Demensia vaskular adalah istilah umum yang menggambarkan suatu masalah pada penalaran, perencanaan, penilaian, memori dan proses berpikir lainnya yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat gangguan aliran darah ke otak. Anda dapat mengembangkan demensia vaskular setelah sebuah gangguan stroke memblokir arteri di otak, akan tetapi stroke tidak selalu menyebabkan demensia vaskular. Apakah stroke mempengaruhi pemikiran dan penalaran seseorang sangat tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi dari stroke. Demensia vaskular juga dapat dihasilkan dari kondisi lain yang merusak pembuluh darah dan mengurangi sirkulasi, sehingga otak anda kekurangan oksigen dan nutrisi penting. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan merokok - juga dapat meningkatkan risiko demensia vaskular. Mengontrol faktor ini dapat membantu Anda menurunkan peluang terkena demensia vaskular. Gejala Gejala demensia vaskular bisa bervariasi, tergantung pada bagian otak yang aliran darahnya terganggu. Gejala yang muncul sering kali tumpang tindih dengan gejala dimensia jenis lainnya, terutama penyakit Alzheimer. Gejala demensia vaskular paling jelas terlihat ketika mereka tiba-tiba terjadi setelah adanya stroke. Ketika perubahan pemikiran dan penalaran anda tampak jelas terkait dengan stroke, kondisi ini disebut "demensia pasca-stroke." Pola karakteristik lainnya dari gejala demensia vaskular terkadang diikuti oleh serangkaian stroke atau stroke-mini. Pada pola ini, perubahan dalam proses berpikir anda terjadi pada adanya "lompatan" penurunan tingkat fungsi anda dari sebelumnya, berbeda dengan penurunan secara bertahap dan stabil sebagaimana yang biasa terjadi pada penyakit Alzheimer. Demensia vaskular juga dapat berkembang secara bertahap, seperti halnya penyakit Alzheimer. Terlebih lagi, demensia vaskular dan Alzheimer sering terjadi secara bersamaan. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan gejala demensia biasanya mengalami tipe perubahan otak lebih dari satu jenis. Beberapa dokter menyebutnya sebagai kondisi "demensia campuran." Gejala demensia vaskular meliputi: • Kebingungan • Kesulitan memberikan perhatian dan berkonsentrasi • Penurunan kemampuan untuk mengatur pikiran atau tindakan • Penurunan kemampuan untuk menganalisis situasi, mengembangkan rencana yang efektif, dan mengkomunikasikan rencana kepada orang lain • Kesulitan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya • Masalah dengan memori • Kegelisahan dan agitasi • Cara berjalan yang goyah (tidak kukuh/tegak) • Sering (ataupun mendadak) ingin buang air kecil, atau ketidakmampuan untuk mengontrol pengeluaran urin • Berkeluyuran di malam hari • Depresi Penyebab & Faktor Risiko Vascular demensia dihasilkan dari sebuah kondisi yang merusak pembuluh darah otak anda, sehingga mengurangi kemampuan mereka memasok otak anda dengan sejumlah nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan untuk melakukan proses berpikir secara efektif. Kondisi umum yang dapat menyebabkan demensia vaskular meliputi: • Stroke (infark) yan memblokir arteri otak. Stroke yang memblokir arteri otak biasanya menyebabkan berbagai gejala yang mungkin termasuk demensia vaskular. Tetapi beberapa stroke tidak menimbulkan gejala yang terlihat. Jenis infark otak yang tidak terdeteksi ini (infark otak diam) masih dapat meningkatkan risiko demensia. Pada jenis stroke diam ataupun jelas, risiko demensia vaskular tetap meningkat seiring dengan jumlah infark yang terjadi dari waktu ke waktu. Salah satu jenis demensia vaskular yang melibatkan banyak stroke disebut demensia multi-infark. • Penyempitan atau kerusakan kronis pada pembuluh darah otak. Kondisi pembuluh darah otak yang sempit atau kondisi yang menimbulkan kerusakan jangka panjang juga dapat menyebabkan demensia vaskular. Kondisi ini termasuk keausan dan kerusakan pada pembuluh yang terkait dengan penuaan, tekanan darah tinggi, pengerasan pembuluh darah, diabetes, lupus eritematosus, pendarahan otak, dan arteritis temporal. Faktor Risiko Secara umum, faktor risiko untuk demensia vaskular sama dengan faktor risiko untuk penyakit jantung dan stroke. Faktor risiko demensia vaskular meliputi: • Peningkatan usia. Risiko anda terhadap demensia vaskular meningkat ketika anda bertambah tua. Kelainan ini jarang terjadi sebelum usia 65 tahun, dan resiko akan meningkat secara substansial ketika anda mencapai usia 80-an dan 90-an. • Riwayat serangan jantung, stroke atau stroke mini. Jika anda pernah mengalami serangan jantung, anda mungkin memiliki peningkatan risiko terhadap masalah pembuluh darah pada otak. Kerusakan otak yang terjadi bersamaan dengan stroke atau mini stroke (serangan iskemik transient) dapat meningkatkan resiko terkena demensia. • Aterosklerosis. Kondisi ini terjadi ketika deposito kolesterol dan zat lainnya (plak) menumpuk di arteri anda dan mempersempit pembuluh darah. Aterosklerosis dapat meningkatkan risiko demensia vaskular - dan mungkin juga risiko penyakit Alzheimer - dengan mengurangi aliran darah yang mensuplai otak anda. • Kolesterol tinggi. Peningkatan kadar low-density lipoprotein (LDL), yang disebut kolesterol "buruk", berhubungan dengan peningkatan risiko demensia vaskular, dan mungkin juga risiko yang lebih tinggi terhadap penyakit Alzheimer. • Tekanan darah tinggi. Bila tekanan darah anda terlalu tinggi, kondisi ini dapat menempatkan tekanan ekstra pada pembuluh darah (dimanapun) dalam tubuh anda, termasuk otak anda. Hal ini meningkatkan risiko masalah vaskular di otak. • Diabetes. Kadar glukosa tinggi dapat merusak pembuluh darah di seluruh tubuh anda. Kerusakan pada pembuluh darah otak dapat meningkatkan risiko stroke dan demensia vaskular. • Merokok. Merokok secara langsung dapat merusak pembuluh darah, meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit peredaran darah lainnya, termasuk demensia vaskular. • Fibrilasi atrial. Pada kasus irama jantung yang abnormal ini, ruang atas jantung anda mulai berdetak dengan cepat dan tidak teratur, serta tidak terkoordinasi dengan bilik jantung bawah anda. Fibrilasi atrial meningkatkan risiko stroke karena dapat menyebabkan gangguan pada aliran darah ke otak serta ke tempat lain dalam tubuh anda. Gaya Hidup & Perawatan di Rumah Mengontrol kondisi mendasar dan faktor risiko Mengontrol kondisi yang mempengaruhi kesehatan jantung dan
pembuluh darah kadang dapat memperlambat tingkat keparahan demensia vaskular dan mungkin juga mencegah kemunduran/keparahan yang lebih lanjut. Tergantung pada situasi pribadi Anda, dokter mungkin meresepkan obat untuk: • Menurunkan tekanan darah • Mengurangi kadar kolesterol • Mencegah pembekuan darah serta menjaga arteri tetap bersih • Membantu mengontrol gula darah jika anda memiliki diabetes Obat-obatan untuk Alzheimer The Food and Drug Administration (FDA) melarang penggunaan obat-obatan khusus untuk mengobati masalah perubahan pada memori, penilaian/pengambilan keputusan, perencanaan dan gangguan proses berpikir lainnya yang disebabkan oleh demensia vaskular. Namun, obat-obatan tertentu yang disetujui oleh FDA untuk mengobati gejala-gejala penyakit Alzheimer dapat membantu orang dengan demensia vaskular sebagaimana obat-obatan tersebut dapat membantu orang-orang dengan penyakit Alzheimer (meskipun dalam tingkatan yang sederhana). Dokter mungkin meresepkan salah satu atau kedua jenis obat Alzheimer berikut ini: • Cholinesterase inhibitor termasuk Donepezil, galantamine dan rivastigmine - bekerja dengan meningkatkan kadar kimia sel otak yang terlibat dalam memori dan proses penilaian. Efek samping dapat berupa mual, muntah, kram otot dan diare. • Memantine mengatur kimia sel otak lainnya yang berperan dalam pemrosesan, penyimpanan, pengolahan dan pengambilan informasi. Efek samping yang muncul antara lain sakit kepala, sembelit, pusing dan kebingungan. Pencegahan Kesehatan pembuluh darah otak anda berhubungan erat dengan kesehatan jantung anda secara keseluruhan. Menjalankan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan jantung anda dapat membantu mengurangi risiko demensia vaskular: • Menjaga tekanan darah yang sehat. Menjaga tekanan darah anda dalam rentang normal dapat membantu mencegah demensia vaskular dan penyakit Alzheimer. • Menjaga kolesterol melalui pemeriksaan. Pola diet sehatrendah lemak dan penggunaan obat penurun kolesterol (jika perlu) dapat mengurangi risiko demensia vaskular, mungkin dengan mengurangi jumlah timbunan plak di dalam arteri otak anda. • Mencegah atau mengontrol diabetes. Menghindari diabetes, dengan diet sehat dan olahraga, adalah cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko demensia. Jika anda sudah memiliki diabetes, pengontrolan kadar glukosa dapat membantu melindungi otak anda dari kerusakan pembuluh darah. • Berhenti merokok. Merokok dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah (dimanapun) dalam tubuh anda. • Latihan/olahraga fisik. Aktivitas fisik secara teratur harus menjadi bagian penting dari rencana kesehatan semua orang. Di samping banyaknya manfaat yang dihasilkan, olahraga dapat membantu menghindari demensia vaskular. « Kembali Artikel Terkait Hipertensi Pembunuh Diam-diam yang Terabaikan 18 May 2018 Hati-hati, Orang Sehat Juga Bisa Kena Stroke 08 May 2018 Jalan Kaki Lebih Efektif Pulihkan Stroke Ketimbang Pijat 03 May 2018
Gejala, Penyebab Dan Pengobatan Demensia vaskular Demensia vaskular juga dikenal dengan istilah demensia multi infark, kondisi ini biasanya terjadi akibat sel-sel di otak yang kekurangan oksigen. Sebuah jaringan pembuluh darah yang disebut sistem vaskular memasok otak dengan oksigen, ketika kondisi ini terjadi maka darah tidak dapat mengalirkan okseigen menuju otak sebagaimana mestinya. Demensia vaskular merupakan istilah umum yang menggambarkan masalah terkait dengan penalaran, perencanaan, penilaian, memori, dan proses berpikir lain yang disebabkan oleh kerusakan otak dari aliran darah gangguan ke otak. Kondisi ini biasanya terjai pasca stroke yang umum yang mempengaruhi fungsi kognitif atau kemampuan berpikir. Demensia vaskular mengakibatkan otak kesulitan dalam untuk memproses informasi. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan memori, kebingungan, penurunan rentang perhatian dan masalah melakukan kegiatan seharihari.Demensia vaskular merupakan deminsia yang paling umum kedua setelah penyakit alzheimer.
