Dm.docx

  • Uploaded by: Anonymous f7utKTgr
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,541
  • Pages: 15
2.1.1 Definisi Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa, dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu kadara gula darah yang tingginya sudah membahayakan. Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh sel khusus di pancreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormone pancreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes. Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar gulanya, obat yang di minum, atau suntukan insulin secara teratur. Meskipun begitu, penyakit ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan stroke.

2.1.2 Penyebab 1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI) 1) Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya. 2) Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. 3) Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas. 2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: 1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) 2) Obesitas 3) Riwayat keluarga 4) Kelompok etnik

2.1.3 Klasifikasi Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut : 1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa. 2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM) DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 30 dengan catatan pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi dari pada rata-rata orang dewasa. 3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM. 4. Diabetes Melitus Gestasional (GDM) Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.

2.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999). Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat

menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995). 1. Diabetes Tipe I Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel ? pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi). 2. Diabetes Tipe II Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel ? tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat danterjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur. 3. Diabetes Gestasional Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.

2.1.5 Manifestasi Klinis Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut : Pada tahap awal sering ditemukan : 1. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

2. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum. 3. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah. 4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus 5. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak. 2.1.6 Komplikasi Komplikasi Komplikasi yang berkaitan ke dua tipe Diabetes Melitus diatas di golongkan, antara lain : 1. Komplikasi Akut 1) Ketoasidosis Diabetik adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih 300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk mengurangi kadar

glukosa

darah

dan

memperbaiki

asidosis

berat,

elektrolit,

ketidakseimbangan cairan. Adapun faktor pencetus Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik, alkohol, gagal diet, kurang cairan, kegagalan pemasukan insulin, stress, emosional, dan riwayat penyakit ginjal 2) Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima jumlah insulin yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya untuk mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala dan palpitasi), juga akibat

kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang tumpul dan koma). 2. Komplikasi jangka panjang 1) Mikroangiopati Diabetik merupakan lesi spesifik Diabetes Melitus yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-otot dan kulit. 2) Makroangiopati Diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan karena insufisiensi insulin yang menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler. Gangguan–gangguan ini berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperproteinemia

dan

kelainan

pembekuan

darah.

Pada

akhirnya

makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark miokardium (Price, S. A. & Wilson L.M, 2006).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria, polidipsia, lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja abnormal belum cukup untuk diagnosis klinis DM. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurangkurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan yang sama. Cara pemeriksaan TTGO 1) Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa 2) Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak 3) Puasa semalam, selama 10-12 jam 4) Glukosa darah puasa diperiksa

5) Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam waktu 5 menit 6) Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa 7) Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

2.1.8 Penatalaksanaan Tujuan jangka pendek adalah menghilangkan keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka panjang adalah mencegah komplikasi, tujuan tersebut dilakukan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri. Kegiatan utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu : 1. Diet Penderita DM ditujukan untuk mengatur santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70 %) protein (10-15 %), dan lemak (20-25 %) yang dimakan setiap hari. Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung sekali terhadap pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai BB ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari, jumlah kandungan serat 25 gram perhari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi apabila terjadi hipertensi, pemanis dapat digunakan secukupnya. 2. Pengaturan Aktifitas Fisik Latihan fisik atau bekerja mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah penderita DM. Latihan fisik membantu mempermudah transport glukosa ke dalam sel. Agar penderita dalam melakukan pengaturan kadar glukosa yang lebih baik, maka diperlukan pengaturan waktu yang tepat dalam melakukan latihan fisik. 3. Agen Hipoglikemi Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan melakukan latihan jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum turun, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemi (oral/suntikan

2.1.9 Pengkajian Diabetes Melitus Secara Umum 1. Biodata Biodata klien : nama, jenis kelamin, agama, penfifikan, pekerjaan, No. CM, tanggal masuk, tanggal pengkajian.

