Dhf.docx

  • Uploaded by: Deliana Natalia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dhf.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,497
  • Pages: 34
LAPORAN PENDAHULUAN DHF (Dengue Haemoragic Fever)

A. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 1. Perkembangan Kognitif (Piaget) Perkembangan kognitif pada anak menurut Piaget membagi dengan empat tahap, diantara nya tahap sensori motor, tahap praopreasional, tahap konkret, dan tahap formal operasional. Tahap

sesori

motor,

(umur

0-2

tahnu)

dengan

perkembangan kemampuan sebagai berikut anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh, dan aktivitas motorik. Semua gerakan pada masa ini akan diarahkan kemulut dengan merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang diliha, didengar, disentuh, dan lain-lain. a. Tahap praoperasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan kemmpuan

sebagai

berikut

anak

belum

mamapu

mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindkan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik,

seperti

dalam

penilitian

piaget

anak

selalu

menunjukkan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. b. Tahap konkret (7-11 tahun) dengan perkembangan kemampuan sebagai brikut anak sudah memandang realistis dari dunia nya dan mempunyai anggapan yang sama degan orang lain, sifat egosentrik

sudah

mulai

hilang

sebab

anak

mempunyai

pengertian tetang keterbatasan diri sendiri, sifat pikiran sudah mempunyai

dua

pandangan

atau

disebut

reversibilitas

merupakan car memandang dari arah berlawanan(kebalikan),

1

sifat realistik tesebut belum sampai kedalam pikiran dalam membuat suatu konsep atau hipotesis. c. Formal operasional (lebih dari 11 tahun) dengan perkembanagn kemamapuan sebagai berikut perkembangan anak pada masa ini

sudah

terjadi

dalam

perkembanagn

pikiran

dngan

membentuk gambaran mentak dan mampu menylesaikan aktivitas dalam pikiran, mampu menduga dan memperkirakan dengan pikiran yang abstrak.

2. Perkembangan Psikosexsual Anak (Freud) Pada perkembangan psikoseksual anak prtama kali dikemukan oleh Sigmund freud yang merupakan proses dala perkembanagn anak dengan pertambahan pematangan fugsi struktur serta kejiwaan yang dapat menimbulkan dorongan untuk mencari rangsangan dan kesenangan secara umum untuk menjadikan diri anak menjadi orang dewasa. Dalam perkembanag psikoseksual anak dapat melalui tahapan sebagai berikut: a. Tahap oral terjadi pada umur 0-1 tahun dengan perkembangan sebagai berikut kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara, keterganungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah maslah menyapih dan makan. b. Tahap anal terjadi pada umur 1-3 tahun dengan perkembangan sebagai

berikut

kepuasan

pada

fase

ini

adalah

pada

pengeluaran tinja, anak akan menunujukkan keakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sanagtat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan.

2

c. Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun denga perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rngsangan autoerotic yaiti meraba-raba, merasakan kenikmatan dari bebrapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya. d. Tahap

Laten

terjadi

perkembangan

pada

sebagai

umur

berikut

5-12

kepuasan

tahun

dengan

anak

mulai

terintegrasi, anak masuk dalam masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai meraba. e. Tahap genital terjadi pada umur lebih dari 12 tahun dengan perkembangan sebagai berikut kepuasan anak pada fase ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

3. Perkembangan Psikososial Anak (Erikson) Merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial, perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson bahwa anak dalam perkembangannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial

dan

untuk

mencapai

kematangan

kepribadian

anak

perkembangan psisosial anak dapat meliputi : a. Tahap percaya dan tidak percaya terjadi pada umur 0-1 tahun (bayi) dengan perkembangan sebagai berikut tahap ini sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya ataupun juga perawat yang merawatnya,

kegagalan

pada

tahap

ini

apabila

terjadi

kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan dapat timbul rasa tidak percaya.

