Doc-20181126-wa0032.docx

  • Uploaded by: Maya Rumanti
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Doc-20181126-wa0032.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,538
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang bayi selama dalam kandungan telah mengalami proses tumbuh kembang sedemikian rupa, sehingga waktu bayi lahir berat badannya sudah mencapai berat badan normal. Pertumbuhan dan perkembangan bayi terus berlangsung sampai dewasa. Proses tumbuh kembang ini dipengaruhi oleh makanan yang diberikan pada anak. Makanan yang paling sesuai untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI), karena ASI memang diperuntukkan bagi bayi sebagai makanan pokok bayi. Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan juga merupakan proses yang normal dan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus-menerus dan penatalaksanaan yang terampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenangkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) melaporkan sebanyak 30 ribu kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian balita di seluruh dunia pada tiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian air susu ibu secara eksklusif selama 6 bulan sejak lahir tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan apapun kepada bayi. Pemberian air susu ibu dapat membentuk perkembangan intelegensia, rohani dan perkembangan emosional. WHO merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan life saving. Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 yang dilakukan oleh BPS setiap 5 (lima) tahunan, diperoleh hasil bahwa AKB di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan dari tahun 1994 sebesar 61/1.000 KH, turun menjadi 42/1.000 KH pada SDKI tahun 2002. Namun pada tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 46/1.000 KH. Pada tahun 2012, menurun kembali menjadi sebesar 40/1.000 KH, untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan grafik AKB hasil SDKI mulai tahun 1994-2012. Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) didasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan bahwa kontak bayi dengan ibunya seawal mungkin setelah lahir akan berdampak positif untuk perkembangan bayi. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses bayi mulai menyusu sendiri setelah dilahirkan. Segera setelah keluar dari rahim,

biarkan kulit bayi kontak langsung dengan kulit ibunya selama minimal satu jam untuk mencari sendiri sumber minumnya (ASI) Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Klinik Harapan Bunda Tahun 2014, melalui wawancara dari 8 orang ibu post partum, hanya terdapat 3 orang post partum yang mengetahui dengan baik tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), dan sikap positif tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi baru lahir dan terdapat 5 orang ibu post partum yang tidak mengetahui dengan baik tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada bayi baru lahir, hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan ibu mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) baik melalui petugas kesehatan ataupun media massa, ibu terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari atau ibu yang memang tidak perduli mengenai pentingnya dan manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Disamping itu sebagian ibu juga enggan untuk dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) B. Rumusan Masalah 1. Apa Yang Dimaksud Dengan Bounding Attachment , Cara Melakukannya , Manfaat Serta Faktor Penghambat? 2. Apa Yang Dimaksud Dengan Pemberian Asi Awal , Cara Melakukannya , Manfaat Serta Faktor Penghambatnya? 3. Apa Yang Dimaksud (IMD) Inisiasi Menyusu Dini , Cara Melakukannya , Manfaat Serta Faktor Penghambatnya? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa Yang Dimaksud Dengan Bounding Attachment , Cara Melakukannya , Manfaat Serta Faktor Penghambat? 2. Untuk mengetahui apa Yang Dimaksud Dengan Pemberian Asi Awal , Cara Melakukannya , Manfaat Serta Faktor Penghambatnya? 3. Untuk mengetahui apa Yang Dimaksud (IMD) Inisiasi Menyusu Dini , Cara Melakukannya , Manfaat Serta Faktor Penghambatnya?

BAB II PEMBAHASAN A. Bounding Attachment a.

Pengertian Bounding Attachment Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment.

Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Konsep ikatan perlahan-lahan berkembang, mungkin mulai di awal kehamilan dan berlanjut selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin seumur hidup setelah melahirkan. Bonding bukan sebuah proses magical atau seketika, juga bukan dirangsang menurut permintaan atau pesanan. Perasaan kehangatan yang dimulai kadang sudah dirasakan, bahkan sebelum konsepsi dan tentu selama kehamilan dan akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun setelah kelahiran. Ada kemungkinan bahwa pengalaman kelahiran yang baik (dapat memfasilitasi pertumbuhan cinta, karena ibu akan mengurangi rasa kekecewaan terhadap diri sendiri dan kondisi emosional ibu akan lebih terfokus untuk memberikan seluruh perhatian dirinya kepada bayinya. Kesulitan dalam proses persalinan yang mengecewakan dapat menghambat proses terjalinnya ikatan antara ibu dengan bayinya. Oleh karena itu penting juga memperhatikan kondisi psikologis ibu saat proses persalinan. Adapun beberapa definisi para ahli: 1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir. 2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab. 3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.

4. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu. 5.

Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.

6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir. 7.

Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitaskualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.

8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. 9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum. 10. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan. b. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berhasil atau Tidaknya Proses Bounding Attachment a) Kesehatan emosional orang tua Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini. b) Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masingmasing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud. c) Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.

d) Kedekatan orang tua dan anak Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya. e) Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin) Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik. c. Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment a) Pemberian ASI ekslusif Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. b) Rawat gabung Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga. c) Kontak mata (Eye to Eye Contact) Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya. Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai

efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya. d) Suara (Voice) Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh sairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga. e) Aroma /Odor (Bau Badan) Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu. f) Gaya bahasa (Entrainment) Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara. Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif. g) Bioritme (Biorhythmicity) Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.

Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar. h) Inisiasi Dini Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek sucking dengan segera. Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini : 1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat. 2. Reflek menghisap dilakukan dini. 3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai. 4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal). d. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment 1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama). 2. Sentuhan orang tua pertama kali. 3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak. 4. Kesehatan emosional orang tua. 5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan. 6. Persiapan PNC sebelumnya. 7. Adaptasi. 8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak. 9.

Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.

10. Fasilitas untuk kontak lebih lama.

11. Penekanan pada hal-hal positif. 12. Perawat maternitas khusus (bidan). 13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan. 14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment. e. Manfaat Bounding Attachment Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu: 1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial. 2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi. 3. Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak. f. Hambatan Bounding Attachment Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding attachment dan dapat dikatakan sebagai penghambat dalam bounding attachment adalah: 1. Kurangnya support sistem. 2. Ibu dengan resiko (ibu sakit). 3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik). 4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan. g. Peran Bidan dalam Mendukung Terjadinya Bonding Attachment 1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran. 2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan. 3.

Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar

4. Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi 5. Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan

6. Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. B. Pemberian Asi Awal Pada Bbl Rangsang isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Proklaktin inilah yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari-hari pertama, apabila penghisapan puting susu cukup adekuat, maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelahbayi berusia 10-14 hari.

Di masa laktasi, terdapat 2 mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks prolaktin reflek oksitosin yang berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus. Pada bayi terdapat 3 refleks : a. Refleks mencari puting susu (rooting reflex) Bayi akan menoleh ke arah dimana terjadinya sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang disentuh tersebut. b. Reflek menghisap (suckling reflex) Rangsangan puting susu pada langit langit bayi menimbulkan reflex menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan puting susu tertekan gusi, lidah dan langitlangit bayi sehingga sinus laktoferus dibawah areola dan ASI terpancar keluar. c. Refleks menelan

Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot do daerah mulut dan faring untuk mengaktifan reflex menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.

Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan ekslusif. Bayi baru lahir harus mendapatkan ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayinya setelah tali pusat terpotong. Keluarga dapat membantu ibu memulai pemberian ASI awal. Manfaat pemberian ASI secara dini : 1) Merangsang produksi ASI 2) Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam setelah pertama setelah lahir. Pedoman menyusui (WHO/UNICEF,BreastFeedingPromotion and Support, 2005) 1.

Mulai menyusui segera mungkin setelah melahirkan (dalam waktu satu jam)

2. Jangan

berikan

makanan

ataupun

minuman

lain

kepada

bayi

misalnya

air,madu,larutan gula. 3.

Berikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupannya.

4.

Berikan ASI sesuai dengan dorongan alamiah baik siang maupun malam (8-10 kali) atau lebih dalam 24 jam selama bayi mengiginkan.

C. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini adalah program yang sedang dianjurkan pemerintah pada bayi baru lahir, untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan bayi pada dada ibu, dan biarkan merayap untuk mencari puting susunya sendiri. Untuk melakukan program ini, harus dilakukan langsung setelah lahir, tidak boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.(15) Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan Protokol evidence based baru yang telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF mengenai asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan sebagai berikut : 1.

Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.

2.

Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan jika diperlukan.

3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain. b. Faktor-Faktor Pendukung Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan : 1.

Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini.

2.

