Derajat luka bakar ditentukan berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh suhu yang panas. Hal ini penting untuk menentukan tindakan pengobatan dan perawatan sesuai kondisi pasien. Luka bakar adalah kondisi kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh panas, bahan kimia, listrik, radiasi, cairan, uap panas, atau gas yang mudah terbakar. Dan penting bagi pasien atau pun dokter untuk mengetahui luas serta derajat luka bakar untuk menilai tingkat keparahan luka serta menentukan pengobatan dan perawatan luka selanjutnya.
Mengenal Derajat Luka Bakar dan Gejalanya Ada beberapa penampakan pada luka bakar yang umum terjadi, antara lain kulit kemerahan, kulit melepuh, rasa nyeri atau sakit, kulit terkelupas, bengkak, kulit terlihat putih, atau bahkan hangus. Penampakan tersebut biasanya tergantung pada penyebab dan tingkat derajat luka bakar. Derajat luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yakni tingkat 1, 2 dan 3. Setiap derajat luka bakar dinilai berdasarkan tingkat keparahan dan kerusakan yang diakibatkan pada kulit.
Derajat luka bakar tingkat 1 (superficial burn). Yakni luka bakar yang hanya memengaruhi epidermis atau lapisan kulit luar saja. Secara klinis, tandanya berupa kulit yang tampak merah, kering, dan terasa sakit. Contohnya, luka bakar yang disebabkan oleh sinar matahari. Luka bakar tingkat satu ini tidak terlalu mengkhawatirkan dan bisa sembuh dengan sendirinya. Derajat luka bakar tingkat 2 (superficial partial-thickness burn). Yakni luka bakar yang terjadi pada epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit (lapisan kulit yang lebih dalam). Secara klinis, kulit akan tampak merah, lecet, melepuh, bengkak dan terasa sakit. Luka bakar tingkat dua ini bisa ditangani dengan beberapa metode pengobatan tanpa operasi atau bedah. Derajat luka bakar tingkat 3 (full thickness burn). Kerusakan jaringan mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, atau lebih dalam lagi. Secara klinis kulit tampak putih, kasar, namun juga dapat terlihat hangus, dan mati rasa. Operasi atau bedah menjadi pilihan utama untuk menangani luka bakar pada derajat ini.
Penentuan luka bakar juga dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni:
Luka bakar minor yang terdiri dari luka bakar tingkat pertama di bagian tubuh manapun, termasuk pula luka bakar tingkat dua yang lebarnya 5-7,5 cm. Luka bakar mayor yang terdiri dari luka bakar tingkat 2 pada tangan, kaki, wajah, alat kelamin dan bagian tubuh lainnya dengan lebar luka lebih dari 5-7,5 cm. Derajat luka bakar tingkat 3 juga termasuk pada kelompok luka bakar mayor.
Dibandingkan dengan luka bakar tingkat pertama dan kedua, derajat luka bakar tingkat tiga lebih berisiko menimbulkan komplikasi seperti infeksi, kehilangan banyak darah, syok, bahkan menyebabkan kematian. Luka bakar yang parah juga dapat berisiko menyebabkan hipotermia dan hipovolemia (penurunan abnormal jumlah plasma darah). Pengobatan dan Perawatan Berdasarkan Derajat Luka Bakar Pengobatan luka bakar ditentukan berdasarkan jenis atau derajat luka bakar. Luka bakar tingkat pertama dapat ditangani dengan produk perawatan kulit, seperti krim lidah buaya, salep antibiotik, dan obat penghilang rasa sakit. Sedangkan luka bakar tingkat dua dapat diobati dengan krim antibiotik, salep, serta obat yang diresepkan dokter. Adapun penanganan pada derajat luka bakar tingkat tiga bisa berupa tindakan bedah dan pencangkokan kulit. Luka bakar yang parah dan merusak sebagian besar jaringan tubuh memerlukan perawatan di rumah sakit, seperti antibiotik suntikan untuk mencegah infeksi, serta cairan infus untuk menggantikan cairan yang hilang saat kulit terbakar. Pasien dengan derajat luka bakar tingkat 3 juga mungkin memerlukan tindakan operasi, fisioterapi, rehabilitasi, atau bahkan perawatan seumur hidup. Pastikan Anda tidak mengobati luka bakar dengan obat rumahan seperti es, pasta gigi, mentega, atau telur. Selain tidak efektif, cara tersebut bisa membuat luka bakar semakin parah. Hindari pula menempelkan bola kapas ke luka bakar, karena serat kecil kapas bisa menempel pada luka dan meningkatkan risiko infeksi. Jangan sekali-sekali melakukan pengobatan rumahan terhadap luka dengan derajat luka bakar tingkat tiga,
pergilah ke dokter untuk mendapat penanganan intensif. Pasalnya, luka bakar parah membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin. Hal ini dapat membantu mencegah munculnya jaringan parut, terjadinya cacat tubuh, dan kelainan bentuk.