3

b. Tahap kemandirian, rasa malu, dan ragu terjadi pada umur 1-3 tahun (todler) perkembangan sebagai berikut anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini pula anak akan merasakan malu

apabila

orang

tua

terlalu

melindungi

atau

tidak

memberikan kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak. c. Tahap insiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun (prasekolah) dengan perkembangan sebagai berikut anak akan memulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak. d. Tahap rajin dan rendah diri terjadi pada umur 6-12 tahun (sekolah) dengan perkembangan sebagai berikut anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau prestasinya sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu akan tetapi apabila harapan anak pada anak ini tidak tercapai kemungkinan besar anak akan merasakan rendah diri. e. Tahap identitas dan kebingungan peran terjadi pada masa adolesence dengan perkembangan sebagai berikut terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa aya kemudian apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat kemungkinan menyebabkan terjadi kebingungan dalam peran. f. Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa muda dengan perkembangan sebagai berikut anak mencoba melakukan hubungan dengan teman sebaya atau kelompok

4

masyarakat dalam kehidupan sosial untuk menjalin keakraban dan apabila anak tidak mampu bergabung atau membina hubungan dengan orang lain maka kemungkinan dapat memisahkan diri dari anggota atau kelompok orang. g. Tahap generasi dan penghentian terjadi pada masa dewasa pertengahan dengan perkembangan sebagai berikut seseorang ingin mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan aktivitas dimasyarakat dan selalu melibatkannya dan keinginannya membuat dunia menerimanya, apabila tahap ini terjadi kegagalan maka akan terjadi penghentian dalam kegiatan atau aktivitasnya. h. Tahap integritas dan keputusan terjadi pada masa dewasa lanjut

dengan

perkembangan

sebagai berikut

seseorang

memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan, perasaan putus asa akan mudah timbul karena kegagalan pada dirinya untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan.

B. Definisi Demam dengue adalah infeksi virus dengue yang ditandai dengan demam yang bersifat bifasik disertai dengan gejala nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit. Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa, dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita. Penyakit

DBD

atau

DHF

adalah

suatu

penyakit

yang

disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti betina lewat air liur dan gigitan saat menghisap darah manusia.

5

DHF

adalah

penyakit

yang

disebabkan

oleh

Arbovirus

(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti) (Mansjoer, Arif, 2001). Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah / lesu, perdarahan lebam / ruam. Kadang kadang mimisan, bercak darah muntah darah, dan kesadaran menurun atau shock (Depkes RI, 2000).

C. Perbedaan Demam Dengue Dan Dengue Haemoragic Fever (DHF) Demam dengue adalah penyakit demam akut massa tunas berkisar antara 3 – 15 hari, pada umumnya 5 – 8 hari. Permulaan penyakit biasanya mendadak, gejala meliputi nyeri kepala, nyeri berbagai bagian tubuh, anoreksia, rasa menggigil, dan malaise. Pada umumnya ditemukan sindrom trias, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan timbulnya ruam. Ruam biasanya timbul 6 – 12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, yaitu pada hari ke – 3 sampai hari ke – 5 dan biasanya berlangsung selama 3 – 4 hari. Ruam bersifat makulopapular yang menghilang pada tekanan, ruam mula – mula dilihat di dada, tubuh serta abdomen. Pada lebih dari separuh penderita gejala klinis timbul secara mendadak, disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri di bagian belakang bola mata, punggung, otot, dan sendi disertai menggigil. Sedangkan, pada Dengue Haemoragic Fever atauDemam Berdarah DenguePada awal perjalanan penyakit, DBD dapat menyerupai kasus DD dengan kecenderungan perdarahan yang berupa satu atau lebih manifestasi, kasus DHF ditandai dengan 4 manifestasi klinis yaitu : demam tinggi, perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah

6

(circulatory failture). Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DHF dari demam dengue ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, hipotensi, trombositopeni, dan diatesis hemoragic, DHF pada umumnya juga disertai pembesaran hati (hepatomegali). Demam berdarah dengue memiliki gejala yang sama dengan demam dengue, namun saja lebih parah. Perbedaan mendasar dari keduanya

juga

dapat

diketahui

melalui

jumlah

plasma

darah.Demam berdarah dengue menyebabkan kebocoran plasma dari sel di pembuluh darah. Hal inilah yang membuat plasma darah menurun jumlahnya pada orang yang menderita demam berdarah dengue. Berbeda dengan demam dengue yang tidak dapat menyebabkan kebocoran plasma darah.

D. Klasifikasi Dengue Haemoragic Fever (DHF) DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi : (WHO,1986) 1. Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.

