Nama : Diki Tri Apriansyah Putra NIM : 06041381621038 Prodi : Pendidikan Sejarah MK
: Perencanaan Pembelajaran
Kelas XI Semester Ganjil (Kelas Sedang)
KD Menganalisis strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajahan Bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris) sampai dengan abad ke-20. Rincian 1. Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
(x)
2. Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia
(x)
3. Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia
(x)
4. Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia
(x)
5. Latar belakang kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia
(x)
6. Latar belakang konflik Bangsa Eropa dan Bangsa Indonesia
(√)
7. Strategi perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten
(√)
8. Strategi perlawanan Sultan Hasanudin di Gowa
(√)
9. Strategi perlawanan Pattimura di Maluku
(√)
10. Strategi perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat
(√)
11. Strategi perlawanan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta
(√)
12. Strategi perlawanan Antasari di Banjar
(√)
13. Strategi perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali
(√)
14. Strategi perlawanan Raja Sisingamangaraja XII di Sumatera Utara (√) 15. Strategi perlawanan Cut Nyak Dien di Aceh
(√)
Indikator 1. Latar belakang konflik Bangsa Eropa dan Bangsa Indonesia 2. Strategi perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten 3. Strategi perlawanan Sultan Hasanudin di Gowa 4. Strategi perlawanan Pattimura di Maluku 5. Strategi perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat 6. Strategi perlawanan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta 7. Strategi perlawanan Antasari di Banjar 8. Strategi perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali 9. Strategi perlawanan Raja Sisingamangaraja XII di Sumatera Utara 10. Strategi perlawanan Cut Nyak Dien di Aceh Tujuan Setelah Mempelajari Materi ini, peserta didik dapat : 1. Memahami Latar belakang konflik Bangsa Eropa dan Bangsa Indonesia dengan benar 2. Memahami strategi perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten dengan benar 3. Menjelaskan strategi perlawanan Sultan Hasanudin di Gowa dengan benar 4. Menjelaskan strategi perlawanan Pattimura di Maluku dengan benar 5. Menganalisis strategi perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat dengan benar 6. Menganalisis strategi perlawanan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta dengan benar 7. Memahami strategi perlawanan Antasari di Banjar dengan benar 8. Menjelaskan strategi perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali dengan benar 9. Memahami strategi perlawanan Raja Sisingamangaraja XII di Sumatera Utara dengan benar 10. Menjelaskan strategi perlawanan Cut Nyak Dien di Aceh dengan benar Media Ajar 1. Power Point 2. Peta 3. Laptop
4. LCD 5. Speaker Metode / Strategi 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Pemberian Tugas Sumber Belajar 1. Buku pelajaran 2. Modul 3. Internet
Alat Evaluasi 1. Jelaskan Latar belakang konflik Bangsa Eropa dan Bangsa Indonesia ? 2. Jelaskan strategi perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten ? 3. Jelaskan strategi perlawanan Sultan Hasanudin di Gowa ? 4. Jelaskan strategi perlawanan Pattimura di Maluku ? 5. Analisislah strategi perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat ? 6. Analisislah strategi perlawanan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta ? 7. Jelaskan strategi perlawanan Antasari di Banjar ? 8. Jelaskan strategi perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali ? 9. Jelaskan strategi perlawanan Raja Sisingamangaraja XII di Sumatera Utara ? 10. Jelaskan strategi perlawanan Cut Nyak Dien di Aceh ?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP KD 3.2)
Satuan Pendidikan
: SMA Negeri 21 Palembang
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Kelas / Semester
: XI / Ganjil
Materi Pokok
: Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Penjajahan Bangsa Eropa
Alokasi Waktu
: 3 x 40 menit ( 2x pertemuan)
A. Kompetensi Inti Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
B. Kompetensi Dasar
No
Kompetensi Dasar
1
3.2 Menganalisis strategi
Nilai
Indikator Pencapaian Kompetensi
Karakter Religius 3.2.1
Memahami Latar belakang
perlawanan Bangsa
Patriotis
konflik Bangsa Eropa dan
Indonesia terhadap
Nasionalis
penjajahan Bangsa
Kerja
Eropa (Portugis,
Keras
Spanyol, Belanda, dan
Mandiri
Bangsa Indonesia 3.2.2
Memahami Strategi perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten
3.2.3
Memahami strategi perlawanan
Inggris) sampai
Gotong
dengan abad ke-20.
Royong
Sultan Hasanudin di Gowa 3.2.4
Disiplin
Menjelaskan strategi perlawanan Pattimura di Maluku
3.2.5
Menganalisis strategi perlawanan Tuanku
Imam
Bonjol
di
Sumatera Barat 3.2.6
Menganalisis strategi perlawanan Pangeran
Diponegoro
di
Yogyakarta 3.2.7
Memahami strategi perlawanan Antasari di Banjar
3.2.8
Memahami strategi perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali
3.2.9
Memahami strategi perlawanan Raja Sisingamangaraja XII di Sumatera Utara
3.2.10 Menjalaskan trategi perlawanan Cut Nyak Dien di Aceh
C. Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran, diharapkan peserta didik dapat : 1. Memahami latar belakang konflik Bangsa Eropa dan Bangsa Indonesia dengan benar 2. Memahami strategi perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten dengan benar 3. Menjelaskan strategi perlawanan Sultan Hasanudin di Gowa dengan benar 4. Menjelaskan strategi perlawanan Pattimura di Maluku dengan benar 5. Menganalisis strategi perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat dengan benar 6. Menganalisis strategi perlawanan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta dengan benar 7. Memahami strategi perlawanan Antasari di Banjar dengan benar
8. Menjelaskan strategi perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali dengan benar 9. Memahami strategi perlawanan Raja Sisingamangaraja XII di Sumatera Utara dengan benar 10. Menjelaskan strategi perlawanan Cut Nyak Dien di Aceh dengan benar
D. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran Reguler Menganalisis strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajahan Bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris) sampai dengan abad ke-20.
E. Metode Pembelajaran 1. Metode
: Ceramah, Pemberian tugas, diskusi, tanya jawab
2. Pendekatan
: Saintifik
3. Model
: Discovery Learning
F. Media dan Alat Pembelajaran 1. Media Pembelajaran Foto/Gambar Pahlawan Daerah Gambar peta Indonesia 2. Alat Pembelajaran Laptop Infokus / LCD Speker
G. Sumber Belajar 1. Rachmawati, Hesti Dwi. Edisi Revisi 2016. Mengasah Kemampuan Diri (Mandiri) Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI. Halaman 43-48 Jakarta: Erlangga 2. Internet
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama Kegiatan 1. Pendahuluan (15 menit)
Deskripsi Kegiatan a. Pendidik mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, menanyakan kehadiran peserta didik, kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar. b. Pendidik memberi motivasi kepada peserta didik seputar semangat nasionalis. c. Pendidik melakukan apersepsi melalui tanya jawab seputar perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah, dan mengamati gambar pertempuran pahlawan Indonesia.
