TUGAS MAKALAH “TOILET TRAINING” MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karu niaNya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw. Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih semua pihak ya ng telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas amal baiknya . Amin. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal i ni dapat menambah wawasan kita khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ar ah yang lebih baik.
Gempol, Maret 2014
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter uretra untuk mangont rol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang (Supartini, 2002). Sedangkan menurut Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulai mengembang kan kontrol kandung kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun. Dan toilet trai ning ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24 bulan (Hid ayat, 2005). Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol m elakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa ahli berpendapat toilet training efektif bis a diajarkan pada anak usia mulai dari 18 bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulan memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari batita adala h menirukan orang tuanya. (Rahmi, 2008). Dalam melakukan pelatihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik se cara fisik maupun secara intelektual melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengont rol buang air besar dan air kecil secara mandiri. Pada toilet training selain melatih batita mengont rol buang air kecil dan besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat batita mel akukan kegiatan tersebut disitu batita akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsiny a. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink batita dalam melakukan buang air besar dan air kecil. Dengan alasan diatas, penulis membuat ma kalah tentang Toilet Training.
1.2 Tujuan 1. Mememuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2. Mengetahui dan mengerti tentang konsep Toilet Training
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol da lam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2005).
Menurut Supartini (2004), toilet training merupakan aspek penting dalam perkembangan anak u sia toddler yang harus mendapat perhatian orang tua dalam berkemih dan defekasi. Dan toilet tra ining juga dapat menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah bis a untuk melakukan halhal yang kecil seperti buang air kecil dan buang air besar (Harunyahya, 2007). Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter uretra untuk mangont rol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang (Supartini, 2002). Sedangkan menurut Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulai mengembang kan kontrol kandung kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun. Dan toilet trai ning ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24 bulan (Hid ayat, 2005).
2.2 Tahapan Toilet Training Mengajarkan toilet training pada anak memerlukan beberapa tahapan seperti membiasakan men ggunakan toilet pada anak untuk buang air, dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC ana k akan cepat lebih adaptasi. Anak juga perlu dilatih untuk duduk di toilet meskipun dengan pakai an lengkap dan jelaskan kepada anak kegunaan toilet. Lakukan secara rutin kepada anak ketika a nak terlihat ingin buang air. Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu – waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan, ini bertujua n agar anak dibiasakan dengan jadwal buang airnya. Anak sesekali enkopresis (mengompol) dal am masa toilet training itu merupakan hal yang normal. Anak apabila berhasil melakukan toilet t raining maka orang tua dapat memberikan pujian dan jangan menyalahkan apabila anak belum d apat melakukan dengan baik ( Pambudi, 2006). Prinsip dalam melakukan toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan anak, persiapan da n perencanaan serta toilet training itu sendiri: 1. Melihat kesiapan anak Salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan waktu yang tepat bagi orang tu a untuk melatih toilet training. Sebenarnya tidak patokan umur anak yang tepat dan baku untuk t oilet training karena setiap anak mempunyai perbedaan dalam hal fisik dan proses biologisnya. Orang tua harus mengetahui kapan waktu yang tepat bagi anak untuk dilatih buang air dengan be
