5.2.2. Diare dengan dehidrasi sedang/ringan Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan dan memberi larutan oralit. Diagnosis Jika anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak menderita dehidrasi ringan/sedang:
Gelisah/rewel Haus dan minum dengan lahap Mata cekung Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Perhatian: Jika anak hanya menderita salah satu dari tanda di atas dan salah satu tanda dehidrasi berat (misalnya: gelisah/rewel dan malas minum), berarti anak menderita dehidrasi sedang/ringan. Tatalaksana
Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai dengan berat badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak diketahui), seperti yang ditunjukkan dalam bagan 15 berikut ini. Namun demikian, jika anak ingin minum lebih banyak, beri minum lebih banyak. Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap 1 – 2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan menggunakan cangkir. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah o Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit lebih lambat (misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit) o Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan beri minum air matang atau ASI. Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan pun anaknya mau. Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukkan pada ibu cara menyiapkan larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit secukupnya kepada ibu agar bisa menyelesaikan rehidrasi di rumah ditambah untuk rehidrasi dua hari berikutnya. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat sebelumnya (Catatan: periksa kembali anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa minum larutan oralit atau keadaannya terlihat memburuk.) o Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk perawatan di rumah beri cairan tambahan. beri tablet Zinc selama 10 hari lanjutkan pemberian minum/makan (lihat bagian 10.1) kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini: anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu kondisi anak memburuk
o
o o
anak demam terdapat darah dalam tinja anak Jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan larutan oralit, seperti di atas dan mulai beri anak makanan, susu atau jus dan berikan ASI sesering mungkin Jika timbul tanda dehidrasi berat, lihat pengobatan di bagian 5.2.1. Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau Ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
UMUR Bayi (di bawah umur 12 bulan) Anak (12 bulan sampai 5 tahun)
Pemberian 70 ml/kg selama 5 jam 2,5 jam
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan Dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan penanganan. Rencana Terapi B and Rencana Terapi A memberikan penjelasan lebih rinci:
Beri tablet Zinc
Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak: o Di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari o 6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari
Pemberian Makan Melanjutkan pemberian makan yang bergizi merupakan suatu elemen yang penting dalam tatalaksana diare.
ASI tetap diberikan Meskipun nafsu makan anak belum membaik, pemberian makan tetap diupayakan pada anak berumur 6 bulan atau lebih.
Jika anak biasanya tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi (yaitu memulai lagi pemberian ASI setelah dihentikan) atau beri susu formula yang biasa diberikan. Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau sudah makan makanan padat, beri makanan yang disajikan secara segar – dimasak, ditumbuk atau digiling. Berikut adalah makanan yang direkomendasikan:
Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan kacangkacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin, dengan 1-2 sendok teh minyak sayur yang ditambahkan ke dalam setiap sajian. Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di daerah tersebut. (lihat bagian 10.1)
Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk penambahan kalium.
Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari. Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per harinya selama 2 minggu.