Uji

tourniquet

(+),

trombositopenia

dan

hemokonsentrasi 2. Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan pada kulit atau ditempat lain 3. Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.

7

4. Derajat IV Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak dapat di ukur

E. Penyebab Penyakit Penyebab DHF adalah Arbovirus (Arthropoda Virus) melalui gigitan

nyamuk

Aedes

(Aedes

Albopictus

dan

Aedes

Aegypti).Penyakit ini disebarkan melaui vektor nyamuk Aedes Aegypti. Virus penyebab demam dengue adalah virus dengue. Virus ini merupakan genus dari flavivirus dan famili flaviviridae. Virus ini berukuran kecil (50 nm), memiliki single standed RNA.

F. Gejala Dan Tanda Adapun gejala dan tanda dari demam berdarah adalah : 1. Munculnya demam secara tiba – tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendidan otot (myalgia dan artralgia) 2. ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri – ciri merah terang, ptekial dan biasanya muncul di bagian bawah badan. Pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. 3. Selain itu radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah – muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk – batuk. Penderita umumnya mengalami demam sekitar enam sampai tujuh hari, dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. 4. Meningkatnya suhu tubuh 5. Nyeri pada otot seluruh tubuh 6. Suara serak 7. Batuk 8. Epistaksis (mimisan) 9. Disuria (buang air kecil terasa sakit)

8

10. Nafsu makan menurun 11. Muntah 12. Ptekie 13. Ekimosis (perdarahan dibawah kulit yang berdiameter 1-2 cm) 14. Perdarahan gusi 15. Muntah darah (hematemesis) 16. Hematuria masih (adanya darah di dalam urin) 17. Melena (buang air besar dengan feses berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran cerna bagian atas).

G. Patofisiologi Penyakit Patologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabillitas

dinding

kapiler

yang

mengakibatkan

terjadinya

pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit (ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati ( hepatomegali), dan pembesaran limfa (splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsetrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting

untuk

patokan pemberian cairan intravena. Setelah pemberian cairan intraven, peningktan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.

9

Sebaliknya jika tidak mendapatkn cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan (syok). Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak diatasi dengan baik

10

Kompleks antigen antibodi

Infeksi Dengue

+ komplemen

demam

hepato megali

Mual muntah

Alkalosis Respira torik

tromb ositop enia

Hemoragik diastesis

Dehidrasi

vaskulitis

Reaksi imunol ogik

Permeabilitas vaskular meningkat

Derajat I

hemokonsentrasi Kebocoran plasma hipoproleinemia Efusi serosa hipovolemia Hiponatremia

Derajat II

hipotensi

Derajat III

syok

Hipoksia jaringan

DIC Perdarahan masif

Derajat IV

Asidosis metabolik

kematian 11

H. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium untuk menegakan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah dan urine serta pemeriksaan serologi. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai : 1. Ig G Dengue positif 2. Trombositopenia 3. Hemoglobin meningkat > 20% 4. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat) 5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipiproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. Pada hari ke - 2 dan ke – 3 terjadi lekopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monoosit, dan basofil. 6. SGOT/SGPT mungkin meningkat 7. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat 8. Waktu perdarahan memanjang 9. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukan asidosis metabolik: pCO2 <35-40 mmHg, HCO3 rendah, base excess (-) 10. Pada pemeriksaan urin dijumpai albuminuria rendah. Pemeriksaan serologi. Melakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara Haemaglutination Inhibition Test (HI test) atau dengan uji pengikatan komplemen (complement fixation test (CFT)). Pada pemeriksaan serologi dibutuhkan 2 bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan pada masa penyembuhan (1-4 minggu setelah awal gejala penyakit). Untuk pemeriksaan serologi ini diambil darah vena 2 - 5 ml. Pemeriksaan diagnosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin dijumpai pleural efusion, pada pemeriksaan USG Hepatomegali dan Splenomegali. (perawatan pasien DHF, hal 12)

12

I. Siklus Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau (DBD) Gejala DBD kadang mirip dengan penyakit lainnya yaitu pada saat demam tinggi mendadak sekitar 39 – 40 derajat C. Demam ini akan turun pada hari ketiga atau keempat dimana penderita akan merasa lebih baik padahal sebenarnya inilah fase kritis, dan akan muncul kembali paada hari keenam dan ketujuh. Pada hari ketiga akan terjadi pengeluaran plasma darah yang ditandai dengan badan loyo dan panas tubuh menurun.

