Diare.docx

  • Uploaded by: ikbal
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diare.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,527
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) yaitu gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban (Musliha, 2011). Prinsip utama adalah memberikan pertolongan pertama pada korban. Pertolongan pertama adalah pertolongan yang diberikan saat kejadian atau bencana terjadi ditempat kejadian (Krisanty, 2013). Pertolongan pertama adalah perawatan yang diberikan segera kepada orang yang cedera atau mendadak sakit yang hanya memberi bantuan sementara sampai mendapatkan perawatan medis yang kompeten, jika perlu atau sampai kesempatan pulih tanpa perawatan medis terpenuhi (Thygerson, 2012). Keperawatan kritis dan kegawatdaruratan bersifat cepat dan perlu tindakan yang tepat, serta memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi sehingga terciptanya tahapan-tahapan proses keperawatan, dan setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama lain diawali dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi (Deswani, 2009). Diare merupakan suatu kejadian pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H,2006). Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang.perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader kesehatan sebesar 10% dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun.angka kesakitan pada tahun

2015 diare saat KLB bahkan meningkat menjadi 2,47 %. (Kemenkes RI 2015). Penyakit diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang terutama akibat dehidrasi dan berujung kepada syok. Di Indonesia penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena tingginya angka kesakitan dan angkat kematian terutama pada balita. Berdasarkan SDKI tahun 2002 didapatkan insidens diare sebesar 11%, 55% diare terjadi pada golongan balita dengan angka kematian diare pada balita sebesar 2,5 per 1000 balita. Berdasarkan data riskesdas 2013 insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7 persen. (Riskesdas,2013). B. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien penderita diare di RS BARI Palembang C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulis mendapatkan gambaran bagaimana melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita diare dengan gangguan pada system pencernaan di Rs BARI Palembang. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian pada pasien penderita diare dengan gangguan system pencernaan di Rs. BARI Palembang b. Merumuska diagnose keperawatan pada pasien penderita diare dengan gangguan system pencernaan di Rs. BARI Palembang c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien penderita diare dengan gangguan system pencernaan di Rs. BARI Palembang. d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien penderita diare ganguan sistem pencernaan di Rs.BARI Palembang e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien penderita diare dengan ganguan sistem pencernaan di Rs.BARI Palembang. f. Melakukan discharge planiing keperawatan pada pasien penderita diare dengan ganguan sistem pencernaan di Rs. BARI Palembang.

D. Manfaat penulisan 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini merupakan salah satu sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapat, memberikan pengalaman dan peningkatan pemahaman dalam penelitian. Penelitian ini diharapakan dapat menjadi landasan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis ini dalam rangka melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita Diare di Rumah Sakit BARI Palembang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah sakit Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi

perawat

khususnya

dalam

pemberian

asuhan

keperawatan pada pasien penderita diare. b. Bagi Institusi Pendidikan Menjadi bahan masukan untuk mengembangkan keilmuan dalam bidan keperawatan gawat darurta,terutama aspek yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien penderita diare dengan gangguan system pencernaan. c. Bagi Penulis Sebagai bahan acuan bagi peneliti guna mengembangkan penelitian keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan dengan penderita diare.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Definisi Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya ( normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah padat dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum,2008). Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan kronis. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah ( Alimul H,2006). Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekuensi defekasi (lebih dari 3 kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g perhari) dan perubahan konsitensi (Bruner & Suddart 2014). Jadi, dapat disimpulkan bahwa diare akut adalah inflmasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair. Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender dan darah 2. Etiologi Diare Etiologi diare menurut Brunner & Suddart (2014) : a. Faktor infeksi

: Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio

kholera). Virus (Enterovirus), parasite (cacing), Kandida ( Candida albicans). b. Faktor parental

: infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering

terjadi pada anak-anak).

c. Faktor malabsorbsi

: Karbohidrat,lemak, protein

d. Faktor makanan

: makanan basi, beracun,terlampau banyak

lemak, sayuran kurang matang. e. Faktor psikologis

: Rasa takut, cemas.

