari bagian restorasi yang mengeper ke arah gigi. d. Penumpatan Lesi Karies Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan periodontal, meskipun tanpa adanya kalkulus ataupun restorasi yang eacat disekitarnya. Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan tetap (permanen), namun pada keadaan tertentu penumpatan sementarapun sudah memadai karena telah dapat menyingkirkan tempat persembunyian bakteri.
e. Pemolesan Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi, penumpatan lesi karies, lakukan pemolesan. Pemolesan dilakukan untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan aberasif yang dioles dengan brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut: a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi d. Hindari stress e.
Pemberian Atibiotik Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.
f. Terapi Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan
jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan yaitu: 1. Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah. 2. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
2.7 Pemeriksaan Penunjang Gingivitis dan Stomatitis
Pemeriksaan Penunjang pada Stomatitis yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi. 2.
Pemeriksaan laboratorium : a. WBC menurun pada stomatitis sekunder b.
Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
c.
Pemeriksaan cultur bakteri: eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis
2.8 Pencegahan Gingivitis dan Stomatitis
Usaha untuk mencegah radang gusi atau Gingivitis, antara lain: a. Memelihara kebersihan mulut Yang dimaksud memelihara kebersihan mulut adalah menghilangkan plak dari permukaan gigi dengan cara menggunakan sikat gigi yang baik, dengan syarat: kepala sika cukup kecil, tangkainya berbentuk lurus, dan bulu sikat halus, rata. Tujuannya adalah untuk mencegah penumpukan plak, karena hal ini terutama menimbulkan radang gusi. b. Membangun kebiasaan sehat Membangun kebiasaan sehat terkadang berat untuk dilaakukan, terutama bagi orang yang belum bisa melaksanakannya. Namun dangan niat yang kuat senantiasa menyadari pentingnya kesehatan dan manfaatnya bagi kita.Kebiasaan sehat yang dianjurkan yaitu biasakan berkumur sebelum dan sesudah makan hal itu akan mencegah kuman penyakit yang dapat masuk ke rongga mulut, sehingga radang gusi
yang disebabkan oleh kuman tersebut tidak terjadi, selain itu tidak mengkonsumsi makanan yang manis secara berlebihan. c. Ceck- up ke dokter gigi Cara mengatasi radang gusi yaitu hendaknya kita memiliki jadwal untuk memeriksa, mengontrol, dan mengawasi kesehatan mulut secara rutin. Berdasarkan kondisi gigi dan gusi, dokter gigi akan menjadwalkan program kesehatan mulut kita dan akan memberikan saran-saran yang berkaitan dengan kesehatan mulut kita, seperti mengurangi makanan yang manis-manis (Ummusalma, 2007).
Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya dengan : 1. Menjaga kebersihan mulut 2.
Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin C dan zat besi
3.
Menghadapi stress dengan efektif
4.
Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makananMenghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
5. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut. 2.9 Komplikasi Gingivitis dan Stomatitis
Dampak gangguan stomatitis pada kebutuhan dasar manusia : - Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur - Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit - Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut - Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
Stomatitis memunculkan berbagai macam komplikasi bagi tubuh kita diantaranya: 1. Komplikasi akibat kemoterapi Karena sel lapisan epitel gastrointestinal mempunyai waktu pergantian yang mirip dengan leukosit, periode kerusakan terparah pada mukosa oral frekuensinya berhubungan dengan titik terendah dari sel darah putih. Mekanisme dari toksisitas oral bertepatan dengan pulihnya granulosit. Bibir, lidah, dasar mulut, mukosa bukal, dan palatum lunak lebih sering dan rentan terkena komplikasi dibanding palatum keras dan gingiva; hal ini tergantung pada cepat atau tidaknya pergantian sel epithelial. Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapeutik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis tinggi atau berkombinasi dengan ionisasi penyinaran radiasi. 2.Komplikasi Akibat Radiasi
Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tapi juga menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada jaringan pendukung, termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hypoxia, berkurangnya supplai darah ke tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis. Radiasi pada daerah kepala dan leher serta agen antineoplastik merusak divisi sel, mengganggu mekanisme normal pergantian mukosa oral. Kerusakan akibat radiasi berbeda dari kerusakan akibat kemoterapi, pada volume jaringan yang terus teradiasi terus-menerus akan berbahaya bagi pasien sepanjang hidupnya. Jaringan ini sangat mudah rusak oleh obat-obatan toksik atau penyinaran radiasi lanjutan, Mekanisme perbaikan fisiologis normal dapat mengurangi efek ini sebagai hasil dari depopulasi permanen seluler.
