Devira Febrianingrum (p1337420116095).docx

  • Uploaded by: uswa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Devira Febrianingrum (p1337420116095).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,471
  • Pages: 14
DIET LUKA BAKAR Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet Dosen pengampu : Nina Indriyawati, MNS.

DISUSUN OLEH :

Devira Febrianingrum P1337420116095

POLITEKNIK KEMENKES SEMARANG D3 KEPERAWATAN SEMARANG TAHUN AJARAN 2016 / 2017

KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, atas rahmat hidayah dan izinnya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “DIET LUKA BAKAR” dimana dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah “GIZI DAN DIET” penyusunan makalah ini saya mengalami kendala atau hambatan namun semua dapat di atasi dengan baik karena bantuan dari semua pihak yang membantu saya dalam penyusunan makalah ini. saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya. Makalah yang saya susun ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan makalah saya berikutnya.

Semarang, 10 April 2017

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang .................................................................................................. B. Rumusan masalah ............................................................................................. C. Tujuan ............................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F.

Pengertian luka bakar ........................................................................................ Patofisiologi luka bakar ..................................................................................... Derajat kedalaman luka bakar ........................................................................... Proses penyembuhan luka bakar ....................................................................... Kebutuhan nutrisi pada luka bakar .................................................................... Jalur pemberian nutrisi ......................................................................................

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................................ B. Saran .................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi, atau listrik (Wong, 2001). Luka bakar yang disebabkan oleh agen termal adalah luka bakar yang paling sering terjadi (Betzdan Sowden, 2009). Luka bakar terutama yang luas > 20% menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan didalam tubuh, di antaranya adalah gangguan metabolisme protein, KH dan lemak. Luka bakar juga menyebabkan terjadinya proses inflamasi, semakin berat kerusakan jaringan respon inflamasi yang muncul akan lama bertahan dan makrofag akan menghasilkan mediator inflamasi seperti sitokin, TNF- dan sel fagosit nekrotik. Penyembuhan luka merupakan suatu hubungan yang kompleks antara aksi seluler dan biokimia yang akan mengawali proses pemulihan integritas struktural dan fungsional dengan menumbuhkan kembali kekuatan pada jaringan yang terluka tersebut meliputi interaksi sel-sel berkelanjutan dan sel-sel matriks yang menyebabkan terjadinya proses inflamasi, kontraksi luka, reepitelisasi, remodeling jaringan, dan pembentukan jaringan granulasi dengan angiogenesis. Normalnya perkembangan fase-fase penyembuhan luka dapat diprediksi, sesuai dengan waktu yang diharapkan (Thakur et al., 2011). Metode yang digunakan dalam menilai status nutrisi penderita luka bakar meliputi antropometri. Pada saat penderita masuk ke rumah sakit, sangat penting untuk menilai status gizi penderita. Bila terjadi kesalahan penilaian dan pemberian nutrisi maka dapat terjadi refeeding syndrome. Skrining risiko nutrisi saat awal masuk berupa beberapa pertanyaan dilanjutkan dengan skrining lanjutan seperti tampak pada lampiran. Risiko nutrisi berkaitan tidak hanya dengan status nutrisi sebelumnya, namun juga dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan pasien untuk menerima dan menggunakan zat gizi selama perawatan seperti beratnya luka bakar, usia, dan komplikasi seperti luka inhalasi dan disfungsi organ.

B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian luka bakar? 2. Apa patofisiologi luka bakar? 3. Apa saja jenis-jenis kedalaman derajat luka bakar ? 4. Bagaimana penyembuhan proses luka bakar? 5. Apa kebutuhan nutrisi pada luka bakar? 6. Bagaimana jalur pemberian nutrisi?

C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian luka bakar. 2. Mengetahui patofisiologi luka bakar. 3. Mengetahui jenis-jenis kedalaman luka bakar. 4. Mengetahui proses penyembuhan luka bakar. 5. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada luka bakar. 6. Mengetahui jalur pemberian nutisi.

