INISIASI 2 1. Apa sebetulnya hakikat manusia menurut ajaran islam? 2. Bagaimana martabat manusia menurut ajaran islam? 3. Bagaimana tanggung jawab manusia menurut ajaran islam?
1. Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas. -Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33). -Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan. -Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif. Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain. 2. Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt. Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum
menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
3. Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Di mana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan. Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda, Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. - Macam-Macam Tanggung Jawab a. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri Manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai mana kehidupan manusia mempunyai beban dan tanggung jawab masing-masing. b.Tanggung jawab terhadap keluarga Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. c.Tanggung jawab terhadap masyarakat Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. d. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara Suatu kenyataan bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-
ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kan kepada negara. e. Tanggung jawab terhadap Tuhan Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.
DISKUSI INISIASI 3 ( 17 OKTOBER – 23 OKTOBER )
1. Bagaimana sejarah konsep civil society dan masyarakat madani? 2. Pancasila merupakan platform bersama, sebanding dengan Piagam Madinah. Jelaskan! 3. Bagaimana tinjauan Islam terhadap hak asasi manusia? Jawab : 1. a. Sejarah Konsep Civil society : Istilah Civil society mula-mula muncul di inggris dalam masa-masa awal perkembangan kapitalisme modern, yang konon merupakan implikasi pertama penerapan ekonomi Adam Smith dengan karyanya The Wealth Of Nation. Dengan adanya pandangan ekonomi Smith, yang dalam prosesnya terbentur kepada pembatasan-pembatasan oleh pemerintah dalam bidang ekonomi, maka pmenyulitkan para usahawan dalam mengembangkan usahanya, sehingga para usahawan menuntut adanya ruang kebebasan untuk mengembangkan usaha mereka, maka terwujudlah ruang kebebasan yaitu civil society yang merupakan penengah antara kekuasan pemerintah dan rakyat. Gagasan dan ide tentang civil society muncul kembali setelah Gorbachev menggagas ide tentang keterbukaan. B. Sejarah Konsep Masyarakat Madani : Sedangkan masyarakat madani merujuk pada masyarakat madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad yang dibangun di Madinah. Madinah itu sendiri adalah bahasa Arab yang memiliki pengertian yang sama dengan bahasa Ibrani. Ketika Nabi Musa mampu membebaskan masyarakatnya dari mental budak menjadi mental sebagai warga masyarakat yang merdeka dengan ciri taat pada hukum yang dalam bahasa Ibrani mereka itu disebut dengan medinat yang berarti masyarakat beradab karena taat kepada hukum dan aturan. Dalam perkembangannya perkataan medinat berarti negara. Dalam pengembangan dan pelurusannya, negara itu hampir sama dengan pengertian negara kebangsaan yaitu suatu negara yan terbentuk demi kepentingan seluruh bangsa yang menjadi warganya, bukan untuk penguasa arau rajanya. Ketika Nabi mengubah kota Yatrsib menjadi Madinah pada waktu itu, maka Nabi sebenarnya mendeklarasikan terbentuknya suatu masyarakat yang bebas dari kedzaliman tirani dan taat hanya kepada hukum dan aturan untuk kesejahteraan bersama. asyarakat madani yang dideklarasikan oleh Nabi adalah masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis, dengan landasan takwa kepada Allah dan taat kepada ajaranNya 2. Dalam perspektif Islam, sebagaimana digagas oleh Nurcholish Madjid, cendekiawan muslim Indonesia, Pancasila merupakan kalimatun sawa sebagai dasar untuk merangkum semua pluralitas agama dan social dalam suatu wadah yang bernama negara Indonesia. Piagam Madinah merupakan dokumen politik yang dibuat oleh umat Islam untuk merekonsiliasi pelbagai kepentingan sukuisme di Madinah setelah Nabi menjadi pemimpinnya sebagai landasan bagi toleransi di antara berbagai umat yang ada. Konstitusi ini merupakan formulasi prinsip-prinsip kesepakatan antara kaum muslimin madinah di bawah kepemimpinan Rosululloh dengan berbagai kelompok bukan muslimin, untuk
menbangun masyarakat politik bersama. Dalam dokumen historis itu termuat prinsip-prinsip mengenai kebebasan beragama, hak setiap orang untuk hidup, hak menjalani hubunganhubungan ekonomi, dengan golongan-golongan lain, kewajiban partisipatif dalam mempertahankan peranan dan keamanan bersama. Tidak pernah terbesit dalam pikiran Rosululloh dan para pengikut beliau bahwa Konstitusi Madinah merupakan agama baru mereka. Umat Islam Indonesia juga tidak memandang Pancasila dan UUD 1945 sebagai alternatif terhadap agama Islam. Dengan Piagam Madinah tersebut Rosululloh dan umat Islam bersama umat yang lain membangun sebuah masyarakat madani, sebuah masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis. 3. Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu A’la Almaududi, 1998). Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak tersebut, misalnya sholat. Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak untuk mengelola harta yang dimilikinya. Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier (tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Mas’udi, 2002).
