Diajeng & Dimas Kab.ngawi

  • Uploaded by: MOEDJOKO SATYO HANGGRAHONO
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diajeng & Dimas Kab.ngawi as PDF for free.

More details

  • Words: 711
  • Pages: 4
Dimas-Diajeng Ngawi : antara potensi, gengsi dan dedikasi Oleh Diajeng Azizah Pradnya Paramitha Mungkin telinga kita masih asing mendengar kata dimas-diajeng ngawi. Dimas –diajeng ngawi adalah duta wisata yang bertugas mempromosikan wisata daerah kepada masyarakat luas khususnya masyarakat ngawi. Sebagai kokta kecil yang memiliki letak cukup strategis, ngawi memiliki beberapa objek wisata yang cukup layak unuk dijadikan kunjungan local. Namun sayangnya, sebagian besar masyarakat ngawi kurang mengenal tentang potensi wisata ngawi. Dalam hal inilah dimas-diajeng ngawi berperan serta. Mereka adalah duta-duta wisata yang memberikan informasi tentang tetek bengek pariwisata ngawi. Terkumpul dalam organisasi paguyuban dimas-diajeng ngawi. Paguyuban dimas-diajeng sebenarnya adalah perkumpulan muda mudi ngawi yang memiliki dedikasi untuk mencintai ngawi dari segala aspek. Dari aspek spiritual, intelektual dan . mereka anak-anak muda yang siap dengan segala tantangan. Bekerjasama dengan DISPORA dinas pemuda olahraga, jebudayaan dan pariwisata berniat menggalakkan visit ngawi 2015 sebagai pendukung program nasional visit Indonesia 2009. Mewujudkan hal imi tentu saja tidak mudah. Ngawi terkenal sebagai kota transit. Bukan pariwisata. Image ini kami kikis pelan-pelan dengan sosialisasi kepada masyarakat. Seharusnya kita beruntung memiliki jalur luar kota yang menjadi pintu masuk utama perbatasan jawatengah-jawatimur. Sebagai kota transit kita memiliki peluang luas untuk mengenalkan wisata ngawi dalam skala antar daerah. Seharusnya kita dapat belajar dari kota magetan. Magetan adalah kota kecil yang terletak lereng gununglawu. Magetan tidak memiliki posisi yang strategis sebagai halnya ngawi. Tapi mereka menjadi daerah jujugan wisata. Sebanarnya hanya satu wisata alam yang paling menonjol di magetan. Apalagi kalau bukan telaga saraangan. Tentunya kita bertanya mengapa? Pengelolaan dan tata kota yang terencana adalah kuncinya. Magetan mampu mempraktekkan sapta wisata pesona. Bukan hanya berteori seperti halnya anak sekolahan. Jika nmgawi mampu meresapi dan mempraktekkan sapta pesona wisata, saya yakin ngawi akan mendulang sukses di bidang kepariwisataan.

Pariwisata juga andil dalam pemasukan daerah. Semakin tertata suatu objek wisata, maka semakin banyak pula pengunjungnya. Hali ini tentu saja kesempatan emas bagi daerah yang mendapat cap tempat wisata. Angka pengangguran menurun, pemasukan daerah semakin besar dan yang utama kita dapat mencintai ngawi tentu saja rasa cinta terhadap ngawi adalah salah satu bukti nasionalisme terhadap tanah air Sebagai duta wisata, hal diatas adalah salah satu tantangan kami dalam hal mempromosikan wisata ngawi. Ada beberapa lainnya yang juga merupakan suatu pembelajaran bagi kami karena untuk menjadi seorang duta wisata tidaklah semudah apa yang kita bicarakan tentang wisata pada orang lain. Saya adalah seorang siswi SMA di kabupaten Ngawi. Suatu hari teman saya ada yang berkata sinis tentang paguyuban dimdi. Dia bilang anak-anak dimdi adalah kumpulan anak-anak yang sok. Sok keren, sok gaya, sok tahu tentang ngawi dan semua sok-sok lain yang brkonotasi negative. Telinga saya tenru saja gatal. Bullum selesai rasa kesal saya ada orangv yang bilangh kalau paguyuban dimas-diajeng orang yang menjaga gengsi dan sekali lagi sok eksklusif. Katanya terlihat dari cara berpakaian, berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Tentu saja saya protes. Bagaimanapun, saya juga seorang diajeng nggawi. Hehehe….. pertama sok tahu tentang ngawi. Bukannya kami sok tahu ya! Kami memang dituntut untuk memberikan informasi tentang pariwisata ngawi kepada masyarakat. Tentunya, untuk memberikan pelayanan tersebut kami harus mendalami ngawi dari berbagai aspek. Kalau kita menmginformasikan yang kita karang sendiri, itu baru namanya sok tahu! Yang kedua sok eksklusif. Terlihat dari gaya berpakaian, cara berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Sekali lagi itu tidak benar. kami berpakaian rapi. Bukan untuk pamer atau hal buruk lainnya. tapi, dengn berphakain rapi, kita dapat sekaligus menggambarkan kepribadian bangsa yang beradat timur yang menjunjung santun dalam bebusana. Dalam hal berbicara, kami berusaha untuk berbicara dengan ramah dan sopan. Mengapa dalam hal ini, kami dikatakan sok eksklusif? Kalau anda juga berpendapat seperti itu jangn sekali kali mengaku sebagai orang Indonesia. Yang ketiga ajang nampang. Saya paling bennci denan pendapat ini. Keikutsertaan kami dalam tiap event bukan hanya nampang. Tapi kami adalah anak didik DISPORA yang bertugas mengenalkan tentang berbagai

wisata ngawi. Perlu saya garisbawahi, wisata bukan hanya nama tempat secara fisik. Tapi segala sisi kehidupan yang unik dan tumbuh bersama masyarakat yang memberikan kesan menyenangkan. Itu pendapat pribadi saya, entah pendapat anda…… Tapi kami dapat melalui perihal diatas dengan kebersamaan di paguyuban dimas-diajeng ngawi. Perlahan kedewasaan jiwa kami turut berkembang bersama dengan kesulitan dan kritikan yang kami terima. Tapi terlepas dari itu semua hanya satu yang akan kami lakukan. Berusaha memberikan sumbanghsih kepada ngawi khusnya di bidang kepariwisataan.

Related Documents

Dimas
November 2019 19
080923 A8brief Faymann Dimas
December 2019 10
Ppc Dimas Ca
August 2019 17

More Documents from "Dewangga Trisna Pradipta"