Di antara Tugas Penting Pendidikan Kesadaran orang tua terhadap pentingnya memilih lembaga pendidikan yang berkualitas sudah semakin tinggi. Mereka mau membayar lebih terhadap jasa lembaga pendidikan yang diyakini mampu mengantarkan para putra-putrinya menjadi lebih berkualitas. Oleh karena itu maka tawaran-tawaran pendidikan berkualitas seperti sekolah bertaraf internasional, sekolah unggul, sekolah model, dan seterusnya, sekalipun memasang tarif lebih mahal, tetap didatangi banyak peminat. Dalam sebuah diskusi informal dengan beberapa teman, memperbincangkan apa yang disebut dengan pendidikan unggul, ternyata pengertian unggul masih dimaknai secara sederhana. Disebut sekolah unggul manakala pada ujian akhir anak-anaknya mendapatkan nilai tinggi, sehingga kemudian bisa diterima di perguruan tinggi terkemuka atau cepat mendapatkan pekerjaan. Keunggulan itu masih sebatas pada penguasaan ilmu yang dipelajari, seperti matematika, fisika, biologi, kimia, sosiologi, psikologi, bahasa asing dan sejenisnya. Keunggulan hasil pendidikan rasanya selama ini, oleh sementara orang baru dimaknai pada wilayah intelektual, dan belum sampai menjamah aspek-aspek yang lebih dalam, seperti kematangan social, moral, kharakter, atau akhlak. Selain itu, kesadaran kebanyakan orang juga baru sebatas mempersiapkan putra-putrinya untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang berimbalan tinggi. Atas dasar pandangan itu, maka sementara orang terkait dengan pendidikan, masih sebatas mengharapkan agar anak-anaknya segera lulus, mendapatkan ijazah, dan cepat bekerja. Orientasi seperti itu kiranya boleh-boleh saja, namun yang perlu disadari bahwa manusia tidak hanya memerlukan pekerjaan atau terpenuhinya kebutuhan yang bersifat material. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat materi memang menjadi harapan semua orang, tetapi itu tidak segala-galanya. Betapa banyaknya orang yang berpendidikan tinggi dan dianggap unggul, kemudian mendapatkan amanah mulia menjadi pejabat, namun selanjutnya melakukan kesalahan, dan akhirnya diadili kemudian masuk penjara. Jika demikian, pendidikan yang ditempuh hanya mengantarkannya ke tempat yang menyengsarakan. Oleh karena itu pendidikan semestinya tidak saja dimaknai atau bertugas mengantarkan seseorang menjadi cerdas atau pintar, tetapi juga memiliki kharakter, watak, perilaku dan atau akhlak yang mulia. Semestinya, keunggulan pendidikan bukan hanya diukur dari sebatas penguasaan di bidang sains, tetapi juga sejauh mana lembaga pendidikan mampu mengantarkan para siswanya meraih ranah kedewasaan yang lain. Seseorang yang pintar dan cerdas tetapi miskin akhlak, maka akan justru mencelakaan dirinya dan juga masyarakatnya. Dalam diskusi informal itu juga diperbincangkan, bahwa selama ini kebanyakan pendidikan hanya sebatas menstrasfer ilmu pengetahuan. Melalui pendidikan itu hanya diharapkan agar anak-anak kaya informasi tentang biologi, fisika, kimia, matematika, ilmu social, menguasai bahasa, dan sejenisnya. Sedangkan informasi itu sesungguhnya
untuk apa dalam kehidupan kelak, sementara orangmasih belum memikirkan saksama. Padahal semestinya, informasi itu adalah agar dijadikan kekuatan untuk menumbuhkan jiwa masih-masing anak. Pendidikan semestinya berhasil menumbuh-kembangkan Jiwa. Semua mata pelajaran semestinya dijadikan instrument atau mampu menumbuh-kembangkan jiwa pada setiap anak peserta didik. Dengan jiwa yang kuat, maka akan tumbuh sifat-sifat luhur yang seharusnya dimiliki oleh mereka. Mata pelajaran semestinya tidak sebatas agar dikuasai, namun tanpa makna, apalagi hanya sebatas diposisikan sebagai bekal ujian. Jika demikian, maka pelajaran sekolah hanya akan dianggap menjadi beban. Semestinya melalui pendidikan, harus berhasil ditumbuh-kembangkan jiwa kemanusiaan. Iniah bagian penting dari tugas pendidikan yang sebenarnya, namun seringkali masih terlupakan. Wallahu a’lam.