Siklus Demam Berdarah yang dikenal

dengan istilah siklus pelana kuda untuk menggambarkan grafik naik turun panas yang dialami penderita DBD. Siklus itu terbagi menjadi tiga fase yaitu : fase demam 1 – 3 hari, fase kritis 3 – 5 hari, dan fase penyembuhan 6 – 7 hari. 1. Fase Demam: Hari 1-3 Penyakit ini diawali dengan gejala demam tinggi antara 39-41 derajat celsius yang berlangsung selama 3-4 hari. Bila demam tinggi tak kunjung turun dalam waktu 2-3 hari dan disertai dengan satu atau beberapa gejala lain seperti lemas, sakit kepala, sakit di daerah bola mata, nyeri sendi dan otot, bahkan pendarahan ringan seperti pendarahan pada gusi, ataupun hilangnya nafsu makan yang disertai dengan mual muntah, sebaiknya kondisi tersebut mendapat perhatian khusus.Dalam fase ini tindakan yang harusnya dilakukan yaitu perbanyak minum air agar terhindar dari dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh. Namun Bila demam tak kunjung reda selama 2-3 hari, segera periksa ke dokter. 2. Fase Kritis: Hari 3-5 Fase ini ditandai dengan demam yang mereda. Banyak yang mengira

pada

fase

ini

pasien

membaik,

padahal

ini

merupakan masa di mana risiko tertinggi dari DBD dapat terjadi. Suhu tubuh menurun disebabkan oleh pembuluh darah mengalami pelebaran dengan efek munculnya ruam atau bintik merah pada 13

kulit. Saat penderita sudah memperlihatkan tanda ruam atau bintik merah pada kulit, tandanya penderita sedang berada dalam masa kritis. Fase ini harus segera ditangai dengan cepat, karena dapat menimbulkan komplikasi selama fase, seperti perdarahan dan kelainan metabolik misalnya, hipokalsemia, hipoglikemia, atau hiperglikemia. 3. Fase penyembuhan: Hari 6-7 Suhu

tubuh

yang

kembali

naik

merupakan

pertanda

berakhirnya fase kritis. Bintik dan ruam merah pada kulit mulai berkurang. Namun, masih tetap diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat perkembangan penyembuhan.

J. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis a. DHF tanpa Renjatan 1) Beri minum banyak (1 ½ - 2 liter / hari ) 2) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres 3) Jika kejang maka dapat diberi luminal (antiovulsan) untuk anak < 1th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / kg BB (anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5mg/ kg BB) 4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat b. DHF dengan Renjatan 1) Pasang innfus RL 2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20-30 ml/ kg BB) 3) Transfusi jika Hb dan Ht turun

14

2. Penatalaksanaan Keperawatan a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam 1) Pemeriksaan HB, Ht, Trombocyt tiap 4 jam 2) Observasi intake output 3) Pada pasien derajat I : pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam, periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam. Beri minum 1 ½ - 2 liter per hari, beri kompres. 4) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombosyt, perhatikan seperti gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus . 5) Pada pasien DHF derajat III : infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda – tanad vital tiap 15 menit, pasang kateter, observasi produktive urin tiap jam, periksa Hb, Ht, dan Thrombosit. b. Risiko Perdarahan 1) Observasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis, dan Melena 2) Catat banyak warna dari perdarahan 3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus gastro intestinal c. Peningkatan Suhu Tubuh 1) Observasi / ukur suhu tubuh secara periodik 2) Beri minum banyak 3) Berikan kompres

K. Pencegahan Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti dengan cara : 1. Rumah selalu terang 2. Tidak menggantung pakaian

