DESIBEL
Di setiap orang mempunyai tingkat ketajaman
pendengaran yang berbeda. Ada orang yang pendengarannya baik, juga ada yang kurang, dan ada yang pula buruk. Satuan yang dipakai untuk menyatakan kemampuan pendengar disebut desibel. Desibel biasanya disingkat menjadi db. Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketajaman pendengaran digunakan audiometer. Audiometer adalah alat untuk mengukur kemampuan pendengaran yang bersangkutan. Tingkat pendengaran dapat dibedakan menjadi: 1) Kehilangan pendengaran antara 20db-30db.
Anak yang kehilangan kemampuan pendengaran pada tingkat ini, anak tersebut sudah tidak dapat dikatakan baik, tetapi juga tidak bisa dikatakan jelek. Dalam percakapan sehari-hari, anak tersebut akan mengalami sedikit kesukaran dalam berkomunikasi dan juga sedikit terjadi miss-komunikasi. Pada tahap ini sudah tidak mampu mendengar suara yang lemah atau nada biasa. Untuk dapat mendengar lebih jelas, mau tidak mau bicara harus cukup keras dan juga mengulang beberapa kata.
Mereka juga tidak terlalu sukar untuk berkomunikasi dan bisa berinteraksi terhadap orang yang berpendengarannya normal. Mereka juga bisa belajar bahasa secara efektif. Sebaiknya mereka dikenakan alat bantu dengar supaya lebih baik dalam berkomunikasi.
2) Kehilangan pendengaran antara 30db-40db.
Pada tingkat ini , anak tersebut masih mampu mengontrol suaranya sendiri. Juga tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan isi hatinya dengan bahasa lisan.
Dalam percakapan biasa sering mengalami kesulitan, sehingga anak tersebut kadang-kadang mendekatkan diri dengan perhatian serius. Mereka juga tidak bisa mendengar percakapan dengan cara lebih dari 6 meter. Kalau tidak mendapatkan bimbingan dalam terapi wicara atau artikulasi, anak tersebut akan mengalami kelainan bicara.
Untuk mengatasinya, mereka sebaiknya memakai (abd) alat bantu dengar. Dengan memberika perhatian dan pelayanan yang khusus pada mereka, mereka dapat diharapkan masih bisa mengikuti pendidikan di sekolah umum.
3) Kehilangan pendengaran antara 40db-60db.
Kemampuan pendengar pada tingkat ini hanya dapat mendengar percakapan yang keras pada jarak dekat. Mereka sudah tidak mampu mendengar suara dengan nada biasa atau detik jam. Mereka juga sering terjadi misskomunikasi (salah paham) dalam berkomunikasi. Mereka sudah tidak dapat mendengar percakapan lebih dari 3 meter. Kemungkinan besar mereka akan kesulitan mengikuti mata pejaran di sekolah umum karena kurang paham apa yang diajarkan oleh gurunya. Untuk mengatasinya, sebaiknya anak ini menggunakan abd (alat bantu dengar). Anak ini juga sebaiknya dimasukkan ke SLB/B. SLB/B adalah sekolah khusus untuk anak tunarungu.
Dengan sisa pendengaran itu, mereka kadang-kadang mengalami kesalahan dalam mengontrol suaranya sendiri. Itulah sebabnya mereka cenderung menderita kelainan bicara pada ucapan-ucapan tertentu. Misalnya pada huruf g,z,c,y,k.
4) Kehilangan pendengaran antara 60db-75db.
Anak-anak yang kehilangan pada tingkat ini sudah tidak mampu mengikuti percakapan keras pada jarak dekat. Dalam banyak hal, mereka cenderung tidak dapat mengontrol bicaranya sendiri sehingga apa yang dikatakan sering tidak sesuai dengan maksudnya. Bahasa dan bicaranya sudah tidak dapat berkembang secara spontan. Mereka tidak dapat membedakan huruf mati yang satu dengan huruf mati yang lain. Mereka masih dapat mebedakan huruf hidup. Mereka sebaiknya dimasukkan ke SLB/B. Mereka akan diberikan latihan artikulasi/terapi wicara dan program pendidikan khusus dengan alat yang lengkap.
5) Kehilangan pendengaran 75db ke atas.
Anak yang sudah mencapai tingkat ini biasanya sudah digolongkan sebagai anak tunarungu. Kemampuan pendengaran pada anak ini sebagian besar telah hilang. Mereka hanya mampu merasakan adanya getaran bunyi yang keras. Mereka juga mengalami kelainan bicara. Bahasa dan bicara sudah tidak dapat berkembang secara spontan. Mereka perlu mendapatkan bimbingan di SLB/B. Di sekolah ini akan diberikan latihan membaca bibir dan pembentukan ucapan yang benar.