Di antara Tugas Penting Pendidikan Kesadaran orang tua terhadap pentingnya memilih lembaga pendidikan yang berkualitas sudah semakin tinggi. Mereka mau membayar lebih terhadap jasa lembaga pendidikan yang diyakini mampu mengantarkan para putra-putrinya menjadi lebih berkualitas. Oleh karena itu maka tawaran-tawaran pendidikan berkualitas seperti sekolah bertaraf internasional, sekolah unggul, sekolah model, dan seterusnya, sekalipun memasang tarif lebih mahal, tetap didatangi banyak peminat. Dalam sebuah diskusi informal dengan beberapa teman, memperbincangkan apa yang disebut dengan pendidikan unggul, ternyata pengertian unggul masih dimaknai secara sederhana. Disebut sekolah unggul manakala pada ujian akhir anak-anaknya mendapatkan nilai tinggi, sehingga kemudian bisa diterima di perguruan tinggi terkemuka atau cepat mendapatkan pekerjaan. Keunggulan itu masih sebatas pada penguasaan ilmu yang dipelajari, seperti matematika, fisika, biologi, kimia, sosiologi, psikologi, bahasa asing dan sejenisnya. Keunggulan hasil pendidikan rasanya selama ini, oleh sementara orang baru dimaknai pada wilayah intelektual, dan belum sampai menjamah aspek-aspek yang lebih dalam, seperti kematangan social, moral, karakter, atau akhlak. Selain itu, kesadaran kebanyakan orang juga baru sebatas mempersiapkan putra-putrinya untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang bergaji tinggi. Atas dasar pandangan itu, maka sementara orang terkait dengan pendidikan, masih sebatas mengharapkan agar anak-anaknya segera lulus, mendapatkan ijazah, dan cepat bekerja. Orientasi seperti itu kiranya boleh-boleh saja, namun yang perlu disadari bahwa manusia tidak hanya memerlukan pekerjaan atau terpenuhinya kebutuhan yang bersifat material. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat materi memang menjadi harapan semua orang, tetapi itu tidak segala-galanya. Betapa banyaknya orang yang berpendidikan tinggi dan dianggap unggul, kemudian mendapatkan amanah mulia menjadi pejabat, namun selanjutnya melakukan kesalahan, dan akhirnya diadili kemudian masuk penjara. Jika demikian, pendidikan yang ditempuh hanya mengantarkannya ke tempat yang menyengsarakan. Oleh karena itu pendidikan semestinya tidak saja dimaknai atau bertugas mengantarkan seseorang menjadi cerdas atau pintar, tetapi juga memiliki kharakter, watak, perilaku dan atau akhlak yang mulia. Semestinya, keunggulan pendidikan bukan hanya diukur dari sebatas penguasaan di bidang sains, tetapi juga sejauh mana lembaga pendidikan mampu mengantarkan para siswanya meraih ranah kedewasaan yang lain. Seseorang yang pintar dan cerdas tetapi miskin akhlak, maka akan justru mencelakakan dirinya dan juga masyarakatnya. Dalam diskusi informal itu juga diperbincangkan, bahwa selama ini kebanyakan pendidikan hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan. Melalui pendidikan itu hanya diharapkan agar anak-anak kaya informasi tentang biologi, fisika, kimia, matematika, ilmu social, menguasai bahasa, dan sejenisnya. Sedangkan informasi itu sesungguhnya
untuk apa dalam kehidupan kelak, sementara orang masih belum memikirkan saksama. Padahal semestinya, informasi itu adalah agar dijadikan kekuatan untuk menumbuhkan jiwa masih-masing anak. Pendidikan semestinya berhasil menumbuh-kembangkan Jiwa. Semua mata pelajaran semestinya dijadikan instrument atau mampu menumbuh-kembangkan jiwa pada setiap anak peserta didik. Dengan jiwa yang kuat, maka akan tumbuh sifat-sifat luhur yang seharusnya dimiliki oleh mereka. Mata pelajaran semestinya tidak sebatas agar dikuasai, namun tanpa makna, apalagi hanya sebatas diposisikan sebagai bekal ujian. Jika demikian, maka pelajaran sekolah hanya akan dianggap menjadi beban. Semestinya melalui pendidikan, harus berhasil menumbuh kembangkan jiwa kemanusiaan. Iniah bagian penting dari tugas pendidikan yang sebenarnya, namun seringkali masih terlupakan. Wallahu a’lam.