15

3. Bak / tempat penampung air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali 4. Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan 5. Tutup tempat penampung air 6. Pemberantasan vektor : a. Menggunakan Insektisida 1) Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultisida) dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging) 2) Temephis (abate) untuk membunuh jentik (larvasida) dengan menaburkan pasir abate ke dalam bejana – bejana tempat penampungan air bersih. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air. b. Tanpa Insektisida Caranya adalah : 1) Menguras tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan tellur nyamuk lamanya 7 – 10 hari) 2) Menutup tempat penampung air rapat 3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng – kaleng bekas, botol, dan benda lain tempat nyamuk bersarang 4) Perlindungan perseorangan untuk mencegah gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa dilubang

angin di atas

jendela, tidur dengan kelambu. c. Suportif Penatalaksaan bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat perdarahan. Rasa haus dan dehidarasi

dapat terjadi karena demam tinggi, anorexia dan

muntah. Paien perlu diberi banyak minum, 50 ml/ kg BB dalam 4 – 6 jam pertama berupa air teh dan gula, sirup, susu, sari buah, atau oralit. Setelah dehidrasi dapat diatasi, berikan cairan

16

rumatan 80 – 100 ml/ kg BB dalam 24 jam berikutnya. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling dengan kompres es dan alkohol 70%. Paracetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 10 – 15 mg/ kgBB/hari.

L. Komplikasi Waspadalah terhadap demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrome sebagai dua komplikasi demam dengue yang mematikan, meskipun dua kondisi tersebut tergolong langka dan lebih berisiko terjadi pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak mampu melawan infeksi demam dengue atau pada orang yang sebelumnya pernah terkena demam dengue dari tipe virus berbeda. Sebelum DBD muncul, biasanya penderita demam dengue akan mengalami penurunan suhu tubuh terlebih dahulu. Namun pada tahap ini, kerusakan dan kebocoran pembuluh darah mulai terjadi dan trombosit menurun. Ketika gejala DBD makin parah, maka penderita akan: 1. Merasakannyeriperuttidaktertahankan. 2. Mengalami pendarahan pada lapisan kulit yang mengakibatkan kulit tampak seperti memar. 3. Mengalami pendarahan pada gusi. 4. Mengeluarkan darah dari mulut dan hidung. 5. Muntah-muntah dengan disertai darah. 6. Mengalami pembengkakan dan kerusakan pada organ hati. 7. Mengalami gangguan pada paru-paru dan jantung. 8. Mengalami kegagalan pada sistem peredaran darah. Apabila DBD terlambat ditangani, maka bisa berkembang menjadi dengue shock syndrome yang mana tekanan darah menurun secara drastis dan pendarahan menjadi makin berat.

17

M. Rencana Pasien Pulang Tanda penderita DBD / DHF diperbolehkan oulang adalah jika nafsu makannya tampak terus membaik, nilai Ht stabil setelah pemeriksaan terakhir, tidak ada sesak napas atau takipnea (napas cepat), jumlah trombosit dalam darah

lebih atau sama dengan

50.000/mm3, umumnya kondisi ini terjadi tiga hari setelah syok teratasi atau biasanya terjadi setelah hari keenam sakit. Sebelum pulang sebaiknya : 1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak 2. Jelaskan terapi yang di berikan, dodis efek samping 3. Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala 4. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

18

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Identitas pasien : terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa medis, tanggal MRS, keluarga yang dapat dihubungi, catatan kedatangan, no MR. 2. Riwayat kesehatan klien a. Keluhan utama Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3 hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh. b. Riwayat kesehatan sekarang 1) Suhu

tubuh

meningkat

sehingga

menggigil

yang

menyebabkan sakit kepala. 2) Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan, lemah. 3) Nyeri otot dan persendian. 4) Konstipasi dan bisa juga diare 5) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor. 6) Batuk ringan 7) Mata

terasa

pegal,

sering

mengeluarkan

air

mata

(lakrimasi), foto fobia. 8) Ruam pada kulit (kemerahan) 9) Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan perdarahan

lain:

epistaksis, hematemesis, hematuria,

melena. c. Riwayat kesehatan dahulu 1) Pernah menderita DHF 2) Riwayat kurang gizi 3) Riwayat aktivitas sehari – hari 4) Pola hidup (life style)