Refleks merupakan gerakan yang sifatnya involunter alias tidak disengaha. Refleks bayi biasanya berupa gerakan yang bersifat spontan dan terjadi pada aktivitas bayi sehari-hari. Selain itu, terdapat juga refleks yang memang merupakan respon dari stimulus yang diberikan. Refleks nayi yang baik menandakan aktivitas saraf dan otak bayi yang normal. Beberapa refleks hanya ditemukan dalam waktu tertentu di perkembangan bayi. Refleks tersebut nantinya dapat hilang dengan sendirinya ketika bayi mencapai usia tertentu.
Apa saja refleks yang dimiliki bayi yang baru lahir? Refleks yang terjadi pada bayi baru lahir disebut dengan refleks primitif. Seperti apa refleks yang terjadi pada bayi baru lahir? Mari kita bahas satu per satu.
1. Rooting reflex Refleks ini terjadi ketika Anda menyentuh pinggir mulut bayi Anda. Bayi akan mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka mulutnya. Hal ini membantu bayi ketika ia sedang ingin menyusu. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.
2. Refleks menghisap (sucking reflex) Ketika bagian atas atau langit-langit mulut bayi disentuh, bayi akan mulai menghisap. Refleks menghisap mulai muncul saat usia 32 minggu kehamilan dan menjadi sempurna saat usia 36 minggu kehamilan. Oleh karena itu, bayi prematur biasanya belum bisa menghisap dengan baik.
3. Refleks moro Refleks moro biasanya muncul ketika bayi terkejut. Ketika bayi Anda terkejut misalnya karena suara yang berisik atau gerakan yang terjadi secara tiba-tiba, bayi akan mengeluarkan refleks ini. Bayi akan melakukan gerakan dengan memanjangkan lengan dan menekuk kakinya. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 4 bulan.
4. Asymmetric tonic neck reflex Ketika kepala bayi menengok ke satu sisi, ia akan memanjangkan lengan di sisi yang sama. Sebaliknya, lengan pada sisi yang berlawanan akan ditekuk. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 2 bulan.
5. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex) Refleks menggenggam pada bayi muncul ketika Anda menyentuh telapak tangannya. Bayi akan menutup jari-jarinya seperti gerakan menggenggam. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.
6. Refleks Babinski Refleks Babinski muncul ketika Anda menggaruk telapak kaki bayi Anda. Jempol bayi akan mengarah ke atas dan jari-jari kaki lainnya akan terbuka. Refleks ini menetap hingga usia 2 tahun.
7. Stepping reflex Refleks ini juga dikenal dengan istilah walking/dance reflex karena bayi terlihat seperti melangkah atau menari ketika ia diposisikan dalam posisi tegak dengan kaki yang menyentuh tanah. Refleks ini muncul sejak lahir dan terlihat paling jelas setelah usia 4 hari.
Apa yang terjadi jika bayi tidak dapat melakukan refleks tersebut? Jika refleks bayi tersebut tidak terjadi, hal tersebut dapat disebabkan oleh karena trauma saat proses kelahiran, obat-obatan, ataupun suatu penyakit. Bila Anda tidak melihat adanya refleksrefleks tersebut pada bayi Anda, bawa bayi Anda ke dokter spesialis anak untuk diperiksa lebih lanjut.
Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus dari suatu bentuk kepemimpinan . Ada 4 (empat) gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis, partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1996). 1. Gaya Kepemimpinan Otokratis Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan, b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan, c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan, d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan, e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat, f. Prakarsa harus selalu dating dari pimpinan, g. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat, h. Tugas- tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif, i. Lebih banyak kritik daripada pujian, j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat, k. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat, l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman, m. Kasar dalam bertindak, n. Kaku dalam bersikap, o. Tanggung jawab keberhasilan organisasu hanya dipikul oleh pimpinan. Keuntungan : kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak, sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik. Kerugian : suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidak puasan. 2. Gaya Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi.Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. kepemimpinan demokratis memiliki ciri- ciri sebagai berikut : a. Wewenang pimpinan tidak mutlak, b. Pemimpin bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan, c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan,
d. e.
Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan, Komunikasi berlangsung timbale balik, baik terjadi antar pimpinan dengan bawahan maupun bawahan dengan bawahan, f. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau kegiatan bawahan dilakukan secara wajar, g. Prakarsa dapat dating dari pimpinan maupun bawahan, h. Banyak kesempatan bagi bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada instruktif, i. Tugas-tugas kepada bawhan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dar pada instruktif, j. Pujian dan kritik seimbang, k. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam bats kemampuan masing-masing, l. Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar, m. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak, n. Terdapat suasana saling percaya, saling hrmat, menghormati dan saling harga menghargai, o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan. Keuntungan : berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinannya moral yang tinggi. Kelemahan : keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan yang terbaik. 3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada 4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire “ Liberal “ Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya “membebaskan” bawahan melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat. Kepemimpinan Liberal antara lain berciri : i. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan, ii. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan, iii. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan, iv. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya, v. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiata yang dilakukan para bawahan, vi. Prakarsa selalu dating dari bawahan, vii. Hampir tida pengarahan dari pimpinan,
viii. Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok, ix. Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok, x. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang. Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainya. Menurut (Gillies, 1996) Faktor yang menetukan efektifitas gaya kepemimpinan secara situasional meliputi: a. Kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan, b. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas, c. Ukuran unit organisasi, d. Pola komunikasi dalam organisasi e. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai, f. Kebutuhan pegawai dan kepribadian pemimpin Keuntungan : para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Kelemahan : kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing- masing.
Gejala Syok Hipovolemik
Pucat. Badan lemas. Keluar keringat secara berlebihan. Tampak bingung dan gelisah. Nyeri dada. Pusing. Suhu tubuh rendah. Sesak.
Tanda-tanda & gejala
Apa saja tanda-tanda dan gejala mata juling (strabismus)? Gejala-gejala dari strabismus mungkin tampak setiap waktu, atau dapat datang dan pergi. Tanda-tanda dan gejala dapat meliputi:
Mata juling Penglihatan ganda Kedua mata yang tidak menuju arah yang sama Pergerakan mata yang tidak terkoordinasi (kedua mata tidak bergerak bersamaan) Kehilangan penglihatan atau persepsi kedalaman. Penting untuk diketahui bahwa anak-anak mungkin tidak mengalami penglihatan ganda karena ambliopia dapat muncul dengan cepat.
Cystitis adalah peradangan (inflamasi) pada kandung kemih. ... Penyebab utama dari peradangan kandung kemih ini adalah infeksi bakteri. Penyakit cystitis lebih banyak dialami kaum wanita. Hal ini disebabkan oleh ukuran uretra (saluran urine) pada wanita lebih pendek dibanding pada pria Ketika unsur dan konsep moral sudah dimiliki oleh perawat, tentunya perawat dapat menggunakan komunikasi dalam keperawatan. Nah, dibawah ini akan kami paparkan beberapa jenis komunikasi yang sering digunakan dalam dunia kesehatan atau keperawatan. 1. Komunikasi Intrapersonal Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang berada didalam diri yang biasa kita sebut sebagai kata hati atau perasaan batin. Didalam dunia medis keperawatan, seorang perawat harus memiliki jenis komunikasi ini. Tujuannya adalah untuk membuat perawat secara cepat dan sadar dapat merasakan, melihat, menangkap serta mengetahui kondisi pasien tanpa harus berbicara dengannya. Contohnya adalah ketika seorang perawat melihat seorang pasien sedang termenung, melamun, atau menengadah kelangit-langit, maka perawat akan merasakan dan mengetahui bahwa pasien tersebut sedang gundah, risau atau sedang memikirkan sesuatu. 2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih didalam sebuah kelompok kecil. Misalnya perawat dengan pasien yang didampingi oleh anggota keluarga pasien. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, atau dapat pula menggunakan Macam-macam Media Komunikasi. Tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien, melakukan perawatan, memberikan obat, atau melakukan tindakan medis seperti pengambilan sample darah, rambut, memasang infus, melakukan suntik, dan sebagainya. Namun untuk melakukan komunikasi yang satu ini, perawat harus mampu untuk menjadi pendengar yang baik, berbicara dengan lembut, dapat menunjukkan sikap peduli atau empati hingga mampu untuk memberikan motivasi, humor dan becandaan. 3. Komunikasi Massa Penggunaan Komunikasi Massa dalam keperawatan secara tidak langsung akan memberikan kemampuan kepada perawat agar perawat dapat menentukan dimana posisinya, kapan harus berbicara, kapan harus mendekat atau menjauh, kapan harus berada ditengah, dibelakang atau didepan dan lain sebagainya. Selain itu, komunikasi ini secara tidak langsung akan mengajarkan perawat untuk menguasai dirinya, menjaga intonasi dan volume suara, mengajarkan perawat untuk menggunakan bahasa tubuh hingga mengajarkan perawat agar mampu untuk memberikan motivasi.