nar. Para ahli menganjurkan untuk melihat beberapa tanda kesiapan anak itu sendiri, anak harus memiliki kesiapan terlebih dahulu sebelum menjalani toilet training. Bukan orang tua yang men entukan kapan anak harus memulai proses toilet training akan tetapi anak harus memperlihatkan tanda kesiapan toilet training, hal ini untuk mencegah terjadinya beberapa hal yang tidak diingin kan seperti pemaksaan dari orang tua atau anak trauma melihat toilet. 2. Persiapan dan perencanaan Prinsipnya ada 4 aspek dalam tahap persiapan dan perencanaan. Hal yang perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut gunakan istilah yang mudah dimengerti oleh anak yang menunjukkan perilak u buang air besar (BAB) / buang air kecil (BAK) misalnya poopoo untuk buang air besar (BAB) dan peepee untuk buang air kecil (BAK). Orang tua dapat memperlihatkan penggunaan toilet pad a anak sebab pada usia ini anak cepat meniru tingkah laku orang tua. Orang tua hendaknya seger a mungkin mengganti celana anak bila basah karena enkopresis (mengompol) atau terkena kotora n, sehingga anak akan merasa risih bila memakai celana yang basah dan kotor. Meminta pada unt uk memberitahu atau menunjukkan bahasa tubuhnya apabila ia ingin buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dan bila anak mampu mengendalikan dorongan buang air maka jangan lu pa berikan pujian pada anak (Farida, 2008). Selain itu ada juga persiapan dan perencanaan yang lain seperti: a. Mendiskusikan tentang toilet training dengan anak Orang tua bisa menunjukkan dan menekankan bahwa pada anak kecil memakai popok dan pada anak besar memakai celana dalam. Orang tua juga bisa membacakan cerita tentang cara yang ben ar dan tepat ketika buang air. b. Menunjukkan penggunaan toilet Orang tua harus melakukan sesuai dan jenis kelamin anak ( ayah dengan anak laki – laki dan ibu dengan anak perempuan). Orang tua juga bisa meminta kakaknya untuk menunjukk an pada adiknya bagaimana menggunakan toilet dengan benar ( disesuaikan juga dengan jenis ke lamin). c. Membeli pispot yang sesuai dengan kenyamanan anak Pispot ini digunakan untuk melatih anak sebelum ia bisa dan terbiasa untuk duduk di toilet. Ana k bila langsung menggunakan toilet orang dewasa, ada kemungkinan anak akan takut karena leba r dan terlalu tinggi untuk anak atau tidak merasa nyaman. Pispot disesuai dengan kebutuhan anak
, diharapkan dia akan terbiasa dulu buang air di pispotnya baru kemudian diarahkan ke toilet seb enarnya. Orang tua saat hendak membeli pispot usahakan untuk melibatkan anak sehingga dia bi sa menyesuaikan dudukan pispotnya atau bisa memilih warna, gambar atau bentuk yang ia sukai.
d. Pilih dan rencanakan metode reward untuk anak Suatu proses panjang dan tidak mudah seperti toilet training ini, seringkali dibutuhkan suatu bent uk reward atau reinforcement yang bisa menunjukkan kalau ada kemajuan yang dilakukan anak dengan sistem reward yang tepat. Anak juga bisa melihat sendiri kalau dirinya bisa melakukan kemajuan dan bisa mengerjakan apa yang sudah terjadi tuntutan untuknya sehingga hal ini akan menambah rasa mandiri dan percaya dirinya. Orang tua bisa memilih metode peluk cinta serta pu jian di depan anggota keluarga yang lain ketika dia berhasil melakukan sesuatu atau mungkin ora ng tua bisa menggunakan sistem stiker / bintang yang ditempelkan dibagian ” keberhasilan” anak . 3. Proses toilet training ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu : a. Membuat jadwal untuk anak Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu dengan tepat kapan anakny a biasa buang air besar (BAB) atau buang air kecil ( BAK). Orang tua bisa memilih waktu selam a 4 kali dalam sehari untuk melatih anak yaitu pagi, siang, sore dan malam bila orang tua tidak m engetahui jadwal yang pasti BAK ( buang air kecil ) atau BAB ( buang air besar) anak. b. Melatih anak untuk duduk di pispotnya Orang tua sebaiknya tidak memupuk impian bahwa anak akan segera menguasai dan terbiasa unt uk duduk di pispot dan buang air disitu. Awalnya anak dibiasakan dulu untuk duduk di pispotnya dan ceritakan padanya bahwa pispot itu digunakan sebagai tempat membuang kotoran. Orang t ua bisa memulai memberikan reward nya ketika anak bisa duduk dipispotnya selama 2 – 3 menit misalnya ketika anak bisa menggunakan pispotnya untuk BAK maka reward yang dibe rikan oleh orang tua harus lebih bermakna dari pada yang sebelumnya. c. Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan kemajuan yang diperlihatkan oleh anak . Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagi anak buang air kecil (BAK) di popoknya maka esok hari nya orang tua sebaiknya membawa anak ke pispotnya pada pukul 08.30 atau bila orang tua melih at bahwa beberapa jam setelah buang air kecil (BAK) yang terakhir anak tetap kering, bawalah d ia ke pispot untuk buang air kecil (BAK). Hal yang terpenting adalah orang tua harus menjadi pi
hak yang pro aktif membawa anak ke pispotnya jangan terlalu berharap anak akan langsung men gatakan pada orang tua ketika dia ingin buang air besar (BAB) atau buang air kecil
( BAK).
d. Buatlah bagan untuk anak supaya dia bisa melihat sejauh mana kemajuan yang bisa dicapainy a dengan stiker yang lucu dan warna – warni, orang tua bisa meminta anaknya untuk menempelkan stiker tersebut di bagan itu. Anak a kan tahu bahwa sudah banyak kemajuan yang dia buat dan orang tua bisa mengatakan padanya o rang tua bangga dengan usaha yang telah dilakukan anak (Dr Sears, 2006).