Tempat bersalin dan tenaga kesehatan.

c. Lima Tahapan Perilaku (Pre-Feeding Behaviour) Sebelum Bayi Berhasil Menyusu Bayi baru lahir yang mendapatkan kontak kulit ke kulit segera setelah lahir, akan melalui lima tahapan perilaku sebelum ia berhasil menyusu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Yang Dianjurkan Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan : 1.

Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2.

Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.

3. Tali pusat di potong lalu diikat. 4.

Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5. Tanpa digendong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. d. Prosedur dan Gambaran Proses IMD

Berikut ini adalah tahap-tahap inisiasi menyusu dini : 1. Tempatkan bayi di atas perut ibunya dalam 2 jam pertama tanpa pembatas kain di antara keduanya (skin to skin contact), lalu selimuti ibu dan bayi dengan selimut hangat. Posisi bayi dalam keadaan tengkurap. 2. Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkungan luat uterus, ia akan mulai mencari puting susu ibunya. 3.

Hembusan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan bau payudara ibu, secara insting bayi akan mencari sembur bau tersebut.

4.

Dalam beberapa menit bayi akan merangkak ke atas dan mencari serta memegang puting susu ibunya, selanjutnya ia akan mulai menghisap.

5. Selama periode ini tangan bayi akan memasase payudara ibunya dan selama itu pula refleks pelepasan hormon oksitosin ibu akan terjadi. 6.

Ingat, selama periode ini bidan tidak boleh meninggalkan ibu dan bayi sendirian. Tahap ini sangat penting karena bayi dalam kondisi siaga penuh. Bidan harus menunda untuk memandikan bayi, melakukan pemeriksaan fisik, maupun prosedur lain.

e. Faktor-Faktor Yang Menghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Persalinan Normal Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien dengan persalinan normal tersebut, antara lain : a. Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post partum normal, dalam kondisi kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD). b. Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD.

f. Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Kegagalan inisiasi menyusu dini tersebut akan berpengaruh pada produksi ASI ibu. 2. Hal ini disebabkan karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi ASI ibu akan dilepaskan jika dipacu dengan isapan bayi pada puting ibu saat menyusui. 3.

Sementara itu, bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga menigkatkan imunitas tubuhnya.

4.

Jika tida tejadi keseimbangan antara produksi ASI ibu denag kebutuhan ASI yang diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI eksklusif 6 bulan pada bayi.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Bounding attachment merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Bonding attachment sangat diperlukan untuk bayi dan ibu terutama bagi ibu primipara. Bagi ibu primipara akan banyak mendapatkan pengalaman dan perubahan yang dialami sangat banyak setelah melahirkan karena adanya pergantian peran dari seorang ibu yang dulunya belum pernah memiliki anak dan tidak tahu cara merawat anak,sekarang sudah berganti peran dan mau tidak mau ibu tersebut harus dapat mengambil peran antaralain merawat bayi, memberi ASI dan masih banyak lagi peran yang berubah setelah melahirkan. Ibu di sini tidak hanya focus pada perubahan dirinya dan perawatan untuk dirinya sendiri namun ibu harus bisa merawat bayinya juga. Bounding attachment juga tidak hanya untuk ibu yang primipara namun juga untuk ibu yang multipara. Pemberian ASI eksklusif dengan melakukan IMD dan rawat gabung merupakan cara yang baik untuk menerapkan bounding attachment. B. Saran Masih banyak sekali bidan atau tenaga kesehatan yang belum melakukan hal ini begitu bayi lahir. Banyak yang melakukan inisiasi menyusu dini namun hanya sebentar saja. Bayi langsung di bawa ke ruang bayi tanpa mendapatkan kontak dengan ibunya secara maksimal.sehingga diharapkan IMD benar benar diterapkan dengan baik oleh petugas terutama bidan.

DAFTAR PUSTAKA https://www.youtube.com/results?search_query=bounding+attachment+adalah

http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2012/05/boundingattachment.html

http://ilmudaninformasikebidanan.blogspot.com/2017/01/makalah-asuhan-pada-bayibaru-lahir-dan.html

http://akulahbidanewa.blogspot.com/2014/03/askeb-bbl-normal-2-jam-pertama.html

https://www.google.com/search?q=prosedur+langkah+imd&safe=strict&client=firefoxb &source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiR0_O_ianeAhVFso8KHQ7CnUQ_A UIDygC&biw=1366&bih=654#imgrc=ri5K0B0BHXDljM:http://diyahhalsyah.blogspot. com/2015/05/makalah-inisiasi-menyusui-dini-imd.html

More Documents from "Maya Rumanti"