Dermatitis_numularis.docx

  • Uploaded by: Roudhotul Fajrin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dermatitis_numularis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 548
  • Pages: 2
A. Dermatitis numularis Dermatitis Numularis Definisi Dermatitis nummular atau yang biasa disebut akzem nummular atau akzem discoid merupakan suatu peradangan berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi atau lesi awal berupa papul disertai vesikel (papulo vesikel), biasanya mudah pecah sehingga basah dan biasanya menyerang ekstremitas. Epidemiologi Dermatitis Numularis biasanya terjadi pada orang dewasa, lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Usia pun cakawitan antar dua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun. Pada wanita usia puncak juga terjadi pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak-anak. Bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Etiologi Penyebabnya pada saat ini belum diketahui. Kemungkinan suatu varian virus dermatitis atopic dibantah, karena kadar IgE masih dalam batas normal. Diduga infeksi akut berperan

dalam

dermatitis

numularis

dengan

ditemukannya

peningkatan

koloni

Staphylococcus dan Micrococcus ditempat kelahiran walaupun secara klinis tidak ditemukan tanda infeksi.Timbulnya dermatitis numularis apakah melalui mekanisme hipersensitifitas terhadap bakteri atau Karena infeksi bakteri tersebut, belum diketahui dengan jelas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat diatas 10juta kuman / cm2. Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila terjadi ditangan, dapat pula pada bekas cidera lama atau jaringan parut. Patofisiologi Patofisiologi dermatitis belum diketahui secara pasti, tetapi pada kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum, rendah. Penelitian mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamine dan mediator inflamasi lainya dari sel mast yang kemudian berinteraksi dengan saraf-saraf C yang kemudian menimbulkan gatal. Pada penderita dermatitis numularis, substansi P dan kalsitosin serat peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan di daerah non lesi.Neuropeptide ini dapat menstimulasi pelepasan

sitokinlainnya

sehingga

memicu

timbulnya

inflamasi.

Hal

inimenunjukan

bahwa

neuropeptide berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel mast. Penelitian ini telah menunjukan bahwa adanya sel mast pada dermis dari pasien dermatitis numularis menunjukan aktifitas enzyme chymase, mengakibatkan menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.

Gejala Klinis Keluhan pada pasien dermatitis numularis dapat berupa gatal yang sangat hebat sehingga dapat mengganggu. Lesi akut berupa vesikel dan papul ovesikel ( 0,3-1,0 cm). kemudian membsar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah dan terjadi eksudasi. Kemudian mongering menjadi krusta kekuningan. Ukuran lesi bisa mencapai 5cm atau lebih, jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi dari miliar sampai nummular, bahkan plakat. Tempat prediksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan. Diagnosis Banding 

Dermatitis kontak



Dermatitis atopic



Neurodermatitissirkumskripta



Dermakomikosis

Penatalaksanaan Sedapat-dapatnya mencari penyebab atau factor yang memprovokasi. Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien. Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya glukokortikoid, takrolimus, atau primeklolimus. Bila lesi mashi eksudatif, sebaiknya dicompres dahulu. Kalau ditemukan infeksi bacterial diberikan antibiotic secara sistemik. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refraktor, dalam jangka pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin misalnya Hidroksilin HCl. Prognosis Dari suatu pengamatan dari suatu penderita yang diikuti selama berbagai interval sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.

More Documents from "Roudhotul Fajrin"