Doc-20190325-wa0137.docx

  • Uploaded by: shelyna putri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Doc-20190325-wa0137.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,695
  • Pages: 9
LAPORAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI SISTEM KRISTAL TETRAHEDRAL DAN HEXAGONAL

Disusun Oleh :

YUNI PARWATI MUNDI REJEKI F1D215003

PRODI TEKNIK GEOLOGI JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2016

I.

DASAR TEORI A. Sistem Tetragonal Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu

kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang(Soetoto, 2001). Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 1 Sistem Tetragonal Sumber. (Soetoto, 2001) Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. System tetragonal terbagi dalam kelas-kelas sebagai berikut : 

Piramid



Bipiramid



Bisfenoid



Trapezohedral



Ditetragonal Piramid



Skalenohedral



Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Soetoto, S.U : 2001). Sistem Hexagonal Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang) (Djauhari Noor, 2009). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Gambar 2 Sistem Hexagonal Sumber.(Soetoto, 2001) Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

System ini dibagi menjadi beberapa kelas berikut : 

Hexagonal Piramid



Hexagonal Bipramid



Dihexagonal Piramid



Dihexagonal Bipiramid



Trigonal Bipiramid



Ditrigonal Bipiramid



Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Djauhari Noor, 2009). II. TUJUAN Tujuan dilaksanakannya pratikum kristalografi adalah untuk : 1. Menentukan system Kristal dari bermacam bentuk Kristal atas dasar panjang posisi dan jumlah sumbu simetri Kristal yang ada pada setiap bentuk Kristal. 2. Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsure simetri setiap Kristal 3. Menggambarkan semua bentuk Kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu Kristal dan bidang Kristal yang dimiliki oleh semua bentuk Kristal dalam bentuk proyeksi orthogonal. III. ALAT DAN BAHAN Selama kegiatan pratikum kristalografi berlangsung pratikum wajib membawa peralatan yang digunakan selama kegiatan pratikum berlangsung, yaitu : 1. Alat tulis 2. Busur 3. Pensil warna 4. Lembar sementara 5. Penggaris panjang 6. Penggaris segitiga siku-siku 7. Penggaris segitiga sama kaki

IV. PROSEDUR KERJA A. TETRAHEDRAL 1. Digambar tiga sumbu utama a b dan c sesuai dengan perbandingan sumbu kristalnya dikali 2, dari 1 : 3 : 6 menjadi 2 : 6 : 12. 2. Sumbu a di gambar 30o terhadap sumbu be. 3. Di gambar sumbu yang sejajar terhadap sumbu a pada ujung kanan dan kiri sumbu b. 4. Di tarik garis lurus pada kedua sumbu yang baru dibuat dan sumbu a, sehingga terbentuk suatu bangun datar. 5. Garis yang bersentuhan satu sama dianggap sebagai pusatnya. Kemudian di tarik garis 12 cm pada masing-masing titik tengah. 6. Kemudian dihubungkan garis-garis yang sejajar. 7. Dibuat garis bantu diagonal dan garis intermediet pada seluruh sisi bidang system Kristal tetrahedral.

B. HEXAGONAL 1. Digambar empat sumbu utama yang terdapat pada system Kristal hexagonal dikali dua, dari 1 : 3 : 6 menjadi 2 : 6 : 12. 2. Di gambar sumbu a dengan besar sudut 20o terhadap sumbu b+, sedangkan sumbu d dibuat besar sudut 40o terhadap sumbu b-. 3. Untuk ukuran sumbu a dan b adalah sembarang. 4. Dibuat garis bantu pada setiap sisi kanan dan kiri sumbu b yang sejajar terhadap sumbu a. 5. Ditarik garis lurus pada sisi-sisi yang sama panjang, hingga terbentuk sebuah bangun datar segilima. 6. Diberi garis lurus sepanjang 12 cm dengan garis yang berpotongan di anggap sebagai titik tengah atau titik pusat. 7. Garis yang sama panjang disatukan. 8. Digambar garis intermediet pada setiap bidang system Kristal hexagon

V. ANALISIS Pada praktikum mengenai system Kristal tetrahedral dan hexagonal ini, praktikan menentukan system Kristal dari bermacam bentuk Kristal atas dasar panjang, posisi, dan jumlah sumbu Kristal yang ada pada setiap bentuk Kristal, kemudian menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsure simetri setiap Kristal, dan juga menggambarkan bentuk Kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu Kristal dan bidang Kristal yang dimiliki oleh semua bentuk Kristal dalam bentuk proyeksi orthogonal. Dimulai dengan system Kristal tetragonal, karena system ini memiliki tiga sumbu utama a = b ≠ c dengan perbandingan 1 : 3 : 6 (di kali dua) 2 : 6 : 12. Maka, menggambar system Kristal tetragonal pun diawali dengan membuat tiga sumbu utama dengan perbandingan tersebut. Untuk sumbu a, dibuat dengan sudut 30o terhadap sumbu b. sehingga tercipta perbandingan sudutnya α = β = γ = 90o. Kemudian dibuat garis yang sejajar dengan sumbu a di sisi kanan dan kiri sumbu b, sehingga ketika ditarik garis lurus pada sumbu yang sejajar akan terbentuk bidang datar. Ditarik dengan panjang sama dengan sumbu c garis yang titik tengahnya adalah sumbu yang sejajar dengan sumbu b. Berdasarkan jumlah unsure simetri pada system Kristal tetragonal ini dapat ditentukan kelasnya yaitu ditetragonal dipiramidal, dengan jumlah unsure simetrinnya adalah L4 4L2 5PC, yaitu kelas ini memiliki sumbu lipat 4 yaitu 1, sumbu lipat 2 yaitu 4, dan 5 buah bidang simetri dan simetri titik pusat. Dapat ditentukan juga dekskripsi kelas simetri menurut Herman Maugin (Hm) yaitu