4. Komunikasi Publik Secara Teori Komunikasi Publik adalah komunikasi yang dilakukan didalam sebuah kelompok besar. Nah penggunaan komunikasi ini dalam keperawatan, dapat kita lihat pada berbagai kegiatan tentang kesehatan seperti penyuluhan, seminar, hingga diskusi kesehatan yang melibatkan banyak peserta. Dengan mempelajari komunikasi ini, seorang perawat yang bertindak sebagai komunikator atau sumber informasi akan mampu untuk berkomunikasi kepada orang banyak dengan baik. Namun untuk menggunakannya, komunikator harus benar – benar mengetahui latar belakang pendidikan, pengalaman, tingkat sosial, serta pengetahuan dari komunikannya. Tujuannya agar komunikator dapat memilih dan menyampaikan materi dengan tepat. 5. Komunikasi Satu Arah Seiring perkembangan jaman, komunikasi dalam keperawatan juga berkembang menjadi sebuah komunikasi yang satu arah. Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang disampaikan melalui media komunikasi, yang prosesnya tidak perlu mendapatkan tanggapan atau umpan balik dari penerima informasi. Contoh dari penggunaan komunikasi ini dalam keperawatan dapat kita lihat pada berbagai media Komunikasi Online yang membahas kesehatan atau keperawatan. Namun karena penggunaan komunikasi ini cenderung tidak dapat ditanggapi, maka Etika dalam Penggunaan Media Komunikasi seperti informasi harus benar, valid, tidak mengandung kebohongan, tidak mengandung SARA dan informasi dapat dipertanggung jawabkan haruslah benar-benar diikuti. 6. Komunikasi Dua Arah Berbeda dengan komunikasi satu arah yang cenderung tidak mendapatkan tanggapan, Komunikasi Dua Arah mengharuskan proses komunikasi mendapatkan tanggapan. Penggunaan komunikasi ini pada dasarnya berproses dari komunikator yang memberikan informasi dan komunikan sebagai penerima informasi akan menyimpulkan informasi tersebut dan memberikan tanggapannya kepada komunikator terkait dengan informasi yang diberikan oleh komunikator. Penggunaan komunikasi ini dalam keperawatan, biasanya akan kita lihat ketika perawat sedang menanyai pasien atau keluarga pasien, dan lain sebagainya. 7. Komunikasi Berantai Komunikasi berantai adalah sebuah proses pertukaran informasi yang dilakukan secara berantai atau saling sambung menyambung. Faktor yang mempengaruhi terciptanya komunikasi ini adalah lingkungan, cara penyampaian, pengetahuan komunikan serta pengaruh dari pesan tersebut. Pada keperawatan, komunikasi ini biasanya akan kita temui pada sebuah komunikasi yang akan membicarakan informasi penting yang memiliki kemungkinan untuk disembunyikan dari pasien. Contohnya adalah ketika dokter berbicara dengan perawat agar perawat mengatakan kondisi pasien, maka perawat akan berbicara dengan keluarga pasien, dan keluarga pasien akan menyampaikan apa yang dikatakan oleh perawat kepada pasien. Namun komunikasi ini memiliki beberapa kelemahan, seperti informasi atau pesan menjadi tidak asli lagi hingga kemungkinan terjadinya distorsi atau perubahan informasi dari yang sebenarnya. 8. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang paling sering digunakan dalam keperawatan. Proses penyampaian informasi melalui komunikasi ini adalah dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau secara lisan. Komunikasi ini menjadi satu-satunya jenis komunikasi yang paling menguntungkan penggunaannya, karena proses penyampaian informasi menjadi lebih jelas, sederhana, dapat disampaikan secara langsung hingga informasi yang belum jelas dapat diulangi kembali. Penggunaan komunikasi ini sering kita temui ketika perawat berkata atau berbicara, contohnya ” silahkan duduk pak, saya akan periksa dulu. Akan saya cek dahulu tekanan darah bapak, dan lain sebagainya.