Penyebab Terjadinya Demensia vaskular Penyebab terjadinya Demensia vaskular adalah karena berkurangnya aliran darah ke otak yang secara perlahan dapat mengakibatkan terjadinya sel sel otak. Berkurangnya pasokan darah menuju otak disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya penympitan pembuluh darah kecil dalam otak sehinggar darah tidak dapat mengalir sebagaimana mestinya, kondisi ini juga dikenal dengan demensia vaskular subkortikal. Selain karena adanya penyempitan pembuluh darah, hal yang juga dapat menghambat pasokan darah menuju otak adalah pnyakit strok. Hal lain yang juga menyebabkan mengurangnya suplay dara mnuju otak adalah adanya gumpalan darah yang juga menyebabkan darah tidak mengalir sebagaimana mestinya.
Gejala Penyakit Demensia vaskular Ada banyak gejala yang dapat terjadi pada penyakit demensia vaskular, hal ini tergantung pada lokasi dan jumlah jaringan otak mengalami kerusakan. Gejala demensia vaskular dapat terjadi secara tiba-tiba setelah stroke, atau terjadi secara perlahan dari waktu ke waktu. Gejala mungkin lebih buruk setelah stroke lain, serangan jantung. Gejala yang
bisa timbul antara lain adalah adanya kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari karena masalah dengan konsentrasi, komunikasi, atau ketidakmampuan untuk melaksanakan instruksi. Selain itu orang yang memiliki penyakit dminsia vaskular biasanya memiliki gangguan atau masalah dengan daya ingat atau memori. Terjadinya kebingungan yang dapat meningkat di malam hari juga merupakan gejala dari penyakit deminsia vaskular. Gejala deminsia vaskular bisa saja sama dengan gejala yang terjadi pada pnyakitstroke, seperti kelemahan mendadak dan kesulitan dalam berkata. Selain itu deminsia vaskular juga dapat mempengaruhi perubahan mood seperti terjadinya depresi dan lebih mudah marah.
Pengobatan Penyakit Demensia vaskular Tujuan utama dari pengobatan penyakit deminsia vaskular adalah untuk mengatasi kondisi yang mendasarinya dan mempengaruhi menurunnya aliran darah menuju otak. Kare pada dasarnya penyakit deminsia vaskular belum bisa disembuhkan. Perwatan untuk mengatsi kondisi tersebut akan mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut yang terjadi pada jaringan otak. Perawatan yang bisa diberikan adalah dengan memberikan Obat untuk mengatasi tekanan darah, kolesterol, trigliserida, diabetes, dan masalah dengan pembekuan darah. Selain memberikan obat untuk kondisi tersebut, orang yang mederita penyakit deminsia vaskular juga harus merubah gaya hidup seperti berolah raga atau melakukan aktifitas fisik, berhenti merokok, serta berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Untuk meningkatkan aliran dara ke otak biasanya akan dilakukan prosedur pembedahan untuk menghilangkan penymbatan dari arteri karotid, arteri yang terletak di leher yang dikenal dengan endarterektomi. Selain itu, tehnik yang bisa dilakukan adalah melakukan pelebaran pada arteri yang mengalami penyempitan yang dikenal dengan istilah Angioplasty. Deminsia Vaskular juga diberikan obat obatan medis seperti kolinesterase untuk mengobati perkembangan deminsia. Selain itu obat anti depresan juga perlu diberikan untuk mengurangi depresi dan gejala lainnya.
PENGERTIAN DEMENSIA Demensia adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat, menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang lansia di atas 65 tahun.
Penderita demensia umumnya akan mengalami depresi, perubahan suasana hati dan perilaku, kesulitan bersosialisasi, hingga berhalusinasi. Penderita tidak mampu hidup mandiri dan memerlukan dukungan orang lain. Perlu diingat bahwa tidak semua orang yang mengalami penurunan daya ingat atau penurunan kemampuan fungsi otak dapat diasosiasikan dengan demensia. Periksakan ke dokter untuk mengetahui kondisi yang dialami secara tepat. Demensia tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan secara dini dapat membantu meredakan dan memperlambat perkembangan gejala, serta menghindari komplikasi lebih lanjut.
Penyebab Demensia Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu, sehingga menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan.
Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Ada jenis demensia yang berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demesia yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan.
Demensia Progesif Demensia progesif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas. Beberapa jenis demensia progresif meliputi:
Penyakit Alzheimer. Merupakan penyebab demensia paling umum. Penyebabnya masih belum diketahui, namun beberapa kelainan genetik dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Pada otak ditemukan plak berupa penggumpalan protein betaamyloid, juga jalinan jaringan fibrosa yang terbentuk oleh protein tau. Demensia vaskuler. Gangguan pada pembuluh darah otak merupakan penyebab demensia tertinggi kedua. Kondisi ini juga dapat menyebabkan stroke dan penyakit lainnya yang berkaitan dengan gangguan pada pembuluh darah. Lewy body dementia. Lewy body adalah penggumpalan protein abnormal pada otak, yang juga bisa ditemukan pada Alzheimer dan Parkinson. Demensia frontotemporal. Sekelompok penyakit yang ditandai oleh degenerasi sel otak bagian frontal dan temporal, yang umumnya diasosiasikan dengan perilaku, kepribadian, hingga kemampuan berbahasa. Demensia campuran. Umumnya dialami oleh orang-orang lansia di atas 80 tahun tanpa penyebab yang jelas. Biasanya demensia campuran meliputi Alzheimer, demensia vaskuler, dan Lewy body dementia. Kondisi yang menyerupai demensia Terdapat kondisi-kondisi lain yang dapat menyebabkan demensia atau menimbulkan gejala yang menyerupai demensia. Sebagian besar dari kondisi tersebut menimbulkan gejala yang sifatnya sementara dan dapat pulih setelah penanganan. Namun beberapa kondisi menimbulkan gejala menetap, seperti misalnya penyakit Huntington, penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit Parkinson dan cedera otak. Kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala menyerupai demensia yang sifatnya sementara dan dapat pulih dengan pengobatan, yaitu:
Kelainan metabolisme atau endrokrin. Kondisi seperti kelainan kelenjar tiroid, hipoglikemia, kekurangan atau kelebihan kadar sodium atau kalsium, hingga
ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B12 dapat memicu gejala menyerupai demensia atau perubahan perilaku. Kelainan sistem daya tahan tubuh. Kondisi ini dapat mengakibatkan demam atau efek samping lainnya yang dapat menurunkan kemampuan sistem daya tahan tubuh melawan infeksi. Kondisi seperti multiple sclerosis juga dapat memicu demensia. Reaksi medis. Beberapa interaksi antar obat atau vitamin dapat memicu demensia. Kekurangan nutrisi. Kondisi seperti dehidrasi, kekurangan vitamin (khususnya B1, B6, dan B12) atau ketergantungan alkohol, dapat menimbulkan gejala menyerupai demensia. Keracunan. Dipicu oleh paparan timah, logam berat, pestisida, obat-obatan dan alkohol. Subdural hematoma. Penumpukan darah di ruang antara lapisan durameter dan lapisan araknoid pada rongga tengkorak, disebabkan oleh cedera atau trauma kepala. Anoksia (hipoksia). Kondisi ini terjadi saat jaringan dalam tubuh tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup, seperti pada penderita asma, serangan jantung, keracunan gas karbon monoksida dan lainnya. Normal-pressure hydrocephalus. Disebabkan oleh pelebaran ventrikel dalam otak, mengakibatkan penderita kesulitan berjalan, membuang kemih hingga hilang ingatan. Tumor otak. Jarang terjadi, namun dapat menjadi salah satu pemicu demensia terjadi. Adapun beberapa kondisi lainnya yang dapat memicu terjadinya demensia, di antaranya adalah trauma atau cedera otak yang berulang, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, hingga penyakit Creutzfeldt-Jakob. Faktor Risiko Menurut sifatnya, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang berada di luar kendali dan faktor yang bisa dikendalikan. Faktor-faktor risiko demensia yang di luar kendali dan tidak bisa diubah meliputi pertambahan usia, riwayat kesehatan keluarga, serta masalah kesehatan seperti gangguan kognitif ringan dan sindrom Down. Sedangkan faktor-faktor risiko demensia yang dapat dikendalikan atau dihindari meliputi kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol, depresi, sleep apnea, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding arteri). Gejala Demensia Penderita demensia umumnya mengalami gejala sesuai dengan penyebabnnya, dengan perubahan kognitif dan psikologis sebagai gejala yang utama. Gejala yang umumnya dirasakan dari segi kognitif meliputi:
Hilang ingatan.
