Difusi Dan Osmosis.docx

  • Uploaded by: Ghia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Difusi Dan Osmosis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,592
  • Pages: 9
DIFUSI DAN OSMOSIS Vedra Febrylighia (2201789643) Jennifer Kurniawan / Elizabeth Katarina Zefanya Departemen Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan Fakultas Teknik BINUS University

I.

Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati peristiwa osmosis yang terjadi pada sel serta mengamati pengaruh peristiwa osmosis terhadap bentuk sel.

II.

Metodologi 2.1. Alat        

Pelubang gabus Gelas beaker Kaca objek Cover glass Mikroskop cahaya Penggaris Stopwatch Silet

2.2. Bahan  Kentang  Air  Daun Rhoedis color  Larutan NaCl 1M  Larutan sukrosa 1M  Tissue

1

2.3. Diagram Alir Membuat potongan silinder kentang dengan menggunakan pelubang gabus sebanyak dua buah Mengukur panjang dan diameter potongan silinder kentang

Merendam satu potongan silinder kentang ke dalam larutan sukrosa dan potongan silinder kentang yang satunya ke dalam larutan NaCl pada gelas beaker selama 30 menit dan goyangkan tiap 10 menit

Mengangkat potongan silinder kentang lalu mengeringkannya

Mengukur volume, panjang, dan diameter dari kedua potongan silinder kentang Diagram Alir 1. Mengamati perubahan ukuran jaringan akibat peristiwa osmosis.

Mengiris tipis bagian ungu pada daun Rhoeodis color lalu meletakkannya pada kaca objek

Meneteskan irisan

Meneteskan irisan

Meneteskan irisan

Rhoeodis color dengan Aquades

Rhoeodis color dengan sukrosa

Rhoeodis color dengan NaCl

Menutupnya dengan cover glass lalu mendiamkannya sampai 10 menit

Mengamati pada mikroskop dengan perbesaran 100x dan 400x dan mengambil gambar dari hasil pengamatan Diagram Alir 2. Mengamati perubahan bentuk sel akibat peristiwa osmosis

2

III.

Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Tabel 1. Perubahan Ukuran Jaringan Kentang Akibat Osmosis Larutan Panjang Diameter Volume awal akhir awal akhir awal akhir Sukrosa 4,7 cm 4,6 cm 0,6 cm 0,6 cm 2 ml 1 ml NaCl 4,7 cm 4,5 cm 0,6 cm 0,6 cm 2 ml 1 ml Tabel 2. Perubahan Bentuk Sel Rhoeo Discolor Akibat Osmosis Larutan Perbesaran Gambar Keterangan Sukrosa 100 x

Pigmen antosianin

Dinding sel

Gambar 1. Sel Rhoeo Discolor setelah ditetesi sukrosa (perbesaran 100x) (Data Praktikum) 400 x

Pigmen antosianin Dinding sel

kloroplas

Gambar 2. Sel Rhoeo Discolor setelah ditetesi sukrosa (perbesaran 400x) (Data Praktikum)

3

NaCl

100 x Pigmen antosianin

Dinding sel

Gambar 3. Sel Rhoeo Discolor setelah ditetesi NaCl (perbesaran 100x) (Data Praktikum) 400 x Pigmen antosianin

Dinding sel

kloroplas

Gambar 4. Sel Rhoeo Discolor setelah ditetesi NaCl (perbesaran 400x) (Data Praktikum) Aquades

100 x

Pigmen antosianin

Gambar 5. Sel Rhoeo Discolor setelah ditetesi aquades (perbesaran 100x) (Data Praktikum)

4

400 x Pigmen antosianin

Dinding sel

Gambar 6. Sel Rhoeo Discolor setelah ditetesi aquades (perbesaran 400x) (Data Praktikum)