3. Komplikasi Akibat Pembedahan Pada pasien dengan osteoradionekrosis yang melibatkan mandibula dan tulang wajah, maka debridemen sisa pembedahan dapat merusak. Usaha rekonstruksi akan menjadi siasia, kecuali jaringan oksigenasi berkembang pada pembedahan. Terapi hiperbarik oksigen telah berhasil menunjukkan rangsangan terhadap formasi kapiler baru terhadap jaringan yang rusak dan telah digunakan sebagai tambahan pada debridemen pembedahan. 4. Komplikasi Oral 1.Mucositis/Stomatitis Defenisi mucositis dan stomatitis sering tertukar dalam penggunaannya tetapi terdapat perbedaan yang besar diantara keduanya. Mucositis dijelaskan sebagai suatu inflammatory toksik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut sampai anus, yang dapat dihasilkan akibat dari pennyorotan radiasi sampai agen kemoterapeutik atau radiasi ionisasi. Tipikal mucositis termanifestasi sebagai suatu eritematous, lesi seperti terbakar atau acak, focal to diffuse, dan lesi ulseratif. Mucositis dapat tereksaserbasi dengan factor lokal. Stomatitis merujuk pada suatu reaksi inflamasi yang terjadi pada mukosa oral, dengan atau tanpa ulserasi dan dapat berkembang oleh faktor lokal seperti yang teridentifikasi pada etiologi/patofisiologi pada pembahasan ini. Stomatitis dapat menjadi berkadar ringan atau parah. Pasien dengan stomatitis yang parah tidak akan mampu memasukkan apapun kedalam mulutnya. Mucositis eritematous dapat terjadi 3 hari setelah pemaparan kemoterapi, tapi secara umum berkisar 3-7 hari. Perkembangan menuju mucositis ulseratif umumnya berlangsung 7 hari setelah kemoterapi. Dokter gigi harus waspada terhadap
potensi berkembangnya toksisitas akibat peningkatan dosis atau lamanya perawatan pada percobaan klinik yang menunjukkan toksisitas gastrointestinal. Dosis tinggi kemoterapi seperti yang dilakukan pada perawatan leukemia dan pengaturan jadwal obat dengan infus berlanjut, berulang dan tidak terputus (seperti bleomycin, cytarabine, methotrexate dan fluororacil) sepertinya merupakan penyebab mucositis dibanding obat infus satu bolus dengan dosis yang setara. Mucositis tidak akan bertambah parah jika tidak terkomplikasi oleh infeksi dan secara normal dapat sembuh total dalam waktu 2-4 minggu. Beberapa garis panduan untuk perawatan mulut termasuk penilaian sebanyak dua kali sehari untuk pasien dirumah sakit dan perawatan mulut yang sering (minimal 4 jam dan sewaktu akan tidur) malahan meningkatkan keparahan dari mucositis.