Diare merupakan masalah kesehatan yang cukup sering terjadi di negara berkembang, terutama pada anak-anak. Diare menyumbang 2,4 juta kematian di dunia dan menjadi penyebab terbesar kedua kematian pada anak dibawah 5 tahun.1 Hal ini disebabkan karena kondisi anak yang memburuk dengan cepat dan tanda-tanda bahaya yang kurang diwaspadai oleh orangtua.2 Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali dan mewaspadai tanda bahaya diare pada anak. Diare memiliki karakteristik berupa peningkatan frekuensi BAB (biasanya lebih dari 3 kali dalam 24 jam), volume, dan penurunan konsistensi tinja (lebih cair). Frekuensi normal BAB bervariasi tiap individu dan tergantung dari usia.1,3,4 Bayi baru lahir sampai usia dua bulan dan yang mendapatkan ASI eksklusif umumnya memiliki frekuensi BAB lebih sering, bahkan bisa sampai 10 kali sehari, kemudian akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia.5 Keluhan lain yang dapat menyertai diare adalah demam dan muntah. Berdasarkan durasinya, diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Diare akut terjadi kurang dari 7 hari, diare persisten terjadi lebih dari 7 hari, dan diare kronik terjadi lebih dari 14 hari. Diare akut umumnya disebabkan oleh infeksi: virus, bakteri (kolera, disentri, tiphoid, dan sebagainya), parasit; alergi makanan: alergi susu sapi, protein kedelai; gangguan penyerapan usus: intoleransi laktosa, lemak, dan protein; keracunan makanan; dan lain-lain (obat-obatan, kelainan anatomi).3,4,6 Di negara berkembang, 50–60% diare disebabkan oleh infeksi bakteri dan 35% disebabkan infeksi virus.1 Terdapat berbagai faktor risiko berhubungan tingginya kejadian diare, diantaranya adalah musim/cuaca seperti kekeringan, dimana air cukup sulit didapatkan, higienitas (kebersihan), dan tidak mendapatkan ASI eksklusif atau penghentian pemberian ASI secara dini. Diare persisten lebih sering terjadi terutama pada anak usia kurang dari 6 bulan, penderita gizi buruk, serta penderita penyakit kronis, seperti defisiensi imun (gangguan imunitas tubuh).1,2
Did you know? “Diare dapat dicegah dengan selalu membiasakan diri mencuci tangan dan menjaga kebersihan. Untuk menjaga asupan nutrisi, tetap melanjutkan pemberian ASI dan pemberian makan secara bertahap, serta penuhi kebutuhan cairan anak”
dr. Marlyn Malonda, Sp.A Pencegahan Diare dan Dehidrasi pada Anak Pemahaman dan kewaspadaan terhadap tanda dehidrasi pada anak sangat penting bagi orang tua untuk mencegah diare pada anak. Orang tua perlu memahami tanda dehidrasi ringan hingga berat sehingga dapat mengetahui saat anak perlu dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan segera. Dehidrasi ringan-sedang memiliki tandatanda atau gejala minimal dua atau lebih dari tanda berikut: rewel, gelisah, mata cekung, anak tampak sangat haus, dan turgor kulit lambat kembali. Dehidrasi digolongkan berat bila terdapat dua atau lebih dari tanda berikut: terdapat penurunan kesadaran, mata cekung, malas minum/tidak dapat minum, turgor kulit perut kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik). Jika ditemukan tanda dehidrasi berat, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk evaluasi dan tata laksana lebih lanjut serta lebih agresif untuk mencegah komplikasi lebih lanjut seperti gangguan elektrolit, penurunan berat badan, gagal tumbuh, bahkan kematian.2,4,6 Jika anak diare tanpa dehidrasi atau dehidrasi ringan-sedang, maka terdapat beberapa langkah penanganan yang dapat dilakukan di rumah. Untuk menjaga asupan nutrisi, tetap melanjutkan pemberian ASI dan pemberian makan secara bertahap pada anak berusia 6 bulan atau lebih. Makanan yang diberikan dapat berupa makanan padat yang disajikan matang dengan tekstur halus (ditumbuk atau digiling).6,7 Bujuk anak untuk makan dengan pemberian setidaknya 6 kali sehari. Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan makanan tambahan per harinya selama 2 minggu. Pada anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, berikan susu pengganti yang tidak mengandung laktosa. Pemberian tablet zink dianjurkan pada anak selama 10 hari dengan dosis 10 mg (1/2 tablet) per hari pada anak dibawah 6 bulan dan 20 mg (1 tablet) per hari pada anak usia 6 bulan keatas. Oralit adalah cairan yang terbaik bagi penderita dan dapat mulai diberikan pada anak dengan diare tanpa dehidrasi untuk pencegahan. Namun bila tidak tersedia, dapat diganti dengan air tajin, kuah sayur, dan air matang. Anak harus segera dibawa kembali ke fasilitas kesehatan terdekat dan dianjurkan untuk dirawat apabila diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, malas makan dan minum, timbul demam, tinja berdarah (disentri) terutama pada anak < 1 tahun, kondisi terlihat menuju dehidrasi berat, tidak ada perbaikan dalam 3 hari, diare pada usia muda (< 6 bulan) dengan dehidrasi, dan bila diare berhubungan dengan penyakit kronis.2,6 Selain itu, untuk mencegah terjadinya diare berulang dan kondisi memburuk, hal yang dapat dilakukan adalah pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan penyapihan yang benar, menjaga kebersihan perorangan dengan mencuci tangan sebelum memberikan makanan, menjaga kebersihan lingkungan, BAB di jamban, imunisasi campak, imunisasi rotavirus, suplementasi vitamin A, penyediaan air minum bersih, serta makanan selalu dimasak secara matang.2 Hindari pemberian antibiotik dan antidiare yang tidak sesuai dengan anjuran dokter. Dalam beberapa kasus, pemberian antibiotik dan anti diare tidak dapat memperbaiki kondisi, bahkan dapat berbahaya bagi anak. 3