Gambar 3.2 Perlawanan Bangsa Indonesia
d. Pendidik menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. e. Pendidik membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang manfaat proses pembelajaran. f. Pendidik menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik. 2. Inti (90 menit) Tahap 1 Stimulation (stimulasi/pemberian
a. Pendidik membagi peserta didik menjadi lima kelompok yang beranggotakan 8 orang.
rangsangan)
b.
Pendidik meminta peserta didik mengamati gambar pahlawanpahlawan nasional terutama, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Hasanuddin, Pattimura dan Tuanku Imam Bonjol. c. Pendidik mengintruksikan pada peserta didik untuk mencari informasi terkait pahlawan-pahlawan yang telah disebutkan di atas dalam buku cetak peserta didik. d. Pendidik memberikan penjelasan singkat seputar latar belakang konflik Bangsa Eropa dan Bangsa Indonesia beserta perlawanan pahlawan-pahlawan nasional, sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik yang berkaitan dengan strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah. Tahap 2 Identifikasi Masalah
a. Setiap kelompok diberi satu sub materi yang dibagikan oleh pendidik. b. Kelompok 1 : Latar belakang pecahnya konflik antara Bangsa Eropa dan Bangsa Indonesia c. Kelompok 2
: Strategi perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di
Banten d. Kelompok 3 : Strategi perlawanan Hasanudin di Gowa e. Kelompok 4 : Strategi perlawanan Pattimura di Maluku f. Kelompok 5
: Strategi perlawanan Tuanku Imam Bonjol di
Sumatera Barat Tahap 3
a. Peserta didik diperkenankan untuk membentuk kelompok secara
Mengumpulkan dan
mufakat yang membahas permasalahan sesuai dengan nomor
Menganalisis Data
kelompoknya. b. Pendidik membimbing peserta didik untuk mencari informasi dan mendiskusikan jawaban dengan membaca uraian materi di Buku
Sejarah Indonesia Kelas XI halaman 29-60, juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi lain dan internet. c. Peran pendidik dalam langkah tahap ini adalah : Menyediakan berbagai sumber belajar seperti Buku Sejarah Indonesia Kelas XI dan buku referensi lain. Pendidik menjadi sumber belajar bagi peserta didik dengan memberikan konfirmasi atas jawaban peserta didik, atau menjelaskan jawaban pertanyaan kelompok. Pendidik dapat juga menunjukkan buku atau sumber belajar lain yang dapat dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan. Tahap 4 Pengolahan Data
a. Setelah selesai, peserta didik mencatat hasil diskusi yang dipersiapkan untuk bahan presentasi. b. Pendidik membimbing peserta didik untuk mendiskusikan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya sesuai sub materi per kelompok, seperti: Latar Belakang pecahnya konlfik antara Bangsa Eropa dan Bangsa Infdonesia Strategi perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten Strategi perlawanan Hasanuddin di Gowa Strategi perlawanan Pattimura di Maluku Strategi perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat c. Pendidik membimbing peserta didik secara kelompok untuk persiapan presentasi.
Tahap 5 Pembuktian
a. Pendidik membimbing kelompok untuk menyusun laporan hasil telaah tentang strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah. Laporan berbentuk kertas lembaran. b. Pendidik menjelaskan tata cara penyajian kelompok, seperti :1) Kelompok menyajikan secara bergantian hasil laporan yang telah disusun sebelumnya. 2) Kelompok penyaji menyajikan materi paling lama 5 menit. Kelompok lain memperhatikan penyajian kelompok
penyaji dan mencatat hal-hal yang penting serta mempersiapkan pertanyaan terhadap hal yang belum jelas. 3) Kelompok penyaji bertanya jawab dan diskusi dengan peserta didik lain tentang materi yang disajikan paling lama 15 menit. c. Pendidik mendiskusikan dan membuat kesepakatan tentang tata tertib selama penyajian materi oleh kelompok, seperti : (1) Setiap peserta didik saling menghormati pendapat orang lain (2) Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau menyampaikan pendapat (3) Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah dipersilahkan oleh guru (moderator) (4) Menggunakan
bahasa
yang
sopan
saat
menyampaikan
pertanyaan atau pendapat (5) Berbicara secara bergantian dan tidak memotong pembicaraan orang lain Tahap 6 Kesimpulan
a. Pendidik membimbing sebagai moderator kegiatan penyajian kelompok secara bergantian sesuai tata cara yang disepakati sebelumnya. b. Pendidik memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik dalam diskusi, dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat dan memberikan penghargaan bila jawaban benar dengan pujian atau tepuk tangan bersama.
3. Penutup (15menit)
a. Pendidik
membimbing
peserta
didik
menyimpulkan
materi
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal. b. Pendidik melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan rasa nasionalis dari materi strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah, dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan berikut : Apa
manfaat
yang
diperoleh
dari
mempelajari
strategi
perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah bagi kalian ?
Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan ? Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya ? c. Pendidik memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil telaah kelompok.
Pertemuan Kedua Kegiatan 1. Pendahuluan
Deskripsi Kegiatan a. Pendidik mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik untuk
(15 menit)
mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, menanyakan kehadiran peserta didik, kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar. b. Pendidik memberi motivasi kepada peserta didik tentang semangat patriotis. c. Pendidik melakukan apersepsi melalui tanya jawab seputar perlawanan Bangsa Indonesia melawan penjajah pada pertemuan sebelumnya. d. Pendidik menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik.
2. Inti (80 menit) Tahap 1
a. Pendidik kembali membagi peserta didik menjadi lima kelompok
Stimulation
yang beranggotakan 8 orang seperti pada pertemuan sebelumnya.
(stimulasi/pemberian b. rangsangan)
Pendidik meminta peserta didik mengamati kembali gambar pahlawan-pahlawan
nasional
seperti,
Pangeran
Diponegoro,
Pangeran Antasari, I Gusti Ketut Jelantik, Raja Sisingamangaraja XII dan Cut Nyak Dien.
c. Pendidik mengintruksikan pada peserta didik untuk mencari informasi terkait pahlawan-pahlawan yang telah disebutkan di atas dalam buku cetak peserta didik. d. Pendidik memberikan penjelasan singkat seputar strategi perlawanan keempat tokoh pahlawan nasional, sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik yang berkaitan dengan strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah. Tahap 2 Identifikasi Masalah
a. Setiap kelompok diberi satu sub materi yang dibagikan oleh pendidik. b. Kelompok 1 : Strategi perlawanan Pangeran Dipenogor c. Kelompok 2 : Strategi Perlawanan Pangeran Antasari di Banjar d. Kelompok 3 : Strategi perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali e. Kelompok 4 : Strategi perlawanan Raja Sisingamangaraja di Sumatera Utara f. Kelompok 5 : Strategi perlawanan Cut Nyak Dien di Aceh
Tahap 3
a. Peserta didik diperkenankan untuk membentuk kelompok secara
Mengumpulkan dan
mufakat yang membahas permasalahan sesuai dengan nomor
Menganalisis Data
kelompoknya. b. Pendidik membimbing peserta didik untuk mencari informasi dan mendiskusikan jawaban dengan membaca uraian materi di Buku Sejarah Indonesia Kelas XI halaman 26-60, juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi lain dan internet. c. Peran pendidik dalam langkah tahap ini adalah : Menyediakan berbagai sumber belajar seperti Buku Sejarah Indonesia Kelas XI dan buku referensi lain. Pendidik menjadi sumber belajar bagi peserta didik dengan memberikan konfirmasi atas jawaban peserta didik, atau menjelaskan jawaban pertanyaan kelompok. Pendidik dapat juga menunjukkan buku atau sumber belajar lain yang dapat dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan.