2.Infeksi Mucositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistim imun yang menurun. Tidak hanya mulut itu sendiri yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya epitel oral sebagai suatu protektif barrier terjadi pada infeksi lokal dan menghasilkan jalan masuk buat mikroorganisme pada sirkulasi sistemik. Ketika ketahanan mukosa terganggu, infeksi lokal dan sistemik dapat dihasilkan oleh indigenous flora seperti mikroorganisme nosokomial dan oportunistik. Ketika jumlah netrofil menurun sampai 1000/kubik/mm, insiden dan keparahan infeksi semakin meningkat. Pasien dengan neutropenia berkepanjangan berada pada resiko tinggi buat perkembangan komplikasi infeksi yang serius.Penggunaan antibiotik berkepenjangan pada penyakit neutropenia mengganggu flora mulut, menciptakan suatu lingkungan favorit buat jamur untuk berkembang yang dapat bereksaserbasi oleh terapi steroid secara bersamaan. Dreizen dan kawan-kawan melaporkan bahwa sekitar 70 % infeksi oral pada pasien dengan tumor solid disebabkan oleh Candida Albicans dan jamur lainnya, 20 % disusun oleh Herpex Simplex Virus (HSV) dan sisanya disusun oleh bakteri bacillus gram negatif. Pada pasien dengan keganasan hematologik, 50 % infeksi oral akibat bakteri Candida Albicans, 25 % akibat HSV, dan 15 % oleh bakteri bacillus gram negatif. HSV merupakan gejala paling umum pada infeksi oral viral. 3. Hemorrhage Hemorrhage dapat terjadi sepanjang perawatan akibat trombositopenia dan atau koagulasipati. Pada lokasi terjadinya penyakit periodontal dapat terjadi perdarahan
secara spontan atau dari trauma minimal. Perdarahan oral dapat berbentuk minimal, dengan ptekiae berlokasi pada bibir, palatum lunak, atau lantai mulut atau dapat menjadi lebih parah dengan hemorrhage mulut , terutama pada krevikular gingival. Perdarahan gingiva spontan dapat terjadi ketika jumlah platelet mencapai paling kurang 50.000/kubik/mm. 4. Xerostomia Xerostomia dapat dikenali sebagai berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala klinik tanda xerostomia termasuk diantaranya : rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar (khususnya melibatkan lidah), bibir retak-retak, celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan pada permukaan lidah, kesulitan untuk memakai gigi palsu, dan peningkatan frekuensi dan atau volume dari kebutuhan cairan. Pengaturan perawatan preventif oral, termasuk applikasi topikal flour harus segera dimulai untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Xerostomia dapat dihasilkan melalui reaksi inflammatory dan efek degeneratif radiasi ionisasi pada glandula saliva parenkim, khususnya pada serous acinar. Perubahan ini biasanya sangat pesat dan bersifat irreversible, khususnya ketika glandula saliva termasuk daerah penyorotan radiasi. Aliran saliva mengalami penurunan 1 minggu setelah perawatan dan berkurang secara progresif ketika perawatan terus dilanjutkan, Derajat dari disfungsi tersebut sangat berhubungan dengan dosis radiasi dan volume jaringan glandula pada lapangan radiasi. Glandula parotid dapat menjadi lebih rentan terhadap efek radiasi daripada glandula submandibular, sublingual, dan jaringan glandula saliva minor. Xerostomia mengganggu kapasitas buffer mulut dan kemampuan pembersihan mekanis, sering berkonstribusi pada dental karies dan penyakit periodontal yang progresif. Perkembangan dental karies berakselerasi dengan sangat cepat pada terjadinya xerostomia akibat hilangnya immunoprotein protektif yang merupakan komponen dari saliva. Saliva dibutuhkan untuk eksekusi normal dari fungsi mulut seperti mengecap, mengunyah, dan berbicara. Keseluruhan kecepatan aliran saliva yang kurang dari 0,1 ml/menit dianggap sebagai indikasi xerostomia (normal = 0,30,5 ml/menit).Xerostomia menghasilkan perubahan didalam rongga mulut antara lain: 1.Saliva tidak melakukan lubrikasi dan menjadi menebal dan atrofi, yang akan mengganggu kenyamanan pasien. 2.Kapasitas buffer menjadi tereliminasi, pada mulut kering yang bersih pH umumnya 4,5 dan demineralisasi dapat terjadi. 3.
Flora oral menjadi patogenik.
4.Plak menjadi tebal dan berat, debris tetap bertahan akibat ketidakmampuan
pasien untuk membersihkan mulut. 5.Tidak ada mineral (kalsium, fosfor, fluor) yang tersimpan pada permukaan gigi. 6.Produksi asam setelah terpapar oleh gula dihasilkan oleh demineralisasi selanjutnya pada gigi dan kemudian dapat menimbulkan kerusakan gigi 5.Nekrosis Akibat Radiasis Nekrosis dan infeksi pada jaringan yang telah dilakukan penyorotan radiasi sebelumnya (osteoradionekrosis) merupakan suatu komplikasi yang serius bagi pasien yang menjalani terapi radiasi pada tumor kepala dan leher. Komplikasi oral akibat terapi radiasi memerlukan terapi dental yang agresif sebelum, selama dan setelah terapi radiasi untuk meminimalisasi tingkat keparahan (xerostomia permanent, karies ulseratif, osteomyelitis akibat radiasi dan osteoradionekrosis).