3.2. Pembahasan Mekanisme transpor pada membran sel dibedakan menjadi dua, yaitu transpor aktif dan transpor pasif. Transpor aktif merupakan transpor yang menggunakan energi untuk mengeluarkan dan memasukkan ion-ion dan molekul melalui membran sel yang bersifat selektif permeable. Trasnpor aktif terdiri dari pompa natrium-kalium, endositosis, dan eksositosis. Transpor pasif merupakan proses transpor melalui membran sel yang tidak membutuhkan energi. Transpor pasif terdiri dari difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi (Campbell et al., 2008). Difusi merupakan peristiwa perpindahan molekul-molekul suatu zat dari larutan yang berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah melalui membran semipermeabel (Horne dan Swearingen, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi yaitu suhu, tingkat gradien konsentrasi, ukuran partikel, ketebalan membran, luas suatu area, dan jarak. Semakin tinggi suhu maka partikel mendapatkan energi untuk bergerak lebih cepat sehingga akan semakin cepat kecepatan difusinya. Semakin besar perbedaan konsentrasi maka semakin cepat difusi yang berlangsung. Semakin dekat jarak tempat terjadinya difusi maka akan semakin cepat difusi yang berlangsung. Semakin luas suatu area maka akan semakin cepat pula kecepatan difusi yang berlangsung. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Semakin tebal membran maka semakin lambat kecepatan difusi yang berlangsung (Wright, 2000).

5

Osmosis merupakan peristiwa perpindahan air (zat pelarut) melalui membran selektif permeabel dari larutan berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi atau osmosis juga diartikan sebagai perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Peristiwa osmosis terjadi pada sel. Peristiwa ini bergantung pada perbandingan konsentrasi larutan di dalam dan di luar sel. Jika konsentrasi larutan di luar sel lebih rendah daripada larutan di dalam sel, berarti sel berada dalam larutan hipotonik. Sementara itu, jika konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi daripada larutan di dalam sel, berarti sel berada dalam larutan hipertonik. Larutan hipertonik akan membuat sel tumbuhan mengalami plasmolisis dan pada sel hewan akan mengalami krenasi. Larutan garam dan gula merupakan salah satu dari larutan hipertonik yang dapat menyebabkan terjadinya osmosis. Sedangkan pada larutan hipotonik, akan membuat sel tumbuhan mengalami peningkatan tekanan turgor dan pada sel hewan akan mengalami hemolisis (Campbell et al., 2008). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osmosis pada sel hidup yaitu ukuran zat terlarut, tebal membran, luas permukaan, jarak zat pelarut dan zat terlarut, serta suhu. Semakin banyak zat terlarut maka peristiwa terjadinya osmosis akan semakin cepat. Semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat osmosis yang terjadi. Semakin besar luas permukaan membran maka akan semakin cepat osmosis yang berlangsung (Wright, 2000). Membran sel merupakan lapisan yang mengontrol keluar masuknya zat antara lingkungan luar dan lingkungan dalam sel. Membran sel memiliki permeabilitas (permeabilitas membran sel), yaitu suatu ukuran senyawa yang dapat melintasi/menembus membran. Dengan kata lain, permeabilitas membran menentukan materi atau zat apa yang dapat masuk dan keluar sel (James, Baker, dan Swain, 2008). Membran sel dapat bersifat semipermeabel dan selektif permeabel. Semipermeabel artinya mudah dilewati oleh molekul air. Sedangkan selektif permeabel berarti bahwa membran hanya dapat dilewati oleh ion dan molekul polar tertentu (Banvalvi, 2016). Pada percobaan pertama yaitu menentukan perubahan ukuran jaringan akibat osmosis. Pada percobaan ini menggunakan kentang yang dipotong silinder lalu dimasukkan ke dalam larutan NaCl dan larutan sukrosa. Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa

6

ukuran potongan silinder kentang mengalami perubahan saat setelah direndam dalam larutan NaCl dan sukrosa. Sebelum kentang dimasukkan ke larutan NaCl dan sukrosa, ukuran silinder kentang yaitu panjangnya 4,7 cm, diameternya 0,6 cm, dan volumenya sebesar 2 ml. Setelah dimasukkan baik ke dalam larutan sukrosa maupun larutan NaCl selama 30 menit, potongan silinder kentang tidak mengalami perubahan ukuran diameter, tetapi mengalami perubahan ukuran panjang dan volume. Pada larutan sukrosa, panjang potongan silinder kentang menjadi 4,6 cm dan pada larutan NaCl panjangnya menjadi 4,5 cm, dan baik pada larutan sukrosa dan NaCl sama-sama membuat potongan silinder kentang mengalami perubahan volume yaitu dari 2 ml menjadi 1 ml. Dari hasil Tabel 1. tersebut didapatkan bahwa potongan silinder kentang mengalami penyusutan ukuran setelah direndam dalam larutan sukrosa dan gula, ukuran silinder kentang tersebut menjadi lebih kecil dari semula karena mengalami peristiwa osmosis dimana terjadi perpindahan air dari sel kentang keluar menuju larutan gula dan larutan garam. Perpindahan air ini disebabkan karena sel-sel kentang hipotonis terhadap larutan gula yang hipertonis. Peristiwa ini disebut sebagai plasmolisis, yaitu proses keluarnya cairan (air) dari hipotonis (konsentrasi rendah) ke hipertonis (konsentrasi tinggi) (Campbell et al., 2008). Pada percobaan kedua yaitu menentukan perubahan bentuk sel akibat peristiwa osmosis. Pada percobaan ini menggunakan preparat sel Rhoeo discolor. Berdasarkan Tabel 2. preparat sel Rhoeo discolor yang ditetesi sukrosa dan NaCl bentuk selnya terlihat lebih kecil dibandingkan sel Rhoeo discolor yang ditetesi aquades jika dilihat pada perbesaran 100x dan warna ungu (pigmen antosianin) pada sel Rhoeo discolor yang ditetesi sukrosa dan NaCl tidak merata seperti warna ungu yang terdapat pada sel Rhoeo discolor yang ditetesi oleh aquades. Kemudian ketika diamati dengan perbesaran 400x, pada sel Rhoeo discolor yang ditetesi sukrosa terlihat jelas bahwa ada beberapa bagian sel yang warna ungu (pigmen antosianin)nya memudar menjadi agak putih warnanya dan muncul kloroplas di tengah-tengah sel. Kemudian sel Rhoeo discolor yang ditetesi NaCl saat dilihat dengan perbesaran 400x, sama seperti pada sel Rhoeo discolor yang ditetesi sukrosa, bahwa terlihat pigmen antosianin di sebagian besar sel mulai berubah menjadi putih serta terlihat adanya kloroplas di tengah-tengah sel. Hal ini jelas terjadi karena larutan

7

sukrosa dan larutan NaCl memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi cairan dalam sel Rhoeo discolor sehingga cairan dalam sel Rhoeo discolor keluar dan sel akan menyusut dan ditandai dengan warna ungu (antosianin) yang mulai memudar menjadi lebih sedikit. Peristiwa yang terjadi pada sel Rhoeo discolor yang ditetesi sukrosa dan NaCl ini disebut sebagai plasmolisis. Peristiwa plasmolisis ini menyebabkan sel kehilangan cairan sehingga sitoplasma mengerut dan membuat kloroplas ada di tengah sel. Sedangkan pada sel Rhoeo discolor yang ditetesi aquades tidak mengalami pemudaran warna ungu (warna antosianin dalam sel penuh) dan sel terlihat cembung pada perbesaran 400x. Hal tersebut terjadi karena sel Rhoeo discolor berada pada larutan hipotonis dimana ketika sel tumbuhan berada pada larutan ini akan terjadi turgid (peningkatan tekanan turgor), yaitu masuknya air ke dalam sel tumbuhan sehingga vakuola sel akan dipenuhi air dan sel tumbuhan (Rhoeo discolor) akan terlihat mengembung (Campbell et al., 2008).

IV.

Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini yaitu osmosis merupakan peristiwa perpindahan air (pelarut) dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi atau berpindahnya zat dalam pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah . Peristiwa osmosis mengakibatkan ukuran dan bentuk sel tumbuhan menjadi lebih kecil dan dapat menyebabkan sel tumbuhan mengalami plasmolisis apabila sel berada dalam larutan hipertonik. Peristiwa osmosis juga dapat mengakibatkan terjadinya perbesaran sel pada tumbuhan karena terjadinya peningkatan tekanan turgor apabila sel berada dalam larutan hipotonik. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya osmosis pada sel hidup yaitu ukuran zat terlarut, tebal membran, luas permukaan, jarak zat pelarut dan zat terlarut, serta suhu.

8

V.

Daftar Pustaka Banvalvi, G. (2016). Permeability of Biological Membranes. United States : Springer. Campbell, N.A et al. (2008). Biologi (8th ed). Jakarta : Erlangga.. Horne, M.M., & Swearingen, P.L. (2001). Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa. Jakarta : EGC. James, J., Baker, C., & Swain, H. (2008). Prinsip-Prinsip Sains Untuk \Keperawatan. Jakarta : Erlangga Wright, D.B. (2000). Human Physiology and Health.. Harlow : Pearson Education Limited.

.

9

Related Documents


More Documents from "Berliana Damayanti"

May 2020 2