Kesulitan berkomunikasi.
Kesulitan berbahasa dan betutur kata.
Sulit memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu.
Konsentrasi menurun.
Sulit menilai situasi dan mengambil keputusan.
Sulit mengkoordinasikan pergerakan tubuh.
Merasa bingung. Sedangkan gejala yang dirasakan dari segi psikologis meliputi:
Depresi.
Gelisah.
Perubahan perilaku dan emosi.
Merasa ketakutan (paranoid).
Agitasi.
Halusinasi. Dalam kondisi parah, penderita dapat mengalami gejala lanjutan seperti kelumpuhan di salah satu sisi tubuh, tidak mampu menahan kemih, penurunan nafsu makan, hingga kesulitan menelan. Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan apabila seseorang mengalami salah satu atau beberapa gejala demensia, guna mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Diagnosis Demensia Demensia tidaklah mudah untuk didiagnosa dikarenakan banyaknya gejala yang dapat mengindikasikan penyakit sejenis. Selain menanyakan riwayat penyakit dan kesehatan pasien serta keluarga, dilakukan juga pemeriksaan fisik dan serangkaian tes lanjutan, yang meliputi:
Tes kognitif dan neuropsikologis. Memeriksa kemampuan berpikir, mengingat, orientasi, penilaian, konsentrasi, hingga merangkai bahasa.
Pemeriksaan neurologi. Memeriksa kemampuan motorik, keseimbangan, rasa, dan refleks. Pemindaian. Memeriksa kondisi otot, jaringan, dan aliran listrik saraf otak melalui CT scan, MRI, EEG, dan PET scan. Pemeriksaan darah. Memeriksa adanya kelainan yang dapat memengaruhi fungsi otak seperti defisiensi vitamin B12, atau penurunan fungsi kelenjar tiroid. Pemeriksaan cairan tulang belakang. Untuk mendeteksi jika terdapat infeksi atau peradangan pada sistem saraf. Tes psikiatrik. Memeriksa jika penderita mengalami depresi atau kondisi mental lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan otak. Pada kasus demensia progresif yang terdiagnosis, dokter akan mengacu pada teori 5 tahap perkembangan kondisi untuk menentukan tingkat keparahan demensia. Kelima tahap tersebut meliputi: Tahap 1: Kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap normal. Tahap 2: Penderita mulai mengalami penurunan kemampuan fungsi otak, tetapi masih mampu hidup secara mandiri. Tahap 3: Penderita mulai sedikit kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, namun masih dalam intensitas ringan. Tahap 4: Penderita mulai memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Tahap 5: Kemampuan fungsi otak penderita menurun drastis dan tidak mampu hidup secara mandiri. Pengobatan Demensia Tidak semua kasus demensia dapat dipulihkan. Pengobatan demensia dapat dilakukan untuk meredakan gejala yang dialami dan menghindari komplikasi. Pengobatan demensia meliputi pemberian obat-obatan, terapi, hingga operasi.
Obat-obatan Beberapa jenis obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala demensia adalah:
Acetylcholinesterase inhibitors, untuk meredakan gejala penyakit Alzheimer ringan, lewy bodies dan halusinasi sebagai penyebab demensia. Efek samping yang mungkin dialami meliputi mual, muntah, diare dan penurunan denyut jantung. Disarankan untuk selalu memantau kondisi jantung melalui EKG saat pengobatan.
Memantine, untuk memperlambat reaksi kimia dalam otak. Umumnya diresepkan jika acetylcholinesterase inhibitors tidak membantu atau demensia sudah memasuki tingkat keparahan menengah. Efek samping yang mungkin dialami meliputi pusing, sakit kepala, kehilangan keseimbangan, konstipasi, dan hipertensi. Antipsikotik, untuk meredakan perilaku penderita yang agresif atau mengalami agitasi parah. Biasanya obat ini dikonsumsi dalam waktu singkat untuk menghindari risiko efek samping seperti mengantuk, masalah kardiovaskular, kesulitan berkomunikasi, hingga tubuh kaku, khususnya bagi penderita demensia yang disebabkan lewy bodies. Antidepresan, untuk meredakan gejala depresi yang umumnya terjadi pada penderita demensia. Untuk gejala yang menyerupai demensia, suplemen berikut akan disarankan: Vitamin E, untuk memperlambat Alzheimer dan kondisi demensia terkait. Vitamin E biasanya dikonsumsi dalam dosis rendah untuk menghindari komplikasi seperti kematian, khususnya bagi penderita penyakit jantung. Asam folat omega 3. Walau masih memerlukan riset lebih lanjut, omega 3 dipercaya dapat membantu menekan risiko seseorang terserang demensia. Terapi Beberapa terapi bersifat psikologis dilakukan untuk meredakan gejala demensia, seperti:
Terapi stimulasi kognitif dan orientasi realitas, guna menstimulasi daya ingat, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berbahasa, meredakan disorientasi pikiran, hingga meningkatkan kepercayaan diri penderita. Terapi perilaku, guna menekan perilaku tidak terkontrol yang terjadi karena depresi atau halusinasi. Terapi okupasi, untuk mengajarkan penderita cara melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman dan disesuaikan dengan kondisinya, sambil juga mengajarkan cara mengontrol emosi serta mempersiapkan diri untuk perkembangan gejala lebih lanjut pada demensia progresif. Terapi validasi, dengan cara memperlihatkan empati dan memahami kondisi penderita agar tidak mengalami depresi. Walau dapat membantu meredakan kebingungan dan kegelisahan penderita, terapi validasi belum memiliki bukti cukup dalam segi efektivitasnya. Selain terapi-terapi di atas, terdapat juga beberapa terapi pendukung yang dapat dilakukan di rumah, seperti terapi musik, aromaterapi, pijat, bermain dengan hewan peliharaan, hingga melakukan aktivitas seni.
Saat proses terapi, sangat disarankan untuk memodifikasi perabotan rumah agar memudahkan penderita bergerak dan menyingkirkan benda tajam agar tidak membahayakan penderita.
Operasi Pada kasus demensia yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak, atau hidrosefalus, tindakan operasi dapat disarankan. Jika belum terjadi kerusakan permanen pada otak, tindakan operasi dapat membantu memulihkan gejala. Pengobatan kondisi lainnya Kondisi pemicu demensia seperti hipertensi, diabetes dan gangguan kolestrol perlu diobati agar tidak menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah lebih lanjut. Perubahan gaya hidup seperti mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok juga dapat membantu. Komplikasi Demensia Demensia dapat merusak fungsi sistem tubuh dan berpotensi mengakibatkan komplikasi jika tidak diobati dengan tepat, seperti:
Pneumonia, disebabkan oleh tersedaknya makanan di saluran pernapasan dan paru akibat kesulitan menelan. Kekurangan nutrisi, disebabkan oleh kesulitan mengunyah dan menelan makanan. Penurunan fungsi tubuh, mengakibatkan penderita bergantung pada orang lain untuk aktivitas sehari-hari. Kematian, khususnya pada penderita demensia progresif tahap akhir dikarenakan infeksi yang dialaminya. Pencegahan Demensia Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan risikonya, seperti:
Berhenti merokok.
Berolahraga secara teratur.
Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya makanan rendah lemak dan tinggi serat.
Kurangi asupan alkohol.
Menjaga berat badan.
Meningkatkan asupan vitamin D. Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-teki.
Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol.
Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.
Cara Mengobati Demensia/Pikun Kita semua khawatir tentang hal ini, terutama jika ada riwayat keturunan akan hal ini. Sudah barang tentu, tak satu
pun
dari
kita
ingin
kehilangan
ingatan
atau
kemampuan kita. Tentu kita tidak ingin lupa bagaimana untuk mandi, atau menggunakan toilet .... atau makan. Demensia atau kepikunan adalah gangguan kronis yang mempengaruhi proses mental otak, karena penyakit otak atau cedera, ditandai dengan gangguan memori, gangguan kemampuan kognitif, dan perubahan suasana hati dan kepribadian. Demensia terjadi karena ada perubahan dalam cara otak menerima sinyal karena malformasi atau pertumbuhan plak dalam
sistem
saraf.
Ada bukti yang berkembang bahwa terapi gelombang otak mampu merangsang otak agar tumbuh jaringan saraf baru dan mengubah kondisi kesadaran otak, dengan demikian terapi gelombang otak dapat mengurangi efek dari demensia, dan dalam beberapa kasus, menghilangkan
dimensia
secara
keseluruhan.
Tanda-tanda demensia
Kehilangan memori seperti lupa nama, atau janji, tetapi Anda akhirnya bisa ingat adalah biasa terjadi karena lanjut usia. Dengan demensia, Anda tidak bisa mengingat kembali ketika lupa.