BAB III SKENARIO KASUS Pasien perempuan berusia 6 tahun rujukan dari puskesmas pada tanggal 15 Mei 2012 pada pukul 08.00 WIB dengan keluhan tidak mau makan ±5 hari yang lalu, lemas dan mual serta sakit di dalam mulut dengan diagnose medis stomatitis. Kondisi pasien saat di ruang X tampak cukup, kesadaran composmetis, suhu badan 36,7ºC, nadi 102 x/mnt terdapat peradangan (sariawan) di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane mukosa tampak bengkak, lidah berwarna putih, terdapat nyeri tekan. Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro. Pada usia 4 tahun An. G pernah sakit demam dan di rawat di rumah sakit selama 3 hari. Namun belum pernah mengalami penyakit stomatitis. An G berat badan lahir 3 kg, pendidikan yang ditempuh An G sekarang yaitu PAUD di sekitar rumahnya. An G sudah mampu bersosialisasi dengan teman sebaya baik dirumah atau di Posyandu PAUD. An G memiliki masalah pada pertumbuhan gigi yaitu Caries, sedangkan hasil pemeriksaan berat badan sebelum sakit 18 kg namun saat sakit mengalami penurunan berat badan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STOMATITIS
Pengkajian Tanggal Pengkajian
:
Nama Pengkaji
:
Ruang
:
Waktu Pengkajian
:
A. Identitas 1. Identitas Klien Nama
: An. G
Tanggal Lahir
: 15 Mei 2012
Umur
: 6 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
BB/ TB
: 14 kg/ 113 cm
Alamat
: Jl. Budi Utomo- Cilacap
Agama
: Islam
Pendidikan
: PAUD
Suku Bangsa
: Jawa Indonesia
Tanggal Masuk
: 15 Mei 2012
No. RM
: 237 784
Diagnosa Medik
: Stomatitis
2. Identitas Penanggung Jawab Nama
: Ny. F
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Budi Utomo- Cilacap
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Hubungan Dengan klien : ibu B. Riwayat Keperawatan 1. Keluhan utama Ibu klien mengatakan klien mengeluh sakit di daerah mulut 2. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang rujukan dari puskesmas pada tanggal 15 Mei 2012 pada pukul 08.00 WIB dengan keluhan tidak mau makan ±5 hari yang lalu, lemas dan mual serta sakit di dalam mulut dengan diagnose medis stomatitis. Kondisi pasien saat di bangsal Catelya cukup, kesadaran copos metis, suhu badan 36,7ºC, nadi 102 x/mnt terdapat peradangan (sariawan) di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane mukosa tampak bengkak, lidah berwarna putih, terdapat nyeri tekan. Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro. 3. Riwayat penyakit dahulu Ibu klien mengatakan pada usia 4 tahun An. G pernah sakit demam dan di rawat di rumah sakit selama 3 hari. Namun belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang. An. G tidak memiliki alergi. An. G belum pernah mengalami cidera berat. 4. Riwayat penyakit keluarga Ibu kilen mengatakan keluarga An. G tidak memiliki penyakit serius, serta tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang sama. 5. Riwayat kehamilan Ibu An. G sudah hamil 2x. anak pertama sekarang berumur 8 tahun dan An. G merupakan anak kedua. Kesehatan selama hamil baik, tidak ada keluhan.
