Diabetes Melitus.docx

  • Uploaded by: Venezia Azzahra
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diabetes Melitus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,136
  • Pages: 12
TUGAS BLOK MEKANISME PENYAKIT I RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT DIABETES MELLITUS

Disusun Oleh : Kelompok B-11 Meidi Endahsari Nastiti

(1102018282)

Adiba Salsabila

(1102018283)

Annisa Shafiyah Arsal

(1102018284)

Munziri Ilman Dahriza

(1102018285)

Endito Pamungkas Sadewo

(1102018286)

Balqis Nihlah Hilyati

(1102018288)

Muhammad Erdiansyah

(1102018289)

Venezia Az-Zahra

(1102018290)

Fitriana Anggraini

(1102018291)

Nina Yolanda Putri

(1102018340)

UNIVERSITAS YARSI JAKARTA FEBRUARI 2019

Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). (Baughman, 2000) Kadar gula darah normal adalah 120 mg/dl. Diabetes mellitus akan menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis jika dibiarkan tidak terkendali. (Krisnatuti, 2014) Pada penderita diabetes mellitus, terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespons terhadap insulin, atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis (HHNK). (Baughman, 2000)
 Diabetes mellitus sendiri memiliki 2 tipe, yaitu: a. Diabetes Mellitus tipe 1: Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) 
 Pada diabetes mellitus tipe ini, sel-sel beta pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Hal ini menyebabkan penderita memerlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. (Baughman, 2000) 
 Penderita jenis ini mengalami kerusakan sel-sel pada pulau langerhans dalam 
 pankreas yang memproduksi insulin. (Krisnatuti, 2014) 
 b. Diabetes Mellitus tipe 2: Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) 
 Diabetes mellitus tipe 2 diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. (Baughman, 2000)
 Berkurangnya sensitivitas terhadap insulin ditandai dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah. Pada tahap ini hiperglikemia dapat diatasi, salah satunya dengan penggunaan obat antidiabetes yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hati. Diabetes tipe 2 ini lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan diabetes tipe 1. (Krisnatuti, 2014)



Riwayat Alamiah Diabetes Mellitus Terdapat 5 tahap Riwayat Alamiah Penyakit Diabetes Melitus: a. Tahap Prepatogenesis 
 Pada kondisi ini, individu belum merasakan gejala (simptom) dan belum dinyatakan diabetes. Tahap prepatogenesis dapat berpindah menjadi pre diabetes dipengaruhi oleh faktor resiko masing-masing individu. 2. 
 b. Tahap Prediabetes
 Pre-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2. Pada masa pre-diabetes ini belum terdapat abnormalitas dari metabolisme, tapi sudah membawa faktor genetik (carriers). Kondisi pra-diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pra-diabetes dapat meningkat menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 5-10 tahun. Ada dua tipe kondisi pra-diabetes: 
 -

Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah puasa seseorang sekitar 100-125 mg/dl (kadar glukosa darah puasa normal: <100 mg/dl).


-

Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada uji toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam kondisi diabetes. c. Tahap Diabetes Kimiawi
 Pasien masih bersifat asimptomatik (belum timbul gejalagejala) namun sudah terdapat abnormalitas metabolisme pada pemeriksaan laboratoris. d. Tahap Klinis
 Fase dimana penderita sudah menunjukkan gejala-gejala dan tandatanda penyakit DM. Gejala-gejala diabetes melitus yaitu Trias DM (Poliuria, Polidipsia, Polifagia). 
 e. Tahap Akhir Penyakit Penyakit
 Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang belum dapat disembuhkan. Penyakit ini hanya dapat dikontol dan diberi pengawasan khusus. Penyakit komplikasi yang muncul dari penyakit diabetes melitus dapat menimbulkan kecacatan atau kematian misalnya katarak, ganggrene, stroke, PJK, dll. Apabila tidak muncul komplikasi, individu tersebut tetap akan menjadi carier atau pembawa sifat penyakit dan dapat menularkan kepada keturunannya. Sedangkan untuk riwayat alamiah dari DM tipe 2 ada 4 tahapan yaitu: a. Dimulai pada saat lahir, dimana kadar gula darah masih dalam batas normal tetapi individu tersebut mempunyai resiko untuk DM tipe 2 oleh karena 
 polimorphisme

genetik (diabetogenic genes). 
 b. Penurunan sensitifitas insulin timbul karena hasil dari predisposisi genetik dan 
 gaya hidup (faktor lingkungan) yang mana awalnya terkompensasi oleh peningkatan fungsi sel β mengalami penurunan, dengan tes toleransi glukosa ditemukan gangguan toleransi glukosa. Pada keadaan ini fungsi sel β jelas abnormal tetapi kebutuhan untuk mempertahankan kadar gula darah puasa masih normal. 
 c. Hasil dari kemunduran fungsi sel β dan peningkatan resistensi insulin. Kadar gula darah puasa dapat meningkat disebabkan produksi glukosa endogen basal,tetapi pasien masih dalam keadaan asimptomatik. 
 d. Pada tahap ini terjadi kemunduran fungsi sel β, kadar gula darah puasa dan post prandial jelas meningkat dan biasanya pasien dalam keadaan simptomatis 


