Definisi.docx

  • Uploaded by: nidia zandra
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Definisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,005
  • Pages: 3
DEFINISI Osteoporosis merupakan suatu penyakit metabolik tulang yang ditandai dengan penurunan kepadatan dan kualitas struktur tulang yang bersifat progresif, sering juga dijuluki “silent thief” mencuri massa tulang secara diam-diam atau “silent disease” yang menimbulkan gejala bila penurunan densitas tulang lebih dari 30% dan biasa gejala yang ditimbulkan berupa fraktur. Seseorang yang dikatakan osteoporosis, jika T-score hasil pemeriksaan gold standardnya yaitu DXA <-2,5. KLASIFIKASI Osteoporosis dapat dibagi menjadi 2 kelompok 1.

osteoporosis primer dibagi 2:  Tipe 1 : Terjadi 5-20 tahun setelah menopause (55-75 tahun). Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush, Colles' fraktur, dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut. Dimana jaringan trabekular lebih responsif terhadap defisiensi estrogen.  tipe 2 atau osteoporosis senil : Terjadi pada pria dan wanita usia ≥70 tahun. Ditandai oleh fraktur panggul dan. tulang belakang tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut

2.

osteoporosis sekunder : Dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Penyebabnya meliputi gangguan tiroid hiperparatiroidisme, hipertirodisme, multipel mieloma, gagal ginjal kronis, malnutrisi, pemakaian kortikosteroid yang lama INSIDEN :

1. 2. 3. 4.

1.7 – 2.4 % usia lebih 25 tahun laki-laki : wanita = 1 : 8

Faktor yg mempengaruhi epidemiologi OP: Diet rendah calsium Kandungan calsium air minum rendah pada daerah-daerah tertentu Menyusui lebih dri usia 2 tahun Paritas tinggi

FAKTOR RISIKO Terdapat dua macam faktor resiko terjadinya osteoporosis 1. 2.

Faktor resiko yang dapat dikendalikan (dalam hal ini adalah jumlah kalsium yang kita konsumsi untuk membentuk tulang) Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan (berkurangnya massa tulang seiring dengan bertambahnya usia). Lokasi fraktur yang paling sering terjadi adalah pada pinggul dan tulang belakang

Beberapa faktor resiko antara lain: 1. Faktor genetik : Apabila ada sejarah osteoporosis dalam keluarga, 60-80% kemungkinan akan menderita osteoporosis. 2. Jenis kelamin wanita : 80% penderita osteoporosis adalah wanita. 3. Masalah medis kronis: Individu dengan asma, diabetes, hipertiroidisme, penyakit liver, atau reumatoid artritis akan meningkat resiko terjadinya osteoporosis. 4. Defisiensi hormon : Menopause pada wanita dan penanganan medis tertentu pada pria dapat mengakibatkan defisiensi hormon estrogen dan androgen yang merupakan penyebab utama osteoporosis pada pria dan wanita. 5. Alkohol : Konsumsi alkohol yang berlebihan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya osteoporosis.

6. Merokok : Dari beberapa penelitian, merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya fraktur tulang betakang pada pria dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan pria yang tidak merokok. 7. Kurangnya olahraga : Tulang memerlukan stimulasi latihan untuk mempertahankan kekuatannya. Tanpa latihan tulang akan kehilangan densitas dan menjadi lemah. 8. Faktor lain : Seperti kelainan makanan, berat badan yang rendah, jumlah kalsium yang rendah dalam makanan, menopause dini, absennya periode menstruasi (amenorea) dan penggunaan obat-obat seperti steroid dan antikonvulsan yang juga merupakan faktor osteoporosis. Glukokortikoid juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas tulang