6. Riwayat persalinan An G lahir secara normal (spontan) BB lahir 3 kg, melahirkan di bidan dekat rumah. 7. Riwayat imunisasi Ibu klien mengatakan An G imunisasi sudah lengkap. 8. Riwayat tumbuh kembang Ibu klien mengatakan An G berat badan lahir 3 kg. pendidikan yang ditempuh An G sekarang yaitu PAUD di sekitar rumahnya. Ibu kilen mengatakan An G sudah mampu bersosialisasi dengan teman sebaya baik dirumah atau di Posyandu PAUD. An G memiliki masalah pada pertumbuhan gigi yaitu Caries, sedangkan hasil pemeriksaan berat badan sebelum sakit 18 kg namun saat sakit mengalami penurunan berat badan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV
: S 36,7ºC, Nadi 80 x/mnt, RR 28 x/mnt
2. Keadaan umum
: cukup, terjadi penurunan berat badan
3. Kesadaran
: composmetis
4. Kepala
: bentuk bulat, simeetris, tidak ada lesi, rambut kriting pendek, tidak
ada nyeri tekan, kepala dan rambut kotor 5. Mata
: simetris, bola mata normal, gerak mata normal, konjungtiva anemis,
penglihatan normal tanpa alat bantu 6. Hidung
: simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada secret, bernafas normal,
tidak ada nyeri tekan 7. Telinga
: simetris, bersih, lubang telinga normal, fungsi pendengaran baik
8. Mulut
: terdapat stomatitis, membrane mukosa tampak bengkak, lidah
berwarna putih, terdapat nyeri tekan 9. Leher
: bentuk normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri
tekan 10. Dada
: Paru
Inspeksi : dinding dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada lesi Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : tidak ada pembesaran dinding dada, bunyi paru sonor
Auskultasi : bunyi nafas vaskuler, tidak ada suara nafas tambahan 11. Abdomen : Inspeksi : umbilicus bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran abdomen Auskultasi : bising usus 12 x/mnt Perkusi : bunyi timpani Palpasi : tidak ada nyeri tekan 12. Genitalia : perempuan, bersih 13. Ekstermitas : terpasang infuse 10 tpm ditangan kiri, ekstermitas kanan dan kiri dapat bergerak tanpa gangguan, ekstermitas bawah dapat bergerak normal, tidak ada odema 14. Integumen : kulit sawo matang, suhu kulit hangat, lidah warna putih
2. Pemeriksaan Penunjang : Kriteria
Hasil
Nilai Normal
WBC
12,2 . 103 / ul
4 – 10 . 103 / ul
RBC
7,8 . 106 / ul
3,8 – 6 . 106 / ul
HGB
9,9g / dl
11 – 16,5 g / dl
HCT
34,5 %
35 – 50 %
MCV
70,4 fl
81 – 99 fl
MCH
20,2 pg
27 – 31 pg
MCHC
28,7 g / dl
33 – 37 g / dl
PLT
436 . 103 / ul
150 – 450 . 103 / ul
RDW – SD
68,4 fl
35 – 47 fl
RDW – CV
27,9 %
11,5 – 14,5 %
PDW
16,3 fl
9 – 13 fl
MPV
10,6 / fl
7,2 – 11,1 / fl
P – LCR
31,6 %
15 – 25 %
P – CT
0,46 %
0,15 – 0,40 %
NEUT ≠
3,56 . 103 / ul
1,5 – 7 . 103 / ul
NEUT %
73,6 %
40 – 74 %
LYMPH ≠
0,77 . 103 / ul
1 – 3,7 . 103 / ul
LYMPH %
15,9 %
19 – 48 %
MONO ≠
0,45 . 103 / ul
0,16 – 1 . 103 / ul
MONO %
9,3 %
3–9%
EO ≠
0,06 . 103 / ul
0 – 0,8 . 103 / ul
EO %
1,2 %
0–7%
BASO ≠
0
0 – 0.2 . 103 / ul
BASO %
0
0–1%
ANALISA DATA NO 1.
DATA DS :
ETIOLOGI
PROBLEM
Adanya infasi bakteri
Nyeri akut berhubungan
Ibu klien mengatakan klien mengeluh nyeri di daerah
dengan proses inflamasi proses inflamasi
mukosa mulut DO :
Merrangsang pengeluaran
TTV :
bradikinin dan serotonin
suhu badan 36,7ºC, nadi 102 x/mnt
Respon saraf simpatis ke otak
P : karena adanya peradangan Q : Seperti terkena pisau R : membran mukosa mulut S : skala 3 T : terus-menerus
Nyeri Akut
2.
DS :
Adanya infeksi
Ibu klien mengatakan klien mengeluh sakit di sekitar
Kerusakan membran mukosa oral
Perdangan mukosa oral
mulut DO :
Ulserasi lokal
masalah
pada
pertumbuhan gigi yaitu Kerusakan membran mukosa
Caries.
terdapat
peradangan
(sariawan) di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane tampak
mukosa
bengkak,
lidah
berwarna putih,
3.
