Definisi PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan menetap dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan kelainan saluran napas dan / atau kelainan alveolar biasanya disebabkan oleh paparan yang signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya. Prevalensi dan Epidemiologi PPOK Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 28 negara, dari tahun 1990 sampai 2004 menunjukkan prevalensi PPOK lebih banyak pada perokok dan mantan perokok dibandingkan bukan perokok. Pada usia ≥ 40 tahun lebih banyak dibandingkan < 40 tahun, dan pria dibandingkan wanita. Berdasarkan epidemiologi diperkirakan bahwa jumlah kasus PPOK adalah 384 juta pada tahun 2010. Secara global ada sekitar tiga juta kematian setiap tahunnya. Dengan meningkatnya prevalensi merokok di negara berkembang dan meningkatnya populasi menua di negara-negara berpenghasilan tinggi, prevalensi PPOK diperkirakan akan meningkat 30 tahun ke depan dan pada tahun 2030 mungkin ada lebih dari 4,5 juta kematian setiap tahun disebabkan PPOK. Etiologi PPOK
Faktor Risiko PPOK 1. Genetik Faktor risiko genetik pada penderita PPOK adalah defisiensi alpha-1 antitrypsin. ini menggambarkan interaksi antara gen dan paparan lingkungan yang mempengaruhi individu untuk PPOK. 2. Umur dan Jenis Kelamin Kebanyakan studi telah melaporkan bahwa prevalensi PPOK dan kematian yang lebih besar antara laki-laki daripada perempuan, tetapi lebih baru data dari negara negara maju telah melaporkan bahwa prevalensi PPOK kini hampir sama pada pria dan wanita, mungkin mencerminkan pola perubahan tembakau merokok. 3. Pertumbuhan dan Perkembangan Paru 4. Bronkitis Kronis 5. Infeksi Patofisiologi PPOK Bagian atas dan bawah saluran pernapasan berperan dalam sistem pertahanan fisik dengan adanya kelenjar mukus dan cilia pada sel epitel yang berfungsi memerangkap partikel yang diinhalasi lalu mengeluarkannya dari saluran pernapasan. Untuk aktivitas imunologik pula, immunoglobulin, enzim dan lain-lain mediator berperan menghancurkan atau menginaktivasi bahan asing yang diinhalasi. Gangguan pada kesetimbangan sistem enzim agresif dan protektif di saluran pernapasan merupakan dasar kepada terjadinya PPOK.6 Etiologi paling kerap PPOK adalah asap rokok namun inhalasi iritan lain secara kronis juga dapat menyebabkan PPOK.
Asap rokok dan iritan-iritan lain mengaktivasi sel epitel dan makrofag untuk melepaskan beberapa chemotactic factors atau chemokines yang akan menarik sel inflamatori ke paru, antaranya: a. CC-chemokine ligand 1 (CCL2) berikatan dengan CC-chemokine receptor 2 (CCR2) untuk menarik monosit. b. CXC-chemokine ligand 1 (CXCL1) dan CXCL8 mengikat CXC-chemokine receptor 2 (CXCR2) untuk menarik neutrofil dan monosit (yang nantinya terdifferensiasi menajadi makrofag di paru). c. CXCL9, CXCL10 dan CXCL10 mengikat CXCR3 untuk menarik sel T helper 1 (TH1) dan sel sitotoksik tipe 1 (Tc1). Nama CC dan CXC chemokine merujuk kepada strukturnya. Chemokine CC mempunyai 2 asam amino sistein berdekatan N-terminalnya, sementara pada chemokine CXC Nterminalnya dipisahkan oleh satu asam amino yang diwakili dengan huruf X. Makrofag, sel epitel dan sel-sel inflamatori ini juga melepaskan enzim protease antaranya: a. Matrix metalloproteinase 9 (MMP9) yang menyebabkan degradasi elastin dan emfisema. b. Neutrofil elastase yang menyebabkan hipersekresi mukus di saluran napas.
Sel epitel dan makrofag juga melepaskan transforming growth factor-β yang menstimulasi proliferasi fibrolast lalu menyebabkan fibrosis di saluran pernapasan. Proses patofisiologi lain antaranya ketidakseimbangan sistem pertahanan agresif dan protektif, yaitu pada keadaan normal protease yang berlebihan aktifitasnya akan dihambat oleh antiprotease. Jumlah dan aktivitas protease meningkat sedangkan produksi dan aktivitas antiprotease berkurang, menyebabkan destruksi dinding alveoli. Stress oksidatif juga berperan dimana pada kondisi normal akan diredam oleh antioksidan, tetapi peningkatan oksidan dari asap rokok akan bereaksi dengan pelbagai protein dan lipid mengakibatkan kerusakan jaringan dan sel. Oksidan juga memicu inflamasi secara langsung dan memperburuk ketidaksetimbangan proteaese-antiprotease. Terjadinya peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet dan kelenjar mukus di saluran pernapasan menyebabkan produksi mukus turut meningkat. Fungsi cilia bisa terganggu hingga pembersihan mukus dan partikel asing berkurang. Hal ini menyebabkan saluran napas yang pada kondisi normalnya steril dapat dikolonisasi bakteri hingga menyumbang pada inflamasi kronis yang terkait dengan PPOK. Antiprotease α1antitypsin (AAT) melindungi jaringan dengan menghambat beberapa enzim protease antaranya neutrofil elastase. Pada pasien berpenyakit defisiensi AAT, elastase bebas menyerang elastin yang merupakan komponen utama dinding alveoli hingga merusak jaringan parenkim paru. Pelbagai faktor menyumbang pada obstruksi aliran udara antaranya peningkatan mukus, fibrosis dinding saluran napas dan alveolus yang kolaps. Keterbatasan aliran udara diperburuk dengan hilangnya rekoil elastik normal pada paru selama penghembusan napas. Akibatnya pasien menggunakan otot abdominal dan dada untuk memaksa udara keluar dari paru, menyebabkan pelanjutan kolaps saluran udara dan air trapping hingga terjadi hiperinflasi thorakik. Semakin buruk PPOK, pertukaran gas menjadi semakin jelek menyebabkan hipoksemia signifikan yang mungkin memerlukan penambahan oksigen kronik pada pasien.7