INISIASI 5 1) Jelaskan pengertian agama baik secara etimologis maupun secara terminologis? 2) Jelaskan klasifikasi agama menurut al-Maqdoosi! 3) Jelaskan pengertian moral, budi pekerti, akhlak, etika dan hubungan di antara semuanya! 4) Meskipun akal bisa dijadikan sumber akhlak, akan tetapi ia tetap agama adalah sumber yang mutlak. Mengapa? Jelaskan! 5) Jelaskan pengertian agama sebagai sumber akhlak!
1. A. Secara etimologi, kata “agama” bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju keteraturan dan ketertiban. Agama juga disebut dengan istilah din. Dalam bahasa Semit, din berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. B. Secara terminologi agama, religi dan din : suatu tata kepercayaan atas adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata penyembahan kepada yang Agung tersebut, serta suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang agung, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam yang lain, sesuai dengan tata kepercayaan dan tata penyembahan tersebut. Dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah ad-din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.
2. Klasifikasi agama menurut al-Maqdoosi, dalam bukunya Living Religious of The World mengklasifikasikan agama sebagai berikut : a. Revealed and non-revealed ( Agama wahyu dan bukan wahyu ) Adapun yang dimaksud dengan “revealed religions” (agama wahyu) ialah agama yang menghendakai iman kepada Tuhan, kepada para Rasul-rasul-Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia. Sedangkan sebaliknya “non-relevead religions” agama yang tidak memandang essensial penyerahan manusia kepada tata aturan Ilahi. Yang
dimaksud revealed religion, menurut Al-Masdoosi, ialah Yudaisme, Kristen dan Islam. Selebihnya termasuk pada non-relevead religions. Agama-agama wahyu bersangkutan dengan ras Semitik b. Agama Missionary dan Agama non-Missionary (Agama missionari dan bukan missionary ) Sir T.W. Arnold memasukan Buddhisme, Kristen dan Islam pada golongan agama missionary. Sedangkan Yudaisme, Brahmanisme dan Zoroasterianisme dimasukkan pada golongan non missionary. c. Klasifikasi Rasial Geografikal ( Agama dari segi rasial dan geografikal ) Ditinjau dari segi rasial dan geografikal agama-agama di dunia ini dapat dibagi atas : Semitik, Arya, Monggolian. Yang termasuk agama Semitik ialah agama Yahudi, agama Nasrani dan agama Islam. Sedangkan yang tergolong agama bukan Semitik Arya ialah Hinduisme, Jainisme, Sikhisme dan Zoroasterianisme. Sedangkan yang tergolong non Asemitik Monggolian ialah Confusianisme, Taoisme dan Shintoisme. “Adapun Buddhisme”, menurut AlMasdoosi, “tidak dapat begitu saja dimasukkan ke dalam golongan agama non Semitik Arya, tetapi merupakan campuran antara Arya dan Mongolian”.
3. - Moral : adalah ajaran tentang tindakan seseorang yang dalam hal sifat, perangai, kehendak pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat di katakan benar atau salah, baik atau buruk./ tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan sosial tertentu. - Budi pekerti adalah perpaduan dari hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia. - Akhlak adalah suatu keadaa yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan pemikiran lebih lanjut. - Etika : secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia/ etika sebagai tingkah laku perbuatan manusia di pandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat di tentukan akal. - Hubungan nya : Moral, etika dan akhlak memiliki substansi yang sangat dekat bahkan bisa dikatakan sama. Sebab tujuan ketiganya adalah mencari nilai-nilai positif dalam bertingkah laku untuk menjadi makhluk yang bermoral etis sebagai ciptaan, baik di mata Tuhan maupun makhluknya. Namun disini peneliti lebih memilih moral sebagai bahasan sebab penggunaan moral seperti tersebut di atas lebih cenderung digunakan kepada sosial. Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik atau buruk. Tolak ukur yang di gunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku dimasyarakat.