PENCEGAHAN Upaya Pencegahan Osteoporosis: Osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi, terkadang tanpa gejala dan tidak terdeteksi, sampai timbul gejala nyeri karena mikrofraktur atau karena patah tulang anggota gerak. Karena tingginya morbiditas yang terkait dengan patah tulang, makaupaya pencegahan merupakan prioritas. Pencegahan osteoporosis dapat dibagi dalam 3 kategoriyaitu primer, sekunder dan tersier (sesudah terjadi fraktur): Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan upaya terbaik serta dirasa paling murah dan mudah. Yang termasuk ke dalam pencegahan primer adalah:  Kalsium Mengkonsumsi kalsium cukup baik dari makanan sehari-hari ataupun dari tambahan kalsium,padaumumnya aman kecuali pada pasien dengan hiperkalsemia atau nefrolitiasis. Jenis makanan yang cukup mengandung kalsium adalah sayuran hijau dan jeruk sitrun. Sedangkan diet tinggi proteinhewani dapat menyebabkankehilangan kalsium bersama urin. Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa perempuan yang melakukan diet vegetarian lebih dari 20 tahun mengalami kehilangan mineral tulang lebih rendah yaitu sebesar 18% dibandingkan perempuan non vegetarian sebesar 35%6.  LatihanFisik (Exercise) Latihan fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada anggota tubuh/ gerak dan penekanan pada aksis tulang seperti jalan, joging, aerobik atau jalan naik turunbukit.Olahragarenangtidak memberikan manfaat yang cukup berarti. Jika latihan berlebihanyang mengganggumenstruasi (menjadi amenorrhea) sangat tidak dianjurkan karena akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kehilanganmassa tulang. Demikianpulapada laki-laki dengan latihan fisik berat dan berat dapat terjadi kehilangan massa tulang. Hindari faktor yang dapat menurunkan absorpsi kalsium, meningkatkan resorpsi tulang, atau mengganggu pembentukan tulang, seperti merokok, minum alkohol dan mengkonsumsi obat yang berkaitan dengan terjadinya osteoporosis. Kondisi yang diduga akan menimbulkan osteoporosis sekunder, harus diantisipasi sejak awal. Pencegahan Sekunder  KonsumsiKalsiumTambahan Konsumsi kalsium dilanjutkan pada periode menopause, 1200-1500 mg per hari, untuk mencegah negative calcium balance. Pemberian kalsium tanpa penambahan estrogen dikatakan kurang efektif untuk mencegah kehilangan massa tulang pada awal periode menopause. Penurunan massa tulang terlihat jelas pada perempuan menopause yang asupan kalsiumnya kurang dari 400 mgper hari. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa pemberian kalsium bersama dengan estrogen dapat menurunkan dosis estrogen yang diperlukan sampai dengan 50%<2).  EstrogenReplacementTherapy (ERT) Semua perempuan pada saat menopause mempunyai resiko osteoporosis. Karena itu dianjurkan pemakaian ERT pada mereka yang tidak ada kontraindikasi. ERT menurunkan resiko fraktur sampai dengan 50% pada panggul, tulang radius dan vertebra.  Latihanfisik (Exercise) Latihan fisik bagi penderita osteoporosis bersifat spesifik dan individual. Prinsipnya tetap sama dengan latihan beban dan tarikan pada aksis tulang. Perlu diperhatikan berat ringannya osteoporosis yang terjadi karena hal iniberhubungandengan dosis dan cara gerakan yang bersifat spesifik tersebut. Latihan tidak dapat dilakukan secara masal karena perlu mendapat supervisi dari tenaga medis/paramedis terlatih individu perindividu.  PemberianKalsitonin Kalsitonin bekerja menghambat resorpsi tulang dan dapat meningkatkan massa tulang apabila digunakan selama 2 tahun. Nyeri tulangjuga akan berkurang karena adanya efek peningkatan stimulasi endorfin. Pemakaian

kalsitonin diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat menggunakan ERT, pasien pascamenopause lebih dari 15 tahun, pasien dengan nyeri akibat fraktur osteoporosis, dan bagi pasien yang mendapat terapi kortikosteroid dalam waktu lama.  Terapi Terapi yang juga diberikan adalah vitamin D dan tiazid, tergantung kepada kebutuhan pasien. Vitamin D membantu tubuh menyerap dan memanfaatkan kalsium. Dua puluh lima hidroksi vitamin D dianjurkan diminum setiap hari bagi pasien yang menggunakan suplemen kalsium®. Pencegahan Tersier Setelah pasien mengalami fraktur osteoporosis, pasienjangan dibiarkan imobilisasi terlalu lama. Sejak awal perawatandisusun rencanamobilisasi mulai dari mobilisasi pasifsampai dengan aktifdan berfungsi mandiri. Beberapa obat yang mempunyai manfaat adalah bisfosfonat, kalsitonin,dan NSAID bila ada nyeri. Dari sudut rehabilitasi medik, pemakaian ortose spinal/ korset dan program fisioterapi/ okupasi terapi akan mengembalikan kemandirian pasien secara optimal."'

More Documents from "nidia zandra"