Membuat kesalahan ketika bekerja dengan angka atau mengikuti instruksi, atau Anda membuat kesalahan sesekali ketika mengikuti resep adalah biasa terjadi karena lanjut usia. Dengan demensia, Anda tidak bisa bekerja dengan angka, atau tidak bisa mengikuti atau memahami rencana, atau bahkan tidak ingat resep.
Tidak tahu atau tidak faham mengoperasikan sesuatu, Anda mungkin memerlukan bantuan mencari suatu acara di TV atau perlu bantuan mengubah waktu pada jam alarm digital Anda
adalah gejala penuaan normal. Namun, demensia menyebabkan gangguan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang telah biasa Anda lakukan selama bertahun-tahun.
Lupa hari libur atau hari minggu karena penuaan adalah normal. Dengan demensia, Anda tidak bisa menghitung hari dan lupa urutan hari.
Tidak bisa melihat serta katarak cenderung terjadi seiring bertambahnya usia dan dapat menjadi bagian dari penuaan. Jika Anda memiliki demensia, Anda mungkin tidak mengenali diri sendiri di cermin.
Memiliki kesulitan menemukan kata-kata yang tepat adalah normal. Demensia menjadikan Anda tidak bisa menyebutkan apa yang Anda inginkan.
Tidak dapat menemukan kacamata Anda, atau salah menaruh? Itu normal. Dengan demensia, Anda lupa di mana Anda meletakkan segala sesuatu dan tidak tahu bagaimana untuk melacaknya.
Membuat keputusan yang buruk? Itu oke juga. Demensia mengganggu kemampuan Anda untuk tahu sesuatu tidak baik.
Anda tersinggung ketika ada sesuatu tidak sesuai dengan keinginan Anda. Itu normal. Demensia membuat orang cemas, takut, curiga dan sangat bingung. Tanda-tanda penuaan normal benar-benar sangat berbeda dengan tanda-tanda demensia, namun keduanya rangsangan
harus
dilakukan di
dengan korteks
kebutuhan frontal.
Terapi gelombang otak adalah latihan otak yang efektif yang benar-benar membuat jaringan baru, dan bila digunakan berulang-ulang, akan membuat struktur
permanen
yang
menyimpan,
mempertahankan, dan membantu Anda mengingat kenangan Anda. Dalam usia tua atau demensia, pembuatan jalur baru merupakan latihan yang dapat menjaga gejala dimensia diminimalkan atau benar-benar pergi. Tertarik dengan fungsi audio gelombang otak seperti di atas? Silakan klik disini, inilah produk yang sesuai untuk kebutuhan diatas. Baca juga: Artikel tentang kecerdasan, konsentrasi,daya ingat, kreativitas. Pertanyaan seputar Brain Booster klik: DISINI
iposting oleh : Ermawati Darmika (Palopo, Sulawesi Selatan)
Boleh Tua Tapi Jangan Pikun Oleh : dr Rizaldy Pinzon, Mkes, SpS Menjadi tua adalah pasti. Tapi lebih enak kalau tua tanpa menjadi pikun. Demensia atau pikun adalah hal yang paling ditakuti orang ketika menjadi tua. Kenali gejalanya agar bisa menjalani hari tua tanpa pikun. Bapak Cokro (72 tahun) masuk ke ruang praktek dokter dengan anaknya. Sekilas ia tampak normal, berjalan tanpa bantuan, dan dapat mandiri. Dokter bertanya, 'Ada keluhan apa bapak?'. Anaknya menjawab, 'Sekarang ini bapak mudah lupa'. Dokter melakukan pemeriksaan kepada bapak Cokro, dan melanjutkan dengan tes neuropsikologi singkat. Dokter bertanya 'Bapak memiliki putra berapa?' Pak Cokro dengan cepat menjawab, 'Putra saya lima dok'. 'Siapa nama putra bapak yang nomor tiga?', tanya dokter. Setelah berpikir lama, dengan tersenyum Pak Cokro menjawab, 'Namanya Wawan, dok'. Dokter melirik putra yang mengantar Pak Cokro. Putranya menjawab dengan gelengan kepala, dan memberi isyarat bila jawaban Pak Cokro salah. Dokter kembali bertanya, 'Pak, berapa 100 dikurang 7?' Pak Cokro berpikir sebentar dan menjawab, 'Ya 97 dok'. Cerita diatas dan hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa Pak Cokro mengalami
demensia. Demensia adalah terminologi medis untuk pikun. Demensia menunjukkan adanya kemunduran yang progresif dari proses memori dan intelektual otak. Berbagai fungsi otak seperti berbahasa, orientasi, kalkulasi atau berhitung, berpikir abstrak, dan pengambilan keputusan dapat terganggu. Pada tahap yang lebih lanjut, penderita pikun juga tidak dapat merawat dirinya sendiri. Gejala pikun tidaklah serta merta muncul pada sebagian besar kasus. Pada umumnya gejala telah muncul beberapa tahun sebelumnya, dan diawali dengan mudah lupa. Mengenal Demensia Demensia mulai dikenal secara luas, ketika pada tahun 1995 mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen mengumumkan secara terbuka bahwa ia terkena demensia Alzheimer. Ronald Reagen menggambarkan kondisinya seperti perjalanan menuju ke arah senja kehidupan. Pada tanggal 6 Februari 2000 Reagen merayakan ulang tahunnya yang ke 89, dan pada saat itu Reagen sudah tidak mengenal siapapun kecuali istrinya, Nancy Reagen. Demensia merupakan kemunduran proses intelektual yang terjadi secara bertahap, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari penyandangnya. Kejadian demensia akan semakin meningkat dengan pertambahan usia. Kejadian demensia adalah 1,4% pada usia 65-69 tahun, 2,8% pada usia 70-74 tahun, 5,6% pada usia 75-79 tahun, dan 23,6% pada usia 85 tahun. Sebagian kasus demensia adalah demensia Alzheimer. Semakin tua seseorang akan semakin rentan untuk terkena demensia. Penyebab demensia terbanyak adalah demensia Alzheimer. Penyebab lain demensia adalah demensia vaskuler (akibat gangguan pembuluh darah otak), demensia akibat penyakit parkinson, dan demensia sekunder akibat obat atau penyakit infeksi. Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali tahun 1906 oleh dokter Alois Alzheimer. Usia tua merupakan faktor penyebab utama muncunya demensia. Faktor risiko lain adalah riwayat keluarga, yang ditunjukkan dengan pewarisan gen ApoE. Faktor risiko lain munculnya demensia adalah trauma kepala, stroke, diabetes, hipertensi, dan pemakaian obat-obatan tertentu. Gejala Demensia
Gejala awal demensia ditandai oleh mudah lupa. Mudah lupa ini ada yang bersifat beniga atau mudah lupa wajar, dan bersifat maligna atau mudah lupa yang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala yang sering dikeluhkan adalah lupa nama, lupa janji, lupa menaruh benda, lupa nama peristiwa, dan sebagainya. Pada kondisi ini aktivitas sehari-hari masih dapat dilakukan dengan baik, Gejala yang khas dan paling sering dilaporkan dari berbagai penelitian adalah lupa menaruh barang, sehingga muncul lelucon bahwa pada tahap ini seseorang akan mengikuti cabang olahraga baru yaitu 'mencari-cari kacamata'. Gejala akan berlanjut menjadi mudah lupa yang maligna, suatu kondisi yang disebut dengan Mild Cognitive Impairment. Pada kondisi ini mudah lupa semakin menjadi-jadi. Keluhan tidak hanya disampaikan oleh pasien, namun juga oleh banyak orang di sekitarnya. Aktivitas rutin harian masih normal, tetapi ada gangguan sedikit dalam aktivitas yang kompleks misalnya berbelanja. Kondisi ini di banyak kultur masih sering dianggap wajar, 'bila sudah tua, ya wajar mudah lupa”'. Anggapan tersebut kurang tepat. Bila ditemukan pada tahap ang dini, demensia dapat diperlambat. Bila penyakit berlanjut, maka akan muncul gejala demensia. Gejala yang umum dijumpai adalah gangguan memori dan ketidakmampuan mempertahankan informasi yang baru. Memori yang terganggu pada umumnya adalah memori jangka pendek. Pada tahap ini pasien seringkali menunjukkan gangguan perilaku, mudah curiga, marah-marah, sering berbohong, dan perilaku lain yang tidak wajar. Aktivitas harian mulai terganggu. Pada tahap yang lebih lanjut sering dijumpai gangguan tidur malam hari, kesulitan menemukan kata-kata, dan kehilangan kontrol atas buang air kecil dan buang air besar. Pada tahap akhir penyakit, pasien lebih banyak di tempat tidur dan sepenuhnya tergantung pada bantuan orang lain. Penanganan Demensia Prinsip utama penanganan adalah menemukan kasus sedini mungkin. Semakin awal kasus demensia ditemukan, semakin baik harapannya. Kasus yang ditemukan pada stadium Alzheimer memiliki prognosis yang lebih buruk daripada bila ditemukan pada stadium mudah lupa. Banyak tes neuropsikologi sederhana yang dapat dikerjakan pada pasien. Tes ini akan memakan waktu yang bervariasi, mulai dari 5 menit sampai 1 jam. Lamanya waktu
akan sangat terganung pada kompleksitas tes. Beberapa tes yang sangat terkenal adalah MMSE (Mini Mental State Examination), Short Blessed Test, dan Clock Drawing Test. Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan penyebab sekunder. Tes laboratorium untuk melacak infeksi seringkali dikerjakan, demikian pula pemeriksaan radiologi (CT scan kepala atau MRI). Terapi meliputi terapi farmakologi (dengan obat) dan non farmakologi (tanpa obat). Terapi farmakologi terutama ditujukan untuk memperbaiki gejala dan menghambat perkembangan penyakit. Terapi yang seringkali diberikan adalah untuk memperbaiki gejala mudah lupa, sulit berbahasa, depresi, agitasi, dan gangguan tidur. Terapi non obat meliputi edukasi pada pasien dan keluarga, membuat catatan dan titian ingatan, terapi rekreasional, dan brain exercise. Titian ingatan seringkali membantu pasien untuk mengingat. Terapi rekreasional yang paling dianjurkan adalah dengan berkumpul bersama kelompokya. Hal ini dapat dicapai dengan tetap mengikuti kegiatan sosial, bertemu teman lama, menghadiri reuni. Saling berbagi cerita akan membantu proses ingatan. Sedangkan senam otak (brain gym) adalah metode gerakan-gerakan tubuh yang mengaktivasi fungsi otak. Berbagai penelitian membuktikan peningkatan fungsi dan aktivitas otak akibat gerakan-gerakan senam tersebut. Brian gym ini telah banyak dipelajari dan sudah banyak diterapkan (bahkan dalam bentuk perkumpulan). Prinsip utama penanganan demensia adalah 'Use it or lose it', sehingga asahlah otak ini terus menerus. Boleh tua, tapi jangan pikun.
