Difusi, Osmosis Dan Tonisitas (2)_6130018045.docx

  • Uploaded by: Iga Sukmawati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Difusi, Osmosis Dan Tonisitas (2)_6130018045.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,978
  • Pages: 11
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KEDOKTERAN

Judul: DIFUSI, OSMOSIS DAN TONISITAS

Nama: Iga Sukmawati NIM: 6130018045 Program Studi: S1 Pendidikan Dokter

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2019

Judul : DIFUSI, OSMOSIS DAN TONISITAS

Pendahuluan : Sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut, dan bukan pada jenisnya. Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel terlarut, dan bukan pada jenisnya. Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel terlarut sama akam memperlihatkan sifat koligatif yang sama, meskipun jenis zat terlarutnya berbeda-beda. Pengaruh jenis zat terlarut kecil sekali peranannya, selama zat itu tergolong non elektrolit tak atsiri (tidak mudah menguap), suatu zat yang tak membentuk ion dan tak mempunyai uap berarti. (Eistein Yazid, 2005). Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu metode berikut ini. Pertama, dalam metode hemolisis, pengaruh berbagai larutan oabt diperiksa berdasarkan efek yang timbul ketika disuspensikan dengan darah. Husa dan teman-temannya menggunakan metode ini. Kemudian mereka mencoba sebuah metode kuantitatif yang dikembangkan oleh Hunter berdasarkan pada kenyataan bahwa suatu larutan yang hipotonis akan membebaskan oksihemoglobin dalam perbandingan yang sama dengan jumlah sel-sel yang dihemolisisnya, atas dasar tersebut dapat ditentukan faktor Von’t Hoff, untuk kemudian dibandingkan dengan nilai yang diperoleh daya krioskopik, koefisien keaktifan dan koefisien osmosis. (Martin, 1993) Ada dua teori yang menjelaskan tentang peristiwa osmosis yaitu teori tekanan uap dan teori kinetika molekul. Teori tekanan uap adalah larutan encer memiliki tekanan uap yang lebih besar dari pada larutan yang lebih pekat, bila kedua macam larutan ini dipisahkan dengan selaput semipermeabel akan terjadi perpindahan secara bertahap molekul-molekul pelarut dari larutan yang memiliki tekanan uap besar (encer) larutan yang tekanan uapnya rendah (pekat). Perpindahan ini akan berhenti setelah tercapai kesetimbangan yaitu bila tekanan uap kedua larutan telah sama. Sedangkan, teori tekanan molekul menjelaskan bahwa setiap molekul sutu larutan maupun gas, diatas suhu absolut 0oC selalu dinyatakan sebagai potensial kimia. Di dalam sistem larutan, molekul air bergerak oleh adanya potensial kimia

zat terlarut pada larutan yang sangat encer, energi gerak atau potensial airnya dianggap paling besar sedangkan larutan yang pekat potensial airnya rendah. Hal ini disebabkan dalam larutan pekat molekul air banyak berikatan dengan zat terlarut sehingga sedikit banyak yang dapat bergerak. Dengan demikian osmosis pada dasarnya merupakan difusi dari daerah yang memiliki potensial air yang lebih tinggi ke daerah potensial airnya rendah melalui selaput semipermeabel. ((Eistein Yazid, 2005) Suatu larutan yang memiliki tekanan osmosis yang sama seperti cairan tubuh tertentu disebut isotonik (artinya memiliki tonisitas yang sama) dengan cairan tubuh spesifik tersebut. (Ansel, 2004) Larutan yang memiliki tekanan osmosis lebih rendah daripada cairan tubuh disebut hipotonik, sedangkan yang memiliki tekanan osmosis lebih besar disebut hipertonik. (Ansel, 2004).

Tujuan Praktikum 1.

Bedakan antara istilah solute, solvent, dan solusi.

2.

Tetapkan istilah transport pasif, difusi, dan transport aktif.

3.

Tentukan istilah osmosis, tekanan osmotic, dan osmolaritas.

4.

Definisikan istilah isotonic, hipotonik, dan hipertonik.

5.

