TUGAS KEPERAWATAN PALIATIF
3-A1 Disusun Oleh Kelompok :
1.
DWI SAIRINA WATI
2.
TRI MUSTYARINI
3.
NAILUL MUNA
4.
WAKID TOHARI TOHIR
5.
BACHTIAR DANIES WARA
PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2018
I.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN PALIATIF A. Pengertian Perawatan paliatif adalah kesehatan terpadu yang aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintregrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidup nya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, sebelum meninggal sudah siap secara psikologis dan spiritual. WHO menekankan pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini : 1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal. 2. Tidak mempercepat atau menunda kematian. 3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu. 4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual. 5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayat. 6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita.
B. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif ( Rasjidi,2010 ) Perawatan paliatif terkait dengan seluruh bidang perawatan mulai dari medis, perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis yang baik. 1. Sikap
peduli
terhadap
pasien
termasuk
sensifitas
dan
empati.
Perlu
dipertmbangkan segala aspek dari penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi perawatan. 2. Menganggap pasien sebagai seorang individu Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang sama, namun tidak ada satu pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang harus inilah yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.
3. Pertimbangan kebudayaan Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan perawatan . 4. Persetujuan Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai atau diakhiri. Pasien yang telah di beri informasi dan setuju dengan perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan. 5. Memilih tempat dilakukannya perawatan Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah. 6. Komunikasi Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif. 7. Aspek klinis Perawatan yang sesuai Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang di derita pasien. Hal ini penting karena karena pemberian pareawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatn yang berlebihan beresiko untuk memberikan harapan palsu kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak etis. 8. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan palitif memberikan perawtan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang baik dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang maksimal kepada pasien dan keluarga . 9. Kualitas perawatan yang baik mungkin Perawtan medis secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan. Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.
10. Perwatan yang berkelanjutan. Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir merupakan dasar tujuan dari parawtan paliatf. Masalah yang sering terjadi adalah pasien di pindahkan dari satu tempat ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas perawatan. 11. Mencegah terjadinya kegawatan Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga harus diberituhukan sebelumnya mengenai masalah yang sering terjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan emosional. 12. Bantuan kepada sang perawat Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi perawatan. 13. Pemeriksaan ulang Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus menerus mengingat pasien dengan penyakit lanjut karena kondisinya akan cenderung dari waktu ke waktu.
C. Konsep Dasar Hukum Keperawatan Paliatif Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi : 1.
Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. Menkes NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007 ) a. Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif. b. Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim perawatan paliatif. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah di informasikan pada saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
c. Perawatan pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan umum yang berlaku. d. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang mempertimbangkan keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih. 2.
Medikolegal Euthanasia Euthanasia
adalah
dengan
sengaja
tidak
melakukan
sesuatu
untuk
memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
II. KUALITAS HIDUP PADA PASIEN PALIATIF Kanker merupakan istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh. Penyakit kanker sangat ditakuti oleh kebanyakan orang. Hal ini dikarenakan tingginya angka kematian yang disebabkan oleh Pada tahun 2008 sebanyak 7,6 juta penduduk dunia meninggal akibat kanker. Jumlah ini merupakan 13% dari seluruh kematian setiap tahunnya (Globocan, 2008 dalam WHO, 2011). WHO memperkirakan angka kematian akibat kanker akan meningkat secara signifikan pada tahun-tahun mendatang, dan akan mencapai sekitar 12 juta kematian pertahun di seluruh dunia pada tahun 2030. Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sulit dan hasilnya kurang memuaskan (Manuaba, 2008). Pada stadium lanjut, pasien kanker tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik, tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien. Dalam sebuah penelitian oleh Heydarnejad et al (2009), mengenai kualitas hidup penderita kanker pasca kemoterapi pada 200 pasien kanker, didapatkan sebanyak 22 (11%) pasien tingkat kualitas hidupnya baik, 132 (66%) pasien tingkat kualitas hidupnya sedang, dan 46 (23%) pasien tingkat kualitas hidupnya buruk. Oleh sebab itu, kebutuhan pasien tidak hanya pada pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin. Hal inilah yang dikenal sebagai perawatan paliatif (Menkes RI, 2007). WHO (2010) menyatakan bahwa semua pasien kanker membutuhkan perawatan paliatif. Hal ini berarti bahwa perawatan paliatif diberikan sejak awal diagnosa ditegakkan tanpa mempedulikan stadium
penyakit. Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Australian Palliative Care, yang menyatakan bahwa ketentuan perawatan paliatif tidak harus berdasarkan waktu, namun atas dasar kebutuhan fisik dan psikososial yang diidentifikasi dari pasien dan keluarga. Tidak semua orang dengan penyakit yang mengancam nyawa akan membutuhkan perawatan paliatif (Waller et al., 2011).
III. LEGAL ISSU KEPERAWATAN PALIATIF Prinsip –prisip Etik : 1. Autonomy (otonomi) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. 2. Non maleficienci (tidak merugikan) Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik dan psikologis pada klien. Prinsip tidak merugikan, bahwa kita berkwaiban jika melakukan suatu tindakan agar jangan sampai merugikan orang lain. 3. Veracity (kejujuran) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlikan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. 4. Beneficienec (berbuat baik) Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situsi pelayanan kesehatan, terjadi konflikantara prinsip ini dengan otonomi. 5. Justice (keadilan) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip–prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
6. Kerahasiaaan ( Confidentiality ) Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh di baca dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orang pun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh pasien dengan bukti pesetujuannya. 7. Akuntabilitas (accountability ) Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk enilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang man tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
IV. ILLNESS TRAJECTORY