3 Penyebab Demensia : Penyakit dan Kondisi Lain
Demensia menjadi penyakit yang benar-benar menakutkan, terutama untuk orang lanjut usia. Demensia sebenarnya bukanlah penyakit yang menyerang tubuh itu sendiri. Penyakit demensia termasuk semua jenis penyakit yang mempengaruhi kualitas memori secara umum dan mengurangi kemampuan berpikir atau mengingat untuk penderitanya. Sebenarnya semua orang baik usia muda maupun tua bisa berkena demensia. Berbagai kondisi bisa berpengaruh untuk kekuatan memori dalam otak. Demensia atau kondisi pikun yang dihadapi oleh penderitanya bisa terjadi karena akumulasi dari gangguan terhadap sistem dalam otak. Awalnya penderita akan mengalami beberapa tanda seperti sulit mengingat, gangguan untuk bisa berkomunikasi dengan baik serta perbedaan penilaian terhadap sebuah subjek. Berikut ini adalah beberapa penyebab demensia yang sudah dikenal dalam dunia medis. 1. Penyakit Alzheimer Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang sering menyebabkan demensia untuk orang usia lanjut sekitar 60 tahun ke atas. Dalam kasus yang sangat kecil juga terjadi pada usia dibawah itu. Penyakit Alzheimer terjadi ketika ada masalah kerusakan otak pada bagian tertentu. Kemudian gangguan ini menyebabkan adanya penumpukan protein yang snagat tinggi pada bagian otak tertentu. Kondisi inilah yang akan membuat sel-sel otak tidak bisa bekerja dengan baik. Kerusakan ini biasanya menyerang daerah hippocampus yang memang menjadi pusat kumpulan memori dalam otak. Penyakit Alzheimer memang tidak akan langsung berkembang namun berjalan antara delapan hingga 10 tahun. Kemampuan penderita akan menurun mulai dari bahasa, komunikasi, emosi dan berbagai kemampuan lain. (baca juga : gejala Alzheimer di usia muda dan cara mencegahnya ) 2. Depresi Tanpa disadari depresi bisa menyebabkan penyakit demensia. Para ahli membuktikan jika depresi bisa saja merupakan gejala awal demensia yang membutuhkan waktu lebih dari lima tahun untuk berkembang menjadi demensia yang sesungguhnya. Depresi yang terus terjadi kemudian akan menyebabkan kerusakan otak yaitu ketika otak terus menerus mengeluarkan kortisol. Kortisol adalah hormon stress yang bisa berbahaya untuk otak. Selain itu depresi secara otomatis akan membuat volume otak menyusut yang kemudian menyebabkan demensia menjadi kondisi akhirnya. 3. Efek Samping Obat Penurun Kolesterol Demensia juga bisa disebabkan karena efek samping obat karena penggunaan obat tertentu secara terus menerus. Salah satunya adalah obat jantung yang membantu menurunkan kolesterol. Kondisi ini terjadi ketika orang yang memiliki banyak kolesterol maka mungkin saja kolesterol telah menumpuk dalam bagian otak tertentu. Bahkan kolesterol yang menumpuk dalam arteri juga bisa menyebabkan kelemahan sistem otak. Penekanan kolesterol dalam tubuh dengan menggunakan obat seperti salah satu obat jantung akan membuat kemampuan otak menurun. Kondisi ini memang tidak langsung terdeteksi
namun setelah beberapa tahun. Jadi efek samping ini akan terjadi dalam waktu yang lama. (baca juga : ciri-ciri kolesterol tinggi dan cara mengatasinya ) 4. Kecanduan Alkohol Orang yang memiliki kecanduan alkohol juga bisa terkena demensia. Alkohol akan terserap ke dalam tubuh secara langsung lewat pembuluh darah. Jika hal ini terus terjadi maka efeknya bisa menyebabkan kondisi organ terus memburuk. Jantung yang memompa darah ke semua bagian tubuh termasuk otak akan menyalurkan kadar alkohol khusus ke bagian otak. Ketika bagian otak yang berperan untuk menyimpan memori terkena dampak alkohol maka efeknya penurunan fungsi otak akan terjadi. Sama seperti efek obat maka kondisi ini membutuhkan waktu yang lama. (baca juga : efek bahaya alkohol bagi kesehatan dan dan kehidupan sosial) 5. Gangguan Tiroid Gangguan metabolisme tubuh yang menyebabkan kelainan sistem endokrin juga bisa menyebabkan penyakit demensia. Hal ini disebabkan karena orang yang menderita gangguan tiroid mungkin akan memiliki kadar gula yang terlalu rendah sehingga menghambat penyerapan nutrisi oleh tubuh. Kemudian orang yang mengalami gangguan tiroid juga mungkin akan memiliki kandungan natrium yang terlalu sedikit atau terlalu banyak. Tidak hanya itu saja sebab orang yang menderita gangguan tiroid juga tidak bisa menyerap vitamin B 12 dengan baik. Akibatnya sangat berpengaruh untuk sistem memori otak. 6. Kurang Nutrisi Kekurangan nutrisi atau kurang gizi juga bisa menyebabkan demensia. Kondisi ini sangat berhubungan dengan kebiasaan kurang minum air, kebiasaan minum alkohol yang menyebabkan gangguan nafsu makan yang buruk, tubuh mengalami kekurangan nutrisi seperti vitamin B1, B6 dan B12. Kekurangan nutrisi ini paling sering terjadi pada orang yang melakukan diet ketat namun tidak sehat. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi. Jadi perhatikan asupan nutrisi untuk tubuh sejak masih usia muda. (baca juga : kebutuhan nutrisi manusia berdasarkan AKG resmi) 7. Penyakit Vaskular Semua jenis penyakit yang menyebabkan resiko untuk vaskular bisa menyebabkan demensia. Beberapa penyakit yang paling dikenal misalnya seperti stroke, infeksi pada katup jantung dan infeksi pada sistem pembuluh darah. Penyakit ini terjadi ketika adanya kerusakan otak yang menyebabkan darah tidak bisa menuju ke bagian otak secara menyeluruh termasuk untuk bagian memori. Kondisi ini paling sering terjadi pada penderita penyakit tekanan darah tinggi dan gangguan jantung. Pengembangan demensia bisa terjadi setelah serangan baik secara langsung ataupun bertahap. 8. Penyakit Huntington Ini adalah salah satu jenis penyakit yang akan menyebabkan kerusakan sel saraf otak dan juga bagian sum-sum tulang belakang. Kondisi penyakit ini memang tidak akan terjadi secara langsung melainkan muncul pada tahap usia antara 30 hingga 40 tahun. Penyakit ini akan menyebabkan penderita mengalami penurunan memori, kesulitan melakukan berbagai aktifitas termasuk gerakan dan emosi yang tidak stabil. Demensia sering menjadi akibat yang paling sering terjadi. 9. Cedera Otak Orang yang pernah mengalami cedera otak berulang kali juga bisa menjadi penyebab demensia. Kondisi trauma pada bagian kepala yang sering dialami oleh atlit seperti untuk pemain sepakbola memang
resikonya sangat besar. Perkembangan kondisi demensia juga tidak bisa terjadi secara langsung tapi bertahap ke dalam beberapa bagian. Selain itu juga dipengaruhi sendiri oleh letak cedera pada bagian kepala. Beberapa gejala yang paling sering terjadi pada tahap awal demensia misalnya seperti murah lupa, gangguan emosi yang tidak stabil, kesemutan, sulit berbicara dan ingatan yang semakin lemah. Gejala akan berkembang setelah beberapa tahun dari cedera. 10. Penyakit Creutzfeldt Jacob Penyakit Creutzfeldt Jacob adalah salah satu jenis gangguan langka yang terjadi pada otak. Penyakit ini akan menyebabkan beberapa bagian otak mengalami penumpukan protein yang memang tidak normal. Penyakit ini bisa terjadi karena faktor keturunan dan penyakit tertentu yang menyerang otak dan sistem syaraf. Penyakit ini biasanya akan mengembangkan gejala pada usia lebih dari 50 tahun. Pada tahap awal gejala maka penderita mengalami penurunan memori, daya penglihatan dan sulit untuk berkomunikasi. Ketika penyakit sudah berkembang menjadi infeksi dalam otak maka kondisi tubuh akan terus memburuk.