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian luka bakar Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostatis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya 16% dari berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-1,9 m2. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6mm tergantung dari letak, umur, dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu, dan pantat. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpapar suhu tinggi rusak dan permeablitas meninggi. Sel darah yang ada

didalamnyaiktut

rusak

sehingga

dapat

terjadi

anemia.

Meningkatnya

permeabilitas menyebabkan udim dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bla luka bakar kurang dari 20 %, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Udim laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobindengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual, muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapam kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis.

2. Patofisiologi luka bakar Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan permeabilitas

ini

mengakibatkan

edema

jaringan

dan

pengurangan

cairan

intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan terjadi akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika lebih dari 20% resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi urin. Kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44 0C (111 0F) relatif selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal.

3. Derajat kedalaman luka bakar a. Luka bakar derajat I Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial)/epidermal burn. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula, dan terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat paska paparan sering dijumpai deskuamasi. Salep antibiotika dan pelembab kulit dapat diberikan dan tidak memerlukan pembalutan.

b. Luka bakar derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa nyeri akibat iritasi ujung-ujung saraf sensoris. Pada luka bakar derajat II dangkal/superficial partial thickness, kerusakan jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak kemerahan, edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar derajat I. Luka sangat sensitif dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat ditemukan folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering tidak sama dengan sebelumnya. Pada luka bakar derajat II dalam/deep partial thickness, kerusakan jaringan terjadi pada hampir seluruh dermis. Bula sering ditemukan dengan dasar luka eritema yang basah. Permukaan luka berbecak merah dan sebagian putih karena variasi vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat derajat II dangkal. Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan jaringan parut. c. Luka bakar derajat III Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga jaringan subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering (nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein epidermis dan dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan ujungujung saraf sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi spontan. Perlu dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar derajat II dalam dan luka bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutupan luka, mencegah infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah komplikasi sepsis, dan secara kosmetik lebih baik.

4. Proses penyembuhan luka bakar a. Tahap inflamasi  Rekasi inflamasi Definisi radang ialah reaksi pertahanan jaringan hidup terhadap semua bentuk luka dengan melibatkan fungsi darah dan pembuluh darah, saraf, limfa, cairan serta sel-sel di sekitar luka. Proses ini akan memusnahkan, melarutkan atau membatasi agen-agen penyebab infeksi sekaligus merintis jalan untuk proses perbaikan atau pemulihan terhadap jaringan yang rusak. Pada radang akut, respon relatif singkat, berlangsung hanya beberapa jam atau hari setelah terjadinya luka. Reaksi radang biasanya diikuti dengan dengan rasa nyeri, panas, merah, bengkak dan gangguan fungsi pada daerah sekitar luka, kadang-kadang disertai juga dengan demam. Hal tersebut diakibatkan oleh 3 komponen radang yaitu : 

Perubahan penampang pembuluh darah (vasodilatasi) yang mengakibatkan peningkatan aliran darah disekitar luka,



Perubahan struktural pada kapiler yang mernungkinkan protein plasma serta leukosit keluar dari pembuluh darah (diapedesis) dan



Terjadinya agregasi leukosit di daerah luka. Cairan yang kaya protein serta leukosit yang tertimbun di ruang ekstravaskuler di daerah luka sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.

b. Reaksi sistem komplemen Glikoprotein permukaan sel mikroorganisme yang masuk ke daerah luka akan mengaktifkan serangkaian sistem komplemen. Mikroorganisme yang masuk ke daerah luka akan memproduksi pyrogen-eksogen yang akan merangsang monosit dan makrofag lain untuk menghasilkan pytogen-endogen. Senyawa ini akan merangsang hipothalamus untuk memproduksi prostaglandin E yang akan menyetel thermostat dihipothalamus pada suhu yang lebih tinggi,dengan demikian muncul reaksi demam.