Biodata penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, gama dan hubungannya dengan klien 2. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama Biasanya pada klien ganggren akibat diabetes mellitus yaitu nyeri pada daerah luka gangren, sering BAK, selalu lapar dan haus 2) Riwayat kesehatan sekarang Merupakan lanjutan dari keluhan utama biasanya tergantung dari ganas/tidaknya. Rasa sakit akan bertambah bila klien banyak aktifitas, bila klien istirahat maka rasa nyeri akan berkurang 3) Riwayat kesehatan dahulu Merupakan faktor pencetus menuju predisposisi dari penyakit klien yang sekarang sedang diderita oleh klien 4) Riwayat kesehatan keluarga Dalam keluarga biasanya ada yang menderita penyakit yang sama. 3. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum Dari keadaan inikita dapat mgetahui keadaan klien secara umum, apabila klien sakit ringan, sedang, berat. 2) Tanda-tanda vital Dapat ditemukan peningkatan system, denyut nadi dan disritmia 3) Sistem kardiovaskuler Didapatkan dari palpasi dan disritmia 4) Sistem respirasi Pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan 5) Sistem penglihatan Biasanya penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi kronik 6) Sistem integument Pada pasien diabetes mellitus biasanya terdapat luka-luka basah, rambut halus, polidipsia 7) Sistem neurosensor Kadang didapatkan insomnia, konjngtiva merah 8) Sistem musculoskeletal Biasanya karena luka sudah menyebar maka dilakukan amputasi

4. Kebutuhan aktifitas sehari-hari Klien biasanya mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas sehrihari karena adanya kelemahan 5. Data Psikologis Klien biasanya merasa cemas karena takut akan bertambah besar dan takut tidak akan disembuhkan 6. Data social Adanya perubahan peran fungsi klien dan keluarga maupun lingkungan 2.1.10 Penyimpangan KDM Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup, kehamilan, obesitas

Sel beta pankreas rusak/terganggu

Produksi insulin

Katabolisme protein

Glukagon meningkat

BUN

as.amino

hiperglikemi

hiperosmolitas

As.laktat

Glukosuria

koma

diuretik osmotik

kalori keluar

Glukoneogenesis Sel kelaparan

Poliuri Protein tubuh hilang

poliphagi

prod.energi metabolisme dehidrasi Ketidakseimbangan nutrisi

Respon perd darah lambat

kelelahan

polidipsi

Resiko Infeksi

Kelelahan

Kekurangan vol cairan

Kurang pengetahuan

2.1.11 Diagnosa keperawatan Diabetes Melitus

1. Kekurangan volume cairan 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 3. Resiko infeksi 4. Keletihan 5. Kurang pengetahuan 2.1.12 Renpra Diabetes Melitus 1. Kekurangan volume cairan Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.....x2 jam keseimbangan cairan pasien normal dengan indikator : 1. TD dalam rentang yang diharapkan 2. CVP dalam rentang yang diharapkan 3. Tekanan arteri ratarata dalam rentang yang diharapkan 4. Nadi perifer teraba 5. Keseimbangan intake dan output dalam 24 Faktor yang jam berhubungan : 6. Suara nafas tambahan 1. Kehilangan cairan tidak ada aktif 7. Berat badan stabil 2. Kehilangan volume 8. Tidak ada distensi cairan secara aktif vena 3. Kegagaalan 9. Tidak ada edema mekanisme perifer pengaturan 10. Hidrasi kulit 11. Membran mukosa basah 12. Ht dbn 13. Tidak ada haus yang abnormal KEKURANGAN VOLUME CAIRAN Definisi : Penurunan cairan intravaskuler interstisial dan intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium. Batasan karakteristik : 1. Peningkatan konsentrasi urin 2. Haus 3. Kelemahan

NIC MONITOR CAIRAN 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan (hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati) 3. Monitor berat badan 4. Monitor serum dan elektrolit urine 5. Monitor serum dan osmolaritas urine 6. Monitor BP, HR, RR 7. Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung 8. Catat secara akurat intake dan output 9. Monitor membran mukosa dan turgor kulit, serta rasa haus 10. Monitor warna dan jumlah

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaborasi KETIDAKSEIMBANG AN NUTRISI : KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH Definisi : keadaan dimana individu mengalami intake nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolik Faktor yang berhubungan: 1. Ketidakmampuan menelan 2. Penyakit kronik 3. Intoleransi makanan 4. Kesulitan mengunyah 5. Mual 6. Muntah 7. Hilang nafsu makan

Rencana keperawatan NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama....x24 jam status nutrisi pasien normal dengan indikator : 1. Intake nutrien normal 2. Intake makanan dan cairan normal 3. Berat badan normal 4. Massa tubuh normal 5. Pengukuran biokimia normal

NIC MONITOR NUTRISI 1. Berat badan pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakuakn 4. Monitor lingkungan selama makan 5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 6. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 7. Monitor turgor kulit 8. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht 9. Monitor makanan kesukaan 10. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 11. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 12. Monitor kalori dan intake nutrisi 13. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval 14. Catat jika lidah berwarna megenta, scarlet

