LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA W DENGAN DIABETES MELITUS DI RT 01 DUSUN JATEN SENDANG SARI PAJANGAN BANTUL YOGYAKARTA
Disusun Oleh : ANISA NUR FADILAH 161387 PRODI D III KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA 2018
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA W DENGAN DIABETES MELITUS DI RT 01 DUSUN JATEN SENDANG SARI PAJANGAN BANTUL YOGYAKARTA
OLEH ANISA NUR FADILAH 116387
Telah memenuhi syarat dan di setujui pada tanggal 15 NOVEMBER 2018
Pembimbing,
Hernawan I, S.Kep.,Ns,M
A. LAPORAN PENDAHULUAN 1. Konsep Penyakit Diabetes Melitus a. Pengertian Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008) DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002). b. Etiologi 1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) a. Faktor genetic : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya. b. Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas. 2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula- mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanakkanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) b. Obesitas c. Riwayat keluarga d. Kelompok etnik
c. Klasifikasi Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009) 1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. 2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas. 3. DM tipe lain Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin. 4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM) Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. d. Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi). e. Tanda dan gejala Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu: a.
Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang berlebihan ( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan Penurunan berat badan.
b.
Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c.
Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl. Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996). Penyakit pada penderita diabetes bagian kaki dengan gejala dan tanda sebagai berikut : a. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus). b. Adanya kalus ditelapak kaki c. Nyeri saat istirahat. d. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
f. Pemeriksaan penunjang 1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa. 2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok. 3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat 4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I 5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun. 6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3 7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi. 8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal 9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II) 10. Urine: gula dan aseton positif 11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka. g. Penatalaksanaan 1.
Medis Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu : (Corwin,EJ.2009) a.
Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat : 1) Memperbaiki kesehatan umum penderita 2) Mengarahkan pada berat badan normal 3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik 4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita 5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah : 1) Jumlah sesuai kebutuhan 2) Jadwal diet ketat 3) Jenis : boleh dimakan / tidak Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu: a.
jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
b.
jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c.
jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung. b.
Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah 1)
Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore.
2)
Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.
3)
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
4)
Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik. c.
1)
Obat obatan
Insulin Dilakukan dengan injeksi subkutan Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan.
2)
Cangkok pankreas Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik. d.
Ulkus kaki diabetic
1)
Debridement local radikal pada jaringan sehat
2)
Terapi antibiotik sistemik uuntuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas antibiotik, misalnya ciprofloxacin, ofloxacin
h. Pencegahan 1. Tahu apa itu diabetes
Sebelum memulai tindakan pencegahan terhadap diabetes, sangat penting untuk mengetahui apa sebenarnya diabetes itu. Setelah Anda akrab dengan penyakit ini, Anda dapat memulai terapi pencegahan Anda dengan mudah. 2. Mengurangi porsi makan Mengurangi porsi makan setiap hari bisa menjadi cara terbaik untuk menghindari diabetes 3. Olahraga Berolahraga setiap hari membantu menjaga berat badan yang sehat, menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas Anda terhadap insulin. Jadi, berolahragalah setiap hari selama minimal 30 menit untuk menjaga tingkat gula darah dalam rentang normal 4. Menurunkan berat badan Berat badan berlebih dapat menjadi memperbesar risiko seseorang terkena diabetes. Jadi, pastikan bahwa Anda dapat menurunkan berat badan dan menjaganya tetap normal. 5. Sarapan sangat penting Tidak peduli seberapa bencinya Anda pada sarapan, sangat penting untuk sarapan setiap hari. Hal itu membantu mengurangi risiko terkena diabetes. Makan sarapan yang sehat tidak hanya membantu mengontrol nafsu makan, tetapi juga membantu mengontrol konsumsi kalori. 6. Hindari makanan berlemak Junk food dan makanan yang biasa Anda beli di jalan umumnya tinggi lemak jenuh, yang dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat di tubuh. Ini pada gilirannya juga dapat mempengaruhi tingkat gula darah dalam tubuh. Jadi, hindari junk food dan makanan berlemak lainnya. 7. Hindari minuman manis Soda, minuman ringan atau berperasa dapat meningkatkan risiko terkena diabetes. Semua minuman berpemanis merupakan sumber gula yang tak terlihat, yang dapat meningkatkan kadar gula darah Anda. 8. Makan banyak sayuran Daging memang lezat, namun Anda tidak harus memakannya setiap hari, karena dapat menimbulkan risiko diabetes. Dengan demikian, perbanyak konsumsi sayuran setiap hari. Mereka akan membantu Anda mencegah diabetes.
9. Hindari stres Stres yang berlebihan dapat meningkatkan kadar gula darah Anda. Jadi, kurangi tingkat stres dengan berlatih yoga, meditasi atau latihan pernapasan. 10. Tidur nyenyak Mendapatkan setidaknya enam jam tidur di malam hari sangat penting untuk mencegah diabetes. Kurang tidur dapat meningkatkan hormon kortisol dalam tubuh, yang dapat meningkatkan tingkat insulin dan menyebabkan ketidakseimbangan gula darah. Selain itu, tidur yang tidak nyenyak juga bisa membuat nafsu makan menggila. 1. Konse Keluarga a. Pengertian Keluarga Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk. pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa keluarga merupakan manifestasi dari pada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri. Maka dapat difahami bahwa Pengertian Keluarga adalah sekumpulan orang (rumah tangga) yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan. b. Struktur keluarga dan Tipe atau jenis keluarga
Struktur Keluarga
1) Berdasarkan garis keturunan a. Patrilinear. Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak,saudara sedarah, dalam berbagai generasidimana hubungan itu menurut garis keturunan ayah.