Hitung osmolalitas solusi ketika konsentrasi zat terlarut (dalam g/l ) dan molekul berat zat terlarut diketahui.

6.

Jelaskan bagaimana sel darah merah (RBC) dipengaruhi ketika mereka ditempatkan di isotonic, hipotonik, dan solusi hipertonik.

Bahan dan Metode -Diskusi Tempat

: Laboratorium Fisiologi

Pukul

: 13.00-15.30

Dilakukan oleh anggota : -

Mochammad Hafitd Thoriqi (6130018038)

-

Quddus Salam

(6130018039)

-

Nabila Yusmawati

(6130018040)

-

Sely Audy Azzahra

(6130018041)

-

Galih Wicaksono

(6130018042)

-

Dhanty Widyaningtyas

(6130018043)

-

Novanda Rahmawan

(6130018044)

-

Iga Sukmawati

(6130018045)

-

Lailatul Komariyah

(6130018046)

-

Nadia Hidayati

(6130018047)

-

Firda Ellysa

(6130018048)

-

Reghina Salsabila

(6130018049)

-

Moch. Hilmi Nizar

(6130018050)

-

Muhammad Farhan

(6130018051)

-

Zulvatunnada

(6130018052)

-

Fitria Agustina

(6130018053)

-

Elryca lidya

(6130018054)

-

Dimas Assegaf

(6130018055)

Pembahasan A. Pertanyaan 1. Tentukan istilah osmosis ? 2. Jelaskan apa yang di maksud dengan istilah tekanan osmotik? 3. Tentukan istilah isotonik? 4. Sel darah merah dalam larutan hipertonik akan ? 5. Larutan NaCl 0,10M adalah (isotonik, hipotonik, hipertonik) menjadi larutan glukosa 0,10 M. B. Pembahasan 1. Osmosis

adalah bergeraknya

molekul

air

melalui

membrane

semipermiabel (selektif permeable) dari larutan berkadar rendah menuju larutan berkedar tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membrane sel dan kapiler permeable terhadap air, sehingga tekanan osmotic cairan tubuh diseluruh bagian tubuh sama ( Anthara dan Suartha, 2011) . 2. Tekanan osmotik sebuah larutan adalah ukuran kecenderungan aliran osmotic air ke dalam larutan berisi solut taktembus membrane dan air karena konsentrasi relatifnya. Tekanan osmotik merupakan ukuran tak langsung konsentrasi solut, dinyatakan dalam satuan tekanan. (Sherwood,2018) 3. Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan – larutan

yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Ini berbeda dengan larutan – larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel. Sebuah

larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya selsel tubuh yang normal dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan mineral yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik (Alghifari, Muhammad. 2012) 4. Pertambahan neto air kedalam sel menyebabkan sel membengkak, dapat terjadi hingga pecah atau melisis. Lalu jika sel darah merah dimasukan kelarutan pekat atau hipertonik yaitu larutan dengan konsentrasi solute yang tidak dapat menembus diatas normal (dan, konsekuensinya, konsentrasi air lebih rendah), sel akan menciut karena kehilangan air melalui osmosis. Ketika volume sel darah merah menyusut, luas permukaan tidak serta merta berkurang, sehingga bentuknya mirip landaka atau bertonjol-tonjol. (Sherwood,2018) 5. Pengukuran ini dilakukan memperhitungkan berat molekul zat terlarut yang berbeda; misalnya, larutan satu molar (1 M) atau satu molal (1 m) natrium klorida (NaCl) akan mengharuskan Anda timbang jumlah zat terlarut yang berbeda dari yang Anda inginkan larutan glukosa 1 M atau 1 m (C6H12O6). Umum unit berat dalam larutan 1 M NaCl dan glukosa 1 M solusinya adalah mol. Pentingnya tahi lalat nilainya adalah bahwa solusi dengan molaritas yang sama memiliki angka yang sama molekul. Meskipun mereka menimbang jumlah yang berbeda, larutan satu molar (1 M) mengandung 1 mol larut dalam 1 L larutan. Jadi, 1 M NaCl mengandung 58,5 g NaCl per liter, sedangkan 1 M glukosa mengandung 180 g glukosa per liter. Larutan NaCl satu molal (1 m) mengandung 1 mol NaCl (58,5 g) yang dilarutkan dalam 1.000 g pelarut. Jika air adalah pelarut, 1.000 g sama dengan 1.000 mL (pada kepadatan maksimum, 4 ° C). Solusi 1 M memiliki final volume 1.000 mL, sedangkan larutan 1 m memiliki akhir volume yang biasanya melebihi 1.000 mL. Perhatikan bahwa menurunkan nilai kedua zat terlarut dan pelarut dengan proporsi yang sama tidak berubah konsentrasi larutan. Larutan glukosa 1 M dapat dibuat dengan melarutkan 90

g glukosa dalam volume akhir 500 mL atau dengan melarutkan 180 mg glukosa dalam 1 Ml pelarut. Jika konsentrasi zat terlarut aktif secara osmotik adalah sama di kedua sisi membran (jika osmotic tekanannya sama), osmosis tidak akan terjadi. Dua solusi ini dikatakan isotonik satu sama lain (artinya iso "sama"). Jika konsentrasi larutan ketiga kurang dari dua solusi pertama, dikatakan hipotonik ke dua solusi pertama (hypo berarti "di bawah"). Air akan berdifusi dari larutan ketiga ke larutan pertama dua solusi jika solusi ini dipisahkan oleh semipermeabel selaput. Jika konsentrasi larutan keempat lebih besar dari dua solusi pertama, katanya menjadi hipertonik (hiper berarti "di atas") ke dua yang pertama solusi. Air akan berdifusi dari dua solusi pertama dan menjadi yang keempat jika solusi ini dipisahkan oleh a membran semipermeabel. Dalam semua kasus, air berdifusi dari larutan yang lebih rendah Tekanan osmotik (konsentrasi zat terlarut lebih rendah) ke larutan tekanan osmotik yang lebih besar (konsentrasi zat terlarut lebih besar). Perhatikan bahwa tekanan osmotik suatu larutan adalah sebanding dengan jumlah molekul terlarut dalam larutan. Larutan glukosa satu molal, misalnya, memiliki 1 mol molekul glukosa dalam larutan. Solusi ini akan memiliki tekanan osmotik yang sama dengan larutan 1 m sukrosa atau larutan 1 m dari urea. Solusi ini dikatakan memiliki osmolalitas yang sama (1,0 osmole / kg air, atau 1.0 Osm). Suatu larutan yang mengandung 1 mol glukosa plus 1 mol urea akan memiliki osmolalitas 2 (2,0 Osm).

C. Diskusi 1. Misalkan garam dan larutan glukosa dipisahkan oleh membran yang premeabel terhadap air tetapi tidak untuk zat terlaur. Larutan NaCl memiliki konsentrasi 1,95 g per 250 ml (berat molekul sama dengan 58,5) solusi glukosa memilki a konsentrasi 9,0 g per 250ml (berat molekul sama dengan 180). 2. Hitung molalitas, milimolalitas, dan miliolmolalitas dari kedua solusi. Nyatakan apakah osmosis mau atau tidak terjadi dan, jika mau, kearah mana. Jelaskan jawbanmu.

3. Ketika tubuh perlu menghemat air, ginjal mengeluarkan urin hipertonik. Apa yang dilakukan istilah isotonik dan rata-rata hipertonik? Karena cairan yang menjadi urin dimulai sebagai plasma, larutan isotonik, apa yang harus terjadi ubah menjadi urin hipertonik? Menjelaskan. 4. Reseptor haus terletak dibagian otak yang disebut hipotalamus. Reseptor ini, disebut osmoreseptor, dirangsang oleh peningktan osmolalitas darah. Bayangkan seorang pria yang baru saja mendarat dipadang pasri pulau. Lacak jalannya pristiwa yang mengarah sensasi kehausanya. Bisakah dia memuasakan rasa hausnya dengan minum air laut? Menjelaskan. 5. Sebelum penemuan lemari es, pelopor mengawtkan dading dengan mengasinkannya. Jelskan bagaiamana daging dapat dilestarikan prosedur ini. (petunjuk : pikirkan tentang apa yang akan dilakukan pengasinan daging terhadap organism pengurai, seperti bakteri dan bakteri jamur). Jawaban Diakusi 1. 2. a. molalitas NaCl = gr/Mr x 1000/L =1,95/58,5 x 1000/250 = 0,12 molal Molalitas glukosa = 9/180 x 1000/250 = 0,2 molal b. Milimolalitas NaCl = molalitas/1000 = 0,12/1000 = 1,2 x 10-4 milimolalitas glukosa = 0,2/1000 = 2 x 10-4 c. Miliosmolalitas NaCl dengan glukosa Molaritas = n/V , n = gr/Mr N NaCl = 1,95/58,5 = 0,03 Molaritas NaCl = 0,03/250 = 1,2 x 10-4 N glukosa = 9/180 = 0,05