Level of Prevention Diabetes Mellitus Upaya pencegahan terjadinya diabetes milletus terdiri atas tiga tahap sebagai berikut: a. Pencegahan Primer
 Pencegahan primer ialah mencegah orang yang normal dan pengidap prediabetes agar tidak menjadi pengidap diabetes. Banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa dirinya mengidap prediabetes. Prediabetes dapat dicegah agar tidak menjadi diabetes dengan mengendalikan faktor risiko diabetes. Pencegahan dini terjadinya diabetes dapat dilakukan dengan mencegah kelebihan bobot badan dan kegemukan (obesitas), olahraga teratur, serta pengaturan pola makan yang baik. Selain itu, kondisi prediabetes dapat diterapi dengan obat-obatan. b. Pencegahan Sekunder 
 Pencegahan sekunder yaitu, berbagai upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi diabetes. Jadi, pencehagan sekunder ini diperuntukkan bagi orang yang telah mengidap penyakit diabetes. 
 Berbagai upaya untuk mencegah -

timbulnya komplikasi upaya tersebut meliputi lima pilar, diantaranya : Edukasi Diabetes, dapat melalui kegiatan membaca, ceramah edukasi, 
 seminar, dan lain sebagainya. 


-

Mengatur pola makan, harus mengatur pola makan dengan prinsip 3J 
 (tepat Jadwal, tepat Jenis, tepat Jadwal makan) 


-

Melakukan aktivitas fisik dan olahraga, dosis olahraga dapat diatur dengan 
 pedoman FIT (Frekuensi, Intensitas,Time) 


-

Obat hipoglikemik oral dan mungkin juga suntikan insulin.diberikan jika 
 upaya pengaturan makanan dan olahraga tidak cukup mengendalikan kadar 
 gula dara. 


-

Pemantauan gula darah secara mandiri, pemeriksaan gula darah secara 
 mandiri bermanfaat agar pengidap diabetes dapat mengetahui kadar gula darahnya sehingga dapat mengatur pola makan, aktivitas, dan dosis obat atau dosis hormon insulin yang harus diterapkan. 


c. Pengendalian Tersier
 Apabila pengidap diabetes sudah mengalami komplikasi diabetes, maka 
 tindakan pencegahannya adalah mencegah kecacatan akibat berbagai komplikasi diabetes. Pengidap diabetes harus tetap menjalani lima pilar pencegahan diabetes. Berbagai penyakit komplikasi seperti penyakit jantung koroner, retinopeti diabetik, atau nefropati diabetic harus diterapi oleh dokter agar tidak berlanjut menjadi serangan jantung, kebutaan, atau kegagalan fungsi jantng. 


Patogenesis Diabetes Mellitus Diabetes mellitus secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis. Ini bersamaan dengan rusaknya autoimun pada sel beta di pankreas yang menyebabkan berkurangnya produksi insulin hingga menjadi abnormal yang menghasilkan resistensi terhadap kerja insulin. Apabila jumlah atau dalam fungsi insulin mengalami defisiensi, hiperglikemia akan timbul sehingga menyebabkan diabetes. Kekurangan insulin bisa absolut apabila pankreas tidak menghasilkan sama sekali insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup, misalnya yang terjadi pada DM tipe 1. Patogenesis DM tipe 2 didasari atas gangguan sekresi insulin oleh sel beta pancreas dan gangguan kerja insulin akibat ketidakpekaan (insensitifitas) jaringan sasaran (target) terhadap insulin (Josten dkk, 2006). Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya tidak bekerja secara efektif. Hal ini terjadi pada penderita DM tipe 2, dimana telah terjadi resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relatif akan mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar untuk melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan (Baradero dkk, 2005 dalam Syamiyah, 2014). Meskipun patogenesis DM tipe 2 belum dimengerti sepenuhnya, tapi ada 3 faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu: (1) faktor-faktor genetik; (2) gangguan fungsi sel beta pankreas; dan (3) penurunan kerja insulin pada jaringan yang peka terhadap insulin (insulin resisten), yang meliputi otot kerangka, hati dan jaringan lemak. Resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan: a. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel) 


b. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat 
 c. Kurang gerak badan 
 d. Faktor keturunan 
 DM tipe 2 sering tidak memiliki gejala, sehingga banyak kasus yang tidak terdiagnosis setelah penyakit ini mulai menunjukkan komplikasi berupa kerusakan pada organ tubuh seperti mata, ginjal, saraf, gusi, gigi dan pembuluh darah. Penderita DM tipe 2 ini sebelumnya tidak mempunyai gangguan pada pancreas maupun produksi insulin, baru dengan berjalannya waktu, pengeluaran hormon insulin mulai mengalami gangguan (Handayani, 2003). Insulin bekerja pada hidratarang, lemak, serta protein, dan kerja insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk mengubah arah lintasan metabolik sehingga gula, lemak, dan asam amino dapat disimpan serta tidak terbakar habis. Jika tidak ada insulin, lemak, gula, dan asam amino tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga unsur-unsur gizi tersebut tetap berada di dalam plasma. Sebagai akibatnya, sel-sel tubuh mengalami starvasi dan terjadi peningkatan kadar glukosa, kolesterol, serta lemak. (Jordan, 2002 dalam Syamiyah, 2014). Berkurangnya hasil kerja insulin adalah dari tidak cukupnya sekresi insulin dan/atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin dalam jalur kompleks kerja hormon. Penurunan sekresi insulin dan resistensi kerja insulin sering terjadi pada pasien yang sama, dan itu menjadi tidak jelas apa kelainannya. Jika hanya salah satu saja, penyebabnya adalah hiperglikemia. Gejala hiperglikemia meliputi polyuria, polydipsia, penurunan berat badan, kadang dengan polipagia, dan penglihatan kabur. Melambatnya pertumbuhan dan kerentanan terhadap infeksi tertentu juga dapat menyertai penderita hiperglikemia kronik. Bahayanya, ancaman hidup dari akibat diabetes adalah hiperglikemia dengan ketoasidosis atau sindrom hiperosmolar nonketotik. Komplikasi jangka panjang dari diabetes meliputi retinopati dengan potensi hilangnya penglihatan; nefropati yang menyebabkan gagal ginjal; neuropati perifer dengan risiko ulkus kaki, amputasi, dan sendi Charcot, dan neuropati otonom yang menyebabkan gejala gastrointestinal, genitourinary, kardiovaskuler dan disfungsi seksual. Glikasi protein jaringan dan makromolekul lainnya serta kelebihan produksi senyawa poliol dari glukosa adalah salah satu mekanisme berpikir untuk menghasilkan kerusakan jaringan dari hiperglikemia kronis. Pasien dengan diabetes memiliki peningkatan komplikasi atherosklerosis, pembuluh darah perifer, dan penyakit serebrovaskular, hipertensi, kelainan metabolisme lipoprotein, dan penyakit periodontal seiring ditemukan pada penderita diabetes. Dampak emosional dan sosial diabetes dan tuntutan terapi dapat menyebabkan disfungsi psikososial yang signifikan pada pasien dan keluarganya (Jafar, 2004).

Faktor Risiko Diabetes Mellitus Faktor risiko diabetes mellitus umumnya di bagi menjadi 2 golongan besar yaitu: a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi - Umur Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun. Diabetes meliitus sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut. Semakin bertambahnya umur, maka risiko menderita diabetes mellitus akan meningkat terutama umur 45 tahun (kelompok risiko tinggi). 
 -

Jenis Kelamin
 Distribusi penderitas diabetes mellitus menurut jenis kelamin sangat bervariasi. Di Amerika Seikat penderitas diabetes mellitus lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Namun, mekanisme yang menghubungkan jenis kelamin dengan kejadian diabetes mellitus belum jelas. 
 - Bangsa dan etnik
 Berdasarkan penelitian terakhir di 10 negara menunjukan bahwa bangsa Asia lebih beresiko terserang diabetes mellitus dibandingkan bangsa Barat. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa secara keseluruhan bangsa Asia kurang berolahraga dibandingkan bangsa-bangsa di benua Barat. Selain itu, kelompok etnik tertentu juga berpengaruh terutama Cina, India, dan Melayu lebih berisiko terkena diabetes mellitus. 
 - Faktor keturunan,
 Diabetes mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Adanya riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama orang tua dan saudara kamdung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes. Ahli menyebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit yng terpaut kromosom seks atau kelamin. Umumnya laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya. 
 - Riwayat menderita diabetes gestasional. Diabetes gestasional dapat terjadi sekitar 2-5% pada ibu hamil. Biasanya diabetes akan hilang setelah anak lahir. Namun, dapat pula terjadi diabetes di kemudian hari. Ibu

hamil yang menderitas diabetes akan melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4000 gram. Apabila hal ini terjadi, maka kemungkinan besar si ibu akan mengidap diabetes tipe 2 kelak. -

Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram.