11. Infeksi yang Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh Orang yang mengalami infeksi yang menyerang pada bagian sistem kekebalan tubuh juga bisa terkena demensia. Gejala ini awalnya memang sangat ringan seperti jenis demam biasa. Ketika tubuh Anda demam maka sebenarnya terjadi perlawanan infeksi yang sangat kuat dari tubuh itu sendiri. Kemudian dalam kondisi tertentu demam juga bisa menjadi pertanda ada infeksi yang muncul pada bagian otak. Beberapa penyakit infeksi yang paling sering menyebabkan kerusakan otak misalnya meningitis, ensefalitis, sifilis dan penyakit multiple sclerosis. 12. Hematoma Subdural Hematoma subdural merupakan sebuah kondisi khusus yang disebabkan karena terjadi pendarahan pada bagian otak. Karena pendarahan menyebabkan beberapa sel otak dan sistem otak mengalami kerusakan maka dalam jangka waktu tertentu bisa berkembang menjadi demensia. Jadi penyakit demensia ini akan terjadi karena kondisi lanjutan akibat kerusakan pada otak. 13. Keracunan Logam Berat Orang yang menderita keracunan logam berat juga bisa mengembangkan demensia. Hal ini terjadi ketika beberapa logam berat seperti timbal atau jenis pestisida untuk tanaman masuk ke dalam tubuh secara langsung. Racun yang sudah masuk ke dalam tubuh bisa terbawa ke dalam otak oleh darah. Akibatnya bisa menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian otak. Kemudian dalam waktu yang lebih lama maka penderita bisa mengalami kejang otak, kerusakan otak dan gangguan sistem memori. Kondisi ini paling sering terjadi pada orang yang bekerja dengan lingkungan logam berat atau kebocoran limbah pada sebuah industri. Demensia adalah penyakit progresif yang akan berkembang sesuai waktu. Penyakit ini pada awalnya tidak mengembangkan gejala. Namun perkembanan dari waktu ke waktu akan semakin memburuk. Hingga saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan demensia, sehingga obat yang diberikan untuk memperlambat saja. (baca juga : makanan penambah daya ingat)
Apa Penyebab Demensia? Demensia dapat terjadi akibat Neurodegenerative (degenerasi neuron atau sel otak), atau dengan gangguan pada sistem tubuh lainnya yang mempengaruhi cara kerja neuron. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan demensia, termasuk penyakitpenyakit pada otak. Penyebab paling umum demensia adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Neurodegenerative berarti bahwa neuron menurun secara bertahap (berhenti berfungsi atau terganggunya fungsi dan akhirnya mati). Kita tahu bahwa antara neuron satu dengan yang lainnya saling terhubung membentuk rangkaian yang disebut sinapsis, ketika ada sel saraf yang rusak maka hubungan ini akan terputus “disconnect”, dan inilah yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan fungsi (disfungsi). Lebih lajut, berikut ini beberapa penyebab yang lebih umum dari demensia meliputi: Penyakit neurodegeneratif penyakit Alzheimer demensia vaskular Penyakit Parkinson dengan demensia efek samping obat alkoholisme kronis tumor atau infeksi otak tertentu Penyebab lain demensia adalah frontotemporal lobar degeneration, yang merupakan istilah untuk berbagai kondisi yang menyebabkan kerusakan sel-sel saraf pada lobus frontal dan temporal otak. Meliputi: demensia frontotemporal Penyakit Pick palsy supranuclear degenerasi corticobasal Penyebab Demensia lainnya Penyakit demensia juga bisa disebabkan oleh kondisi-kondisi di bawah ini: Gangguan struktur otak, seperti hidrosefalus (peningkatan tekanan pada otak akibat penumpukan cairan serebrospinal), dan hematoma subdural (darah yang menumpuk di permukaan otak). Gangguan metabolisme tubuh, seperti: hipotiroidisme, kekurangan vitamin B12, gangguan ginjal dan hati. Racun, seperti timah Beberapa demensia ini mungkin reversibel. Oleh sebab itu segeralah periksakan ke dokter apabila muncul gejala-gejala awal demensia agar segera dilakukan pemeriksaan dan pengobatan secepatnya. Sering lupa, apakah termasuk demensia? Seseorang dikatakan normal apabila sesekali lupa terhadap sesuatu. Gangguan memori atau daya ingat sederhana tidak serta merta dikatakan demensia. Namun, ada perbedaan yang nyata antara lupa normal dan sering lupa akibat demensia. Kemungkinan besar mengalami demensia apabila: Lupa terhadap seseorang, tidak mengenali lagi. lupa bagaimana melakukan tugas umum (seperti bagaimana menggunakan telepon atau menemukan jalan rumah). Misalnya sering tersesat di supermarket atau mall yang sering dikunjungi. Ketidakmampuan untuk memahami dan / atau menyimpan informasi yang baru saja dijelaskan. Periksakan ke dokter apabila seseorang mengalami salah satu dari gejala di atas. Masih terus diteliti… Para ilmuwan di seluruh dunia bekerja keras untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai banyaknya aspek yang terlibat dengan demensia. Hal ini dapat membantu untuk mengembangkan langkah-langkah pencegahan (seperti vaksin), alat diagnostik untuk deteksi dini, perawatan yang lebih baik dan bahkan obat demensia yang lebih manjur. Misalnya, vaksin yang dikenal sebagai jab bapineuzumab saat ini sedang dalam tahap akhir pengujian. Meskipun tidak bisa menyembuhkan demensia atau gangguan terkait, vaksin ini telah terbukti dapat mencegah, dan dalam beberapa kasus memulihkan demensia, serta melepaskan penumpukan plak amiloid di otak. Plak amiloid yang merupakan ciri khas penyakit Alzheimer, sebagian besar tidak larut dan ini akan sangat merusak di luar dan di sekitar sel-sel saraf otak. Para ilmuwan juga menyelidiki berbagai faktor yang dapat menyebabkan demensia, seperti faktor genetik, berbagai neurotransmiter, proses peradangan, faktor yang mempengaruhi kematian sel terprogram dalam otak, peran tau (protein yang ditemukan dalam neuron pada sistem saraf pusat), dan kemungkinan peran stres oksidatif ( yaitu, reaksi kimia yang dapat merusak protein, DNA, dan lipid / lemak di dalam sel). Penelitian tersebut dapat membantu dokter dan ilmuwan lebih memahami penyebab-penyebab demensia, dan diharapkan dapat menemukan cara terbaik untuk mengobati dan mungkin mencegah demensia.
Ada juga bukti bahwa faktor gaya hidup, seperti berolahraga secara teratur dan menjaga hubungan sosial, merupakan cara yang efektif untuk mengurangi risiko terkena dimensia
Penyebab, Gejala, Serta Penanganan Demensia Pada Lansia Juli 18, 2017 Oleh admin Demensia pada lansia merupakan salah satu sindrom yang mengakibatkan penurunan kinerja otak pada usia lanjut. Sindrom ini dapat mempengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir berkurang, kecerdasan mental menurun, sulit dalam memahami bahasa, dan lain sebagainya. Walaupun semasa hidupnya normal, namun ketika demensia ini menyerang, maka penderitanya akan mengalami perubahan dan penurunan dalam banyak hal. Sehingga, penderita demensia membutuhkan orang lain untuk membantu mengurus segala kebutuhannya. Penderita demensia akan terlihat seperti anak-anak berkebutuhan khusus, namun terjadi ketika mereka dewasa, bahkan lanjut usia. Penderitanya akan mengalami depresi, suasana hati serta tingkah laku yang berubah, berhalusinasi, dan semakin sulit bersosialisasi. Perlu diketahui pula sebelumnya, terjadi penurunan fungsi kerja otak dan daya ingat belum tentu diakibatkan karena demensia. Sebab pada usia lanjut, fungsi kerja otak memang sudah wajar apabila mengalami penurunan. Ada baiknya untuk memeriksakan kondisinya ke dokter terlebih dahulu.
Penyebab Demensia Pada Lansia
Sumber : Herbalanda.Com Secara umum, demensia pada lansia disebabkan akibat adanya kerusakan pada sel saraf otak. Dengan begitu, kemampuan komunikasi antara sel saraf yang satu dengan yang lainnya akan berkurang. Akibatnya, muncul gejala sesuai dengan area otak yang rusak. Ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya demensia pada lansia. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
#1. Faktor Genetik Demensia akan lebih mudah menyerang seseorang yang memiliki riwayat keturunan penderita demensia pula. Akan tetapi, bukan berarti seluruh keturunan dari seorang penderita demensia akan menderita hal yang sama.
#2. Faktor Usia Pada usia lanjut, sudah merupakan hal yang wajar ketika fungsi kerja otak mengalami penurunan. Sel-sel saraf pada otak akan mengalami penyusutan sehingga semakin rentan terserang penyakit demensia ini.
#3. Akibat Alkohol dan Obat-obatan Mengkonsumsi alkohol, obat pereda rasa sakit yang dikonsumsi secara terus menerus, serta obatobatan terlarang dapat menjadi pemicu terjadinya demensia pada lansia. Zat kimia yang dikonsumsi dapat menyumbat aliran darah yang membawa oksigen ke otak sehingga mengakibatkan bergam malapetaka.
