Diabetes Tipe 1.docx

  • Uploaded by: dwi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diabetes Tipe 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,786
  • Pages: 28
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis. Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. Diabetes Militus tidak hanya terjadi pada orang dewasa , tetapi juga bisa terjadi pada anak-anak. Diabetes pada anak disebut Juvenis Diabetes. Diabetes Militus tipe 1 disebabkan oleh penghancuran sel pulau pankreas. Biasanya mengenai anak-anak dan remaja sehingga DM ini disebut juvenile diabetes (diabetes usia muda), namun saat ini DM ini juga dapat terjadi pada orang dewasa (Husada 2017). Angka kejadian diabetes di USA adalah sekitar 1 dari setiap 1500 anak (pada anak usia 5 tahun) dan sekitar 1 dari setiap 350 anak (pada usia 18 tahun). Puncak kejadian diabetes adalah pada usia 5-7 tahun serta pada masa awal pubertas seorang anak. Kejadian pada laki dan perempuan sama (Weinzimer SA, Magge S. 2005). Insiden tertinggi diabetes mellitus tipe 1 terjadi di Finlandia, Denmark serta Swedia yaitu sekitar 30 kasus baru setiap tahun dari setiap 100.000 penduduk. Insiden di Amerika Serikat adalah 12-15/100 ribu penduduk/tahun, di Afrika 5/100.000 penduduk/tahun, di Asia Timur kurang dari 2/100 ribu penduduk/tahun (Weinzimer SA, Magge S. 2005). Insiden di Indonesia sampai saat ini belum diketahui. Namun dari data registri nasional untuk penyakit DM pada anak dari UKK Endokrinologi Anak PP IDAI, terjadi peningkatan dari jumlah sekitar 200-an anak dengan DM pada tahun 2008 menjadi sekitar 580-an pasien pada tahun 2011. Sangat dimungkinkan angkanya lebih tinggi apabila kita merujuk pada kemungkinan anak dengan DM yang

meninggal tanpa terdiagnosis sebagai ketoasidosis diabetikum ataupun belum semua pasien DM tipe 1 yang dilaporkan (Pulungan et al. 2002). Diabetes Melitus tipe-1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Sampai saat ini, Diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah Diabetes tipe-1. Kebanyakan klien Diabetes tipe-1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai diderita. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada klien Diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada Diabetes tipe-1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat ini Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah (Gelfman and Chai 2012). Menurut Waspadji, dalam Abarwati (2007) menyatakan bahwa modalitas utama dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus terdiri dari terapi non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal dengan terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani, dan edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus yang dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian semakin banyak dan semakin baik klien mengerti tentang penyakitnya, maka semakin mengerti pula bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu perlu dilakukan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575 tahun 2005, telah dibentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang mempunyai tugas pokok memandirikan masyarakat untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, khususnya penyakit DM yang mempunyai faktor risiko bersama (Anonim 2009). Maka dalam pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai Diabetes Militus Tipe 1 atau yang disebut diabetes juvenil.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.3

1.2.1

Apakah Pengertian Diabetes Melitus Juvenil ?

1.2.2

Apakah Etiologi Diabetes Melitus Juvenil?

1.2.3

Bagamanakah Patofisiologi Diabetes Melitus Juvenil?

1.2.4

Bagamanakah Tanda gejala Diabetes Melitus Juvenil?

1.2.5

Bagaimanakah Komplikasi Diabetes Melitus Juvenil?

1.2.6

Bagaimanakah Penatalaksanaan Diabetes Melitus Juvenil?

1.2.7

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Juvenil?

Tujuan Penulisan 1.3.1

Tujuan Umum Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang Diabetes Melitus Juvenil Gravidarum serta upaya/ langkah-langkah yang dapat dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus Juvenil.