Faktor yang dapat dimodifikasi : - Obesitas, Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa obesitas merupakan factor predisposisi terjadinya resistensi insulin. Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerha sentral atau perut (central obesity). Lemak dapat memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut kedalam sel dan menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Obesitas merupakan factor resiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dimana sekitar 8090% penderita mengalami obesitas. 
 - Aktifitas fisik yang kurang


Berdasarkan

penelitian

bahwa aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat menambah sensitifitas insulin. Prevalensi diabetes mellitus mencapai 2-4 kali lipat terjadi pada individu yang kurang aktif. Semakin kurang aktifitas fisik, maka semakin mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga atau aktifitas fisik dapat membantu mengontrol berat badan. Glukosa dalam darah akan dibakar menjadi energy, sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin. Selain itu, aktifitas fisik yang teratur juga dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan factor risiko terjadinya diabetes mellitus. 
 - Hipertensi
 Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah systole 140 mmHg atau tekanan darah diastole 90 mmHg. Hipertensi dapat menimbulkan berbagai penyakit yaitu stroke, penyakit jantung coroner, gangguan fungsi ginjal, gangguan penglihatan. Namun, hipertensi juga dapat menimbulkan resistensi insulin dan merupakan salah satu factor resiko terjadinya diabetes mellitus. Akan tetapi, mekanisme yang menghubungkan hipertensi dengan resistensi insulin masih belum jelas, meskipun sudah jelas bahwa resistensi insulin merupakan penyebab utama peningkatan kadar glukosa darah. - Stres
 Kondisi stress kronik cenderung membuat sesorang mencari makanan yang manismanis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonik pada otak. Serotonin mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi efek mengkonsumsi makanan yang manis- manis dan berlemak tinggi terlalu banyak berbahaya bagi mereka yang berisiko terkena diabetes mellitus. 


- Pola makan
 Pola makan yang salah dapat mengakibtakna kurang gizi atau kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat mengganggu fungsi pancreas dan mengakibtakan gangguan sekresi insulin. Sedangkan kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin. 
 - Penyakit pada pancreas : pankreatiti, neoplasma, fibrosis kistik. 
 - Alkohol dapat menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada pakreas yang dikenal dengan istilah pankreatits. Penyakit tersebut dapat menimbulkan gangguan produksi insulin yang akhirnya dapat menyebabkan diabetes mellitus. 


Epidemiologi Diabetes Mellitus Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total populasi, insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia, DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi di negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di Afrika, ini akibat tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat. Beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan buah. (Riskesdas, 2007) Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7%. (Depkes, 2008) Berdasarkan hasil pengamatan pada indeks penyakit DM di RSUD Tugurejo Semarang, untuk jumlah pasien rawat inap JKN dengan diagnose utama DM yang dirawat mulai dari bulan Januari sampai dengan Maret (triwulan I) tahun 2014 tercatat sebanyak 87 pasien. Persentase

jumlah pasien DM pada triwulan I paling banyak terdapat pada bulan Februari sebanyak 39 dan paling sedikit terdapat pada bulan Maret sebesar 23 pasien, sedangkan untuk bulan Januari sebanyak 25 pasien. Hal ini berarti Pada bulan Maret jumlah pasien DM mengalami peningkatan yang cukup banyak sebesar 21,87%, namun pada bulan Maret kembali menurun jumlahnya sebanyak 25,81%. Kasus DM paling banyak menyerang kelompok umur 51-60 tahun yaitu sebesar 34,48% dan kelompok umur 41–50 tahun yaitu sebesar 26,45%. Hal ini menggambarkan bahwa hasilpenelitian ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa mulai pada kelompok usia >45 tahun keatas menjadi faktor resiko DM, khususnya pada tipe II. (Dian Aristika, 2014) Prevalensi global diabetes di masyarakat (20-79 tahun) pada tahun 2013 adalah 382 juta orang menderita diabetes dengan prevalensi 8,3 %. Amerika utara dan Karibia adalah wilayah dengan prevalensi tinggi yaitu 36,755 orang dengan diabetes (11%), Timur Tengah dan Afrika Utara dengan 34,571 orang dengan diabetes (9,2%), dan wilayah Pasifik Barat sebanyak 138,195 orang, wilayah ini tinggi dengan orang penderita diabetes meskipun dengan prevalensi 8,6% tetapi mendekati prevalensi dunia. Untuk tingkat kabupaten/ kota di Jawa Tengah, prevalensi kasus DM Tipe 2 mengalami penurunan, dari 0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012. Data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, menunjukkan bahwa selama tahun 2008-2012 prevalensi DM Tipe 2 sebagai berikut: 21,1% (2008), 21,3% (2009), 20,5% (2010), 19,7% (2011), dan 20,7% (2012). Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kota Semarang khususnya DM Tipe 2 tertinggi terdapat di wilayah Puskesmas Kedungmundu sebanyak 2.147 kasus pada tahun 2012 dan sebanyak 1.713 kasus pada tahun 2013.