Referensi:
1. Cooke M. Causes and management of diarrhoea in children in a clinical setting. South African Journal of Clinical Nutrition. 2010;23(sup1):42-46. 2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan RI 2011; Triwulan II:p. 4-6. 3. Guarino A, Ashkenazi S, Gendrel D, Lo Vecchio A, Shamir R, Szajewska H. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition/European Society for Pediatric Infectious Diseases Evidence-Based Guidelines for the Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 2014;59(1):132152. 4. Venita, Kadim M. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editor. Jakarta: Media Aesculapius. p. 41-44. 5. Tinja Bayi: Normal atau Tidak? (Bagian 1) [Internet]. IDAI. 2018 [cited 27 February 2018]. Available from: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/tinja-bayi-normalatau-tidak-bagian-1.
Makalah diare pada neonatus dan bayi 1. 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun.Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan setiap hari 1. Di Indonesia,diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia 4. Banyak factor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen 2. 2. sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas 4. 1.2 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi diare 2. Untuk mengetahui patofisiologi diare 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare 4. Untuk mengatahui penatalaksanaan dari diare 3. 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang
lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar. Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. 2.2 Etiologi a. Infeksi 1. Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare yang meliputi: a. Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonella, shigella campylobacter, yersinia, aeromonas dsb. b. Infeksi virus enterovirus (ECHO) coxsaekre, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dsb. c. Infeksi parasit cacing (ascaris irichiusris, oxyuris, strongylodies) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia,trochomonas hominis), jamur (candida albican). 2. Parentral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan. Misalnya OMA (otitis media akut). Tobngsilofatringitis, bronkopneumia, ensefalitis, dsb. b. Malabsorbsi 1. Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa 4. 4. 2. Lemak 3. Protein c. Makanan, misalnya basi, beracun, alerggi d. Psokologis, misalnyaq rasa takut atau cemas. 2.3 Klasifikasi Terdapat beberapa pembagian diare: 1. Berdasarkan lamanya diare: a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut. 2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik: a. Diare sekresi (secretory diarrhea) b. Diare osmotic (osmotic diarrhea) 2.4 Patofisiologi Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini: 1. Diare sekretorik Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. 2. Diare osmotik Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa. 3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak 5. 5. Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati. 4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+AT Pase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal. 5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid. 6. Gangguan permeabilitas usus Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus. 7. Diare inflamasi Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik. 8. Diare infeksi Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut. 2.5 Tanda Klinis a. Cengeng b. Gelisah c. Suhu meningkat d. Nafsu makan menurun 6. 6. e. Tinja cair, lender kadang – kadang ada darahnya, lama – lama tinja berwarna hijau dan asam f. Anus lecet g. Dihidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah
berkurang nadi cepat,dan kecil,denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun dan diakhiri dengan syok h. Berat badan turun i. Turgor kulit menurun j. Mata dan ubun – ubun cekung k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering 2.6 Manifestasi klinis Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat. 2.7 Penatalaksanaan Prinsif perawatan diare adalah: 1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat ) 2) Diatetik (pemberian makanan) 7. 7. 3) Obat – obatan Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu: 1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011). a. Diare tanpa dehidrasi Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. c. Diare dengan dehidrasi berat Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus. Kebutuhan oralit per kelompok umur 8. 8. Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB Jumlah oralit yang di sediakn dirumah < 12 bulan 50-100 ml 400 ml/ hari (2 bungkus) 1-4 Tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4 bungkus) >5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4- 5bungkus) Dewasa 300-400 ml 12002800 ml/hari Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3
9.
