Biografi. Sejarah. History. Asal-usulTuanku Imam Bonjol. Tuanku Imam Bonjol dengan nama Peto Syarif dilahirkan pada tahun 1772 di kampong Tanjung Bunga, Alahan Panjang, Pasaman, Minangkabau.
Setelah selesai menuntut ilmu di kampungnya, Peto Syarif melanjutkan pelajaran ke Koto Tuo, Aceh, dan Kamang.
Pada tahun 1807, Peto Syarif kembali ke daerah asalnya. Kemudian ia mendirikan benteng bonjol pada than 1808 sebagai pusat kegiatan gerakan Padri.
Tuanku Imam Bonjol termasuk salah seorang tokoh gerakan Padri. Ia lalu ditugaskan untuk memimpin gerakan Padri di daeah Alahan panjang (Bonjol).
Benteng Bonjol pula merupakan benteng padri yang terkuat di Minangkabau. Benteng tersebut dapat bertahan selama 15 tahun dari kepungan Belanda.
Atas usahanya pula, gerakan padri dan agama Islam juga berkembang di Tapanuli Selatan. Maka Tuanku Imam Bonjol menjadi pemimpin tertinggi Padri sesuda Tuanku Nan Renceh wafat.
Pada tahun 1821 terjadi peperangan antara Padri dan Belanda di daerah Minangkabau. Tahun 1824, sebagian besar daerah Minangkabau, kecuali Bonjol jatuh ke tangan tentara Belanda. Dan Belanda menganggap penaklukan secara militer telah selesai di Minangkabau.
Pada permulaan tahun 1833 tercapai persetujuan antara golongan Padri dan golongan Penghulu. Mereka akan menghadapi belanda secara bersama. Karena perlawanan yang gigih dari tentara Minangkabau, maka pimpinan tertinggi Hindia Belanda, Van Den Bosch langsung memimpin pertempuran pada tahun 1833. dan mulailah pada tahun 1835, Belanda memperkuat kepungannya terhadap Bonjol.
Kepemimipinan Tuanku Imam Bonjol sangat menonjol dalam periode 1835 – 1837 . Pada tanggal 3 Desember 1836 pasukan Belanda berhasil menyusup ke dalam benteng Bonjol. Akan tetapi, pasukan ini berhasil diusir dan dikejar oleh Tuanku Imam Bonjol ke luar benteng. Tuanku Imam Bonjol dan pengikutnya dapat meloloskan diri, dan terus mengadakan perlawanan. Tanggal 28 Oktober 1837, Tuanku imam bonjol diundang Belanda untuk berunding. Setelah tiba, beliau malah ditangkap.
Pada usia 65 tahun, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol ditangkap oleh Belanda dengan cara yang tidak ksatria. Beliau dimasukkan ke penjara Bukittingggi dan kemudian dipindahkan ke Ambon, dan terakhir ke Menado. Pada usia 92 tahun, Tuanku Imam Bonjol menghembuskan nafas terakhir di menado. Tuanku Imam Bonjol adalah Pahlawan nasional bagi bangsa Indonesia.