2.3 Factor-faktor yang mendukung Toilet Training pada anak 1. Kesiapan Fisik a. Usia telah mencapai 18-24 bulan b. Dapat jongkok kurang dari 2 jam c. Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti duduk dan berjalan d. Mempunyai kemampuan motorik halus seperti membuka celana dan pakaian 1. Kesiapan Mental a. Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi b. Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih c. Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku orang lain 2. Kesiapan Psikologis a. Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu b. Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan terhadap kebiasaan orang dewasa dalam BAK dan BAB c. Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat dicelana dan ingin segera di ganti 3. Kesiapan Anak a. Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan devekasi b. Ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk latihan berkemih dan devekasi pada anaknya c. Tidak mengalami koflik tertentu atau stress keluarga yang berarti (Perceraian) 2.4 Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training 1. Tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam 2. Anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol
3. Anak mengetahui saat merasa ingin BAK dan BAB dengan menggunakan kata-kata pup 4. Sudah mampu memberi tahu bila celana atau popok sekali pakainya sugah basah dan kotor 5. Bila ingin BAK dan BAB anak memberi tahu dengan cara memegang alat kelamin atau minta ke kamar mandi 6. Bias memakai dan melepas celana sendiri 7. Memperlihatkan ekspresi fisik misalnya wajah meringis, merah atau jongkok saat merasa BA B dan BAK 8. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamar mandi seperti kebiasaan orang sekitarnya 9. Minta diajari menggunakan toilet 10. Mampu jongkok 5-10 menit tanpa berdiri dulu
2.5 Masalah yang mungkin timbul dalam pelatihan toilet training (Thomson, 2003) a. Rasa takut akan siraman air toilet adalah biasa, namun dapat mengganggu latihan memakai toi let b. Bagi beberapa anak rasa takut akan toilet membuatnya menahan trauma buang air besar c. Anak yang sudah dilatih dapat mengalami kemunduran dan mulai buang air lagi ditempat yan g tidak seharusnya d. Anak bisa tertarik dengan fesesnya sendiri(anak tidak rela apabila fesesnya di siram). Baginya prestasi buang air besar adalah prestasi menakjubkan dan anak sangat bangga bisa melakukannya . e. Ada tahap ketika anak merasa tertarik dengan bagaimana anak yang jenis kelaminnya berbeda buang air kecil. 2.6 Kemampuan Toilet Training Anak Usia 18 – 36 Bulan Anak – anak yang telah mampu melakukan toilet training dapat dilihat dari kemampuan psikologi, kema mpuan fisik dan kemampuan kognitif. 1. Kemampuan psikologi anak mampu melakukan toilet training sebagai berikut : anak tampak k ooperatif, anak memiliki waktu kering periodenya antara 3 – 4 jam, anak buang air kecil dalam jumlah yang banyak, anak sudah menunjukkan keinginan unt
uk buang air besar dan buang air kecil dan waktu untuk buang air besar dan kecil sudah dapat dip erkirakan dan teratur. 2. Kemampuan fisik dalam melakukan toilet training yaitu anak dapat duduk atau jongkok tenan g kurang lebih 2 – 5 menit, anak dapat berjalan dengan baik, anak sudah dapat menaikkan dan menurunkan celanan ya sendiri, anak merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali pakai yang basah atau k otor, anak menunjukkan keinginan dan perhatian terhadap kebiasaan ke kamar mandi, anak dapat memberitahu bila ingin buang air besar atau kecil, menunjukkan sikap kemandirian, anak sudah memulai proses imitasi atau meniru segala tindakan orang, kemampuan atau ketrampilan dapat mencontoh atau mengikuti orang tua atau saudaranya dan anak tidak menolak dan dapat bekerjas ama saat orang tua mengajari buang air. 3. Kemampuan kogitif anak bila anak sudah mampu melakukan toilet training seperti dapat men gikuti dan menuruti instruksi sederhana, memiliki bahasa sendiri seperti peepee untuk buang air kecil dan poopoo untuk buang air besar dan anak dapat mengerti reaksi tubuhnya bila ia ingin bu ang air kecil atau besar dan dapat memberitahukan bila ingin buang air ( Nadira, 2006).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol da lam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2005). Prinsip dalam melakukan toi let training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet tra ining itu sendiri. Factorfaktor yang mendukung Toilet Training pada anak : Kesiapan Fisik, Kesiapan Mental, Kesiapan Psikologis
3.2 Saran
Anak sudah harus diajarkan tentang toilet training sejak masih umur 18 bulan agar anak terbiasa melakukan BAK & BAB pada tempatnya.