Do A

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Do A as PDF for free.

More details

  • Words: 1,632
  • Pages: 5
Doa

Berdoa merupakan suatu tempat di dalam hidup manusia dimana relasi dengan Tuhan terjalin. Di dalam pengalaman banyak orang, doa merupakan bagian terpenting dalam hidup di mana perubahan dan ketenangan hidup terjadi. Bahkan tidak jarang orang melalui doa mengalami pengalaman spektakuler, seperti St Yohanes Bosco misalnya. Menurut kesaksian orang jika Yohanes Bosco berdoa, ia bisa melayang di udara. Atau juga kisah perjalanan doa Padre Pio. Padre Pio ketika berdoa diguncang oleh setan dan di lempar ke sana kemari. Setan ingin agar padre Pio berhenti berdoa. Pengalaman doa ini begitu luas dan bervariasi. Ada banyak peristiwa yang oleh karena keterbatasan tempat untuk dituliskan tidak bisa dicantumkan di sini. Hanya melalui pengalaman-pengalaman itu kita bisa mencoba mensarikan makna doa itu agar kita dapat sedikit banyak memetik buah yang berguna dan menjalani sendiri pengalaman itu dalam hidup kita.

1. Makna doa Menurut katekismus lama Gereja Katolik doa adalah mengangkat hati dan budi kepada Tuhan. Thomas Green membagi devinisi ini menjadi tiga, pertama Tuhan itu jauh ada di luar pengalaman hidup kita. Kedua doa itu mengandaikan usaha dari pihak manusia. Ketiga doa itu melibatkan hati dan budi, yakni pengertian, perasaan dan kemauan manusia. (Green, 28) Pandangan ini kemudian dimengerti secara sempit oleh Pelagius. Pelagius mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menemui Tuhan secara mutlak atas usahanya sendiri dengan mengabaikan kemutlakan rahmat Allah (Green, 28-29). Pelagius dinyatakan sesat oleh Gereja. Gereja berpendapat bahwa selain usaha manusia yang terpenting adalah adanya rahmat dari Tuhan. Doa merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karena itu konsep mengenai ritus untuk mendapat sesuatu ditolak. Kerapkali kita melihat dan mendengar bahwa ada orang yang berpendapat bahwa kalau kita mendoakan doa tertentu selama beberapa kali doa kita pasti terkabul. Doa bukan merupakan suatu ritus yang dibuat sehingga Tuhan terpaksa untuk memenuhinya atau istilah singkatnya Tuhan dapat kita kendalikan melalui doa-doa kita. Lebih dari itu doa adalah sesuatu yang mengalir dari ketulusan hati dan budi manusia. Ketulusan hati dan budi ini lah yang menggerakkan hati Tuhan untuk memberikan anugerah-anugerahNya. St Teresia dari Avilla dalam bukunya berjudul

Puri batin mengatakan doa adalah bukan berpikir banyak, melainkan mencinta banyak. (Green, 33) Dalam konteks sekarang ini doa dimengerti bukan hanya berdoa dan berbicara secara langsung kepada Tuhan, melainkan juga melaluui peristiwa kehidupan manusia. Saat ini banyak orang meyakini bahwa proses iman dan doa terjadi dalam segala peristiwa hidup. Seluruh pengalaman hidup merupakan bagian dari doa manusia. Bagaimana hal ini dimengerti? Kita akan berbicara lebih panjang mengenai hal ini pada bagian doa di zaman modern.

2. Disposisi batin orang berdoa Kardinal Carlo Martini dalam bukunya berjudul “Menyelami Alam Doa” mengatakan bahwa disposisi batin orang berdoa merupakan hal penting. Bila orang berdoa dan tidak menghormati Allah, maka sesungguhnya ia tidak pernah bisa masuk k e dalam alam doa. Doa selalu terkait dengan apa yang kita alami dan rasakan. Untuk itu Cardinal Martini memberikan contoh, yaitu melalui mazmur 8. Di sana diungkapkan mengenai keagungan Tuhan: (Martini, 13) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! KeagunganMu yang mengatasi langit dinyanyikan. Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatangbinatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

Bagi Carlo Martini doa adalah sesuatu yang amat sederhana. Sesuatu yang memancar dari mulut dan hati anak kecil. Doa adalah jawaban langsung yang terbit dari hati ketika berhadapan dengan keagungan ciptaan. Di dalam doa kita diajak untuk meneliti batin dan kesejatian kita dan selanjutnya kita perlu mendengarkan Roh yang ada dalam diri kita untuk berdoa. Bagi Carlo Martini manusia dalam dirinya sendiri tidak bisa sampai kepada Tuhan, Roh yang ada dalam diri manusia itulah yang menyampaikan kesejatian dan apa yang kita rasakan kepada Tuhan. “Roh berdoa di dalam diriku” (Rom 8:14-27). (Martini, 14-15).