19

3. Riwayat kesehatan keluarga Adanya penderita DHF didalam keluarga 4. Pemeriksaan fisik a. Pengkajian Umum 1) Tingkat kesadaran : compos mentis, apatis, somnolen, sopor, koma. 2) Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat. 3) Keadaan gizi : tinggi badan dan berat badan dan gizol yang baik, buruk, 4) Tanda – tanda vital : suhhu meningkat, tekanan pada DF/ DHF takikardi, sedangkan pada DSS dapat

menurun , nadi

pada DF dan DHF takikardi, sedangkan pada DSS dapat cepat dan lemah serta ada proses penyembuhan bradikardi, pernafasan dapat normal dan meningkat, pada DSS cepat dan dangkal. b. Pengkajian Sistem Tubuh 1) Integumen : ruam, ptekie, ekimosis, purpura, hematom, hiperemi, sedangkan pada DSS, dapat lembab, dingin dan sianosis, pada hidung, kuku, kaki, dan tangan/ 2) Kepala dan leher : pembesaran kelenjar limfe (+) dan (-) 3) Mata : kunjungtiva hiperemia, lakrimasi, foto fobia. 4) Sistem kardiovaskular : pada DHF dapat Hipotensi dan hipertensi, takikardi dan dapat bradikardi. 5) Abdomen : hepatomegali, splenomegali, dsn nyeri hevar. 6) Muskulosketal : nyeri sendi dan otot

B. Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif 2. Perubahan perfusi jaringan perifer b/d perdarahan 3. Hipertermia b/d agens farmaseutikal

20

tekan

4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d kurang asupan makan

21

C. Fokus Intervensi Hari No 1

/Tgl

NIC Dx.Keperawatan Kekurangan volume cairan b/d

NOC Target Waktu  1x24

Paraf

Tindakan Keperawatan A. Manajemen Cairan

2x24

□3x24

 Selama

(Kode 4120)

kehilangan cairan aktif

jam

jam

jam

dirawat

1. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat ouput (pasien) 2. Monitor

Keseimbangan Cairan

status membran

hidrasi

(Kode 0601)

(misalnya,

mukosa

1=Sangat terganggu, 2=Banyak Terganggu,

lebab, denyut nadi adekuat, dan

3=Cukup Terganggu, 4=Sedikit Terganggu,

tekanan darah ortostatik) 3. Monitor tanda-tanda vital pasien

5=Tidak Terganggu

4. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan

22

kalori harian Indikator

1

2

3

4

5 

Keseimbangan intake dan

5. Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan 6. Berikan cairan dengan tepat

output dalam 24 jam 

Berat badan stabil

7. Tingkatkan

asupan menggunakan

oral

Turgor kulit



(misalya,

Kelembaban membran



untuk jus favorit anak), yang

es

sesuai.

mukosa 

Kehausan

8. Dorong

keluarga

untuk

membantu pasien makan

B. Manajemen Elektrolit/Cairan (Kode 2080) 1. Berikan cairan, yang sesuai

23

2. Pastikan

bahwa

intravena

yang

elektrolit

diberikan

larutan

mengandung dengan

aliran yang konstan dan sesuai. 3. Jaga pencatatan intake/asupan dan output yang akurat

24

Hari No 2

/Tgl

NIC Dx.Keperawatan

perfusi

jaringan

perifer

b/d

 1x24 jam

Paraf

Tindakan Keperawatan

Target Waktu

Perubahan

perdarahan

NOC

A. Manajemen sensasi perifer

□2x24 jam

3x24

 Selama

jam

dirawat

( Kode 2660 ) 1. Instruksikan keluarga

pasien untuk

dan

memeriksa

Perfusi Jaringan Perifer

adanya kerusakan kulit setiap

(Kode 0601)

harinya

1=Deviasi berat dari kisaran normal, 2=Deviasi

2. Hindari

dan

selalu

monitor

yang cukup besar dari kisaran normal, 3=Deviasi

pengunaan

sedang dari kisaran normal, 4=Deviasi ringan

panas

dari kisaran normal, 5=Tidak ada deviasi dari

pengunaan

kisaran normal

botol berisi air panas atau

atau

terapi dingin

seperti

bantalan

panas,

dengan kantong es

25

kompres

3. Monitor

tromboplebitis

tromboemboli pada vena Indikator

1

2

3

4

5

Pengisian kapiler jari



Kekuatan denyut nadi



karotis Muka pucat



Suhu kulit ujung kaki dan



tangan

26

dan

Hari No 3

/Tgl

NIC Dx.Keperawatan Hipertermia agens

NOC

b/d Target Waktu  1x24

Paraf

Tindakan Keperawatan A. Perawatan demam

2x24

□3x24

 Selama

( Kode 3740 )