Kebijakan Pengendalian dan Penanggulangan Diabetes Mellitus Untuk mencapai tujuan dari pengendalian DM, perlu ditetapkan kebijakan teknis sebagai berikut (Depkes, 2008): a. Menetapkan standar, norma, pedoman, kriteria kesehatan dan prosedur kerja 
 dengan mengacu pada pedoman dan peraturan yang berlaku. 
 b. Menyelenggarakan pengendalian DM melalui pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, penemuan dan tatalaksana kasus secara tepat, 
 surveilans epidemiologi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) DM. 
 c. Mengembangkan dan meningkatkan surveilans epidemiologi di sarana pelayanan kesehatan sebagai bahan informasi dan perencanaan program 
 pengendalian DM. d. Meningkatkan kemampuan petugas dan masyarakat serta mengupayakan 
 ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengendalian DM.

e. Meningkatkan jejaring kerja lintas program, lintas sektor dan stakeholder terkait baik di Pusat maupun Provinsi dan Kabupaten/ Kota. f. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat kearah kemandirian melalui pendekatan kelembagaan di tingkat desa/kelurahan. g. Meningkatkan peran pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi upaya pengendalian DM. 
 Untuk mencapai keberhasilan program secara efektif dan efisien, perlu dikembangkan strategi pelaksanaan kegiatan, yaitu (Depkes, 2008): a. Pengendalian DM berdasarkan fakta dan skala prioritas. 
 b. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak legislatif dan 
 stake holder serta pemerintah daerah. 
 c. Melakukan pembinaan dan monitoring serta evaluasi program pengendalian 
 DM. 
 d. Intensifikasi upaya pencegahan dan penanggunglangan faktor risiko, 
 surveilans epidemiologi, penemuan dan tatalaksana kasus serta KIE DM. 
 e. Meningkatkan kemitraan melalui jejaring kerja baik nasional, regional 
 maupun internasional. 
 f. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil penelitian 
 atau kajian yang mendukung dalam upaya peningkatan program pengendalian 
 DM 
 g. Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan berbagai kelompok 
 masyarakat di desa/ kelurahan seperti posyandu, poslansia, dll. 
 h. Meningkatkan peran dan fungsi sesuai kewenangan daerah serta memanfaatkan sumber daya pusat melalui sistem penganggaran (dana 
 dekonsentrasi dan perbantuan). 
 Secara umum, pengendalian DM dimaksudkan untuk mengurangi gejala dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi. Dengan demikian, prinsip dasar manajemen pengendalian atau penanganan DM meliputi:
 a. Pengaturan Makanan Pengaturan makanan hendaknya dengan memenuhi kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari (usu.ac.id). 
 Tujuannya adalah memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik agar kadar glukosa darah mendekati normal. Selain itu pada tingkatan DM lebih lanjut dapat melakukan penyeimbangan asupan makanan dengan tambahan insulin dan obat penurun kadar glukosa. 


h. Latihan Jasmani Olahraga yang tepat untuk menurunkan gula darah, kolesterol, mengontrol berat badan, pencegahan komplikasi diabetes memiliki efek yang baik. Pola gerakan yang dapat digunakan untuk penderita DM antara lain seperti aerobik, jalan cepat, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. 
 i. Pemantauan (Monitoring) Monitoring adalah salah satu tindakan keperawatan yang digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani dan obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa darah senormal mungkin (terhindar dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia)


Related Documents

Diabetes
May 2020 32
Diabetes
December 2019 52
Diabetes
May 2020 30
Diabetes
November 2019 32
Diabetes
June 2020 19
Diabetes
June 2020 18

More Documents from "seabrix"

Diabetes Melitus.docx
April 2020 14
Wrap Up Sk 1 Mp2-2.docx
April 2020 30
Journal Reading.docx
April 2020 16
Gugus Fungsi
October 2019 28
Tugas B.indo Dede.docx
June 2020 11
Nanda Lbm 3 Kpdl.docx
July 2020 27