Vasodilatasi akan meningkatkan jumlah darah ke daerah luka dan sekitarnya untuk mensuplai nutrisi bagi sel dan makrofag yang ada di sana, selain itu tambahan darah ini akan berfungsi untuk mengangkut zat-zat racun yang dihasilkan bakteri serta jaringan-jaringan yang mati. Oleh karena itu daerah sekitar lukaberwarna merah. Peningkatan permeabilitas membran kapiler oleh histamin yang berlangsung antara 15- 30 menit atau bahkan sampai dengan 1 jam setelah terjadi infeksi akan meningkatkan jumlah protein plasma yang keluar dari kapiler menuju ruang interstitial. Hal ini berakibat terjadinya peningkatan tekanan osmosis sekitar luka meningkat sehingga air masuk dengan demikian daerah sekitar luka menjadi bengkak (oedema). c. Pergerakan fagosit Chemotaxin yang diproduksi komplemen di sekitar luka akan menuntun leukosit terutama netrofil dan monosit untuk berdiapedesis ke daerah luka. Di samping itu daerah luka akan memproduksi Leucocytosis Promating Factor (LPS) yang akan merangsang sumsum tulang belakang untuk terus memproduksi netrofil. tahap berikutnya monosit yang telah sampai ke daerah luka akan berubah menjadi makrofag dan mengganti kedudukan netrofil untuk melakukan fagositosis. Monosit memiliki ukuran yang lebih besar serta kemampuan fagositosis yang lebih tinggi dibanding netrofil sehingga lebih banyak mikroorganisme yang dibunuh. Tahap inflammasi ini dapat berlangsung antara 1 sarnpai dengan 4 hari tergantung dari besarnya luka serta tingkat kontaminasi mikroorganisme atau tingkat infeksi yang terjadi pada luka tersebut.

5. Kebutuhan nutrisi pada luka bakar a. Menetukan kebutuhan karbohidrat Komposisi karbohidrat adalah 50-60% dari total kalori. Pemberian glukosa secara parenteral tidak melebihi 5-7 mg/kg/menit. Bila glukosa diberikan berlebihan dapat menyebabkan intoleransi glukosa, peningkatan produksi karbondioksida, peningkatan sintesis lemak, dan terjadinya infiltrasi lemak di hepar.

b. Menentukan kebutuhan protein Jumlah protein yang diperlukan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain derajat kerusakan jaringan yang, ekskresi nitrogen melalui urin dan eksudat luka, kemampuan hati untuk mensintesis protein, dan kecukupan terapi nutrisi. Pada penderita luka bakar, kebutuhan akan protein meningkat akibat proteolisis

dan

untuk

perbaikan

jaringan.Pemberian

protein

yang

direkomendasikan adalah 23-25% dari total kalori dengan perbandingan kalori berbanding nitrogen sebesar 80:1 atau 2,5-4 g protein/kg. Pendapat lain membagi kebutuhan protein menurut usia yaitu 2-3 g/kg/hari untuk usia 0-2 tahun, 1,5-2 g/kg/hari untuk usia 2-13 tahun, dan 1,5 g/kg/hari untuk usia 13-18 tahun. c. Menentukan kebutuhan lemak Kebutuhan lemak adalah 15-25 g/kg/hari dengan komposisi 20% atau kurang dari total kalori. d. Kebutuhan mikronutrien Pemberian tembaga, selenium, dan seng telah terbukti aman dan berguna pada luka bakar dalam menurunkan risiko infeksi, penyembuhan luka yang lebih cepat, dan lama perawatan di ruang intensif yang lebih pendek. Tabel kebutuhan mikronutrien yang disarankan dalam luka bakar : Zat gizi Vitamin A (total) beta-carotene

Jumlah 10.000 IU/hari Minimal 30mg/hari

Vitamin C

66 mg/kg/jam selama resusitasi 5-10 xRDA setelahnya

Vitamin B, asam folat

2-3 xRDA

Vitamin E

Minimal 100mg/hari

Mineral

Tembaga 2,5-3,1 mg/hari, selenium 315-380 mcg/hari, seng 26,2-31,4 mg/hari

e. Imunonutrisi Imunonutrien saat ini telah diberikan untuk luka bakar, seperti glutamin dan arginin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian glutamin dapat menurunkan kerusakan oksidatif, mengurangi proteolisis dan mempercepat penyembuhan luka, dengan dosis 0,35-0,57 g/kg/hari selama 7-14 hari.

