LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR MANDIBULA
Dosen Pembimbing Hj. Ns. Syarniah, M.Kep., Sp.Kep.J
Oleh Nedia Ulive Rahmawati P07120112187
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN BANJARBARU 2014
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR MANDIBULA
Oleh Nedia Ulive Rahmawati P07120112187
MENGETAHUI,
PEMBIMBING RUANGAN
PEMBIMBING AKADEMIK
Lola Hamika, S.Kep, Ns.
Hj. Ns. Syarniah, M.Kep, Sp.Kep.J
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR MANDIBULA A. Konsep Dasar 1. Definisi Kasus Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006). Fraktur adalah hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan keras tubuh (Grace and Borley, 2007). Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak (Watson, 2002). Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi. Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
2. Penyebab a. Trauma langsung : benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung : tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan. c. Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang (Chairuddin, 2003). 3. Tanda dan Gejala - Nyeri hebat di tempat fraktur - Tidak mampu menggerakkan dagu bawah - Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas. 4. Patofisiologi Penyebab fraktur diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu : - Osteoporosis Imperfekta (kelainan genetika langka pada remaja, -
tulang rapuh) Osteoporosis (penurunan kualitas dan kepadatan masa tulang) Penyakit metabolik (makanan, racun, infeksi, dan sebagainya)
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya terjatuh dengan posisi dagu langsung terbentur dengan benda yang lebih kuat/keras daripada tulang itu sendiri.
Pathway
Trauma langsung
trauma tidak langsung
kondisi patologis
FRAKTUR MANDIBULA Nyeri
Diskontinuitas tulang
pergeseran frakmen tulang
Perub jaringan sekitar
Pergeseran frag tulang Kerusakan integritas
jaringan
kerusakan frakmen tulang
laserasi kulit:
spasme otot
putus vena/arteri
tekanan ssm tlg > tinggi dr kapiler
tekanan kapiler
reaksi stres klien
deformitas perdarahan
pelepasan histamin
melepaskan katekolamin
gangguan fungsi protein plasma hilang
memobilisai asam lemak
syok hipovolemik Defisit perawatan diri makan
edema Kekurangan Volume Cairan Dalam Tubuh
bergab dg trombosit
penekanan pembuluh drh
penurunan perfusi jar
emboli
menyumbat pembuluh darah
Gangguan perfusi jaringan
B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian Fokus a. Pengkajian primer : 1) Airway Adanya sumbatan/obstruksi
jalan
napas
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk 2) Breathing
oleh
adanya
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi 3) Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut b. Pengkajian sekunder 1) Aktivitas/istirahat - Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena - Keterbatasan mobilitas 2) Sirkulasi - Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) - Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah) - Tachikardi - Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera - Cavilary refil melambat - Pucat pada bagian yang terkena - Masa hematoma pada sisi cedera 3) Neurosensori - Kesemutan - Deformitas, krepitasi, pemendekan - Kelemahan 4) Kenyamanan - Nyeri tiba-tiba saat cidera - Spasme/kram otot 5) Keamanan - Laserasi kulit - Perdarahan - Perubahan warna - Pembengkakan lokal
2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik b. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik c. Kekurangan volume cairan dalam tubuh b.d hilangannya volume cairan secara aktif d. Gangguan perfusi jaringan b.d rasa nyeri e. Defisit perawatan diri makan b.d gangguan muskuloskeletal
3. Rencana Keperawatan No. 1
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan Nyeri akut b.d
Setelah dilakukan
Agen cidera
tindakan
fisik
keperawatan
(Nanda, 2013)
selama 1x20 menit nyeri berkurang atau hilang
Intervensi 1. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri 2. Pertahankan imobilisasi bagian
Rasional 1. Mengetahui karakteristik nyeri 2. Untuk mengurangi nyeri
yang sakit dengan tirah baring 3. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan
3. Untuk menambahkan rasa nyaman
untuk melakukan aktivitas KH: Klien Mengatakan nyerinya berkurang atau hilang Skala nyeri (0-1)
hiburan 4. Ganti posisi dengan bantuan
4. Untuk mengurangi nyeri
bila ditoleransi 5. Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh :
5. Untuk mengurangi sensasi nyeri
relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan 6. Observasi tanda-tanda vital
6. Untuk mengetahui keadaan umum klien
7. Kolaborasi : pemberian 2
analgetik 1. Kaji ulang integritas luka dan
Kerusakan
Setelah dilakukan
Integritas
tindakan
observasi terhadap tanda
Jaringan b.d
keperawatan
infeksi atau drainae
Faktor
selama 1 x60 menit 2. Monitor suhu tubuh
7. Untuk mengurangi nyeri 1. Mengetahui adanya tanda2 infeksi 2. Mengetahui adanya
mekanik (misal
integritas kulit yang
infeksi kalau suhu tubuh
:
baik tetap terjaga
naik
koyakan/robek
3. Lakukan perawatan kulit,
an)
KH:
dengan sering pada patah
(Nanda, 2013)
Klien mengatakan
tulang yang menonjol
badannya bugar Luka tampak bersih
4. Lakukan alih posisi dengan sering, 5. Pertahankan seprei tempat tidur tetap kering dan bebas
3. Untuk mempertahankan integritas kulit 4. Untuk mencegah dekubitus 5. Mencegah kerusakan integritas kulit
kerutan 6. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
6. Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi.