Tahap 4
a. Setelah selesai, peserta didik mencatat hasil diskusi yang
Pengolahan Data
dipersiapkan untuk bahan presentasi. b. Pendidik membimbing peserta didik untuk mendiskusikan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya sesuai sub materi per kelompok, seperti: Strategi perlawanan Pangeran Dipenogoro di Yogyakarta Strategi perlawanan Pangeran Antasari di Banjar Strategi perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali Strategi perlawanan Raja Sisingamangaraja XII di Sumatera Utara Strategi perlawanan Cut Nyak Dien di Aceh c. Pendidik membimbing peserta didik secara kelompok untuk persiapan presentasi.
Tahap 5 Pembuktian
a. Pendidik membimbing kelompok untuk menyusun laporan hasil telaah tentang strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah. Laporan berbentuk kertas lembaran. b. Pendidik menjelaskan tata cara penyajian kelompok, seperti :1) Kelompok menyajikan secara bergantian hasil laporan yang telah disusun sebelumnya. 2) Kelompok penyaji menyajikan materi paling lama 5 menit. Kelompok lain memperhatikan penyajian kelompok penyaji dan mencatat hal-hal yang penting serta mempersiapkan pertanyaan terhadap hal yang belum jelas. 3) Kelompok penyaji bertanya jawab dan diskusi dengan peserta didik lain tentang materi yang disajikan paling lama 15 menit. c. Guru mendiskusikan dan membuat kesepakatan tentang tata tertib selama penyajian materi oleh kelompok, seperti : (1) Setiap peserta didik saling menghormati pendapat orang lain (2) Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau menyampaikan pendapat (3) Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah dipersilahkan oleh guru (moderator) (4) Menggunakan
bahasa
yang
sopan
saat
menyampaikan
pertanyaan atau pendapat (5) Berbicara secara bergantian dan tidak memotong pembicaraan orang lain Tahap 6
a. Pendidik membimbing sebagai moderator kegiatan penyajian
Kesimpulan
kelompok secara bergantian sesuai tata cara yang disepakati sebelumnya. b. Pendidik memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik dalam diskusi, dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat dan memberikan penghargaan bila jawaban benar dengan pujian atau tepuk tangan bersama.
3. Penutup
a. Pendidik
(25menit)
membimbing
peserta
didik
menyimpulkan
materi
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal. b. Pendidik melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan rasa nasionalis dari materi strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah, dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan berikut : Apa
manfaat
yang
diperoleh
dari
mempelajari
strategi
perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah bagi kalian ? Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan ? Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya ? c. Pendidik memberi tes tertulis dengan menggunakan soal yang disusun sesuai tujuan pembelajaran.
I. Penilaian, Remedial dan Pengayaan 1. a. Sikap spiritual Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik dalam bersyukur, kerja keras, mandiri dan disiplin sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Sikap Yang Diamati
...................... 1
. ......................
2 3
. Dst
Keterangan indikator sikap yang di amati : a. Sikap Religius (1) Mensyukuri nikmat Tuhan atas kemerdekaan bangsa (2) Menghargai toleransi beragama (3) Mencintai perbedaan b. Sikap Kerja Keras (1) Mengerjakan tugas tepat waktu (2) Mencari banyak sumber refrensi (3) Aktif dalam proses pembelajaran c. Sikap Disiplin (1) Tepat Waktu (2) Menaati peraturan sekolah (3) Berkelakuan baik
plin
1 2 3
Skor Akhir
1 2 3
Skor Akhir
diri
Disi
Jumlah
1 2 3
Skor Akhir
Keras
Jumlah
1 2 3
Skor Akhir
us
Didik
Man
Jumlah
Kerja
Religi
Jumlah
No
Nama Peserta
d. Sikap Mandiri (1) Mandiri dalam mengerjakan tugas sekolah (2) Inovatif dalam proses pembelajaran (3) Peralatan dan perlengkapan sekolah lengkap
Petunjuk Penskoran : Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor Akhir =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑥 100
b. Sikap Sosial Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam tanggung jawab dan peduli sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2
= kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1
= tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
....................... ....................... Dst
1
2
3
1
2
3
Skor Akhir
3
Royong
Jumlah
2
Skor Akhir
1
Gotong
Nasionalis
Jumlah
Patriotis
Skor Akhir
Nama Peserta Didik
Jumlah
Sikap Yang Diamati
Keterangan indikator sikap yang di amati : a. Sikap Patriortis (1) Bersimpati terhadap bangsa dan bernegara (2) Menunjukkan rasa mempunyai identitas diri (3) Bersifat terbuka b. Sikap Nasionalis (1) Mencintai tanah air (2) Bersimpati terhadap semangat pahlawan (3) Mempunyai semangat bergairah c. Sikap Gotong Royong (1) Kompak dalam kelompok maupun teman sekelas (2) Kerjasama yang solid antar peserta didik lain (3) Mampu bekerjasama dengan baik
Petunjuk Penskoran : Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Skor Akhir = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100 2. Pengetahuan a. Teknik
: Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen
: Esai
c. Kisi – Kisi
Indikator No
Teknik
Bentuk
Penilaian
Instrumen
Peserta didik dapat
Tes
Esai
memahami
Tertulis
Pencapaian Kompetensi
1
bagaimana latar
Instrumen Soal
1. Jelaskan apa yang memicu meletusnya perlawanan
rakyat
Bangsa Eropa ?
Indonesia
terhadap
belakang yang memicu perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajah
2
Disajikan gambar
2.
Jelaskan mengapa Sultan
Sultan Hasanudin
Hasanudin dijuluki “Ayam
agar peserta didik
Jantan dari Timur” ?
dapat mengenali pahlawan gowa
3
Peserta didik dapat menjelaskan
3. Jelaskan strategi apa yang dijalankan Sultan Ageng Tirtayasa dalam menghadapi VOC !
bagaimana strategi Sultan Ageng Tirtayasa dalam menghadapi VOC
4
Peserta didik dapat memahami
4. Jelaskan pencapaian terbaik Pattimura dalam memimpin rakyat Maluku melawan VOC !
pencapaian terbaik Pattimura dalam memimpin rakyat Maluku melawan VOC
5
Peserta didik dapat
5. Analisislah apa yang dimaksud dengan kaum
menganalisis
padri dan kaum adat dalam masyarakat
perbedaan antara
Minangkabau abad XIX !
kaum padri kaum adat dalam masyarakat Minangkabau
6
Peserta didik dapat
6. Coba analisis sebab umum dan sebab khusus
menganalisis sebab
munculnya perlawanan Pangeran
umum dan sebab
Dipenogoro terhadap pemerintah Kolonial !
khusus terjadinya perlawanan Pangeran Dipenogoro di Yogyakarta
7
Peserta didik dapat
7. Jelaskan bagaimana strategi perlawanan
menjelaskan
Pangeran Antasari dalam menghadapi
strategi perlawanan
Belanda !