DS : Ibu klien mengatakan klien
Adanya kerusakan membran
Resiko ketidakseimbangan
mukosa
nutrisi
mengeluh mual muntah. DO :
Nafsu makan menurun
Klien tidak mau makan Anoreksia
±5 hari yang lalu,
Tampak lemas hasil pemeriksaan berat
Resiko ketidakseimbangan
badan sebelum sakit 18
nutrisi
kg
namun
mengalami
saat
sakit
penurunan
berat badan.
Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi 2. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan infeksi yang ditandai dengan peradangan (sariawan) di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane mukosa tampak bengkak, lidah berwarna putih 3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadekuat intake nutrisi
BAB IV PEMBAHASAN
INTERVENSI
NO. Dx 1.
NOC
NIC
Tujuan :
Teori Intervensi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan kontrol nyeri pasien keperawatan dalam waktu 1 x 2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan 24 jam terjadi penurunan 3. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri tingkat nyeri dengan criteria
dan mengubungkan berapa lama yang akan
hasil sebagai berikut :
berlangsung.
Nyeri pasien hilang 4. Observasi tingkat intensitas nyeri yang dialami atau terkontrol.
Pasien tampak rileks.
pasien 5. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.
Intervensi di lahan : 1. Anjurkan pemakaian obat kumur. 2. Berikan terapi bermain. 3. Observasi tingkat intensitas nyeri yang dialami pasien 4. Kolaboratif pemberian antibiotik dan antiinflamasi 2.
Tujuan :
Teori Intervensi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang cara dan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam :
terjadi
teknik peningkatan kondisi membrane mukosa. 2. Anjurkan pemakaian obat kumur.
penurunan 3. Intervensi kolaboratif pemberian antibiotik
jumlah peradangan
Edema berkurang Intervensi di lahan : 1. Anjurkan pemakaian obat kumur 2. Pantau kondisi membran mukosa 3. Kolaboratif pemberian antibiotik
3.
Tujuan :
Teori Intervensi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang cara dan keperawatan dalam 2x24 jam
teknik peningkatan kondisi gangguan gigi dan
kebutuhan
gusi.
dapat
nutrisi
tercukupi
pasien
dengan 2. Cari sumber yang meningkatkan penerimaan
kriteria hasil sebagai berikut :
BB terkontrol
Tidak tampak pucat
Keadaan membaik.
informasi. 3. Beri informasi tentang diet dan nutrisi yang sesuai dengan kondisi individu
umum 4. Beri penjelasan tentang cara, dosis, dan waktu pemakaian obat-obatan yang telah diresepkan. 5. Anjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang kondisi stomatis tidak sembuh setelah selesai menghabiskan obat.
Intervensi di lahan : 1. Beri informasi tentang diet dan nutrisi yang sesuai dengan kondisi individu. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang makanan yang mengandung kalori dan protein. 3. Catat intake dan output
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut,biasanya berupa bercak putih kekuningan.Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok.Sariawan juga dapat menyerang selaput lender pipi bagian dalam,bibir bagian dalam,lidah,gusi,serta langit-langit dalam rongga mulut.meskipun tidak tergolong berbahaya ternyata sariawan sangat mengganggu. Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Stomatitis dilakukan dengan tujuan membantu mengembalikan fungsi mukosa pada mulut dalam keadaan normal.Selain itu perhatian terhadap kebutuhan nutrisi juga tetap dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi yang tidak adekuat. 5.2 Saran Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan setiap penyakit yang di derita.oleh karena itu, setiap perubahan baik itu dari perubahan dalam mukosa mulut pasien. Karenanya dibutuhkan perhatian lebih bagi penderita Stomatitis ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. Julianti et al. Tutorial gigi dan mulut. 2008. fakultas kedokteran universitas Riau. Pekanbaru 2. Mustaqimah DN.2002. Infeksi dalam bidang periodonsia. JKGUI 3. Anggraini,siti.2007. Plak gigi sumber penyakit gigi dan mulut.EGC.Jakarta