1.3.2

Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk Mengetahui Pengertian Diabetes Melitus Juvenil 1.3.2.2 Untuk Mengetahui Etiologi Diabetes Melitus Juvenil 1.3.2.3 Untuk Mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus Juvenil 1.3.2.4 Untuk Mengetahui Tanda Gejala Diabetes Melitus Juvenil 1.3.2.5 Untuk Mengetahui Komlikasi Diabetes Melitus Juvenil 1.3.2.6 Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Diabetes Melitus Juvenil 1.3.2.7 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Juvenil

1.4

Manfaat Penulisan 1.4.1

Manfaat Teoritis Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran dan untuk menambah wawasan tentang penyakit Diabetes Melitus Juvenil.

1.4.2

Manfaat Praktis Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam praktek keperawatan di rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah Diabetes Melitus Juvenil pada anak-anak.

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Diabetes Melitus Juvenil Diabetes mellitus (DM) tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Keadaan ini disebabkan oleh proses autoimun yang merusak sel β pankreas sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti, penderitanya akan memerlukan asupan insulin eksogen (Rini 2012). DM tipe 1 disebabkan oleh penghancuran sel pulau pankreas. Biasanya mengenai anakanak dan remaja sehingga DM ini disebut juvenile diabetes (diabetes usia muda), namun saat ini DM ini juga dapat terjadi pada orang dewasa. Faktor penyebab DM tipe 1 adalah infeksi virus dan reaksi auto-imun (rusaknya system kekebalan tubuh) yang merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin (Husada 2017). Diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe-1) adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh reaksi autoimun yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas dan terjadi pada hampir semua anak yang menderita diabetes (Himawan et al. 2017). Jadi Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM akibat insulin tidak cukup diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia (Hermayanti and Nursiloningrum 2017). Tipe-1 ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas yang diperantarai oleh imun atau antibodi, sehinga sepanjang hidup penderita ini tergantung pada insulin eksogen 2.2 Etiologi Diabetes Melitus Juvenil Etiologi Diabetes Melitus diakibatkan kerusakan sel beta pankreas karena paparan agen infeksi atau lingkungan yaitu racu, virus (rubella) kongenital, mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan gula,kopi,kedelai,gandum dan susu sapi) beberapa teori ilmiah yang menjelaskan penyebab diabetes melitus yaitu : a. Hipotesis sinar matahari Teori yang paling terakhir adalah “ hipotesis sinar matahari”yang menyatakan bahwa waktu yang lama dihabiskan dalam ruang, dimana akan mengurangi paparan sinar matahari kepada anak-anak yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin D. b. Hipotesis higiene “Hipotesis kebersihan”

Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi patogen, dimana kita menjaga anak-anak kita terlalu bersih, dapat menyebabkan hipersentivitas autonium yaitu kehancuran sel beta yang memproduksi insulin di dalam tubuh oleh leukosit. c. Hipotesis Susu Sapi Teori ini menjelaskan bahwa terhadap susu formula pada 6 bulan pertama pada bayi dapat menyebabkan kekacauan pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko untuk mengembangkan diabetes mellitus di kemudian hari. Dimana protein susu sapi hampir indetik dengan protein pada permukaan sel beta pankreas yang memproduksi insullin sehingga mereka yang rentang dan peka terhadap susu sapi maka akan direspon oleh ;eukosit dan selanjutnya akan menyerang sel yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi diabetes mellitus. 2.3 Patofisiologi Diabetes Melitus Juvenil Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati, meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan) Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (poligafia) akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu, akan

terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting

Pathway Genetik, Proses Autoimun, Faktor Lingkungan

Merusak sel-sel β pankreas

Sel β tidak mampu menghasilkan insulin

Kekurangan Insulin

Glukoneogenesis dan glikogenosis terhambat

Metabolisme protein dan lemak terganggu

Produksi glukosa oleh hati m dan pemakaian glukosa oleh otot m Hiperglikemia

P penyerapan glukosa oleh ginjal

P sekresi urine beserta elektrolit, glukosuria

Polidipsia dan Poliuria

Pemecahan lemak

M simpanan kalori Komp: Neuropati perifer, penyakit kaki diabetikum

Mk: Ketidakpatuh an b.d kompleksitas dan durasi pengobatan

Dehidrasi

P produksi keton P BB, Polifagia, Kelemahan dan kelelahan Mk : Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