Antasari dalam mengahadapi Belanda
8
Peserta didik dapat
8. Jelaskan secara singkat perlawanan rakyat
menjelaskan
Bali yang dipimpin oleh patih I Gusti Ketut
bagaimana bentuk
Jelantik !
perjuangan rakyat Bali di bawah pimpinan Patih I Gusti Ketut Jelantik
9
Peserta didik dapat
9. Bagaimana akhir dari perlawanan Raja
menjelaskan
Sisingamangaraja di Sumatera Utara !
perlawanan Raja Sisingamangaraja di Sumatera Utara
10
Peserta didik dapat
10. Jelaskan bagaimana akhir dari perlawanan
menjelaskan
Cut Nyak Dien terhadap Belanda di Aceh !
mengapa Perang Aceh menjadi perang tersulit yang dihadapi Belanda
Kunci Jawaban NO
Jawaban Kebijakan penjajah Eropa yang diskriminatif dan ekspoitatif terhadap Bangsa
1
Indonesia menimbulkan keinginan Bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa asing. (Score 10) Sultan Hasanuddin, merupakan putera dari Raja Gowa ke-15, I Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Muhammad Said. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa mulai tahun 1653 sampai 1669. Kerajaan Gowa adalah merupakan kerajaan besar di Wilayah Timur Indonesia yang menguasai jalur
2
perdagangan. Pada tahun 1660, VOC Belanda menyerang Makassar, tetapi belum berhasil menundukkan Kerajaan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di bawah pimpinan Cornelis Speelmanbeserta sekutunya kembali menyerang Makassar. Pertempuran berlangsung dimana-mana, hingga pada akhirnya Kerajaan Gowa terdesak dan semakin lemah, sehingga dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya. Gowa yang merasa dirugikan,
mengadakan perlawanan lagi. Pertempuran kembali pecah pada Tahun 1669. Kompeni berhasil
menguasai benteng terkuat Gowa yaitu Benteng
Sombaopu pada
tanggal 24
Juni 1669. Sultan Hasanuddin wafat pada tanggal 12 Juni 1670. Berkat kegigihan dan keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang artinya “Ayam Jantan dari Timur”. (Score 10) Dalam upaya perlawanannya, Sultan Ageng Tirtayasa mencoba membangun kerja sama dengan pedagang-pedagang asing lainnya, seperti pedagang Inggris. Sultan Ageng Tirtayasa juga menyerang kapal-kapal dagang VOC di perairan Banten dan wilayah 3
perbatasan dengan Batavia, seperti peperangan di daerah Angke, Tangerang, tahun 16581659. Perang yang berlangsung selama setahun itu berakhir dengan perjanjian damai pada 10 Juli 1659. (Score 10) Pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia
4
juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura. Belanda mengerahkan armada kora-kora untuk melawan Pattimura, teluk Ambon, 1817. Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebook, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede di
Saparua, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jazirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. (Score 10)
Kaum Padri merupakan sebutan yang diberikan kepada sekelompok masyarakat pendukung utama penegakan syariat agama Islam dalam tatanan masyarakat di Minangkabau.
5
Kaum Adat merupakan sebutan yang diberikan kepada sekelompok masyarakat pendukung utama nilai-nilai tradisi dan adat istiadat yang diwarisi oleh nenek moyang mereka. Kaum adat memiliki kebiasaan buruk dimana kebiasaan itu melanggar apa yang dilarang oleh ajaran Agama Islam. Kebiasaan yang dimaksud seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, dll.
(Score 10)
Sebab Umum Sebab umum perang Diponegoro meliputi tiga hal, yaitu sebagai berikut: 1) Rakyat dibelit oleh berbagai bentuk pajak dan pungutan yang menjadi beban turun-temurun. 2) Pihak keraton Jogjakarta tidak berdaya menghadapi campur tangan politik pemerintah kolonial. 3) Kalangan keraton hidup mewah dan tidak mempedulikan penderitaan
6
rakyat.
Sebab Khusus Sebab khusus perang Diponegoro meliputi dua hal, yaitu sebagai berikut: 1) Pangeran Diponegoro tersingkir dari elite kekuasaan, karena menolak berkompromi dengan pemerintah kolonial. Pangeran Diponegoro memilih mengasingkan diri ke Tegalrejo untuk memusatkan perhatian pada kehidupan keagamaan. 2) Pemerintah kolonial melakukan provokasi dengan membuat jalan yang menerobos makam leluhur Pangeran Diponegoro.
(Score 10) Pangeran Antasari memimpin perlawanan dengan mempersatukan berbagai gerakan perlawanan dalam masyarakat Banjar sehingga memperoleh kekuatan yang lebih besar. Perlawanannya berhasil menyebabkan Belanda kuwalahan hingga mengajak Pangeran Antasari untuk berunding. Akan tetapi, ajakan perundingan tersebut ditolak karena Pangeran Antasari mengetahui tipu daya muslihat Belanda melalui perundingan
7
tersebut dan hanya mau berunding jika Belanda menyerahkan kedaulatan Banjar. Perlawanan pun kembali berlanjut. Sayangnya, Pangeran Antasari terkena wabah penyakit cacar hingga meninggal. Selama sakit, Pengeran Antasari tetap gigih berjuang melawan Belanda. (Score 10) Latar belakang munculnya perlawanan rakyat Bali di bawah pimpinan Patih Ketut Jelantik adalah adanya hak tawan karang yang dianggap merugikan Belanda. Hak tawan karang adalah hak yang dimiliki kerajaan-kerajaan Bali untuk mrampas seluruh muatan dan enumpang kappa asing yang karam di perairan bali. Hak tawan karang dianggap menghambat Belanda yang ingin menguasai Bali. Belanda menawarkan perjanjuan agar raja-raja Bali mau menghapus hak tawan karang. Banyak raja Bali yang terbujuk rayuan Belanda, namun Kerajaan Karangasem dan Buleleng tidaklah demikian. Mereka tetap melakukan perlawanan terhadap Belanda. 8