Arginin merupakan prekursor poliamin untuk sintesis kolagen dalam penyembuhan luka dan merangsang pengeluaran hormon anabolik seperti insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan. Suplementasi L-arginin melalui enteral (200400 mg/kg/hari) pada penderita luka bakar terbukti mengurangi kadar nitritoksida, meningkatkan aliran darah ke jaringan, meningkatkan metabolisme dan transport oksigen.

6. Jalur pemberian nutrisi Jalur pemberian nutrisi yang dianjurkan adalah melalui oral atau enteral.Penderita luka bakar minor yang mampu makan melalui oral sebaiknya mendapatkan nutrisi melalui oral, sedangkan pasien luka bakar minor yang tidak mampu makan karena usia, rasa nyeri, atau tidak patuh, sebaiknya diberikan melalui enteral. Pemberian nutrisi melalui enteral dapat mencegah atropi mukosa saluran cerna dan translokasi bakteri dalam lambung. Indikasi pemberian nutrisi parenteral pada luka bakar adalah bila terjadi ketidakstabilan hemodinamik, resusitasi, pemakaian vasopressor, distensi abdomen atau cairan lambung >200 cc/hari. Jenis dan jumlah yang diberikan tampak pada tabel dibawah ini: Zat Gizi Asupan yang direkomendasikan Total cairan

1,75 ml/kg/jam untuk bayi dan anak <20 kg, 1,5 ml/kg/jam untuk anak >20 kg

Karbohidrat

5-7 mg/kg

Protein

2,5-4 g/kgbb

Lemak 20%

Mulai dengan 0,5 g/kg selama 12 jam hingga 1-1,5 g lemak/kg/jam. Lemak intravena tidak diberikan hingga dosis >3,6 g/kg/hari

Albumin 25%

Bila kadar albumin <3 mg/dl

Bila hemodinamik stabil, kebutuhan akan vasopressor mulai diturunkan, abdomen lembut dan tidak distensi, dan cairan lambung berkurang, maka segera dimulai pemberian nutrisi melalui enteral. Pemberian nutrisi parenteral tidak fisiologis, tidak memberikan nutrisi yang adekuat untuk saluran cerna, dan dapat meningkatkan risiko komplikasi.

BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Kebutuhan nutrisi bagi penderita luka bakar harus dipertimbangkan karena akan berdampak dalam proses penyembuhan luka bakar seperti menentukan

kebutuhan

karbohidrat,

protein,

lemak,

mikronutrien,

imunonurisi. Jalur pemberian nutrisi juga harus tepat, bagi penderita yang bisa makan melalui oral sedangkat bagi penderita yang tidak bisa makan melalui enteral.

2. SARAN Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik, dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian. Penulis mengharapkan guna penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA file:///C:/Users/user/Documents/jurnal/4599-9132-1-SM.pdf file:///C:/Users/user/Documents/jurnal/luka-peradangan-dan-pemulihan.pdf http://www.tappdf.com/read/4122-jst-kesehatan-oktober-2014-vol-4-no-4-385-universitas http://www.tappdf.com/download/4111-jurnal-mjn-vol-2-no-2-2015-indd-portalgaruda http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/62bfc715d66eead2ce8a5a4025f1ad79.pdf http://www.tappdf.com/read/76079-tatalaksana-nutrisi-pada-pasien-luka-bakar-mayor-kalbemed http://www.tappdf.com/read/76368-hubungan-antara-status-gizi-terhadap-proses-penyembuhanluka http://digilib.unila.ac.id/2418/10/BAB%20II.pdf http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6603/gizidanpenyembuhanluka.pdf?seq uence=1 http://www.tappdf.com/read/76568-pengelolaan-infeksi-pada-pasien-luka-bakar-di-unit-perawatan http://www.tappdf.com/read/76571-download-this-pdf-file-e-journal-unsrat

Related Documents


More Documents from "uswa"