Komp : Ketoasidosis diabetik

Mk : Ketidakberdayaan b.d peresepsi ketidakmampuan untuk mencegah komplikasi

Mk : Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d poliuria dan dehidrasi

2.4 Tanda Gejala Diabetes Melitus Juvenil Gejala Diabetes Militus Juvenil terdiri dari : 1. Gejala awal Diabetes Militus biasa disebut dengan 3 P yakni polifagi (banyak makanan), polidipsi (banyak minum), dan poliuri (banyak kencing). Menurut Brunner dan Suddart (2002) a. Poliuria Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolaritas menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam sirkulasi atau cairan intravascular, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hipermoslaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic. b. Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel ke dalam vascular menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mukosa menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan selalu ingin minum. c. Polifagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energy menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar. d. Penurunan Berat Badan Karena glukosa tidak dapat ditransport ke dalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolism, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis. 2. Gejala tahap berikutnya a. Panas tinggi b. Muntah-muntah c. Diare d. Kejang dan tidak sadar e. Infeksi otak (ensefalistis). Karena gula darah yang terlalu tinggi. f. Ketoasidosis

g. Tiba-tiba ngompol. Misalnya sudah 3-4 tahun anak tidak ngompol, lalu mendadak, kok, ngompol lagi. h. Obesitas i. Keluhan perut berulang j. Infeksi virus, seperti parotitis (gondhongen) k. Cacar air (cangkrangen) l. Diare akut dan flu singapur (HMFD) yang diikuti penyebaran virus sampai merusak pankreas. m. Infeksi otak (ensefalistis) 2.5 Komplikasi Diabetes Melitus Juvenil Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan berbagai system tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Beberapa konsekuensi dari diabetes yang sering terjadi adalah : a. Meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke b. Neuropati ( kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadin ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki. c. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan, tejadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina d. Diabetes merupakan penyebab utama dari gagal ginjal. e. Resiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat disbanding bukan penderita diabetes (Gripp, Ennis, and Napoli 2013). Dalam perjalanan penyakit DM dapat menimbulkan bermacam-macam komplikasi yaitu komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. 1. Komplikasi jangka pendek antara lain hipoglikemi dan ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat diagnosis pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin yang salah. Risiko terjadinya KAD meningkat antara lain pada anak dengan kontrol metabolik yang jelek, riwayat KAD sebelumnya, masa remaja, pada anak dengan gangguan makan, keadaan sosio-ekonomi kurang, dan tidak adanya asuransi kesehatan. 2. Komplikasi jangka panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular berupa retinopati, nefropati, dan neuropati. Retinopati merupakan komplikasi yang sering didapatkan,

lebih sering dijumpai pada pasien DM tipe 1 yang telah menderita lebih dari 8 tahun. Neuropati merupakan komplikasi yang jarang didapatkan pada anak dan remaja, tetapi dapat ditemukan kelainan subklinis dengan melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan saraf perifer(Gripp, Ennis, and Napoli 2013). 2.6 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Juvenil a. Non-Farmakologi 1. Rencana Diet Rencana diet dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari.Pada pasien diabetes mellitus tipe 1 berat badan dapat menurun selama keadaan dekompensasi.Pasien ini harus menerima kalori yang cukup untuk mengembalikan berat badan mereka ke keadaan semula dan pertumbuhan.Rencana diet didapat dengan berkonsultasi dengan ahli gizi.Untuk mencegah hiperglikemia postprandial dan glikosuria, pasien dengan diabetic tidak boleh makan karbohidrat berlebihan.Asupan karbohidrat harus disesuaikan dengan kegiatan fisik.Lemak yang dimakan harus dibatasi sampai 30% dari total kalori per hari. Penderita DM tipe-1 yang menggunakan regimen insulin basal bolus maka pengaturan makanannya menggunakan penghitungan kalori yang diubah dalam jumlah gram karbohidrat, yaitu dalam 1 unit karbohidrat mengandung 15 gram karbohidrat. Pada lampiran piramida makanan, memperlihatkan pengelompokan jenis makanan penukar dan anjuran konsumsi per hari.