Selanjutnya sikap batin yang dibutuhkan di dalam berdoa adalah menghayati diri kecil di hadapan Tuhan. Hal ini dapat dilihat melalui kisah panggilan Petrus menurut Lukas. Saat itu Petrus menyaksikan Yesus mengajar dengan menggunakan perahunya. Setelah itu Yesus meminta Petrus bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menjala ikan di sana. Petrus berkat, “Guru telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga”. (Luk 5:5). Setelah mereka menebarkan jala , mereka menangkap sejumlah besar ikan sehinga jala pun mulai koyak. (Luk %:6). Petrus melihat itu lalu ia tersungkur di hapan Yesus berkata, “Tuhan, pergilah daripadaku , karena aku orang berdosa.” (Luk 5:8). Perjumpaan dengan Tuhan senantiasa mendebarkan dan kita merasa rendah di hadapannya. Disposisi ini merupakan sikap batin yang harus ada dalam berdoa. Doa bukan suatu pemaksaan terhadap Allah, melainkan kita menyadari sebagai manusia yang lemah berhadapan dengan Allah yang begitu besar dan agung, namun penuh belas kasih dan cinta.

3. Macam-macam doa Di dalam katekismus lama berdoa berarti terkait dengan 4 hal. Pertama sembah sujud (kepercayaan), kedua bertobat, ketiga bersyukur dan terakhir memohon (Green, 32). Melalui doa ini kita menjadi jelas bahwa doa merupakan ungkapan spontan manusia terhadap Tuhan terkait dengan kehidupannya. Di dalam doa itu orang berbincang-bincang dan membangun relasi yang semakin intim dengan Tuhannya. Di dalam tradisi Gereja Katolik kita mengenal pelbagai macam doa, seperti doa Rosario, doa melalui bunda Maria, devosi kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus, doa novena St. Antonius Padua, doa Yesus, meditasi, kontemplasi dan seterusnya. Doadoa yang beraneka ragam itu merupakan sarana yang dapat mengantar kita menuju perbincangan dengan Tuhan. Setiap kali kita mendoakan Rosario kita bukan hanya mendoakan begitu saja, melainkan ada kehendak dan ungkapan batin yang terjadi. Selalu saja di mana kita berdoa dan bagaimanapun kita berdoa ada unsure perasaan manusia yang bekerja. Misalkan pada saat doa Rosario kita menyelipkan intensi tertentu untuk didoakan. Atau pada saat kita mengucapkan butir-butir doa salam Maria, perasaan kita mengalir dalam ungkapan doa tersebut dan seakanakan kita sedang duduk bersama dengan bunda Maria yang mengerti segala peristiwa hidup kita, dan seterusnya. Puncak di dalam doa adalah perbincangan dengan Tuhan atau yang biasa diistilahkan dengan wawancara dengan Tuhan. Wawancara dengan Tuhan ini melibatkan seluruh kedirian kita. Saat itu kita sedang bersimpuh di hadapan Tuhan dengan segala hal yang ada pada kita dan ada unsur kepercayaan, penyerahan dan peneguhan. Situasi ini dapat dilihat pada saat hening, konsentrasi dan perubahan batin pada saat kita berdoa.