4. akal dijadikan sumber akhlak karena diyakini akal memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan tindakan amoral, akan tetapi agama adalah sumber yang mutlak artinya nilai-nilai moral dalam islam berlaku untuk semua orang dan semua tempat tanpa memandang latar belakang etnis kesukuan, kebangsaan, dan sosio-kultur serta lingkungan geografis mereka.
5. Agama sebagai sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran islam, sumber akhlak adalah Al- Qur’an dan Sunnah bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan Mu’tazilah. Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena Syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah) menilainya demikian. Agama sebagai sumber akhlak artinya agama diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusiaa agar tidak melakukan tindakan amoral. Sebagai contoh Nabi Muhammad sebagai sumber akhlak, karena nabi merupakan contoh konkret pelaksanaan wahyu Allah yang tertuang dalam al-Quran. Segala ucapan, tingkah laku, sopan santun nabi merupakan model bagi umat manusia dalam menempuh perjalanan di muka bumi ini.
INISIASI 6 1) Jelaskan tentang bagaimana apresiasi atau penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang berilmu (berbudaya akademik)? 2) Bagaimana petunjuk Al-quran untuk meningkatkan etos kerja?
1.Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah: 1. Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. 2. Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan. 3. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu. 4. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin penting lain yang dijelaskan Al-quran adalah bahwa: l. Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu, demikian juga dengan amal shalih. 2. Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak dilandasi dengan ilmu. 3. Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah; orang yang selalu mengingat Allah yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu menggunakan akalnya untuk memikirkan ciptaan Allah SWT. Serta selalu berusaha menambah ilmu dengan membuka diri terhadap setiap informasi yang baik dan kemudian memilih yang terbaik untuk dijadikan pegangan dan diikutinya. 2. Beberapa petunjuk Al-quran agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain; 1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. 2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT. Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka atau jujur; Seseorang tidak mungkin akan dapat meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerja sama dengan yang lain. Apalagi kalau tidak jujur maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-quran dan Hadis memberi apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan jujur. Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna adil yang diperkenalkan Al-quran bukan hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan Al-quran memberi petunjuk bahwa sikap adil di samping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri sendiri.
INISIASI 8 1) Al-quran mengajarkan bahwa setiap muslim harus menjalin persaudaraan, kepada pihak siapa saja persaudaraan tersebut harus dijalin? Jelaskan pendapat saudara! 2) Al-quran mengatur etika persaudaraan dengan sesama muslim, jelaskan dan sertakan dalil ayat Al-qurannya!
3) Dengan non-muslim Al-quran juga memberi perhatian, dan kepada mereka juga tetap harus bersaudara, namun demikian ada rambu-rambu yang harus diperhatikan, jelaskan ramburambu tersebut! Rambu-rambuDiskusi 1) Untuk dapat menjawab dengan baik soal latihan nomor 1 ini anda harus memahami penjelasan tentang persaudaraan yang diajarkan oleh Al-quran sebagaimana dipaparkan pada bagian awal Kegiatan Belajar 2 ini. Bahwa persaudaraan yang diajarkan oleh Al-quran bukan hanya kepada sesama muslim, melainkan juga kepada non muslim. 2) Pada soal nomor 2 ini yang diminta adalah penjelasan tentang beberapa etika yang diajarkan oleh Al-quran menyangkut persaudaraan dengan sesama muslim. Maka yang pertama dilakukan adalah memahami dengan baik poin-poin yang terdapat di dalam Kegiatan Belajar 2 di mana dipaparkan tentang beberapa etika persaudaraan dengan sesama muslim. Cara terbaik untuk memahaminya adalah anda harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan dalil ayat-ayat Al-quran maupun hadits Nabi SAW jika ada. 3) Setelah anda memahami dengan baik beberapa etika bersaudara dengan sesama muslim, maka tidak terlalu sulit untuk menjelaskan tentang rambu-rambu persaudaraan dengan non-muslim. Yang harus anda lakukan hanyalah menjelaskan tentang bagaimana bentuk konkretnya toleransi tersebut, dan apa batasannya. Dan itu semua secara rinci telah dijelaskan di bagian akhir Kegiatan Belajar 2 modul ini.