Kelompok

makanan Porsi KH

Gram/KH

penukar Pati/tepung

1 unit

15g/KH

Buah

1 unit

15g/KH

Susu

1 unit

12g/KH

Sayur

1/3 unit

5g/KH

Daging

0 unit

0

Lemak

0 unit

0

2. Latihan Fisik Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan faktor risiko kardiovaskular. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolism dan istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress, dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah, yaitu meniingkatkan kadar HDL-Kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini penting bagi penyandang diabetes, mengingat adanya peningkatan resiko untuk terkena penyakit kardivaskular pada diabetes. b. Farmakologi 1. Insulin Eksogen Insulin adalah hormone yang dihasilkan dari sel β pancreas dalam merespon glukosa. insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolism, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel. Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM tipe 1, sel-sel β pancreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Insulin terapi pada anak yang menderita diabetes mellitus. Memerlukan penggantian insullin sebagai bagian dari regimen terapiutik. Regimen-regimen terapi insulin terangkum dalam tabel : Regimen Terapi Insulin Suntikan harian tunggal insulin kerja sedang (NPH atau lente) Suntikan satu atau dua kali sehari campuran insulin kerja singkat dan sedang dengan dosis tetap, insulin “split mixed”

Regimen konvensional yang diintensifkan, mencangkup regimen insulin “split mixed” selain sebagian atau semua dari yang berikut. Penyesuaian dosis yang sering dilakukan berdasarkan kadar glukosa darah. Penambahan insulin kerja sedang menjelang tidur untuk mencegah hiperglikemi pagi hari Pemakaian insulin kerja lama (ultralente) untuk menstabilkan glikemia malam hari Terapi insulin intensif dengan suntikan harian multiple atau infuse insulin subkutan yang continue

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Fokus Pengkajian a. Pengkajian Klien dengan diabetes harus dikaji dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.Tipe diabetes kondisi klien, dan rencana pengobatan adalah pengkajian penting yang harus di lakukan. Pengkajian secara detail adalah sebagai berikut: a) Anamnese

Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. b) Keluhan Utama

Adanya keluhan sering buang air kecil (poliuria), sering merasa haus (polidipsia), sering merasa lapar (polifagia), mengeluh lemah, serta penurunan berat badan. 1.3.Riwayat Penyakit Sekarang Ditemukan manifestasi klinis dari DM tipe 1 seperti poluria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan. 1.4.Riwayat Kesehatan Dahulu Adanya riwayat penyakit DM sebelumnya, penanganan yang telah didapat, riwayat penggunaan insulin dan obat-obatan lain. 1.5.Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya riwayat keluarga yang menderita DM. salah satu etiologi dari DM tipe 1 adalah faktor genetik.

b. Pemeriksaan Fisik a) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital. b) Sistem integument Turgor kulit menurun, kulit dan membrane mukosa terlihat kering. c) Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi, nafas berbau halitosis/manis/bau buah (napas aseton) d) Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. e) Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi, dehidrase, perubahan berat badan. f) Sistem urinary Poliuri, dan dapat juga ditemukan glukosuria. g) Sistem muskuloskeletal Kelemahan pada otot dalam melakukan aktivitas. h) Sistem neurologis Dapat terjadi neuropati diabetic terutama pada ekstremitas bawah yang akan menimbulkan kesemutan dan rasa kebas.

3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan fungsi metabolic yang berhubungan dengan insufisiensi insulin sekunder akibat ketidakefektifan sel beta di pulau pankreas 2. Kekurangan volume cairan yang berhubungandengan diuresis osmosis sekunder akibat hiperglikemia, muntah, penurunan asupan oral 3. Ketidakseimbangan elektrolit: kehilangan natrium dan kehilangan kalium yang berhubungan dengan kehilangan natrium sekunder akibat muntah dan diuresis osmotic

3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Utama : Gangguan fungsi metabolic yang berhubungan dengan insufisiensi insulin sekunder akibat ketidakefektifan sel beta di pulau pankreas; peningkatan kebutuhan insulin sekunder akinat infeksi, stress dan/atau penyakit; kadar glukosa serum tidak stabil. Pengkajian/Batasan Karakteristik Anak dan/ atau Keluarga (Data Subjektif & Objektif): Hiperglikemamia, hipoglikemia, atau kadar glukosa darah yang berfluktuasi Tanda/gejala hiperglikemia (awitan yang lambat):  Poliuria  Polidipsia  Polifagia  Penurunan berat badan  Enuresis pada anak  Letargi atau stupor  Kulit hangat, memerah, kering  Kelemahan  Mual/muntah  Napas aseton (berbau buah)  Nyeri abdomen  Pernapasan kussmaul  Dehidrasi  Glukosuria  Ketonuria  Asidosis metabolic Tanda/gejala hipoglikemia (awitan yang cepat)  Keringatan yang berlebihan  Pingsan  Pusing  Koordinasi buruk

 Pucat  Kulit dingin  Jantung berdetak kencang  Gemetar  Gangguan penglihatan  Perubahan kepribadian  Iritabilitas  Sakit kepala  Kelaparan  Ketidakmampuan untuk bangun Kriteria Hasil

Kemungkinan Intervensi

Rasional

Evaluasi Pencatatan

Keperawatan Anak akan

Pertahankan

Jika anak

Dokumentasikan

mempertahankan

pendokumentasian pada

mengalami

rentang tanda-tanda

fungsi metabolic yang

bagan alir diabetes. Masukan

perubahan fungsi

vital, kadar glukosa

adekuat, yang ditandai

kadar glukosa darah, dosis

metabolic, tanda-

darah dan setiap tand

dengan

insulin, area injeksi,

tanda vital akan

gejaa hiperglikemi

observasi klinis, hasil

berad di luar

atau hipoglikemia.

darah stabil dari 70-

pemeriksaaan urine dan

rentang normal dan

Dokumentasikan

180 mg/dL

asupan serta hauluaran

anak dapat

jumlah cairan IV dan

mengalami

jelaskan kondisi area

tanda/gejala

penurunan tingkat

IV bersama dengan

hiperglikemia

kesadaran karena

setiap intervensi yag

glukosa tidka dapat

dibutuhkan.

a. Kadar glukosa

b. Tidak ada

c. Tidak ada tanda atau gejala hipoglikemia

memasuki sel Buat catatan asupan dan

Mengkaji dan

Dokumentasikan

haluaran yang adekuat

mencatat kadar

rentang kadar gukosa

glukosa darah dapat

darah.

memberikan

Dokumentasikan doss

informasi tentang

hiperglikemia dan

insulin dan ara injeksi

hipoglikemia dan

yang digunakan

mengarahkan tindakan terapi yang diperlukan. Timbang berat badan anak

Memberikan

Dokumentasikan

setiap hari dengan timbangan

informasi yang

hasil observasi kinis

yang sama setiap hari pada

membantu

dan hasil

waktu yang sama. Catat berat mendeteksi

pemeriksaaan urine.

badan dan bandingkan

hiperglikemia dan

Dokumentasikan

dengan berat badan

hipoglikemia.

asupan dan haluaran

Berikan cairan pengganti dan

Peningkatan

Dokumentasikan

rumatan IV dan suplemen .

haluaran urine

asupan dan hauaran

kaji dan catat respon anak

dapat

sebelumnya

mengindikasikan katabolisme, yang disebabkan diuresis osmotic dan dapat menimbulkan dehidrasi Jika diindikasikan, berikan

Penurunan berat

Dokumentasikan

tetes insulin sesuai kebijakan

badan pada

berat badan dan

institusi untuk larutan dan

awalnya dapat

tentukan apakah

penggantian slang dan

terjadi akibat

terjadi peningkatan

penggunaan pompa.

dehidrasi atau dapat

atau penurunan dari

Sesuaikan tetes insulin sesuai mngindikasikan

berat badan

indikasi. Kaji dan catat

katabolisme yang

sebelumnya

respon anak

disbabkan oleh ktidakmampuan

glukosa memasuki sel Jika diindikasikan, berikan

Cairan IV

Dokumentasikan

insulin subkutan seuai

diperlukan untuk

jenis dan jumlah

jadwal. Kaji dan catat

mengatasi

cairan IV yang

ketidakefetifannya

dehidrasi. Kalium

diberikan. Jelaskan

diperlukan untuk

respons anak teradap

mengatasi

terapi

penurunan kalium total dalam tubuh Jika anak mengalami

Karbohidrat

Dokumentasikan

hipoglikemia, berikan jus

diperlukan untuk

tindakan yang

buah, soda biasa, atau tablet

mengatasi

digunakan untuk

glukosa untuk memberikan

hipoglikemia dan

mengatasi

sekitar 10-15 gram

mngembalikan anak hipoglikemia dan

karbohidrat atau 40 kalori.

ke keadaan

Ulangi pemberian jika anak

metabolic yang

tidak merasa lebih baik

seimbanga

keefektifan tindakan

dalam 10-15 menit. Jika hipoglikemia berat dan anak tidak mampu menelan , berikan glucagon sesuai indikasi. Kaji dan catat respons anak.

Diagnose keperawatan : kekurangan volume cairan yang berhubungandengan diuresis osmosis sekunder akibat hiperglikemia, muntah, penurunan asupan oral Pengkajian/Batasan Karakteristik Anak dan/ atau Keluarga (Data Subjektif & Objektif):  Poliuria  Kulit memerah, kering

 Membrane mukosa kering  Penurunan turgor kulit (kulit kembali ke bentuk semula dalam waktu lebih dari 2-3 detk)  Penurunan berat badan  Takikardia  Takipnea  Hipotensi  Tidak ada air mata Kriteria Hasil

Kemungkinan Intervensi

Rasional

Evaluasi Pencatatan

Keperawatan Anak akan memiliki

Buat catatan asupan dan

Peningkatan

Dokumentasikan

volume cairan yang

haluaran yang akurat. Jika

haluaran urine

asupan dan haluaran

adekuat, yang ditandai

diindikasikan, anjurkan

dapat

dengan

emberian cairan per oral

mengindikasikan



  



Asupan cairan

bahwa

adekuat, IV dan

hiperglikemia

oral

terjadi

Haluaran urin

Berikan cairan pengganti dan

Cairan diperlukan

Dokumentasikan

adekuat

rumutan IV dan suplemen

untuk mengatsi

jenis cairan IV dan

Membrane mukosa

dihidrasi akibat

jumlah asupan total

lembab

polyuria yang

Kulit kembali ke

disebabkan oleh

bentuk semula

hiperglikemia

dalam waktu cepat

Kaji dan catat :

Memberikan

Dokumntasikan

(kurang dari 2-3



Frekuensi jantung,

informai tentang

rentang frekuensi

detik)

pernafasan, dan tekanan

status cairan pasien. jantung, pernafasan,

Tidak ada

darah dan berat jenis

Jika pasin

tekanan darah, dan

penurunan berat

urine setiap 4 jam dan

mengalami

berat jenis urine.

badan

PRN

kekurangan volum

Dokumntasikan

Cairan IV dan kondisi

cairan, frekuensi

jumlah cairan IV dan

area IV sertiap jam

jantung akan

jelaskan kondisi area





meningkat pertama

IV bersama dengan

pernafasan, dan

sesuia indikasi. Laporan

kali, dan akhirnya

stiap intervensi yang

tekanan darah

setiap abnormalitas

menurun. Frekuensi

dibutuhkan.

dalam rentang

kepada dokter

pernafasan akan

Dokumentasikan nilai

Tanda/gejala kekurangan

meningkat.

laboratorium saat ini

volume cairan

Tekanan darah

jika diidikasikan.

dari 1,008-1,020

akhirnya akan

Jelaskan setiap

Tidak ada

menurun. Pnting

tanda/gejala

tanda/gejala

untuk mencatat

kekurangan volume

kekurangan

jumlah cairan IV

cairan yang terlihat.

volume cairan

setiap jam untuk

normal  



Nilaia laboratorium

Frekuensi jantung,

Berat jenis urine



memastikan bahwa anak tidak kelebihan atau kekurangan hidrasi. Area IV harus dikaji setiap jam untuk mengetahui adanya tanda kemerahan atau pembengkakan Berikan perawatan mulut

Perawatan mulut

Dokumentasikan

setiap 4 jam dan PRN. Catat

diperlukan karena

apakah perawatan

hasilnya

anak rentan

mulut dilakukan dan

terhadap dehidrasi

jelaskan

dan membrane

keefektifannya

mukosa yang kering Timbang berat badan anak

Penurunan berat

Dokumentasikan

setiap hari dengan timbangan

badan karena

berat badan dan

yang sama pada waktu yang

dehirasi dan

tentukan apakah

sama setiap hari.

ketidakmampuan

terjadi peningkatan

Dokumntasikan hasil dan

glukosa memasuki

atau penurunan dari

bandingkn dengan berat

sel, yang memicu

berat badan

badan sebelumnya

katabolisme dan

sbelumnya.

menyebabkan penurunan berat badan.

Diagnose Keperawatan : ketidakseimbangan elektrolit: kehilangan natrium dan kehilangan kalium yang berhubungan dengan 

Kehilangan natrium sekunder akibat muntah dan diuresis osmotic



Peningkatan kalium ekstraseluler untuk sementara (kadar tinggi palsu) sekunder akibat 1. Asidosis 2. Dfisiensi insulin 3. Dehidrasi



Kehilangan kalium sekunder akibat 1. Polyuria 2. Pemberian insulin 3. Dilusi yang disebabkan oleh rehidrasi 4. Koreksi asidosi (kalium masuk kembali ke dalam sel)

Pengkajian/Batasan Karakteristik Anak dan/ atau Keluarga (Data Subjektif & Objektif):  Hiponatremia, disertai tanda/ gejala berikut 1. Kelemahan 2. Delirium 

Hyperkalemia, disertai tanda/ gejala berikut 1. Perubahan EKG: gelombang T tajam, kompleks QRS melebar, gelombang P mendatar, gelombang P memuncak, denyut ektropik 2. Hipotensi dan frekuensi jantung yang cepat 3. Koma

Kriteria Hasil

Kemungkinan Intervensi

Rasional

Evaluasi Pencatatan

Keperawatan Anak akan

Kaji dan catat

Memberikan

Dokumentasikan

mempertahankan



Frekuensi jantung dan

informasi tentang

rentang frekuensi

kesimbangan elektrolit

tekanan darah setiap 4

status elektrolit

jantung dan tekanan

yang adekuat, yang

jam

pasien. Jika pasien

darah.

Cairan IV dan kondisi

mengalami

Dokumentasikan

area IV setiap jam

kkurangan volume

jumlah cairan IV dan

Nilai laboratorium sesuai

cairan, frekuensi

jelaskan kondisi area

mEq/L

indikasi. Laporkan setiap

jantung akan

IV bersama dengan

Kalium serum dari

abnormalitas kepada

meningkat pertama

setiap intervensi yang

3,5-5,0 mEq/L

dokter

kali, dan akhirnya

dibutuhkan.

Tanda/gejala

akan menurun.

Dokumentasikan nilai

konfigurasi EKG

ktidakseimbangan

Pentin untuk

laboratorium saat ini

normal

jika diindikasikan. elektrolit setiap 4 jam dan mencatat jumlah cairan IV setiap jam Jelaskan setiap PRN

ditandai dengan : 

Natrium serum dari 138-145

 







Irama sinus dan

Frekuensi jantung





dalam rentang

untuk tetap

tanda/gejala

yang dapat

memastikan bahwa

ketidakseimbangan

diterima

anak tidak

elektrolit yang

Tidak ada

kelebihan atau

terlihat.

tanda/gejala

kekurangan hidrasi.

ketidakseimbangan

Area IV harus

elektrolit

dikaji setiap jam untuk mengetahui adanya tanda kemerahan atau pembengkakan Jika diindikasikan, mulai

Memberikan

Dokumentasikan

penggunaan minitor jantung.

informasi tentang

interpretasi EKG

Evaluasi dan catat hasil stiap

pengaruh kalium

EKG minimal satu kali

serum pada irama jantung Pastikan bahwa suplemen

Suplemen

Dokumentasikan

yang tepat ditambahkan pada

diperlukan untuk

jumlah suplmen yang

cairan IV

mengatasi efek

diperlukan dan setiap

difisiensi insulin

tindakan terapeutik yang digunakan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit. Jelaskan keefektifannya

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Diabetes mellitus (DM) tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Keadaan ini disebabkan oleh proses autoimun yang merusak sel β pankreas sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti, penderitanya akan memerlukan asupan insulin eksogen. Diabetes Melitus diakibatkan kerusakan sel beta pankreas karena paparan agen infeksi atau lingkungan yaitu racu, virus (rubella) kongenital, mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan gula,kopi,kedelai,gandum dan susu sapi). Kemungkinan induksi diabetes juvenil dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti hormonsekresi kelenjar adrenal,hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang naik daun saat ini. Sebagai contoh timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering disebut terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom cushing. Gejala awal Diabetes Militus biasa disebut dengan 3 P yakni polifagi (banyak makanan), polidipsi (banyak minum), dan poliuri (banyak kencing). Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan berbagai system tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Penatalaksanaan mencangkup komponen utama yaitu insulin, rencana makan dan nutrisi, olah raga, dan pemantauan. Tujuan keseluruhan dalam penatalaksanaan jangka panjang DMDI anak adalah mengindari dekompensasi metabolik yang parah (KAD, hipoglikemi berat ) memelihara perasaan sejahtera klinis dan psikososial, memelihara pertumbuhan dan perkembangan normal. 4.2 Saran Berdasarkan materi yang di bahas penulis yaitu Diabetes Mellitus, penulis ingin memberikan saran antara lain kita sebagai mahasiswa diharapkan tidak hanya dapat mempelajari materi dari makalah tersebut, tetapi juga dapat mencari literatur lain sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat diterapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam pemahaman mengenai penyakit Diabetes Mellitus di karenakan tujuan dari makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui konsep yang penulis sampaikan. Serta makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembacaan sehingga makalah ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. “Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang.” Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: 21–22. http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-diindonesia-mencapai-213-juta-orang.html. Doenges, Marlyin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta :EGC Gelfman, Laura P., and Emily J. Chai. 2012. “What Special Considerations Should Guide the Safe Use of Methadone?” Evidence-Based Practice of Palliative Medicine: 39–43. http://dx.doi.org/10.1016/j.diabres.2015.10.022. Gripp, Karen W., Sara Ennis, and Joseph Napoli. 2013. “Exome Analysis in Clinical Practice: Expanding the Phenotype of Bartsocas-Papas Syndrome.” American Journal of Medical Genetics, Part A 161(5): 1058–63. Hermayanti, Diah, and Erin Nursiloningrum. 2017. “Hiperglikemia Pada Anak.” : 25–30. Himawan, Indra W., Aman B. Pulungan, Bambang Tridjaja, and Jose R.L. Batubara. 2017. “Komplikasi Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Diabetes Mellitus Tipe 1.” Sari Pediatri 10(6): 367. Husada, Nauli. 2017. “JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017.” Ilmiah Kohesi 1(2): 163–74. Price, Sylvia Anderson. 2005. Petofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC Pulungan, Aman B, Riza Mansyoer, Jose RL Batubara, and Bambang Tridjaja AAP. 2002. “Gambaran Klinis Dan Laboratoris Diabetes Mellitus Tipe-1 Pada Anak Saat Pertama Kali Datang Ke Bagian IKA-RSCM Jakarta.” Sari Pediatri 4(1): 26–30. Rini, Eka Agustia. 2012. “Laporan Kasus Neglected-Noncompliant Type 1 Diabetes Mellitus with Complications.” Jurnal Fak Kedokteran Unand 1(2): 107–11. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC

Related Documents

Diabetes Tipe 1.docx
April 2020 4
Tipe
November 2019 43
Diabetes
May 2020 32

More Documents from ""

Bab2bronkiolitis.docx
May 2020 32
Soal Us.docx
May 2020 34
2.notulen.doc
April 2020 33
1 Konsep Tumbuh Kembang.docx
December 2019 48
Cover Fix.docx
December 2019 61