Gejala Demensia Pada Lansia Ada beberapa gejala yang akan terlihat ketika seseorang menderita penyakit demensia. Gejalagejala tersebut juga dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni gejala dari segi psikologis dan gejala dari segi kognitif.
#1. Gejala Demensia Pada Lansia dari Segi Psikologis
Penderitanya merasa gelisah dan tidak tenang. Terlihat depresi. Terjadi perubahan tingkah laku dan emosi. Penderitanya juga mengalami paranoid (merasa ketakutan). Mengalami halusinasi.
#2. Gejala Demensia Pada Lansia dari Segi Kognitif
Mengalami hilang ingatan dan daya ingat menurun. Kesulitan dalam mengolah bahasa, berbicara, dan berkomunikasi. Menjadi sulit fokus. Ragu dalam menilai keadaan dan mengambil keputusan. Tidak bisa merencanakan sesuatu dan menyelesaikan masalah sendiri. Kesulitan dalam mengontrol pergerakan tubuh. Terlihat kebingungan.
Penanganan Demensia Pada Lansia Dengan Brainking Plus Brainking Plus merupakan produk herbal yang berfungsi untuk menangani berbagai masalah kesehatan otak dan saraf. Khasiat Brainking Plus sudah tidak dapat diragukan lagi. Selama lebih dari 10 tahun, Brainking Plus telah menangani berbagai masalah dan memberikan hasil yang positif. Brainking Plus terbuat dari 100% bahan-bahan alami pilihan yang terjamin kualitas dan khasiatnya. Sehingga, selain sangat membantu dalam pengobatan beragam penyakit, produk ini juga tentunya aman dikonsumsi. Sebuah terobosan alternatif pengganti obat-obatan kimia yang membawa banyak efek samping. Dalam menangani Demensia pada lansia, Brainking Plus telah terbukti dan memiliki banyak testimoni. Brainking Plus juga sangat cocok untuk menangani masalah serupa. Mulai dari kepikunan biasa hingga alzheimer, semuanya dapat ditangani dengan Brainking Plus. Tak hanya itu saja, Brainking Plus juga sangat baik untuk berbagai masalah otak lainnya. Brainking Plus sangat berkhasiat untuk menangani Anak Berkebutuhan Khusus seperti autisme dan anak hiperaktif. Brainking Plus juga sangat efektif dalam mengobati berbagai penyakit, seperti stroke, diabetes dan sebagainya.
7 Jenis Obat Untuk Penderita Demensia yang Wajib Diketahui Sponsors Link
Apakah anda termasuk orang yang pelupa atau pikun? Barangkali anda pernah melakukan sesuatu kemudian lupa hanya dalam waktu yang sangat singkat dan lebih parahnya lagi anda merasa sangat kesulitan untuk mengingatnya kembali. Jika hal ini kerap terjadi pada anda dan bahkan bisa dikatakan melebihi batas normal maka anda harus waspada karena bisa jadi itu merupakan salah satu tanda dari demensia dan juga merupakan ciri-ciri terkena Alzheimer. ads
Demensia merupakan kelainan yang terjadi pada sel-sel otak sehingga menyebabkan kemampuan otak terganggu dan mengalami kemunduran. Demensia membawa dampak yang buruk bagi penderitanya, seperti berkurangnya daya ingat, kesulitan berkonsentrasi dan akan kehilangan kemampuan atau pengetahuan yang ia miliki. Umumnya, kelainan ini dialami oleh orang-orang yang telah berusia lanjut.
Adapun salah satu penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Banyak orang keliru karena menganggap demensia dan Alzheimer itu sama. Padahal, pada dasarnya demensia dan Alzheimer itu berbeda. Demensia bukanlah penyakit melainkan gejala kelainan yang ditimbulkan oleh sekelompok penyakit sedangkan Alzheimer merupakan salah satu bentuk penyakit dari dimensia itu sendiri. Oleh karena itu, gejala awal Alzheimer juga menjadi bagian dari demensia. Menurut catatan WHO, tercatat 36 juta penderita demensia dan diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat di tahun 2050. Namun, kemungkinan tersebut dapat terminimalisir jika anda tahu cara mencegah demensia sedini mungkin. Jika saat ini anda memiliki kerabat atau seseorang yang anda kenal sedang menderita demensia. Mungkin anda bertanya-tanya adakah obat untuk penderita demensia? Jawabannya adalah ya, tentu ada. Memberikan obat adalah salah satu cara mengatasi demensia dan juga merupakan salah satu cara mencegah Alzheimer untuk tidak bertambah parah. Meski beberapa sumber mengatakan bahwa demensia tidak bisa dipulihkan 100% seperti sedia kala namun setidaknya kita bisa meredakan gejala-gejala yang dialami oleh si penderita. Berikut ini adalah obat untuk penderita demensia yang patut anda berikan: 1. Memantine Memantine merupakan obat untuk Alzheimer yang bisa digunakan untuk memperlambat gejala demensia. Obat ini berfungsi untuk menghambat kerusakan sel-sel otak yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Memantine memang tidak bisa menyembuhkan penyakit Alzheimer namun obat ini mampu membantu penderita untuk meningkatkan daya ingat dan kemampuannya sehingga si penderita bisa beraktifitas dengan baik. Akan tetapi sebelum anda memutuskan untuk mengonsumsi memantine, lebih amannya anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 2. Antipsikotik Obat antipsikotik biasa digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan yang berat. Biasanya penderita demensia akan menunjukkan perilaku berlebihan seperti gelisah atau agresif dan otomatis akan membuat orang-orang disekitar menjadi resah. Dengan memberikan obat Antipsikotik dapat memberikan efek ketenangan bagi si penderita sehingga bisa dikendalikan dengan mudah. Pemberian obat Antipsikotik ini hanya boleh dilakukan dalam waktu singkat karena obat ini memiliki efek negatif bagi penggunanya. Sponsors Link
3. Obat Antidepresan Sesuai namanya obat ini diberikan untuk mengatasi depresi yang merupakan salah satu gejala yang ditimbulkan oleh penderita demensia. Pada tahap-tahap tertentu, penderita demensia akan menunjukkan gejala depresi akibat frustasi dengan kondisinya. Depresi ini akan membuat kondisi memori si penderita menjadi semakin buruk. Untuk menghambat proses terjadinya maka kita bisa memberikannya obat Antidepressan. Namun, sekali lagi saya sarankan agar berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 4. Donepezil (Aricept) Donepezil adalah obat yang berfungsi untuk memperbaiki kognisi dan perilaku penderita demensia yang terkena penyakit Alzheimer baik itu Alzheimer ringan, sedang ataupun berat. Penggunaan Donepezil adalah salah satu cara mengobati Alzheimer pada penderita demensia. Hal ini bahkan mendapatkan rekomendasi dari NICE (National Institute for Clinical Exellence) di Inggris. Namun, jika penggunaan obat donepezil tidak menunjukkan perkembangan maka sebaiknya hal itu dihentikan.
Sponsors Link
5. Rivastigmine (Exelon) Obat ini juga bisa dikonsumsi oleh penderita demensia karena penyakit Alzheimer dan penderita demensia karena penyakit parkinson. Obat ini telah terbukti dapat memberikan efek yang memungkinkan penderita demensia agar bisa lebih mandiri dan menjadi dirinya sendiri dalam kurun waktu yang lebih lama. 6. Galantamine Galantamine adalah obat yang bisa meningkatkan daya ingat, kesadaran, dan kemampuan bagi penderita demensia untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Obat ini bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat-zat alami tertentu dalam otak. 7. Tacrine Tacrine berfungsi sebagai penghambat kolinestrase yang bisa digunakan untuk membantu mengobati penderita demensia akibat penyakit Alzheimer. Obat ini dapat memperbaiki dan menstabilkan kognisi dan perilaku penderita.
5 Rempah ini ampuh cegah penyakit Alzheimer Senin, 20 Januari 2014 21:31Reporter : Kun Sila Ananda
Ilustrasi rempah. Shutterstock/Kesu
Merdeka.com - Penyakit alzheimer adalah salah satu jenis umum dari demensia, yaitu penyakit yang menyerang otak dan ingatan manusia. Penyakit Alzheimer membuat penderitanya mengalami kepikunan, hilang ingatan, kebingungan, perubahan mood yang labil, serta kesulitan menjalani kegiatan sehari-hari. BERITA TERKAIT
Gerd Muller berjuang dari penyakit Alzheimer
Teknologi pena digital bisa deteksi Alzheimer dan Parkinson
Tetap melukis sampai bakatnya hilang karena Alzheimer
Tangkal penyakit alzheimer dengan tahu dan tempe
Peran alzheimer, tantangan bagi Ti Lung
Ini alasan pasta gigi bukan obat jerawat Namun penyakit Alzheimer bisa dicegah dan penderitanya pun bisa dibantu dengan beberapa rempah alami berikut ini, seperti dilansir oleh Daily Health Post (16/01).
1. Temulawak Pigmen warna kuning yang terdapat pada temulawak diketahui mampu menerobos penghalang aliran darah pada otak. Hal ini tentunya sangat membantu orang yang
memiliki penyakit Alzheimer karena pigmen tersebut bisa membantu mengikat abeta yang menjadi penyebab Alzheimer pada otak. Hasil ini secara bertahap telah dibuktikan oleh peneliti dan diungkap dalam Journal of Biological Chemistry tahun 2004.