farmaseutikal jam

jam

jam

dirawat

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya

Termoregulasi

2. Monitor warna kulit dan suhu

(Kode 0800) 3. Beri

obat

atau cairan

IV

1= berat, 2= cukup berat, 3= sedang, 4= ringan, (misalnya, antipiretik) 5= tidak ada 4. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam 5. Dorong konsumsi cairan 6. Fasilitas

27

istirahat,

terapkan

5

pembatasan

Peningkatan suhu kulit



diperlukan.

Hipertermia



B. Pengaturan Suhu

Dehidrasi



( Kode 3900 )

Perubahan warna kulit



1. Monitor suhu paling tidak setiap

Indikator

1

2

3

4

aktivitas

:

jika

2 jam, sesuai kebutuhan. 2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan 3. Monitor suhu dan warna kulit 4. Monitor dan laporan adanya tanda dan gejala dari hipotermia dan hipertermia 5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat

28

6. Sesuaikan

suhu

lingkungan

untuk kebutuhan pasien 7. Berikan medikasi yang tepat untuk

mencegah

mengkontrol menggigil.

29

atau

Hari No 4

/Tgl

NIC Dx.Keperawatan Ketidakseimbang an Nutrisi Kurang dari

NOC Target Waktu  1x24

Paraf

Tindakan Keperawatan A. Manajemen Nutrisi

□2x24

3x24

 Selama

jam

dirawat

( Kode 1100 )

Kebutuhan

Tubuh b.d kurang

jam

jam

1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan

asupan makan Status Nutrisi: Asupan makanan & cairan

(pasien)

untuk

memenuhi kebutuhan gizi

(Kode 1008) 2. Tentukan

jumlah

kalori

dan

1= tidak adekuat, 2= sedikit adekuat , 3= cukup jenis nutrisi yang dibutuhkan adekuat,

4=

sebagian

besar

adekuat,

5= untuk memenuhi persyaratan

sepenuhnya adekuat gizi 3. Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan makanan protein tinggi).

30

4. Monitor Indikator

1

2

3

4

5 

Asupan makanan secara

kalori

Asupan cairan secara oral



Asupan cairan intravena



Asupan nutrisi parenteral



asupan

makanan. 5. Monitor

kecenderungan

terjadinya

oral

dan

penurunan

dan

kenaikan berat badan.

B. Monitor Nutrisi ( Kode 1160 ) 1. Timbang berat badan pasien 2. Monitor

pertumbuhan

dan

perkembangan 3. Monitor kecenderungan turun dan

naiknya

berat

badan

(misalnya., pada pasien anak-

31

anak, pola tinggi dan anak-anak sesuai standar growth chart) 4. Monitor

turgor

kulit

dan

adanya

mual

dan

mobilitas 5. Monitor muntah 6. Identifikasi eliminasi

abnormalitas bowel

(misalnya.,

diare dan darah) 7. Monitor diet dan asupan kalori

.

32

33

DAFTAR PUSTAKA

Effendy Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta : EGC Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika Soegijanto Soengeng. 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Arilangga Univercity Perss. Surabaya Wijaya Saferi, Putri Mariza. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha medika. http://nursingbegin.com/askep-dhf/ https://www.dokterkamu.com/penyakit/apa-bedanya-demam-dengue-dengandemam-berdarah-dengue https://www.google.co.id/search?biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&ei=y1uL zEYW0ATloJzoDQ&q=nyamuk+aedes+aegypti&oq=nyamuk+aedes+ae gypti&gs_l= https://www.google.co.id/search?q=Arbovirus+Arthropod+Virus&source=lnms& bm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwikz8qju5HYAhVBsY8KHVyYA3sQ_AUICi gB&biw=1366&bih=613#imgrc=_

34

More Documents from "Deliana Natalia"

Dhf.docx
May 2020 8
18903_affafirda.docx
April 2020 5
Lp_dhf.docx
April 2020 3
Transito Pro.docx
December 2019 20