10. 11.
12.
13.
bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita: Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari 9. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. 3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan. 4. Antibiotik Selektif Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obatobatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia). 5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang: 1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah 2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : a. Diare lebih sering b. Muntah berulang 10. c. Sangat haus d. Makan/minum sedikit e. Timbul demam f. Tinja berdarah g. Tidak membaik dalam 3 hari. 11. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar. Patofisiologi Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini: 1. Diare sekretorik 2. Diare osmotik 3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak 4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit 5. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit 6. Gangguan permeabilitas usus 7. Diare inflamasi 8. Diare infeksi Tanda Klinis a. Cengeng b. Gelisah c. Suhu meningkat d. Nafsu makan menurun e. Tinja cair, lender kadang – kadang ada darahnya, lama – lama tinja berwarna hijau dan asam f. Anus lecet 12. g. Dihidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi cepat,dan kecil,denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun dan diakhiri dengan syok h. Berat badan turun i. Turgor kulit menurun j. Mata dan ubun – ubun cekung k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering Penatalaksanaan Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) 1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan 4. Antibiotik Selektif 5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh 3.2 Saran Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah kami dan memperluas wawasan dari berbagai sumber lain. Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami harapkan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini. 13. Daptar pustaka Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika. Sudarti & Afroh Fauziah.2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, Dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Jurnal diare,universitas sumatera utara (diunduh pukul 19.00 wib,sabtu 20 april 2013)
Balita Diare Dehidrasi Sedang by erma puspita dewi • June 21, 2015 • Comments Off on Balita Diare Dehidrasi Sedang 1. Teori Medis 2. Balita 3. Pengertian Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006) 1. Pertumbuhan dan perkembangan Masa balita merupakan masa tumbuh kembang. Perkembangan dan pertumbuhan di masa ini menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang adalah masa yang berlangsung cepat dan tidak pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. Pada masa balita ini daya tahan tubuh anak belum terbentuk sempurna sehingga mudah terkena berbagai macam penyakit, salah satu penyakit yang sering menyerang yaitu diare. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%). (Kemenkes RI, 2013). Menurut undang-undang No. 36 tahun 2009, tentang kesehatan menyatakan bahwa, seseorang dikatakan sakit apabila menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Sehingga diare membutuhkan penanganan yang khusus agar tidak terjadi permasalahan yang komplek. 2. Diare 3. Pengertian Diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan-keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorbsi dan sekresi. Diare sering didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair sebanyak 3 kali atau lebih perhari (Widoyono, 2008). Diare adalah merupakan suatu keadaan tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. (Hidayat, 2006) Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. (Mansjoer dkk, 2009). 1. Etiologi Menurut Dewi (2010), diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan dan psikologi.
Infeksi
1. Enternal, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi: o Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella Campylobacter, Yersinia, Aeromonas. o Infeksi virus: Entero Virus, seperti virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus. o Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan Strongylodies), Protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, dan Trichomonas Hominis), serta Jamur (Candida Albicans). 2. Parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis.
Malabsorbsi 1. Malabsorbsi karbohidrat: pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu. 2. Malabsorpsi lemak: dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak. Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang.
Psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang. Jika terjadi pada anak, dapat mengakibatkan diare kronis. 1. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Maryunani (2010) adalah:
Dehidrasi
Kehilangan cairan dan elektrolit karena kehilangan air/output lebih banyak daripada asupan/input.
Berikut ini adalah penggolongan derajat dehidrasi menurut Suriadi & Yuliani (2010): 1. Dehidrasi Ringan : berat badan menurun 3%-5%, dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg 2. Dehidrasi sedang : berat badan menurun 6%-9%, dengan volume cairan yang hilang 50-90 ml/kg. Tanda klinis yaitu gelisah/ rewel, haus, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat. Kulit perut jika dicubit selama 30-60 detik akan kembali normal dalam waktu 5-10 detik (Soebagyo, 2008). 3. Dehidrasi berat : berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg.
Gangguan keseimbangan asam-basa/ metabolik asidosis
Metabolik asidosis terjadi karena : 1. Kehilangn Natrium bikarbonat bersama feses. 2. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh. 3. Terjadi penimbunan asam-laktat karena adanya anoreksia jaringan.
Hipoglikemia
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang menderita diare dengan KKP (Kekurangan Kalori Protein)
Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare tanpa atau dengan disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. 1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi diare antara lain usia yang masih kecil, malnutrisi, air yang terkontaminasi, sanitasi atau hygiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat (Williams, 2005)
1. Faktor Risiko Faktor yang mempengaruhi kejadian diare menurut Suriadi dan Yuliani (2007): 1. Faktor pendidikan (pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan) Masalah kurang pengetahuan keluarga pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup sehat. Sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam penanganan atau pencegahan diare (Hidayat, 2009). 2. Faktor umur Sebagian besar diare terjadi pada umur kurang dari 2 tahun karena pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping (Nursalam, 2008). 3. Faktor lingkungan (kebersihan lingkungan) Lingkungan yang bersih dengan penggunaan air yang benar-benar-bersih risiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh dan tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006). 4. Faktor makanan/minuman yang dikonsumsi Makanan dan minuman yang tidak tepat dalam pengolahannya ataupun penyimpanannya akan mengakibatkan diare, seperti makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang (Dewi, 2010). 1. Tanda Klinis/Laboratoris
Tanda Klinis diare menurut Deslidel (2011) 1. Cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun. 2. Feses cair disertai lendir dan atau darah 3. Dehidrasi, berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, 4. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteriris akut (Widoyono, 2008) Pemeriksaan penunjang atau Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium penting karena untuk menegakkan diagnosis kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Dalam praktik sehari-hari, pemeriksaan laboratorim lengkap hanya dilakukan jika diare tidak sembuh dalam 5-7 hari (Suraatmaja, 2007). Pemeriksaan laboratorium meliputi: 1. Pemeriksaan tinja
Makroskopik dan mikroskopik Biakan kuman Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik
pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi laktosa 1. Pemeriksaan darah. Darah lengkap Pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali (jika dengan pemberian RL i.v. masih terdapat asidosis) Kadar ureum (untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal).
1. Prognosis Bila tidak segera mendapat pertolongan anak dapat mengalami dehidrasi berat dan dapat berakibat fatal. Dengan terjadinya infeksi berulang akan semakin menimbukan daya proteksi pada setiap infeksi berikutya (Widagdo, 2011). 1. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada diare menurut Ngastiyah (2005) dan Dewi (2010) yaitu:
Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum: 1. Cairan per oral Belum ada dehidrasi
Oral sebanyak anak minum atau 1 gelas setiap diare.
Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 cc/kg BB/oral atau intragastrik. Selanjutnya: 50-50 cc/kg BB/hari.
Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral intragastrik. Selanjutnya 125 ml/kg BB/hari.