2. Merica hitam Thailand Piperine, salah satu zat dalam merica hitam Thailand diketahui kaya akan antioksidan dan bisa melindungi otak dari penyakit degeneratif yang bisa merusak otak seperti yang terjadi pada penyakit Alzheimer. Antioksidan ini sangat penting, baik untuk mencegah Alzheimer, maupun untuk dikonsumsi oleh pasien yang terkena Alzheimer.
3. Teh hitam PAI-1 adalah salah satu gen yang ditengarai bisa menyebabkan berbagai macam penyakit seperti diabetes, obesitas, dan Alzheimer. Salah satu tanaman yang memiliki zat penahan PAI-1 adalah teh hitam. Ekstrak teh hitam diketahui mengandung zat bernama theflavin yang bisa mencegah PAI-1 diproduksi oleh tubuh. Hasil penelitian ini terdapat dalam International Journal of Molecular Medicine.
4. Rosemary Ekstrak daun rosemary diketahui mampu meningkatkan ingatan. Dalam Journal for the Study of Medicinal Plants, peneliti menemukan bahwa mengonsumsi tanaman rosemary bisa membantu pasien yang terkena Alzheimers dan demensia, sekaligus mencegah mereka yang maish sehat dari terserang penyakit tersebut.
5. Kayu manis Rempah lain yang mengandung banyak antioksidan adalah kayu manis. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer Disease tahun 2009 mengungkap bahwa ceylon dalam kayu manis mampu mencegah penyakit Alzheimer. Penelitian terhadap manfaat kayu manis terhadap penyakit Alzheimer masih terus dilanjutkan karena peneliti melihat adanya potensi dalam rempah ini.
Itulah beberapa rempah yang bisa mencegah penyakit Alzheimer secara alami. Alzheimer memang sulit diobati, untuk itu sangat penting melakukan tindakan pencegahan sebelum terkena penyakit ini. Rempah di atas bisa membantu Anda untuk menjaga kesehatan otak dan melindunginya dari penyakit. [kun] Demensia adalah salah satu kelainan yang sering kali menyerang pada orang dengan usia lanjut. Kelainan ini ditandai dengan adanya kehilangan fungsi dari otak. Kelainan ini disebabkan karena adanya suatu penyakit atau kelainan tertentu. Kelainan demensia ini bisa dikelompokkan ke dalam kelainan neurodegeneratif, yang mana pada kelainan ini ditemukan adanya kerusakan struktur atau fungsi dan kematian sel saraf yang progresif. Kelainan neurodegeneratif ini bisa ditemukan mulai dari level molekuler hingga level sistemik dari sirkut neuron. Salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan ini adalah adanya metabolisme energi yang tidak sempurna, eksitotoksisitas, dan kerusakan oksidatif. Ada beberapa modalitas pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi keadaan ini, salah satunya adalah dengan menggunakan cholinesterase inhibitor, donepezil. Dan tentunya preparatpreparat herbal yang saat ini cukup berkembang, namun adakah bukti klinis dari preparat dari herbal ini? Salah satu dari preparat herbal ini adalah yang berasalan dari pengobatan India kuno, Ayuverda. Pada Ayuverda, ada suatu pendekatan tradisional yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi penyakit degeneratif yang dikenal dengan nama Rasayana, yang merupakan kombinasi poliherbal diantaranya adalah: Bacopa monnieri, Hippophae rhamnoides dan Dioscorea bulbifera. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sadhu dan kawan-kawan, dicoba dilihat keefektifan dari kombinasi ketiga tanaman obat ini. Di mana pada penelitian dengan desain acak, tersamar ganda, dengan kontrol plasebo dan obat aktif ini dicoba dibandingkan antara ekstrak dari Bacopa monnieri (seluruh tanaman), Hippophae rhamnoides (daun dan buah) and Dioscorea bulbifera (bulbil) pada dosis 500 mg dengan donepezil pada dosis 10 mg, dua kali sehari. Adapun penelitian ini melibatkan pasien lanjut usia sehat (109 orang 97 orang menyelesaikan penelitian) dan pasien dengan Alzheimer tipe demensia senilis (ADS) (123 orang 104 orang menyelesaikan penelitian) dengan rentang usia 60-75 tahun, selama 12 bulan. Pengukuran dilakukan setiap tiga bulan, adapun fungsi kognitif diukur dengan menggunakan skor MMSE (mini mental state examination), substitusi simbol digital (DSS; suatu sub-tes dari Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised); pengingatan kembali kata langsung dan terlambat (digital memory apparatus-Medicaid systems, Chandigarh, India); atensi (Attention Span Apparatus-Medicaid systems, Chandigarh, India); kuisioner aktivitas fungsional (FAQ) dan depresi (geriatric depression scale). Selain itu juga dinilai marker inflamas dan level dari stress oksidasi dengan menggunakan tes biokimia dasar. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa pemberian kombinasi dari tanaman obat ini dalam periode 12 bulan, mampu secara efektif memperbaiki fungsi kognitif pada pasien dengan ADS, ketika dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan donepezil, yang tampak pada DSS (38,984 ± 3,016 dibandingkan dengan 35,852 ± 4,906, P = 0,0001), pengingatan kata langsung (3,594 ± 1,003 dibandingkan dengan 2,794 ± 0,593, P < 0,0001) dan skor attention span (4,918 ± 1,239 dibandingkan
dengan 4,396 ± 0,913, P = 0,0208). Ditemukan pula adanya perbaikan yang signifikan pada FAQ (11,873 ± 2,751 dibandingkan dengan 9,801 ± 1,458, P < 0,0001) dan skor depresi (16,387 ± 2,116 dibandingkan dengan 21,006 ± 2,778, P < 0,0001). Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam skor MMSE dan skor pengingatan kata yang terlambat (word recall delayed). Terdapat pula penurunan level inflamasi dan stres oksidatif jika dibandingkan dengan kelompok donepezil (homocysteine 30,22 ± 3,87 dibandingkan dengan 44,73 ± 7,11 nmol/L, P < 0,0001; Creactive protein [CRP] 4,751 ± 1,149 dibandingkan dengan 5,887 ± 1,049 mg/L, P < 0,0001; tumour necrosis factor alpha [TNF-α] 1139,45 ± 198,87 dibandingkan dengan 1598,77 ± 298,52 pg/ml, P < 0,0001; superoxide dismutase [SOD] 1145,92 ± 228,75 dibandingkan dengan 1296 ± 225,72 U/g Hb, P = 0,0013; glutathione peroxidase [GPx] 20,78 ± 3,14 dibandingkan dengan 25,99 ± 4,11 U/g Hb, P < 0,0001; glutathione [GSH] 9,358 ± 2,139 dibandingkan dengan 6,831 ± 1,139 U/g Hb, P < 0,0001; thiobarbituric acid reactive substances [TBARS] 131,62 ± 29,68 dibandingkan dengan 176,40 ± 68,11 nmol/g Hb, P < 0,0001). Ketika dibandingkan dengan plasebo pun, ditemukan adanya perbaikan yang signifikan dari fungsi kognitif, dan penurunan level inflamasi, serta stres oksidatif. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kombinasi dari ketiga tanaman obat ini mampu mengatasi penurunan fungsi kognitif terkait dengan usia, sehingga dapatlah dikatakan bahwa kombinasi ketiga herbal ini mampu digunakan untuk mengatasi dan mengobati ADS. (YJR)
Image: Ilustrasi Referensi: 1. Board ADAME. Alzheimer’s disease [Internet]. PubMed Health. 2011 [cited 2014 Jun 27]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001767/ 2. Bredesen DE, Rao RV, Mehlen P. Cell death in the nervous system. Nature. 2006 Oct 19;443(7113):796–802. 3. Uttara B, Singh AV, Zamboni P, Mahajan R. Oxidative Stress and Neurodegenerative Diseases: A Review of Upstream and Downstream Antioxidant Therapeutic Options. Curr Neuropharmacol [Internet]. 2009 Mar [cited 2015 Feb 27];7(1):65–74. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2724665/ 4. Sadhu A, Upadhyay P, Agrawal A, Ilango K, Karmakar D, Singh GPI, et al. Management of cognitive determinants in senile dementia of Alzheimer’s type: therapeutic potential of a novel polyherbal drug product. Clin Drug Investig. 2014 Dec;34(12):857–69.
Related Articles Kombinasi Obat Citicoline dan Rivastigmine Memperlambat Progresivitas Penyakit DemensiaRivastigmine merupakan suatu asetilkolinesterase inhibitor, pseudo-ireversibel inhibitor dengan selektif tinggi pada hipokampus dan korteks. Obat ini ...
Probiotik Lactobacillus reuteri Membantu Meredakan Kolik pada BayiKolik pada bayi merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada bayi usia kurang dari 3 bulan, keluhan ini mengenai sekitar 3% 28% ...
Astaxanthin Berpotensi Mencegah DemensiaSebelumnya telah dikonfirmasi bahwa kadar phospholipid hydroperoxides (PLOOH), produk oksidasi utama dari phospholipid, berakumulasi secara abnormal p...
Expert Hearing: Gastroentero-Hepatology UpdatePada hari Jumat, 13 Januari 2017, bertempat di PT Kalbe Farma, Cempaka Putih, kami mendapat kesempatan menghadiri sharing ilmiah expert hearing &ldquo...
Efektivitas Kombinasi Citicoline dan Rivastigmin pada Pasien dengan DemensiaDemensia adalah salah satu kelainan yang sering kali menyerang para lanjut usia. Kelainan ini ditandai dengan adanya kehilangan fungsi dari otak, yang...