9. Komunikasi Nonverbal Komunikasi Nonverbal adalah sebuah komunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan kata-kata atau suara dalam penyampaian pesan. Komunikasi ini cenderung menggunakan simbol-simbol komunikasi
seperti gerak tubuh, gerak tangan atau bahasa isyarat, ekspresi wajah, kontak mata dan sebagainya. Tujuan dari penggunaan komunikasi ini adalah untuk memberikan keyakinan kepada pasien misalnya dengan menggerakkan kepala, menunjukkan perasaan atau emosi misalnya dengan mengelus tangan pasien hingga mengusap air mata pasien, dan untuk melengkapi pesan yang disampaikan menggunakan verbal. Perawat yang mampu menggunakan komunikasi nonverbal akan mampu untuk memahami pasien, merasakan kondisi pasien hingga menentukan kebutuhan bagi pasien. 10. Komunikasi Pembelajaran Komunikasi pembelajaran adalah komunikasi yang digunakan untuk memberikan sebuah pengajaran, mengajarkan atau memberikan edukasi. Didalam keperawatan, komunikasi ini sangat penting dimiliki oleh setiap perawat dengan tujuan agar perawat mampu mengedukasi pasien dan keluarganya. Penggunaan Komunikasi Pembelajaran dalam keperawatan biasanya dapat kita temui pada seorang perawat yang sedang mengajari keluarga pasien tentang cara memberikan obat dengan dosis yang tepat, mengajarkan tentang makanan atau minuman yang boleh dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi, hingga mengajarkan keluarga pasien untuk melakukan pertolongan pertama ketika pasien tiba-tiba mengalami hal yang buruk. 11. Komunikasi Antar Pribadi Pengertian dari komunikasi antar pribadi yang merupakan sebuah proses pertukaran informasi antar 2 orang, akan menjadi sangat efektif ketika digunakan oleh perawat. Selain efektif, penggunaan Komunikasi Antar Pribadi dalam keperawatan sangat penting fungsi dan perannya didalam menyampaikan informasi atau pesan. Penggunaan komunikasi ini biasanya terjadi ketika perawat berkomunikasi dengan pasien secara langsung, bertatap muka dan komunikasi tersebut hanya berlangsung antar perawat dengan pasien saja. Dengan komunikasi inipula perawat diharapkan mampu merubah persepsi dan pola pikir pasien, dari yang malas mengonsumsi obat menjadi semangat mengonsumsi obat hingga merubah pasien dengan pola hidup yang tidak sehat menjadi pola hidup yang sehat. 12. Komunikasi Agama Penggunaan komunikasi agama dalam dunia keperawatan, juga sangatlah penting fungsi dan perannya. Hal ini terjadi karena perawat tentunya memiliki agama yang berbeda – beda, oleh sebab itu komunikasi agama seperti Komunikasi Islam, komunikasi kristen, komunikasi budha, komunikasi khatolik, komunikasi hindu dan komunikasi agama lainnya sangatlah penting untuk dilakukan kepada seluruh perawat. Tujuannya adalah untuk membuat perawat tidak memilih-milih pasien karena latar belakang agamanya, dan membuat perawat menganggap pasien yang berbeda agama juga harus ditolong. Biasanya, komunikasi ini dilakukan ketika mahasiswa keperawatan diberikan penyuluhan oleh pemuka agama pada saat akan menjalani masa Capping day. 13. Komunikasi Persuasif Komunikasi Persuasif adalah proses komunikasi yang dilakukan dengan cara-cara yang lembut, penuh kekeluargaan dan tanpa paksaan. Seorang perawat yang mampu dan dapat menjalankan komunikasi dengan cara persuasif, akan mampu berkomunikasi dengan sopan, memiliki etika, dan memiliki rasa saling menghargai ketika berkomunikasi dengan setiap pasien yang dijumpainya. 14. Komunikasi Psikologi Seorang perawat yang memiliki kemampuan untuk menjalankan komunikasi psikologi, akan mampu untuk melihat kondisi pikiran pasien. Psikologi Komunikasi juga akan memberikan perawat berbagai cara untuk menggali berbagai informasi yang dibutuhkan dari pasien, meskipun pasien tersebut sedang dalam keadaan stress, trauma, kebingungan atau mengalami ganguan jiw