Tokoh-tokoh perlawanan kerajaan-kerajaan Bali adalah Raja Buleleng I Gusti Ngurah Made Karangasem dan patihnya I Gusti Ketut Jelantik. Raja Buleleng I Gusti Ngurah Made Karangasem dan I Gusti Ketut Jelantik membalas tipu daya Belanda dengan merampas Kapal Belanda pada tahun 1844. Belanda kembali melakukan serangan tehadap Bali pada tahun 1849 dan berhasil merebut Benteng Jagaraya. Raja Buleleng I Gusti Ngurah Made Karangasem dan Patih I Gusti Ketut Jelantik mempertahankan Benteng Jagaraya. Pada 15 April 1849, Belanda berhasil menguasai Benteng Jagaraya. Raja Buleleng I Gusti Ngurah Made Karangasem untuk mencari perlindungan, namun akhirnya ditangkap dan terbunuh disana. (Score 10)
9
Pada tahun 1894, Belanda melakukan serangan ke pusat pemerintahan Kerajaan Batak di Bakkara. Sisingamangaraja XII berhasil lolos dan melarikan diri ke Dairi
Pakpak. Pada tahun 1907, Belanda kembali melakukan serangan dan menangkap anggota keluarga Sisingamangaraja XII, seperti istrinya Boru Sagala dan anak-anaknya. Sekalipun anggota keluarganya disandera, Sisingamangaraja XII tidak menyerah dan terus melanjutkan perjuangan. Untuk menghadapi pasukan Raja Sisingamangaraja XII, Belanda mendatangkan pasukan marsose dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja XII pun kalah dalam jumlah dan kelengkapan berperang. Meskipun demikian, Sisingamangaraja XII tidak menyerah. Dengan bergerilya di hutan-hutan, ia terus melanjutkan perlawanannya, ia tetap tegar berjuang seorang diri demi mencegah tanah kelahirannya dikuasai Belanda. Raja Sisingamangaraja XII akhirnya tewas dalam perlawanan di wilayah Simsim. (Score 10) Cut Nyak Dien adalah istri pejuang Aceh Teuku Umar yang melanjutkan perjuangan suaminya setelah tewas dalam pertempuran. Dilahirkan dari keluarga bangsawan pada tahun 1850, Cut Nyak Dien dikenal sebagai pribadi yang tangguh, tegar, dan berani. Ia memimpin perjuangan rakyat Aceh bersama pejuang-peuang lainnya. perlawanan menyulitkan Belanda yang telah lelah berjuang menghadapi perlawanan Teuku Umar sebelumnya. Belanda menggunakan pasukan marsose untuk menghadapi perlawanan Cut Nyak Dien yang sulit ditumpas. Pasukan terkenal kejam ini berhasil mendesak Cut Nyak Dien. 10
Perlawanan mulai berkurang setelah Cut Nyak Dien mengalami rabun mata dan kekurangan bahan makanan pasukannya. Pang Leot, pengikut Cut Nyak Dien yang memikirkan nasibnya akhirnya menyerahkan Cut Nyak Dien kepada Belanda agar mendapat perawatan tanpa sepengetahuan Cut Nyak Dien sendiri. Ketika ia mengetahui hal tersebut. Cut Nyak Dien berusaha menolak untuk ikut dengan Belanda. Perjuangan Cut Nyak Dien berpengaruh besar bagi rakyat Aceh. Belanda yang khawatir akan memunculkan pemberontakan baru di Aceh akhirnya mengasingkan Cut Nyak Dien ke Sumedang, Jawa Barat hingga menjelang kematiannya. (Score 10)
𝑃𝑒𝑑𝑜𝑚𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
1. Keterampilan Penilaian portofolio
Lembar Penilaian Penyajian dan Laporan Kerja Kelompok Nama / Kelompok
: ………….....
Kelas
: XI. ………..
Materi Pokok
: Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa Skor
No
Aspek Penilaian 1
A
2
3
Penyajian 1 Menanya / Menjawab 2 Argumentasi 3 Bahan Tulisan
B
Laporan 1 Isi Laporan 2 Penggunaan Bahasa 3 Estetika Jumlah Skor
Komentar Guru
Tanda Tangan
4
Komentar Orang Tua
Tanda Tangan
Pedoman Penskoran (rubrik) :
No 1
Aspek
Penskoran
Menanya /
Skor 4, apabila selalu menjawab/menanya
Menjawab
Skor 3, apabila sering menjawab/menanya Skor 2, apabila kadang-kadang menjawab/menanya
Skor 1, apabila tidak pernah menjawab/menanya. 2
Argumentasi
Skor 4, apabila materi/jawaban benar, rasional, dan jelas. Skor 3, apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak jelas Skor 2, apabila materi/jawaban benar, tidak rasional, dan tidak jelas
Skor 1, apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional, dan tidak jelas 3
Bahan tulisan
Skor 4, apabila sistematis, kreatif, menarik Skor 3, apabila sistematis, kreatif, tidak menarik Skor 2, apabila sistematis, tidak kreatif, tidak menarik
Skor 1, apabila tidak sistematis, tidak kreatif, tidak menarik 4
Isi Laporan
Skor 4, apabila isi laporan benar, rasional, dan sistematika lengkap
Skor 3, apabila isi laporan benar, rasional, dan sistematika tidak lengkap Skor 2, apabila isi laporan benar, tidak rasional, dan sistematika tidak lengkap
Skor 1, apabila isi laporan tidak benar, tidak rasional, dan sistematika tidak lengkap 5
Penggunaan Bahasa
Skor 4,
apabila menggunakan bahasa dan penulisan sesuai PUEBI, serta mudah dipahami
Skor 3,
apabila menggunakan bahasa dan penulisan sesuai PUEBI, namun tidak mudah dipahami
Skor 2,
apabila menggunakan bahasa seuai PUEBI, namun penulisan tidak sesuai PUEBI dan tidak mudah dipahami
Skor 1, apabila menggunakan bahasa dan penulisan tidak sesuai PUEBI dan tidak mudah dipahami 6
Estetika
Skor 4, apabila kreatif, rapi, dan menarik Skor 3, apabila kreatif, rapi, dan kurang menarik Skor 2, apabila kreatif, kurang rapi, dan kurang menarik
Skor 1, apabila kurang kreatif, kurang rapi, dan kurang menarik
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 =
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒙𝟒 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍
Remedial Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan belum mampu memahami makna Bhinneka Tunggal Ika. Kegiatan remedial dilakukan dengan mengulang materi pembelajaran apabila peserta didik yang sudah tuntas di bawah 75 %. Sedangkan apabila peserta didik yang sudah tuntas lebih dari 75 % maka kegiatan remedial dapat dilakukan atara lain : 1. Mengulang materi pokok di luar jam tatap muka bagi peserta didik yang belum tuntas 2. Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum tuntas 3. Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan. Perlu diperhatikan bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah materi pokok atau keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh peserta didik. Kegiatan
remdial bagi kompetensi sikap dilakukan dalam bentuk pembinaan secara holistik, yang melibatkan guru bimbingan konseling dan orang tua.