Molaritas glukosa = 0,05/250 = 2 x 10-4 NaCl = glukosa M.R.T.i = M.R.T.i 1,2 x 10-4 x 2 = 2 x 10-4 x 1 2,4 x 10-4 = 2 x 10-4 Jadi, dalam kedua solusi tersebut terjadi osmosis dari NaCl kea rah glukosa. 3. Proses pencernaan = filtrasi -> Reabsopsi ->sekresi 1. fitrasi : penyaringan darah (berupa zat sisa metabolism air) 2. reabsobsi : penyerapan kembali (seperti air, glukosa, asam amino, natrium dan 3. sekresi : pembentukan urine. Urine hipertonik atau banayk sedikitnya urine yang dikeluarkan setiap harinya diantranya dipengaruhi oleh zat-zat diuretika, suhu , konsentrasi darah, dan emosi zat-zat diuretika mampu

menghambat reabsobsi ion Na+ dan konsentrasi anti diuretika hormone (ADH) berkurang, lalu reabsobsi air terhambat volume air meningkat. 4. Tidak bisa, karena air laut mengandung mineral garam yang sangat banyak dibandingkan kandungan mineral garam pada air mineral biasa. Garam mempunyai sifat atau karateristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air. Tubuh kita akan dengan sendirinya menyesuaikan kandungan garam didalam tubuh, tubuh kita akan membuang garam bersama cairan tubuh kita. Jumlah garam yang dapat dibuang melalui ginjal adalah sesuai dengan jumlah cairan ginjal hanya dapat memproduksi cairan yang akan dibuang dengan kandungan garam sebanyak 0,9%. Misalnya, bila kita minum satu gelas air laut dengan 3,5% kandungan garam. Tubuh kita akan membuang cairan tubuh sebanyak empat gelas untuk menurunkan jumlah

garam dalam tubuh. Tapi tubuh kita akan mengalami kekurangan cairan oleh karena itu kita akan merasa tambah kehausan. 5. Air pada daging mengandung bakteri dan bakteri jamur yang menyebabkan pembusukan berlangsung secara cepat. Pada proses pengaraman garam ditaburkan pada daging menyebabkan terjadinya proses osmosis pada sel daging dimana larutan garam yang menempel pada daging menarik kandungan air dalam daging keluar hingga cairan yang tersisa pada daging akan mengental , kadar protei menggumpal serta sel-sel daging menjadi mengkerut proses osmosis juga terjadi pada sel-sel bakteri hingga bakteri tersebut lama kelamaan akan mati.

Daftar Pustaka Alghifari, Muhammad. 2012. Kimia larutan. Lesson : Cikidang.

Anthara, I. Made S., dan Suartha, I. nyoman. 2011. Homcostasis Cairan Tubuh Pada Anjing dan Kucing.Buletin veteriner Udayana. Vol 3 (1): 23-27. ISSN 2085-2495.

Ansel,H.C. 2004. Kalkulus farmasetik.EGC:Jakarta. Martin, Alfred, dkk. 1993 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid II. Jakarta; penerbit UI.

Sherwood, L.2014. fisiologi Manusia Edisi Kedelapan. Jakarta: Yolanda cassio.

Related Documents


More Documents from "dhinits"