3
7. Kolaborasi pemberian
7. Untuk mencegah infeksi
antibiotik. 1. Pertahankan catatan intake dan
1. Menjaga keseimbangan
Kekurangan
Setelah dilakukan
Volume Cairan
tindakan
Dalam Tubuh
keperawatan
b/d
selama 1 x 6 jam,
(kelembaban membran
pemasukan volume
hilangannya
masalah
mukosa, nadi adekuat, tekanan
cairan
volume cairan
kekurangan volume
darah ortostatik)
secara aktif
cairan dalam tubuh 3. Dorong keluarga untuk
(Nanda, 2013)
teratasi
output yang akurat 2. Monitor status hidrasi
membantu pasien makan 4. Tawarkan minuman/makanan
KH:
ringan (snack, jus buah, buah
1. Mempertahankan
segar )
urine output sesuai dengan
volume cairan 2. Mengetahui kualitas
3. Mendapatkan nutrisi yang adekuat. 4. Mengoptimalkan pemasukan volume cairan
usia dan BB, BJ urine normal, HT normal 1.
Tek anan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
2.
Tid ak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
4
Gangguan
berlebihan Setelah dilakukan
1. Monitor vital sign
perfusi
tindakan
2. Monitor adanya daerah yg
jaringan b/d
keperawatan
hanya peka terhadap
rasa nyeri
selama 1xshift
panas/dingin/tajam/tumpul
(Nanda, 2013)
status sirkulasi baik 3. Observasi kulit
1. Mengetahui perubahan sirkulasi 2. Mengetahui daerah yang mengalami gangguan 3. Mengetahui adanya lesi / laserasi
KH:
4. Batasi gerakan pada rahang
TTV dalam batas
5. Kolaborasi pemberian
normal
5
Defisit
Setelah dilakukan
perawatan diri
tindakan
makan b.d
keperawatan
gangguan
selama 1x30 menit
4. Untuk menjaga sirkulasi darah di rahang
analgetik
1. Monitor kemampuan pasien untuk makan 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
1. Untuk mengetahui cara memberikan makanan 2. Menambahkan rasa nyaman
muskuloskeleta ADL klien l
terpenuhi
(Nanda, 2013)
3. Atur posisi pasien senyaman
3. Agar tidak terjadi aspirasi
mungkin sebelum memberi makan
KH: Klien mengatakan bisa makan Klien tampak bisa
4. Berikan alat bantu untuk
4. Memudahkan klien
makan, mis: sedotan, sendok. 5. Berikan makanan sesuai
memakan makanan 5. Agar diet terpenuhi
anjuran
makan
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif Amih Huda, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta: EGC Price S. A dan Wilson, Lorraine M. C, 2006, Patofisiologi Clinical Concepts of Desiase Process, Edisi 6, Vol. 2, Alih bahasa Brahm U, EGC : Jakarta. http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/10/fraktur-mandibula/ diakses pada tanggal 9 September 2014 www.academia.edu/6538627/Makalah_fraktur_mandibula tanggal 8 September 2014
diakses
pada