Pengayaan Kegiatan pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah menguasai materi dan secara pribadi sudah mampu memahami strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Bentuk pengayaan dapat dilakukan dengan antara lain : 1. Guru memberikan tugas untuk melakukan aktifitas sesuai tugas dalam kolom pengayaan. Peserta didik dapat juga mempelajari lebih lanjut tentang materi pokok dari berbagai sumber dan mencatat hal-hal penting. Selanjutnya menyajikan dalam bentuk laporan tertulis atau membacakan di depan kelas. 2. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan pembelajaran tutor sebaya. Palembang, 19 Maret 2018 Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mapel Sejarah
(ZULKARNAIN)
(DIKI TRI APRIANSYAH PUTRA)
NIP:
NIP:
Keterangan:
Warna merah
: PPK
Warna biru
:4C
Warna ungu
: Literasi
Warna hijau
: Hots
BAHAN AJAR
1. Latar Belakang Koflik Banga Indonesia dan Bangsa Eropa Kebijakan penjajah Eropa yang diskriminatif dan ekspoitatif terhadap Bangsa Indonesia menimbulkan keinginan Bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa asing. Perlawanan terhadap penjajahan Belanda dilatarbelakangi monopoli perdagangan, kerja paksa, penarikan pajak, sewa tanah, dan tanam paksa menimbulkan banyak kerugian dan membuat sengsara rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak tahan lagi. Rakyat Indonesia melakukan perlawanan memperjuangkan martabat dan kemerdekaannya. Dari seluruh penjuru tanah air timbul perlawanan terhadap penjajah Belanda, antara lain di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan sebagainya. 2. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten Kerajaan Banten dengan VOC berselisih sudah sejak lama. Perselisihan antara kerajaan Banten dengan VOC terjadi sejak kedatangan VOC dan sikapnya yang kasar. Ketidaksukaan kerajaan Banten mulai menjadi-jadi ketika VOC dengan pemimpinnya yang bernama J.P Coen mendirikan kota Batavia. Persaingan dagang dan saling berebut jalur pelayaran di Selat Sunda tidak dapat dihindarkan antara kerajaan Banten dengan VOC. VOC memblokde pelabuhan Banten agar perdagangan Banten lumpuh. Naiknya Sultan Ageng Tirtayasa pada 1651 memberi harapan besar akan bangkitnya perdagangan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa pulalah yang paling berani menentang kelicikan VOC. Namun pada tahun 1683, VOC menerapkan strategi devide et impera atau politik adu domba untuk mengadu antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji (putera Sultan Ageng). Terjadi perang antara ayah dengan anak, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji. Sultan Ageng Tirtayasa dibantu oleh rakyat Banten dan Sultan Haji dibantu Belanda. Karena Sultan Ageng bersama rakyat Banten kalah dalam hal persenjataan, maka perang dimenangkan oleh Sultan Haji bersama Belanda. Sulltan Ageng ditangkap tahun 1683. Akhirnya pada tahun 1692 Sultan Ageng meninggal dunia. VOC meminta kompensasi atas kemenangan Sultan Haji yaitu dengan penandatangan perjanjian dengan kompeni. Pada intinya, perjanjian itu berisi kerajaan Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC, monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC, dan menyingkirkan para pedagang Persia, India, dan Cina. Selain itu, Banten harus membayar
600.000 ringgit apabila ingkar janji dan pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik kembali. Isi perjanjian ini disetujui oleh Sultan Haji. Dengan kematian Sultan Ageng dan berkuasanya Sultan Haji di bawah pengaruh VOC, tidak membuat semangat rakyat Banten untuk melawan menjadi redup. Semangat ini datang karena Sultan Ageng yang mengajarkan untuk menjaga kedaulatan dan mempertahankan tanah air. Fakta tersebut didukung oleh perlawanan terhadap VOC tahun 1750 yang dipimpin Ki Tapa dan Ratu Bagus. Perlawanan ini membuat VOC kewalahan meskipun akhirnya dapat dipadamkan juga.
3. Perlawanan Sultan Hasanuddin di Gowa Perlawanan terhadap Belanda di Makassar diprakarsai oleh kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi kerajaan Makassar. Letak Kerajaan Makassar strategis sebagai pusat perdagangan di kawasan Indonesia timur. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin mencapai pusat kejayaannya yaitu tahun 1654-1669. Pada masa ini, Makassar menjadi saingan berat VOC dalam bidang perdagangan dan pelayaran di Indonesia timur. Kejayaan Makasar pada bdang perdagangan dan pelayaran membuat VOC melancarkan niatnya untuk meruntuhkan dominasi Makassar. VOC berpura-pura ingin mengadakan hubungan dagang. Niat tersebut disambut baik oleh Raja Gowa dan VOC diizinkan melakukan perdagangan dengan bebas. Kelicikan VOC terlihat ketika mengajukan tuntutan kepada Sulltan Hasanudin. Kerajaan Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669. Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat untuk kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang itu berasa semakin berat untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh Raja Gowa dan lalu VOC diizinkan berdagang secara bebas. Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin. Tuntutan tersebut ditanggapi Sultan Hasanudin dalam bentuk perlawanan. Perlawanan pertama terjadi tahun 1633 kemudian berlanjut pertempuran yang kedua yaitu tahun 1654. Kedua
pertempuran tersebut terjadi karena VOC yang menghalangi para pedagang masuk atau keluar dari Pelabuhan Makassar. Upaya VOC dalam menghalangi para pedagang tersebut dapat digagalkan karena pelaut Makassar melawan dengan perlawanan yang sengit. Pertempuran yang ketiga, tahun 1666-1667. Pertempuran ini termasuk pertempuran yang besar. VOC menyerbu Makassar dengan bantuan Raja Bone (Aru Palaka) dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan ngkatan laut VOC datang dengan pimpinannya yaitu Speelman, yang menyerang pelabuhan Makassar dari laut, sedangkan dari darat oleh Aru Palaka berhasil mendorong pemberontakan suku Bugis untuk melakukan pemborantakan pada Sultan Hasanudin dan melakukan penyerangan ke Makassar. Pertempuran VOC dengan kerajaan Makassar berlangsung lama. Akan tetapi, Sultan Hasanudin dapat mempertahankan Kota Makassar. Namun, pada tahun 1667, akhirnya Sultan Hasanudin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya. Perlawanan kerajaan Makassar beserta rakyatnya mengalami kegagalan. Hal tersebut terjadi karena adu domba yang dilakukan VOC kepadan Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka.
4. Perlawanan Pattimura di Maluku Ketika Belanda kembali berkuasa di Maluku pada tahun 1817, monopoli diberlakukan lagi. Diberlakukan lagi sistem ekonomi uang kertas yang sangat dibenci dan keluar perintah sistem kerja paksa (rodi). Belanda tampaknya juga tidak mau menyokong dan memerhatikan keberadaan gereja Protestan dan pengelolaan sekolah- sekolah protestan secara layak. Inilah penyebab utama meletusnya Perang Maluku yang dipimpin Kapitan Pattimura. Pada tanggal 15 Mei 1817, pasukan Pattimura mengadakan penyerbuan ke Benteng Duurstede. Dalam penyerangan tersebut, Benteng Duurstede dapat diduduki oleh pasukan Pattimura bahkan residen van den Berg beserta keluarganya tewas. Tentara Belanda yang tersisa dalam benteng tersebut menyerahkan diri. Dalam penyerbuan itu, Pattimura dibantu oleh Anthonie Rheebok, Christina Martha Tiahahu, Philip Latumahina, dan Kapitan Said Printah. Berkat siasat Belanda yang berhasil membujuk Raja Booi, pada tanggal 11 November 1817, Thomas Matulessy atau yang akrab dikenal dengan gelar Kapitan Pattimura berhasil ditangkap di perbatasan hutan Booi dan Haria. Akhirnya vonis hukuman gantung dijatuhkan kepada empat pemimpin, yaitu Thomas Matullessy atau Kapitan Pattimura, Anthonie Rheebok, Said Printah, dan Philip Latumahina.
Eksekusi hukuman gantung sampai mati dilaksanakan pada pukul 07.00 tanggal 10 Desember 1817 disaksikan rakyat Ambon.
5. Perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat Perang Paderi merupakan perang yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol melawan pemerintah kolonial Belanda. Peristiwa ini berawal dari gerakan Paderi untuk memurnikan ajaran Islam di wilayah Minangkabau, Sumatra Barat. Perang ini dikenal dengan nama Perang Paderi karena merupakan perang antara kaum Paderi/kaum putih/golongan agama melawan kaum hitam/kaum Adat dan Belanda. Tokoh-tokoh pendukung kaum Paderi adalah Tuanku Nan Renceh, Tuanku Kota Tua, Tuanku Mensiangan, Tuanku Pasaman, Tuanku Tambusi, dan Tuanku Imam. Jalannya Perang Paderi dapat dibagi menjadi 3 tahapan
Tahap I, tahun 1803 – Ciri perang tahap pertama ini adalah murni perang saudara dan belum ada campur tangan pihak luar, dalam hal ini Belanda. Perang ini mengalami perkembangan baru saat kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda. Sejak itu dimulailah Perang Paderi melawan Belanda.
Tahap II, tahun 1822 – Tahap ini ditandai dengan meredanya pertempuran karena Belanda yang makin melemah berhasil mengadakan perjanjian dengan kaum Paderi. Pada tahun 1825, berhubung dengan adanya perlawanan Diponegoro di Jawa, pemerintah Hindia Belanda dihadapkan pada kesulitan baru. Kekuatan militer Belanda terbatas, dan harus menghadapi dua perlawanan besar yaitu perlawanan kaum Paderi dan perlawanan Diponegoro. Oleh karena itu, Belanda mengadakan perjanjian perdamaian dengan Kaum Paderi. Perjanjian tersebut adalah Perjanjian Masang (1825) yang berisi masalah gencatan senjata di antara kedua belah pihak. Setelah Perang Diponegoro selesai, Belanda kembali menggempur kaum Paderi di bawah pimpinan
Letnan Kolonel Ellout tahun 1831.
Kemudian, disusul juga oleh pasukan yang dipimpin Mayor Michiels.
Tahap III, tahun 1832
–
Perang pada tahap ini
adalah perang semesta rakyat
Minangkabau mengusir Belanda. Sejak tahun 1831 kaum Adat dan kaum Paderi bersatu melawan Belanda yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Pada tanggal 16 Agustus 1837 jam 8 pagi, Bonjol secara keseluruhan diduduki Belanda. Tuanku Imam mengungsi ke Marapak. Pertempuran itu berakhir dengan penangkapan Tuanku
Imam, yang langsung dibawa ke Padang. Selanjutnya atas perintah Letkol Michiels, Tuanku Imam diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat pada tahun 1838. Kemudian pada tahun1839 dipindah ke Ambon. Tiga tahun kemudian dipindah ke Manado sampai meninggal pada tanggal 6 November 1964 pada usia 92 tahun.
6. Perlawanan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta Sebelum Perang Diponegoro meletus, terjadi kekalutan di Istana Yogyakarta. Ketegangan mulai timbul ketika Sultan Hamengku Buwono II memecat dan menggeser pegawai istana dan bupati-bupati yang dahulu dipilih oleh Sultan Hamengku Buwono I. Kekacauan dalam istana semakin besar ketika mulai ada campur tangan Belanda. Tindakan sewenang-wenang yang dilakukan Belanda menimbulkan kebencian rakyat. Kondisi ini memuncak menjadi perlawanan menentang Belanda. Sebab-sebab umum perlawanan Diponegoro.
Kekuasaan Raja Mataram semakin lemah, wilayahnya dipecah- pecah.
Belanda ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan dan pengangkatan raja pengganti.
Kaum bangsawan sangat dirugikan karena sebagian besar sumber penghasilannya diambil alih oleh Belanda. Mereka dilarang menyewakan tanah bahkan diambil alih haknya.
Adat istiadat keraton menjadi rusak dan kehidupan beragama menjadi merosot.
Penderitaan rakyat yang berkepanjangan sebagai akibat dari berbagai macam pajak, seperti pajak hasil bumi, pajak jembatan, pajak jalan, pajak pasar, pajak ternak, pajak dagangan, pajak kepala, dan pajak tanah.
Hal yang menjadi sebab khusus perlawanan Pangeran Diponegoro adalah adanya rencana pembuatan jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Dalam perang tersebut, Pangeran Diponegoro mendapatkan dukungan dari rakyat Tegalrejo, dan dibantu Kyai Mojo, Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasyah Prawirodirjo, dan Pangeran Dipokusumo. Pada tanggal 20 Juli 1825, Belanda bersama Patih Danurejo IV mengadakan serangan ke Tegalrejo. Pangeran Diponegoro bersama pengikutnya menyingkir ke Selarong, sebuah perbukitan di Selatan Yogyakarta. Selarong dijadikan markas untuk menyusun kekuatan dan strategi penyerangan secara gerilya. Agar tidak mudah diketahui oleh pihak Belanda, tempat
markas berpindah-pindah, dari Selarong ke Plered kemudian ke Dekso dan ke Pengasih. Perang Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Berbagai upaya untuk mematahkan perlawanan Pangeran Diponegoro telah dilakukan Belanda, namun masih gagal. Siasat Benteng stelsel (sistem Benteng) yang banyak menguras biaya diterapkan juga. Namun sistem benteng ini juga kurang efektif untuk mematahkan perlawanan Diponegoro. Jenderal De Kock akhirnya menggunakan siasat tipu muslihat melalui perundingan. Pada tanggal 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro bersedia hadir untuk berunding di rumah Residen Kedu di Magelang. Dalam perundingan tersebut, Pangeran Diponegoro ditangkap dan ditawan di Semarang dan dipindah ke Batavia. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1830 dipindah lagi ke Manado. Pada tahun 1834 pengasingannya dipindah lagi ke Makassar sampai meninggal dunia pada usia 70 tahun tepatnya tanggal 8 Januari 1855.
7. Perlawanan Pangeran Antasari di Banjar Campur tangan pemerintah Belanda dalam urusan pergantian kekuasaan di Banjar merupakan biang perpecahan. Sewaktu Sultan Adam Al Wasikbillah memegang tahta kerajaan Banjar (1825 – 1857), putra mahkota yang bernama Sultan Muda Abdurrakhman meninggal dunia. Dengan demikian calon berikutnya adalah putra Sultan Muda Abdurrakhman atau cucu Sultan Adam. Yang menjadi masalah adalah cucu Sultan Adam dari putra mahkota ada dua orang, yaitu Pangeran Hidayatullah
dan Pangeran Tamjid. Sultan Adam cenderung untuk
memilih Pangeran Hidayatullah. Alasannya memiliki perangai yang baik, taat beragama, luas pengetahuan, dan disukai rakyat. Sebaliknya Pangeran Tamjid kelakuannya kurang terpuji, kurang taat beragama dan bergaya hidup kebarat-baratan meniru orang Belanda. Pangeran Tamjid inilah yang dekat dengan Belanda dan dijagokan oleh Belanda. Belanda menekan Sultan Adam dan mengancam supaya mengangkat Pangeran Tamjid. Di mana-mana timbul suara ketidakpuasan masyarakat terhadap Sultan Tamjidillah II (gelar Sultan Tamjid setelah naik tahta) dan kebencian rakyat terhadap Belanda. Kebencian rakyat lama-lama berubah menjadi bentuk perlawanan yang terjadi di mana-mana. Perlawanan tersebut dipimpin oleh seorang figur yang didambakan rakyat, yaitu Pangeran Antasari. Pangeran Hidayatullah secara terang-terangan menyatakan memihak kepada Pangeran Antasari. Bentuk perlawanan rakyat terhadap Belanda mulai
berkobar sekitar tahun 1859.