Dehidrasi berat
Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
1 jam pertama: 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg BB/menit (dengan infus 15 tetes) atau 13 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1ml = 20 tetes). 7 jam kemudian: 12 ml/kg BB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1 ml = 15 tetes). 16 jam berikut: 125 ml/kg BB oralit atau intragastrik, bila anak tidak mau minum, teruskan intra vena 2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (dengan infus 1ml = 20 tetes). 1. Cairan rehidrasi parenteral
Cairan parenteral atau intravena yang dapat diberikan pada penderita diare dengan dehidrasi berat atau penderita yang tidak bisa diberi rehidrasi oral menurut Abdoerrachman (2007) adalah:
RL G (1 bagian Ringer Laktat + 1 bagian glukosa 5%). RL (Ringer laktat). 3A (1 bagian NaCl 0,9 % + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian Na-laktat 1/6 mol/L). RL G 1 : 3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10%). Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1½% atau 4 bagian glukosa5-10% + 1 bagian NaCl 0,9%). Jadwal pemberian cairan
Menurut MTBS Depkes, RI menggunakan Rencana terapi B untuk diare dengan dehidrasi ringan/ sedang adalah sebagai berikut: 1. Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan jumlah sekitar 75 ml/kg BB atau berdasarkan usia anak. Pemberian oralit pada bayi sebaiknya menggunakan sendok. 2. Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat badan dalam 3 jam pertama dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Jumlah pemberian oralit Sampai 4 bulan
4-12 bulan
( < 6 kg) 200-400 ml
(6-<10 kg) 400-700 ml
12-24 bulan (10-<12 kg) 700-900 ml
2-5 tahun (12-19 kg) 900-1400 ml
Sumber: Nursalam (2008) 1. Ajarkan ibu cara untuk membuat dan memberikan oralit yaitu satu bungkus oralit di campu dengan 1 gelas (ukuran 200 ml) air matang. 2. Lakukan penilaian setelah anak di observasi 3 jam. Apabilla membaik, pemberian oraalit dapat diteruskan di rumah sesuai dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Apabila memburuk, segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera.
Pengobatan dietetic. (Maryunani, 2010) 1. ASI tetap diberikan sesuai dengan umur bayi dan anak 2. Bila tidak mendapat ASI atau sudah mendapat susu formula : Diare tanpa dehidrasi atau dehidrasi ringan-sedang, susu formula tidak diganti. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang disertai gejala klinis intoleransi laktosa yang jelas, dapat diberikan susu formula bebas laktosa. Diare dengan dehidrasi berat diberikan susu formula bebas laktosa.
3. Makanan sehari-hari sesuai usianya diteruskan dan diberikan sebanyak anak mau. Pemberian sedikit tapi sering lebih dapat diterima dibanding jumlah besar tapi jarang. 4. Setelah diare berhenti, berikan makanan paling tidak satu kali lebih banyak dari biasanya setiap hari selama 1 minggu. 5. Buah, air jeruk, pisang tetap boleh diberikan sesuai usianya. 6. Makanan yang tidak boleh diberikan adalah makanan yang dapat merangsang peristaltik usus (peda,asam, lemak). 7. Nasi tim dengan tahu, tempe, kecap, daging ayam tanpa kulit dan wortel diberikan sesuai umur. 1. Pengobatan o Antibiotik Menurut Suraatmaja (2007), pada penderita diare antibiotik hanya boleh diberikan jika: 1. 2. 3. 4.
Pada pemeriksaan makroskopik dan atau mikroskopik ditemukan darah pada tinja Ditmukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau biakan Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi parenteral. Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin)
Obat antipiretik
Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja. (Suraatmaja, 2007)
Zink
Pemberian Zink (Zn) dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan resiko dehidrasi pada anak. Pemberian dosis zink 10 mg (½ tablet) per hari diperuntukkan bagi anak usia di bawah 6 bulan dan dosis zink 20 mg (1 tablet) per hari untuk anak di atas 6 bulan. Zink diberikan 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari gastroenteritis (Juffrie, 2012).