f. Medikasi tertentu

: formula untuk pemberian makanan melalui

selang gangguan metabolisme dan endokrin deficit sfingter anal, sindrom Zollinger Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus. 3. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi system pencernaan Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkan nya untuk diasimilasi tubuh. Selain itu mulut memuat gigi untuk mengunyah makanan, dan lidah yang membantu untuk cita rasa dan menelan. Beberapa kelenjar atau kelompok kelenjar menuangkan cairan pencerna penting ke dalam saluran pencernaan. Saluran-saluran pencernaan dibatasi selaput lendir (membran mukosa), dari bibir sampai ujung akhir esofagus, ditambah lapisan-lapisan epitelium (Pearce Evelin C. 2009). 1) Mulut Mulut atau orsis adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian luar yang senpit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oeh tulang malsilaris, platum dan mandibularis, di belakang bersambung dengan faring. a) Gigi Gigi dewasa berjumlah 32 yang terdiri dai gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk menguyah makanan yang sudah dipotong-potong. b) Lidah Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah.Fungsi lidah itu sendiri yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap, dan menelan, serta merasakan makanan. c) Kelenjar ludah Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama wartoni dan duktus stensoni.Kelenjar ludah ada dua yaitu kelenjar submaksilaris dan subblingualis.

2) Faring Merupakan

organ

berhubungan

rongga

mulut

dengan

kerongkongan (esofagus).Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tekak terdiri dari bagian superior ( bagian yang sama tinggi dengan hidung ) bagian media ( bagian yang sama tinggi dengan laring ). Bagian superior di sebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang memghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. 3) Esofagus Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di baeah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar: melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanang longituginal. Esofgus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung. 4) Lambung Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pirolok, terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri funtus uteri. Bagian lambung terdiri dari : a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas. b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.

c) Antrum pilorius, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorius. d) Kurvantura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum kardiak sampai ke pilorus. e) Kurvantura mayor, terdapat lebih panjang dari kurvantura minor, terbentang dari sisi kiri osteum melalui fundus vebtrikuli menuju ke kanan sampai bagian atas kurvanturi mayor sampai ke limpa. f) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik. Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang di sebut getah lambung.Getah lambung di halangi oleh sitem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti, arah dan rasa takut. 5). Usus halus Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada piloris dan berakhir pada sekum panjangnya 6m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus ( lapisan mukosa [sebelah dalam], lapisan pencernaan terdiri dari lapisan otot melingkar [m. Sirkuler], lapisan otot memanjang [m. Longi tudinal] dan lapisan serosa [sebelah luar]. a)

Duedenum Duedenum di sebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan deudenum terdapat selaput lendir, yang membukit di sebut papila vateri yang bermuara di

saluran empedu. Dinding deudenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut Brunnern berfungsi untuk memproduksi getah intestinum. b)

Jejenum dan ileum Jejenum dan ileum memiliki panjang sektar 6 meter. Dua

perlima sebagian atas adalah (jejenum) dengan panjang 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dam ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. 6). Usus besar Usus besar atau intestum mayor panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dan makanan. Tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. a) Sekum Dibaeah sekum terdapat apendiks, vermiformis yang berbentuk seperti cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesintrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup. b) Kolon asendens Pajangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebalah kanan. Membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawa hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum. c) Apendiks ( usus halus) Bagian dari usus halus yang muncul seperti corong dari ujung sekum,

mempunyai

pintu

keluar

yang

sempit

tetapi

memungkinkan dapat di lewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks beraksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan peforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. d) Kolon trasversum Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sanapai desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura linealis. e) Kolon desendens Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid. f)

Kolon sigmoid Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

7). Rektum Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinium mayor dam anus, terletak di dasar pelvis, dindingnnya di perkuat oleh 3 sfingter : a)

Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut

kehendak. b)

Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c)

Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut

kehendak. (Syaifuddin. 2009)

4. Patofisiologi Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi sebagai berikut: 1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik, 2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik, 3) Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak, 4) Defek sistem pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di enterosit, 5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal, 6) Gangguan permeabilitas usus, 7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik, 8) Infeksi dinding usus disebut diare infeksi. Diare osmotik, diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia yang hiperosmotik ( MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa. Diare sekretorik, diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, reseksi ileum (gangguang absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat dll). Malabsorbsi asam empedu atau malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati. Defek sistem pertukaran anion/traspor elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+, K+, ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal. Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.

Gangguan

permeabilitas

usus:

diare

tipe

ini

disebabkan

permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus. Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn). Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak merusak mukosa), dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholera merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosine monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium dapat dikompensasi oleh meningginya absorpi ion natrium diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat dan klorida. Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

5. B. as

More Documents from "ikbal"

Leaflet_baru.docx
December 2019 42
Bab Ii.docx
December 2019 34
Askep Hematomesis.docx
December 2019 30
Diare.docx
December 2019 39
Ab
August 2019 27