Pangeran Antasari juga diperkuat oleh Kyai Demang Lehman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, dan Kyai Langlang. Penyerangan diarahkan pada pos- pos tentara milik Belanda dan pos-pos missi Nasrani. Benteng Belanda di Tabania berhasil direbut dan dikuasai. Tidak lama kemudian datang bantuan tentara Belanda dari Jawa yang dipimpin oleh Verspick, berhasil membalik keadaan setelah terjadi pertempuran sengit. Akibat musuh terlalu kuat, beberapa orang pemimpin perlawanan ditangkap. Pangeran Hidayatullah ditawan oleh Belanda pada tanggal 3 Maret 1862, dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Pada tanggal 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari wafat. Sepeninggal Pangeran Antasari, para pemimpin rakyat mufakat sebagai penggantinya adalah Gusti Mohammad Seman, putra Pangeran Antasari.
8. Perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali Pada tahun 1844, sebuah kapal dagang Belanda kandas di daerah Prancak (daerah Jembara), yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Buleleng. Kerajaan-kerajaan di Bali termasuk Buleleng pada saat itu memberlakukan hak tawan karang. Dengan demikian, kapal dagang Belanda tersebut menjadi hak Kerajaan Buleleng. Pemerintah kolonial Belanda memprotes Raja Buleleng yang dianggap merampas kapal Belanda, namun tidak dihiraukan. Insiden inilah yang memicu pecahnya Perang Bali, atau dikenal juga dengan nama Perang Jagaraga. Belanda melakukan penyerangan terhadap Pulau Bali pada tahun 1846. Yang menjadi sasaran pertama dan utama adalah Kerajaan Buleleng. Patih I Gusti Ktut Jelantik beserta pasukan menghadapi serbuan Belanda dengan gigih. Pertempuran yang begitu heroik terjadi di Jagaraga yang merupakan salah satu benteng pertahanan Bali.Belanda melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Bali di benteng Jagaraga. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Bali tidak dapat menghalau pasukan musuh. Akhirnya
pasukan I Gusti Ktut
Jelantik terdesak dan
mengundurkan diri ke daerah luar benteng Jagaraga. Waktu benteng Jagaraga jatuh ke pihak Belanda, pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal Mayor A.V. Michiels dan sebagai wakilnya adalah van Swieten. Raja Buleleng dan patih dapat meloloskan diri dari kepungan pasukan Belanda menuju Karangasem. Setelah Buleleng secara keseluruhan dapat dikuasai, Belanda kemudian berusaha menaklukkan kerajaan-kerajaan lainnya di Pulau Bali. Ternyata perlawanan sengit dari rakyat setempat membuat pihak Belanda cukup
kewalahan. Perang puputan pecah di mana-mana, seperti Perang Puputan Kusamba (1849), Perang Puputan Badung (1906), dan Perang Puputan Klungkung (1908).
9. Pertempuran Raja Sisingamangaraja XII di Sumatera Utara Pada tahun 1878 Belanda mulai dengan gerakan militernya menyerang daerah Tapanuli, sehingga meletus Perang Tapanuli dari tahun 1878 sampai tahun 1907. Perlawanan Belanda di daerah Tapanuli dipimpin oleh Si Singamangaraja XII. Sebab-sebab terjadinya Perang Batak atau Perang Tapanuli. Raja Si Singamangaraja XII menentang dan menolak daerah kekuasaannya di Tapanuli Selatan dikuasai Belanda. Belanda ingin mewujudkan
Pax Netherlandica
(menguasai seluruh Hindia Belanda). Pada masa pemerintahan Si Singamangaraja XII, kekuasaan kolonial Belanda mulai memasuki
daerah
Tapanuli.
Belanda
ingin
mewujudkan
Pax
Netherlandica
yang
dilakukan dengan berlindung di balik kegiatan zending yang mengembangkan agama Kristen. Belanda menempatkan pasukannya di Tarutung dengan dalih melindungi penyebar agama Kristen. Si Singamangaraja XII tidak menentang usaha-usaha mengembangkan agama Kristen tetapi ia tidak bisa menerima tertanamnya kekuasaan Belanda di wilayah kekuasaannya. Menghadapi perluasan wilayah pendudukan yang dilakukan oleh Belanda, pada bulan Februari 1878 Si Singamangaraja XII melancarkan serangan terhadap pos pasukan Belanda di Bahal Batu, dekat Tarutung (Tapanuli Utara). Pertempuran merebak sampai ke daerah Buntur, Bahal Batu, Balige, Si Borang-Borang, dan Lumban Julu. Dengan gigih rakyat setempat berjuang saling bahu membahu berlangsung sampai sekitar 7 tahun. Tetapi, karena kekurangan senjata pasukan Si Singamangaraja XII semakin lama semakin terdesak. Bahkan terpaksa ditinggalkan dan perjuangan dilanjutkan ke tempat lain. Dalam keadaan yang lemah, Si Singamangaraja XII bersama putra-putra
dan
pengikutnya mengadakan perlawanan. Dalam perlawanan ini, Si Singamangaraja, dan seorang putrinya, Lapian serta dua putranya, Sultan Nagari dan Patuan Anggi, gugur. Dengan gugurnya Si Singamangaraja XII, maka seluruh daerah Batak jatuh ke tangan Belanda.
10. Perlawanan Cuk Nyak Dien di Aceh Cut Nyak Dien adalah istri pejuang Aceh Teuku Umar yang melanjutkan perjuangan suaminya setelah tewas dalam pertempuran. Dilahirkan dari keluarga bangsawan pada tahun 1850, Cut Nyak Dien dikenal sebagai pribadi yang tangguh, tegar, dan berani. Ia memimpin perjuangan rakyat Aceh bersama pejuang-peuang lainnya. perlawanan menyulitkan Belanda yang telah lelah berjuang menghadapi perlawanan Teuku Umar sebelumnya. Belanda menggunakan pasukan marsose untuk menghadapi perlawanan Cut Nyak Dien yang sulit ditumpas. Pasukan terkenal kejam ini berhasil mendesak Cut Nyak Dien. Perlawanan mulai berkurang setelah Cut Nyak Dien mengalami rabun mata dan kekurangan bahan makanan pasukannya. Pang Leot, pengikut Cut Nyak Dien yang memikirkan nasibnya akhirnya menyerahkan Cut Nyak Dien kepada Belanda agar mendapat perawatan tanpa sepengetahuan Cut Nyak Dien sendiri. Ketika ia mengetahui hal tersebut. Cut Nyak Dien berusaha menolak untuk ikut dengan Belanda. Perjuangan Cut Nyak Dien berpengaruh besar bagi rakyat Aceh. Belanda yang khawatir akan memunculkan pemberontakan baru di Aceh akhirnya mengasingkan Cut Nyak Dien ke Sumedang, Jawa Barat hingga menjelang kematiannya.