4 2 2 𝑚 𝑚 𝑚

. Yang artinya system Kristal tetrahedral ini sumbu c nya

bernilai 4, dan memiliki bidang simetri tegak lurus terhadap sumbu c. memiliki 2 sumbu lateral dan memiliki bidang simetri tegak lurus terhadap sumbu lateral. Dan juga memiliki sumbu simetri intermediet yang juga memiliki sumbu simetri tegak lurus terhadap sumbu intermediet itu. Sedangkan berdasarkan dekskripsi menurut schoenflish system Kristal tetrahedral ini dinotasikan dengan D4h, yang artinya system ini memiliki 2 sumbu lateral, dan juga memiliki nilai 4 pada sumbu c nya.

System Kristal tetrahedral ini dibuat dengan proyeksi orthogonal , dan berdasarkan kelas ditetragonal bypiramidal dapat diketahui bahwa salah satu contohnya adalah Aluminium (Al). Dilanjutkan dengan system Kristal Hexagonal, untuk menggambar system Kristal ini praktikan memulai dengan membuat 4 sumbu utama yaitu a = b = d ≠ c dengan perbandingan awal (b : d : c) 1 : 3 : 6 yang dikali 2 menjadi 6 : 2 : 12. Untuk sumbu a di gambar membentuk sudut 20o terhadap sumbu b+, sedangkan sumbu d digambar membentuk sudut 40o terhadap sumbu b-. sehingga terbentuk sudut α = β = 90o, γ = 120o. Berdasarkan jumlah unsure simetri system Kristal hexagonal dapat ditentukan

bahwa system ini tergolong dalam kelas dihexagonal dipiramidal

dengan jumlah unsure simetri L6 6L2 7PC. Artinya system Kristal ini memiliki sumbu lipat 6 sebanyak 1, sumbu lipat 2 sebanyak 6, dengan 7 bidang simetri dan simetri titik pusat. Berdasarkan hal yang sama pula dapat di dekskripsikan system Kristal hexagonal dengan kelas dihexagonal bipyramidal menurut Herman maugin (Hm) yaitu

6 2 2 𝑚 𝑚 𝑚

. Bagian pertama pada notasi di atas menjelaskan bahwa Kristal ini

memiliki 6 sumbu c lengkap dengan bidang simetri horizontal yang tegak lurus terhadap sumbu c tersebut, bagian keduanya menyatakan bahwa Kristal ini memiliki 2 sumbu lateral juga dengan bidang simetri vertical yang tegak lurus, sedangkan bagian ketiga menyatakan bahwa system Kristal ini memiliki 2 sumbu simetri intermediet berikut dengan bidang simetri tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut. System Kristal hexagonal ini juga dibuat dengan proyeksi orthogonal, dengan berdasarkan kelas dihexagonal bypiramidal dapat ditentukan salah satu contohnya yaitu aluminium. Untuk lebih mudah mengamati dan membedakan tiap sumbu, dan bidang yang dimiliki system Kristal ini, maka gambar ini diwarnai dengan warna yang berbeda pada tiap-tiap bidangnya.

VI. KESIMPULAN Setelah melakukan pratikum ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Menentukan suatu system Kristal tetrahedral dari berbagai macam bentuk. Kristal atas dasar panjang, posisi, dan jumlah sumbu simetri Kristal yang ada pada setiap bentuk Kristal, yaitu : Jumlah sumbu simetri : 3 Perbandingan sumbu : a = b ≠ c (1 : 3 : 6) Perbandingan sudut

: α = β = γ = 90o

Untuk system Kristal hexagonal, yaitu : Jumlah sumbu simetri : 4 Perbandingan sumbu : a = b =d ≠ c (1 : 3 : 6) Perbandingan sudut

: α = β = 90o, γ = 120o

2. Kelas simetri pada system Kristal tetrahedral dapat ditentukan dengan jumlah unsure simetri pada system Kristal, yaitu ditetragonal dipyramidal. Sedangkan untuk system Kristal hexagonal kelas simetrinya adalah dihexagonal dipyramidal. 3. System Kristal tetrahedral dan hexagonal dapat digambar dengan dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu Kristal dan bidang Kristal yang dimiliki oleh bentuk Kristal dalam bentuk proyeksi orthogonal.

DAFTAR PUSTAKA Soetoto, S.U 2001. Geologi. Yogyakarta : Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Noor, djauhari.2009.Pengantar Geologi (edisi pertama).Pakuan : Universitas Pakuan.

More Documents from "shelyna putri"