3. Resiko Infeksi Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaborasi RESIKO INFEKSI Definisi : peningkatan resiko masuknya orgaanisme patogen. Faktor resiko : 1. prosedur infasif 2. ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen 3. trauma 4. kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan 5. ruptur membran amnion 6. agen farmasi 7. malnutrisi 8. peningkatan paparan lingkungan patogen 9. imunosupresi 10. ketidakadekuatan imun buatan 11. tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, leukopenia, penekanan respon inflamasi)

Rencana keperawatan NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.....x24 jam pasien mengetahui cara mengontrol infeksi dengan indikator : 1. Mendeskripsikan proses penularan Penyakit 2. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi terhadap proses penularan penyakit 3. Mendeskripsikan tindakan yang dapat dialkukan untuk pencegahan proses penularan penyakit 4. Mendeskripsikan tanda dan gejala infeksi 5. Mendeskripsikan penatalaksanaan yang tepat untuk infeksi

NIC KONTROL INFEKSI Definisi : meminimalkan mendapatkan infeksi dan transmisi agen infeksi Intervensi : 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien Lain 2. Pertahankan teknik isolasi 3. Batasi pengunjung bila perlu 4. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung 5. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan 6. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 7. Gunakan universal precaution dan gunakan sarung tangan selma kontak dengan kulit yang tidak utuh 8. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan 9. Berikan terapi antibiotik bila perlu 10. Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor 11. Kaji temperatur tiap 4 jam 12. Catat dan laporkan

hasil WBC

laboratorium,

4. Keletihan (00093), domain : 4 aktivitas/istrahat, kelas : 3 keseimbangan energi. Diagnosa Keperawatan Keletihan (00093) Domain : 4 Aktivitas Kelas : 3 Keseimbangan Nutrisi Definisi : Rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus. Batasan karakteristik : 1. Penurunan Konsentrasi 2. Penurunan Libido 3. Mengantuk 4. Menungkatnya keluhan fisik 5. Intropeksi 6. Menurunnya kinerja 7. Lesu atau tidak bergaira 8. Keletihan Faktor yang berhubungan : 1. Ansietas 2. Depresi, Stress 3. Kebisingan 4. Suhu 5. Cahaya 6. Pekerjaan 7. Anemia 8. Keadaan penyakit

Rencana keperawatan NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan .... x24 jam status energi pasien normal dengan indikator : 1. Mempetahankan interaksi sosial yang biasanya. 2. Mempertahankan kemampuan untuk berkonsentrasi 3. Mempertahankan nutrisi yang adekuat. 4. Kesimbangan antara aktivitas dan istrahat. 5. Melaporkan energi terpulihkan setelah istrahat.

NIC Manajemen energi : 1. Ajarkan pasien dan orang terdekatnya untuk mengenali tanda dan gejala keletihan. 2. Pantau pemberian dan efek stimulan dan depresa. 3. Pantau dan catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya. 4. Pantau asupan nutrisi. 5. Kolaborasi dengan ahli gizi. 6. Batasi jumlah dan gangguan pengunjung. 7. Tingkatkan istrahat pasien.

5. Kurang Pengetahuan Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaborasi KURANG PENGETAHUAN: PROSES; PENGOBATAN Definisi: Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif tentang hal yang spesifik. Batasan karakteristik: 1. Mengungkapkan masalah 2. Tidak tepat mengikuti perintah 3. Tingkah laku yang berlebihan (histeris, apatis, sikap bermusuhan, agitasi) Faktor yang berhubungan : 1. Kurang paparan 2. Mudah lupa 3. Misintepretasi informasi 4. Kurang keinginan untuk mencari informasi

Rencana keperawatan NOC

NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama....x24 jam psien mengetahui tentang proses penyakit dengan indikator pasien dapat : 1. Mendeskripsikan proses penyakit 2. Mendeskripsikan faktor penyebab 3. Mendeskripsikan faktor resiko 4. Mendeskripsikan efek penyakit 5. Mendeskripsikan tanda dan gejala 6. Mendeskripsikan perjalanan penyakit 7. Mendeskripsikan tindakan untuk menurunkan progresifitas penyakit

TEACHING : PENGETAHUAN PROSES PENYAKIT 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik 2. Jelaskan patofisiologi 3. Gambarkan proses penyakit 4. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat 5. Sediakan informasi tentang kondisi pasien 6. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien 7. Sediakan pengukuran diagnostik yang tersedia

dar

More Documents from "Anonymous f7utKTgr"

Adab Bertamu.docx
November 2019 9
Dm.docx
November 2019 10
Sap Cuci Tangan.docx
November 2019 24
Intake System.docx
May 2020 102