KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA OF RADIUS ULNA
Nama
: Ni Wayan Dina Antari
Nim
: 16.321.2474
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS A10A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI 2017/2018
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGERTIAN a. Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144) b. Fraktur tertutup adalah fraktur tidak meluas melewati kulit. c. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi. d. Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2372). e. Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna. Yang dimaksud dengan antebrachii adalah batang (shaft) tulang radius dan ulna (andi, 2012). f. Fraktur antebrachii merupakan suatu perpatahan pada lengan bawah yaitu pada
tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan. Dibagi atas tiga bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial , serta distal dari kedua corpus tulang tersebut. (Putri, 2008) g.
Fraktur Radius Ulna adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan jenis dan luasnya terjadi pada tulang Radius dan Ulna.
2. ETIOLOGI a) Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil maka tulang akan patah, tepat ditempat benturan. b) Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur di tempat yang jatuh dari tempat terjadinya trauma. c) Truma akibat tarikan otot, jarang terjadi. d) Adanya metastase kanker tulang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur e) Adanya penyakit primer seperti osteoporosis. ( E. Oerswari, 1989 : 147 ) 3. TANDA DAN GEJALA a. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
Rotasi pemendekan tulang
Penekanan tulang
b. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur c. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous d. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur e. Tenderness/keempukan f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) h. Pergerakan abnormal i.
Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
j.
Krepitasi.
4. KLASIFIKASI 1. Komplit-tidak komplit a. Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang. b. Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti : – Hairline fracture (patah retak rambut) – Buckle fracture atau Torus fracture (terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, umumnya terjadi pada distal radius anakanak). – Greenstick fracture (fraktur tangkai dahan muda, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang). 2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma a. Garis patah melintang : trauma angulasi atau langsung b. Garis patah oblique : trauma angulasi c. Garis patah spiral : trauma rotasi d. Fraktur kompresi : trauma axial-fleksi pada tulang spongiosa e. Fraktur avulasi : trauma tarikan/traksi otot pada tulang, misalnya; fraktur patella. 3. Jumlah garis patah a. Fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokal. b. Fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
c.
Fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya; fraktur femur, fraktur cruris, dan fraktur tulang belakang.
4. Bergeser-tidak bergeser a. Fracture undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh. b. Fracture displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen. – Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan “overlapping”). – Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). – Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi). 5. Tertutup-terbuka a.
Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.
b. Fraktur tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit. 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Foto Rontgen - Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung - Mengetahui tempat dan type fraktur Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodic 2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler 4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) 5. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma 6. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati. 6. PENATALAKSANAAN 1. Faktor Reduction -
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
-
Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.
Peralatan traksi : -
Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
-
Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
2. Fraktur Immobilisasi -
Pembalutan (gips)
-
Eksternal Fiksasi
-
Internal Fiksasi
-
Pemilihan Fraksi
3. Fraksi terbuka -
Pembedahan debridement dan irigrasi
-
Imunisasi tetanus
-
Terap i antibiotic prophylactic Immobilisasi
7. PATOFISIOLOGI Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemarthosis) harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal. Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi kaput radii bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah. Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN a. Aktivitas/istirahat Tanda : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(
mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri ) b. Sirkulasi Tanda : -
Hipertensi (kadang-kadang terlihat senbagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
-
Takikardi ( respon stress, hipovolemi )
-
Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler, lambat, pusat bagian yang terkena.
c.
Pembengkakan jaringan atau masa hematon pada sisi cedera. Neuro sensori Gejala :
-
Hilang gerakan/sensori, spasme otot
-
Kesemutan Tanda :
-
Deformitas local angurasi abnormal, pemendekan, rotasi krepitasi (bunyi berdent) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.
-
Agitasi (mungkin badan nyeri/ansietas/trauma lain)
d. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : -
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada immobilisasi) tidak ada nyeri akibat kerusakan syaraf.
-
Spasme/kram otot (setelah immobilisasi)
e. Keamanan
Tanda : -
Laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
-
Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2.
Intoleransi terhadap disfungsi necrovaskuler primer berhubungan dengan penurunan aliran darah cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus hipovolumna
3.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro muscular, nyeri terapi rastriktif ( immobilitas tungkai)
C. PERENCANAAN N
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
O
KEPERAWAT
Nyeri
nyeri dapat berkurang atau
Nyeri
hubungan yang
berhubungan
hilang setelah dilakukan
berkurang atau
baik membuat
dengan
tindakan keperawatan.
hilang
klien dan
terputusnya
Klien tampak
keluarga
kontunuitas
tenang.
kooperatif
gerakan fragmen
Kaji tingkat
tingkat intensitas
tulang, edema
indensitas dan
nyeri dan
dan cedera pada
frekwensi nyeri
frekwensi
AN 1
jaringan tulang,
jaringan, alat
menunjukkan
traksi/immobilis
skala nyeri
asi, stress, ansietas
2
Intoleransi
fungsi neuromuskuler
Evaluasi
penurunan/tidak
terhadap
normal
adanya/kualitas
adanya nadi
disfungsi
nadi perifer
dapat
neuromuskular
distal terhadap
menggambarkan
perifer
cedera melalui
cedera vaskuler
berhubugan
palpasi/dopper.
evaluasi medik
dengan
Bandingkan
segera terhadap
penurunan aliran
dengan
status sirkulasi
darah cedera
ekstremitas
vaskuler
yang sakit
langsung, edema berlebihan,
Kaji aliran
kembalinya
pembentukan
kapiler warna
warna harus
thrombus
kulit dan
cepat (3-5 detik)
hipovolemia
kehangatan
warna kulit putih
distal pada
menunjukkan
fraktur
bagian arterial siasonis diduga ada gangguan vena.
3
Kerusakan
Meningkatkan/mempertaha
Kaji derajat
deteksi dini
mobilitas fisik
nkan mobilitas pada tingkat
immobilitas
persepsi diri
berhubungan
paling tinggi yang mungkin
yang dihasilkan
tentang
dengan
Mempertahankan posisi
oleh
keterbatasan
kerusakan
fungsional
cedera/pengoba
fisik aktual
rangka
Meningkatkan
tan dan
memerlukan
neuromuskular
kekuatan/fungsi yang sakit
perhatikan
informasi/interve
nyeri terapi
dan mengkompensasi
persepsi pasien
nsi untuk
restriktif
bagian tubuh.
terhadap
meningkatkan
(immobilasi
Menunjukkan teknik yang
immobilisasi
kemauan
tungkai)
melakukan aktivitas
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal Jilid I Edisi 1.Pusdiklat Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2000 Agus, Rachmadi. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Departemen Kesehatan Poltekes
Banjarmasin
Jurusan
Keperawatan.
Banjarbaru.
2002 Tucker,Susan Martin (1993), Standar Perawatan Pasien,, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC