Diabetes Mellitus.docx

  • Uploaded by: Quurma Mala
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diabetes Mellitus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,696
  • Pages: 25
TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN DENGAN PASIEN DIABETES MILITUS

Tugas ini Disusun dalam Rangka untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kronis (Pengampu Arina Maliya S.Kep Ns, M.Si.Med)

1. Ahmad Faris

J20161004

8. Fery Setyaningsih

J20161035

2. Muhammad Rifqi

J20161005

9. Miayunaisya D. N

J20161044

3. Han Baharudin

J20161014

10. Hariati W K

J20161045

4. Nur Azizah

J20161015

11. Qonita Luluk

J20161054

5. Cahyaning Fitria

J20161024

12. Muhammad Rossy R J20161055

6. Winta Ika P

J20161025

13. Bagus Setyo M

7. Satya Widha

J20161034

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

J20161064

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal. DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM : DM type I atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup. DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75%

1

dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian diabetes? 2. Apa penyebab diabetes? 3. Bagaimana klasifikasi diabetes? 4. Bagaimana tanda dan gejala diabetes? 5. Seperti apa komplikasi pada diabetes? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan? 7. Bagaimana cara penetalaksanaan dan pencegahan diabetes?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian diabetes 2. Untuk mengetahui penyebab diabetes 3. Untuk mengetahui klasifikasi diabetes 4. Untuk memaparkan tanda dan gejala diabetes 5. Untuk mengetahui komplikasi diabetes 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan. 7. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pencegahan diabetes.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diabetes Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit defisiensi atau resistensi insulin kronik yang menganggu metabolism karbohidrat, protein, dan lemak sehingga menyebabkan hiperglikemia (Linda, 2011). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolism kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebebkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin (Tarwoto, 2012). Diabetes Melitus adalah suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolik karena gangguan hormonal yang dapat menimbulkan komplikasi kronik, ginjal, syaraf, pembuluh darah.

B. Penyebab Diabetes Kekurangan insulin, dengan determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita DM. a. Faktor Presipitasi Menurut Riyadi & Sukirman (2008) Faktor presipitasi DM adalah : a. Kelainan fungsi atau jumlah sel beta dalam pancreas yang bersifat genetik b. Factor- factor lingkungan yang mengubah fungsi integritas sel beta. Sebagai contoh virus atau toksintertentu yang dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. c. Gangguan sistem imun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut seolah-olah sebagai jaringan asing. d. Kelainan aktivitas insulin e. Faktor- factor hormonal, misalnya : thypoid.

3

b. Faktor Predisposisi Menurut Riyadi & Sukirman (2008) faktor predisposisi DM ialah : a. Faktor keturunan (Genetik) Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin. b. Usia Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin. c. Gaya hidup stress Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan cepat saju yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energy yang berakibat pada kenaikan kerja pancreas. Beban yang tinggi membuat pancreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin. d. Pola makan yang salah Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko terkena diabetes.Malnutrisi dapat merusak pancreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pancreas. e. Obesitas Obesitas mengakibatkan sel-sel brta pancreas mengalami hipertropi ynag akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energy sel yang trelalu banyak.

4

f. Infeksi Masuknya bakteri atau viruske dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pancreas.

C. Klasifikasi Diabetes Klasifikasi Diabetes menurut Rubeinstein (2008) diantaranya: 1. Diabetes Melitus tipe 1 Diabetes melitus yang tergantung insulin (insulin dependent diabetes melitus/ IDDM) adalah gangguan auto imun dimana terjadi penghancuran sel-sel ß pankreas penghasil insulin. Pasien biasanya berusia dibawah 30 tahun, mengalami onset akut penyakit ini, tergantung pada terapi insulin, dan cenderung lebih mudah mengalami ketosis. 2. Diabetes Melitus tipe 2 Adalah bentuk yang lebih sering dijumpai, meliputi sekitar 90% pasien yang menyandang diabetes. Pasien diabetes khasnya menderita obesitas, dewasa dengan usia lebih tua dengan gejala ringan sehingga penegakan diagnosis bisa saja baru dilakukan pada stadium penyakit yang sudah lanjut, seringkali telah ditemukan komplikasi seperti retinopati atau penyakit kardiovaskular. 3. Diabetes gestasional Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes saat hamil memiliki homeostasis glukosa yang normal pada paruh pertama kehamilan dan berkembang menjadi defisiensi insulin relatif selama paruh kedua, sehingga terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menghilang pada sebagian besar wanita setelah melahirkan, namun mereka memiliki peningkatan risiko menyandang diabetes tipe 2. 4. Jenis diabetes spesifik lainnya Diabetes sekunder akibat : g. Antagonisme hormonal insulin h. Penghancuran pankreas i. Obat-obatan

5

j. Infeksi

D. Tanda dan Gejala Diabetes Menurut Tjokroprawiro (2006) tanda dan gejala penyakit diabetes melitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan kronik. 1. Gejala akut Gejala penyakit diabetus melitus pada setiap penderita tidaklah sama; gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umum timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Bahkan ada diabetes yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. a. Pada permulaan gejala ditunjukkan dengan 1) Banyak makan (polifagia) 2) Banyak minum (polidipsia) 3) Banyak kencing (poliuria) Pada fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus bertambah, karena pada saat ini jumlah insulin masih tercukupi. b. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama kelamaan mulai timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin dan mengalami polidipsia dan poliuria dan beberapa keluhan lain: 1) Nafsu makan mulai berkurang bahkan kadang-kadang di susul dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl. 2) Banyak minum 3) Banyak kencing 4) Berat badan turun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) 5) Mudah lelah 6) Bila tidak lekas diobati timbul rasa mual bahkan penderita akan jatuh koma dan disebut koma diabetik. Koma diabetik adalah koma pada seseorang yang menderita diabetes akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi, biasanya melebihi 600 mg/dl.

6

2. Gejala kronik Kadang-kadang diabetes tidak menunjukkan gejala akut. Tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengindap penyakit diabetes melitus. Gejala ini disebut geja kronik atau menahun. Gejala kronik ini yang paling sering membawa penderita diabetes berobat pertama kali. Gejala kronik yang sering timbul adalah: a. Kesemutan b. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk c. Terasa tebal dikulit, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur. d. Kram e. Lelah f. Mudah mengantuk g. Mata kabur, biasanya sering berganti kacamata h. Gatal disekitar kemaluan, terutama wanita i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas j. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten k. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg.

E. Komplikasi Diabetes Menurut Baradero (2009) komplikasi diabetes diantaranya: 1. Komplikasi Akut Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa darah. Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi tersebut adalah: Hipoglikemia, ketoasidosis

diabetic,

dan

sindrom

HHNK(juga

disebut

koma

hiperglikemik hiperosmolar nonketotik) a. Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50 – 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau

7

preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bias dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan camilan. Gejala

hipoglikemia

dapat

dikelompokkan

menjadi

dua

kategori: Gejala adrenergic dan gejala system saraf pusat. Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, dan kegelisahan dan rasa lapar. Pada hipoglikemia sedang, Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada system saraf pusat mencakupi ketidakmampuan konsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, pengluhatan ganda, dan perasaan ingin pingsan. Pada hipoglikea berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya. Gejala dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur, atau bahkan kehilangan kesadaran. Penanganan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemia. Rekomendasi biasanya pemberian 10 – 15 gram gula yang bekerja cepat per oral: 1) 2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli di apotik 2) Teh yang manis 3) 6-10 butir permen

8

4) 2-3 sendok the sirup atau madu b. Diabetes Ketoasidosis Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini menyebabkan gangguan pada metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis: 1) Dehidrasi 2) Kehilangan elektrolit 3) Asidosis Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula. Di samping itu produksi gula hati menjadi tidak terkendali pula. Kedua factor ini menimbulkan hiperglikemia.Dalam

upaya untuk menghilangkan glukosa yang

berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit(seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang ditandai dengan oleh urinasi berlebihan(poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Akibat

defisiensi

insulin

yang

lain

adalah

pemecahan

lemak(lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk di sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic. Terapi diabetic ketoasidosis diarahkan pada perbaikan tiga permasalahan utama: dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis Dehidrasi diatasi dengan rehidrasi untuk mempertahankan perfusi jaringan. Disamping itu penggantian cairan akan menggalakkan ekskresi glukosa yang berlebihan melalui ginjal. Pasien mungkin

9

membutuhkan 6 hingga 10 liter cairan infuse untuk menggantikan kehilangan cairan akibat poliuria, hiperventilasi, diare, dan muntah. c. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Pada saat yang sama tidak ada atau sedikit terjadi ketosis ringan. Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemik persisten menyebabkan dieresis osmotic sehingga terjadi kekurangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotic, cairan akan berpindah dari ruang intrasel ke dalam ruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan hipernatremia dan peningkatan osmolaritas. Terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat, takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi. Penatalaksanaan HHNK serupa dengan DKA, yaitu: cairan, elektrolit, dan insulin. 2. Kompilkasi Kronis Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua system organ dalam tubuh. Kategori diabetes yang lazim digunakan adalah a. Komplikasi Makrovaskuler 1) Penyakit arteri Koroner Perubahan ateroskerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi peda diabetes. Perunahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan peningkatan insidens infark miokard pada penderita. Salah satu ciri unik pada penyakit arteri koroner yang diderita oleh pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala

iskemik

yang

khas.

Jadi,

pasien

mungkin

tidak

memperlihatkan tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat mengalami infark miokard asimptomatik ini hanya dijumpai melalui pemeriksaan EKG. Kurangnya gejala iskemik ini disebabkan oleh neuropati otonom

10

2) Penyakit Serebrovaskuler Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus

di tempat lain dalam system

pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral dapat menimbulkan serangan

iskemia

sepintas

dan

stroke.

Gejala

penyakit

serebrovaskuler ini dapat menyerupai gejala pada komplikasi akut diabetes. Gejala tersebut mencakup keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan. 3) Penyakit Vaskuler Perifer Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah merupakan penyebab meningkatnya insidens penyakit oklusif arteri perifer pada pasien-pasien diabetes. Bentuk penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah ini merupakan utama meningkatnya insidens gangrene dan amputasi pada pasien-pasien diabetes. Para peneliti diabetes masih terus menyelidiki hubungan antara diabetes dan penyakit makrovaskuler. Ada factor-faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan percepatan ateroslerosis. Faktor-faktor ini mencakup kenaikan kadar lemak darah, hipertensi, kebiasaan merokok, obesitas, kurangnya latihan dan riwayat keturunan. Diet merupakan terapi penting dalam menangani obesitas, hipertensi dan hiperlipidemia. Latihan teratur merupakan terapi yang sangat penting pula. Apabila komplikasi makrovaskuler terjadi, penanganannya sama dengan penanganan pada pasien nondiabetik. Disamping itu pengendalian kadar glukosa darah juga harus diperhatikan. b. Komplikasi Mikrovaskuler Penyakit mikroangiopati ditandai oleh penebalan membrane basalis pembuluh kapiler. Membran basalis mengelilingi sel-sel endotel kapiler. Ada dua tempat dimana gangguan fungsi kapiler dapat

11

berakibat serius; kedua tempat tersebut adalah mikrosirkulasi retina mata dan ginjal. Retinopati diabetic yang diakibatkan oleh mikroangiopati merupakan penyebab kebutaan yang utama pada individu yang berusia antara 20 hingga 74 tahun di Amerika Serikat. 1) Retinopati Diabetik Kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetic disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil disekitar retina. Retina merupakan bagian mata yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak. Bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah arteri serta vena kecil, arteriol, venula, dan kapiler. Ada tiga stadium utama retinopati diabetic; retinopati nonproliferatif, retinopati praproliferatif, dan retinopati proliferative. Komplikasi oftalmologi lain yang dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus adalah katarak, glaucoma, dan perubahan lensa. 2) Nefropati Bukti menunjukkan bahwa segera sesudah terkena diabetes, khususnya bila kadar glukosa darah meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress

yang menyebabkan

kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati. 3) Neuropati Diabetes Neuropati pada diabetes mengacu kepada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer, otonom dan spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena. Patogenesis neuropati dalam diabetes dapat dikaitkan dengan mekanisme vaskuler atau metabolic atau keduanya, meskipun perannya yang yang berhubungan mekanisme ini

12

masih

belum

berhasil

ditentukan. Penebalan membrane basalis kapiler dan penutupan kapiler dapat dijumpai.

Disamping itu mungkin terdapat

demielinisasi saraf yang diperkirakan berhubungan dengan hiperglikemia. Hantaran saraf akan terganggu apabila terdapat kelainan pada selubung myelin. (Baradero, Mary, dkk, 2009)

F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Riyadi & Sukirman (2008) Pemeriksaan gula darah pada pasien diabetes mellitus antara lain : a. Gula darah puasa (GDP) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostic untuk Dm >140mg/dl paling sedikit dalam dua kali pemeriksaan. b. Gula daraj 2 jam post prandial 100-140mg/dl Digunakan unruk skrining atau evaluasi pengobatan bukan di diagnostic. c. Gula darah sewaktu >200 mg/dl Digunakan skrining bukan diagnostic.

G. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diabetes Menurut

Tarwoto

(2012)

untuk

mengontrol

diabetes,

diperlukan

keseimbangan diantara hal-hal penting berikut ini, yaitu: 1. Diet Kontrol nutrisi, diet, dan berat badan merupakan dasar penanganan pasien DM. tujuan yang paling penting dalam menejemen nutrisi dan diet adalah mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, intake yang dibutuhkan, mencapai kadar seum lipid normal. Komposisi nutrisi pada diet DM adalah kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat. 2. Olah raga dan aktifitas fisik Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik energy yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas.

13

Latihan ini bertujuan untuk menurunkan gula darah dan meningkatkan metabolisme

karbohidrat,

menurunkan

berat

badan

dan

mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan sensitifitas insulin, meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan menurunkan kadar trigliserida, menurunkan tekanan darah. Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga sepertia jalan, lari, bersepeda.Yang perlu diperhatikan pada latihan fisik pasien DM adalah frekwensi, intensitas, durasi waktu, dan jenis latihan.Misalnya pada olahraga, sebaiknya teratus 3x/minggu, lamanya 20-45 menit. 3. Obat anti diabetes (pengendali gula darah) 4. Senam kaki diabetes. Senam kaki adalah kegiatan yang dilakukan oleh pasien diabetes militus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah.Tujuan senam kaki diabetes adalah memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi. Indikasi senam kaki ini dapat diberikan pada seluruh penderita diabetes militus tipe 1 maupun 2.Namunsebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita diabetes militus sebagai tindakan pencegahan dini. Kontraindikasi senam diabetes adalah klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada dan orang yang depresi, khawatir atau cemas.

Menurut Sudoyo (2006) Penatalaksanaan komplikasi kronik diabetes melitus : 1. Retinopati Pengobatan koagulasi dengan sinar laser terbukti dapat bermanfaat mencegah perburukan retina lebih lanjut yang kemudian munkin akan mengancam mata. Fotokoagulasi dapat dikerjakan secara pan – retinal. Tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah vitrektomi dengan berbagai macam cara. Demikian pula tindakan operatif lain seperti

14

perbaikan ablasio retinanya dapat dilakukan untuk menolong mencegah perburukan fungsi mata. 2. Nefropati Setelah

berbagai

cara

pencegahan

konservatif

tidak

berhasil

menghambat laju perburukan filtrasi glomerular, dan kemudian sudah mencapai tahap gagal ginjal-penyakit ginjal tahap terminal, dapat dilakukan pengelolaan pengganti untuk membantu fungsi ginjal, baik berupa hemodialisis maupun dialisis peritoneal. Disamping kedua modalitas tersebut di atas, transplantasi ginjal merupakan pilihan lain terapi pengganti fungsi ginjal yang dapat dilakukan pada penyandang DM dengan gagal ginjal. 3. Neuropati Adanya keluhan dan kemudian ditegakkannya diagnosis neuropati diabetik mengharuskan kita untuk berusaha mengendalikan kadar glukosa darah sebaik mungkin. Pengelolaan keluhan neuropati umumnya bersifat simtomatik, dan sering pula hasilnya kurang memuaskan. Pada keadaan neuropati perifer yang disertai rasa sakit, berbagai usaha untuk pencegahan dan pengelolaan DM serta bebagai faktor risikonya harus juga dikerjakan. Berbagai obat simptomatik untuk nyerinya dapat pula diberikan, namun umumnya tidak banyak menjanjikan hasil yang baik. Saat ini didapatkan berbagai sarana yang dapat diberikan untuk mengatasi keluhan rasa nyeri yang hebat pada penyandang neuropati DM dengan nyeri ini. Berbagai obat untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan, demikian pula obat berupa obat gosok seperti krim, capsaicin (capzacin) dapat dipakai pada penyandang DM dengan neuropati yang menyakitkan. Dengan adanya pengetahuan baru mengenai terjadinya komplikasi kronik DM, dan berbagai cara untuk mendeteksi dan kemudian mengelola komplikasi kronik DM dapat dimungkinkan keberhasilan usaha untuk mencegah, memperbaiki, atau paling sedikit mengurangi berbagai akibat komplikasi kronis DM ini.

15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS A. Pengkajian 1. Identitas 2. Keluhan utama Pada pasien diabetes militus dengan neuropatik perifer didapatkan keluhan utama nyeri dengan skala 6. 3. Riwayat Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien? 4. Riwayat Kesehatan Pada pengkajian riwayat kesehatan difokuskan pada: a. Sudah berapa lama klien menderita DM. b. Adakah anggota keluarga klien yang menderita DM dan apabila ada siapa silsilah keluarga yang menderita Diabetes Melitus. c. Apakah tanda dan gejala DM sering dialami klien. d. Apakah ada kenaikan yang berat tentang gula darah. 5. Kebutuhan konsumsi makan dan kebutuhan sehari-hari Pada pengkajian kebutuhan konsumsi makan sehari-hari difokuskan pada: a. Kebiasaan pola makan sehari-hari. b. Bagaimana diit Diabetes Melitus. c. Makanan apa yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi. d. Bagaimana gaya hidup sebelum menderita Diabetes Melitus. e. Bagaimana pola aktivitas tidur dalam sehari-hari. f. Bagaimana pola eliminasi pasien. g. Bagaimana tingkat emosional klien. 6. Karakteristik lingkungan Pada karakteristik lingkungan difokuskan pada: a. Bagaimana situasi penerangan dan kelembapan ruangan tempat tinggal klien. b. Bagaimana keadaan peralatan/perabotan dalam keluarga apakah membahayakan dan dapat mengakibatkan injuri.

16

c. Bagaimana kebersihan keseluruhan lingkungan rumah dan sekitarnya. 7. Pemeriksaan fisik a. Tekanan darah b. Kelembapan kulit c. Berat badan

B. Diagnosa 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah. Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal. Kriteria Hasil : a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis c. Kulit sekitar luka teraba hangat. d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah. e. Sensorik dan motorik membaik Intervensi

:

a. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah. b. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya. Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema. c. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi. Rasional

:

kolestrol

tinggi

dapat

mempercepat

terjadinya

arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.

17

d. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ). Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah

sehingga

perfusi

jaringan

dapat

diperbaiki,

sedangkan

pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren. 2. Ganguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan. Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang Kriteria hasil : a. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang . b. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri. c. Pergerakan penderita bertambah luas. d. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ). Intervensi

:

a. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien. Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri. Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan. c. Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri. d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. e. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

18

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin. f. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka. Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman. g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki. Tujuan: Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal. Kriteria Hasil : a. Pergerakan paien bertambah luas b. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ). c. Rasa nyeri berkurang. d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan. Intervensi

:

a. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien. Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien. b. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal. Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan. c. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan. Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik. d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

19

e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi. Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar. 4. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang. Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria hasil : a. Berat badan dan tinggi badan ideal. b. Pasien mematuhi dietnya. c. Kadar gula darah dalam batas normal. d. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia. Intervensi

:

a. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat. b. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan. Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia. c. Timbang berat badan setiap seminggu sekali. Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ). d. Identifikasi perubahan pola makan. Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan. e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik. Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang

20

sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi. 5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang. Kriteria Hasil

:

a. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan. b. Emosi stabil., pasien tenang. c. Istirahat cukup. Intervensi

:

a. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat. b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien. c. Gunakan komunikasi terapeutik. Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan. d. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien. e. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien. f. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian. Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

21

g. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan DM adalah suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolik karena gangguan hormonal yang dapat menimbulkan komplikasi kronik, ginjal, syaraf, pembuluh darah. Secara umum penyebab DM adalah kekurangan insulin, dengan determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita DM. Yang didukung oleh faktor genetik, usia. Pola makan yang salah, gaya hidup stres, dll. Secara umum DM digolongkan menjadi dua, yaitu DM tipe-1 (IDDM – Insulin Dependen Diabetic Melitus) dan DM tipe 2 (NIDDM – Non Insulin Dependen Diabetic Melitus). Tanda dan gejala yang umum muncul adalah sering buang air kecil, sering merasa haus, dan sering merasa lapar. Untuk mengontrol gula darah klien harus mau mentaati aturan diit, melakukan olahraga atau gerak fisik, dan mengonsumsi obat anti diabetes secara teratur.Selain itu, untuk mencegah terjadinya luka pada kaki, karena aliran darah ke perifer tidak lancar, bisa dilakukan senam kaki diabetik.

B. Saran Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang cukup 2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

23

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. (2009). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta : EGC. Linda, D. (2011). Ilmu Gizi Menjadi Sanat Mudah Edisi 2. Jakarta: EGC. Riyadi, S., & Sukirman. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pancreas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rubeinstein, D. (2008). Lecture Notes Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga. Sudoyo, A. (2006). Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : Trans Info Media. Tjokroprawiro, A. (2006). Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Related Documents

Diabetes
May 2020 32
Diabetes
December 2019 52
Diabetes
May 2020 30
Diabetes
November 2019 32
Diabetes
June 2020 19
Diabetes
June 2020 18

More Documents from "seabrix"