4. Doa dalam perkembangan modern saat ini Teilhard de Chardin mengatakan, “Saya percaya bahwa mistik lebih sedikit berbeda, lebih sedikit terpisah dari yang rasional daripada yang dikatakan orang, tetapi saya juga percaya bahwa keseluruhan masalah yang ada di dunia dan kita secara khusus, adalah masalah iman” (King, 103). …………. Teilhard meyakini bahwa doa bukan hanya terjadi di dalam konteks doa dalam arti klasik, melainkan seluruh kehidupan manusia adalah ungkapan doa. Hal ini memang sulit untuk dapat dimengerti, namun bukan suatu hal yang tidak mungkin. Hal ini menjadi agak sulit dimengerti karena ada latarbelakang pengalaman yang begitu mendalam menyertai pernyataan itu. Untuk itu saya akan berupaya menjelaskannya dengan beberapa tahap. Pertama kita kembali pada pengertian doa, yaitu mengangkat hati dan budi kepada Tuhan. Tujuan mengangkat hati dan budi adalah berdialog dan berbincang-bincang dengan Tuhan, sehingga kita memiliki relasi yang dekat dan intim dengan Tuhan. Kedua berdasarkan statement pertama ini kita mau melihat jalan-jalan kehidupan. Di dalam jalan-jalan kehidupan manusia ada kerinduan untuk memperoleh kebahagiaan. Manusia berjuang untuk memperoleh kebahagiaan ini dengan beraneka cara. Ada yang berpikir mengenai karier, harta, pergi melihat alam, ketenangan dan kesunyian, relasi dengan orang lain dan sebagainya. Namun kalau mau ditelusuri lebih jauh perasaan-perasaan apa yang membuat manusia bahagia, kita akan menemukan bahwa manusia bahagia ketika mereka mengalami kedamaian, ketenangan, keindahan, semangat, cinta, dan keagungan. Semua bentuk atau pencapaian yang dinyatakan sebagai yang membuat bahagia bisa jadi adalah cara atau metoda atau ilusi. Saya menyadari ketika menuliskan mengenai kata ilusi ini saya membuka suatu jendela baru yang mana saya perlu menjelaskan lebih. Dalam pencapaian menuju kebahagiaan manusia berusaha sesuai dengan pengalaman dan kemampuannya.Bila seseorang tersebut tidak dapat mengenal dirinya sendiri secara utuh, dampaknya adalah dia tidak mengetahui bentuk pencapaian apa yang perlu dilakukan di dalam hidupnya supaya ia bahagia. Maka bentuk-bentuk pencapaian itu akan dipolakan sebagaimana pandangan masyarakat memandang atau ide tertentu, contohnya adalah menjadi dokter, pengusaha, banyak uang dan seterusnya. Semua hal yang bukan otentik berasal dari kedalaman diri pribadi adalah ilusi. Setelah pergi sedikit ke jendela lain tadi mari kita kembali ke jalan semula. Seperti diungkapkan di atas kebahagiaan manusia diraih ketika mengalami perasaanperasaan positif, seperti kedamaian, ketenangan, keindahan, semangat, cinta, dan keagungan. Perasaan-perasaan itu yang memberikan ciri kebahagiaan di dalam hidup manusia. Ketiga pada suatu ketika saya bertanya kepada murid-murid SMU Gonzaga mengenai perasaan apa yang kalian rasakan ketika berdoa. Mereka menyebutkan: perasaan tenang dan damai, semangat, dicinta, terharu akan kasih Tuhan, senang

dan gembira. Jika demikian kita dapat menyatakan bahwa ada kemiripan pencapaian kehidupan yang bahagia di dalam hidup ini dengan saat-saat kita berdoa. Tujuan dalam doa adalah berelasi dengan Tuhan dan perasaan-perasaan positif itu akan menyertai. Berangkat dari sana kita dapat memberikan suatu pertanyaan refleksi. “Apakah tujuan doa dan tujuan hidup itu adalah sama?” Teilhard dan tokoh-tokoh mistik abad modern, seperti Thomas Merton akan mengatakan “ya”. Tujuan keduanya adalah berjumpa, bersatu dan semakin intim dengan Tuhan. Setiap orang, apakah ia menyadari atau tidak menyadari, memiliki keterarahan untuk berjumpa dan bersatu dengan Tuhan. Selama ia belum dapat memenuhinya maka hidupnya dapat dinyatakan belum bahagia.

5. Bibliography: 1. Green, Thomas, 1993, Bimbingan Doa: Hati Hati Terbuka Bagi Allah, Yogyakarta: Kanisius. 2. Martini, 1990, Menyelami Alam Doa, Yogyakarta: Kanisius. 3. King, Ursula, 1981, Towards a New Mysticism, New York: The Seabury Press.

Related Documents

Do , A
October 2019 32
Do A
May 2020 15
Do A
June 2020 9
Do A
June 2020 13
Do A
May 2020 12
Do A
April 2020 9