b. Matriliniar.Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara dalam berbagai generasi dimana hubungan itu menurut garis keturunan ibu. 2) Berdasarkan jenis perkawinan a)
Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan istri.
b)
Poligami adalah keluarga diman terdapat seorang suami dan lebih dari
orang istri 3)
Berdasarkan pemukiman a)
Patrilokal adalah pasangan suami istri,tinggal bersama atau dekat
keluarga sedarah suami. b)
Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat
dengan sedarah istri. c)
Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami
maupun istri. 4) Berdasarkan kekuasaan 1)
Keluarga kabapaan. Dalam keluarga suami memegang peranan paling
penting 2)
Keluarga keibuan. Dalam hubungan keluarga istri memegang peranan
paling penting. 3)
Kaluarga setara. Peranan suami istri kurang lebih seimbang.
Tipe keluarga sebagai system
Berdasarkan sifat anggota keluarga, maka keluarga dibagi dalam beberapa tipe yaitu: 1) Keluarga inti (nucear family). Adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. 2) Keluarga besar (extended family). Adalah keluarga inti ditambah sanak saudara, misalnya kakek, nenek, keponakan, saudara, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3) Keluarga berantai ( serial family). Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti. 4) Keluarga duda-janda.(singel family). Adalah keluarga yang terjadi krena perceraian atau kematian. 5) Keluarga berkomposisi ( composite). Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. 6) Keluarga kabitas ( cahabitation ). Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga . FUNGSI-FUNGSI KELUARGA 1) Fungsi Afektif Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota kelurga. 2) Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi 3) Fungsi perawatan kesehatan, tugas perawatan keluarga yaitu: a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b) Untuk megetahui kemampuan kelurga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluara yang sakit d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan di masyarakat
4) Fungsi reproduksi : jumlah anak, bagaimana merencanakan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan untuk mengendalikan anggota keluarga 5) Fungsi ekonomi yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
b. Tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap perkembangan (DUVAL) 1) Pasangan Pemula Atau Pasangan Baru Menikah Tahapan ini dimulai saat dua insan dewasa mengikat janji melalui pernikahan dengan landasan cinta dan kasih sayang. Tugas pada tahapan
perkembangan
keluarga
pemula
antara
lain
saling
memuaskan antara pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak, merencanakan dengan matang jumlah anak, memperjelas masing-masing peran pasangan. 2) Keluarga Dengan “Child Bearing” (kelahiran anak pertama) Tahapan ini dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan. Tugas keluerga pada tahapan ini antara lain : mempersiapkan biaya persalinan,
mempersiapakan
mental
calon
oransg
tua
dan
mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara lain : memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi
(minimal
6
bulan),
memberikan
kassih
sayang,
mulai
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks, mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan. 3) Keluarga Dengan Anak Prasekolah Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas yang dimiliki pada keluarga dengan anak
prasekolah
diantaranya
:
menanamkan
nilai-nilai
dan
norma
kehidupan, mulai menanamkan keyakinan beragama, mengenalkan kultur keluarga, memenuhi kebutuhan bermain anak, membantu anak dalam
bersosialisasi,
dengan
lingkungan
sekitar,
menanamkan
tanggung jawab dalam lingkup kecil, memperhatikan dan memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah. 4) Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia 12 tahun. Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak usia sekolah antara lain : memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah
maupun
biaya
sekolah,
membiasakan
belajar
teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting untuk mas depen anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar. 5) Keluarga Dengan Anak Remaja Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya.Tugas keluarga pada tahapan ini antara lain : memberikan perhatian lebih pada anak remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah ataupun kegiatan diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah. 6) Keluarga Dengan Melepas Anak Ke Masyarakat Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orang tuanya untuk memulai hidup baru, bekerja, dan berkeluarga, sehingga tugas keluarga pada tahapan ini antara lain : mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara
orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak-anak. 7) Keluarga Dengan Tahapan Berdua Kembali Tugas keluarga setelah ditinggal pergi anak-anaknya untuk memulai kehidupan
baru
antara
lain
:
menjaga
keintiman
pasangan,
merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak dan cucu, mempertahankan kesehatan masingmasing pasangan. 8) Keluarga Dengan Masa Tua Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas keluarga pada tahapan ini adalah : saling memberikan perhatian yang
menyenangkan
antara
pasangan,
memperhatikan
kesehatan
masing-masing pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini. (Santun & Dermawan, 2008)
3. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa. 1) Pengumpulan data a) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga. b) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga c) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi d) Pemanfaatan fasilitas kesehatan Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi. e) Pengobatan tradisional Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi dan sore. 2) Status Sosial Ekonomi a) Pendidikan Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap
pola
pikir
dan
kemampuan
untuk
mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar. b) Pekerjaan dan Penghasilan Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga. 3) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis 4) Aktiftas Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga.
5) Data Lingkungan a) Karakteristik rumah Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi. b) Karakteristik Lingkungan Derajat kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi 6) Struktur Keluarga a) Pola komunikasi Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik dimana usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. b) Struktur Kekuasaan Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke. c) Struktur peran Anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga. 7) Fungsi Keluarga a) Fungsi afektif Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita
hipertensi,
maka
akan
menimbulkan
stressor
tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu
keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998). b) Fungsi sosialisasi
.
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress. c) Fungsi kesehatan Fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan
rumah
untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah. 8) Pola istirahat tidur Istirahat
tidur
seseorang
akan
terganggu
manakala
sedang
mengalami masalah yang belum terselesaikan. 9) Pemeriksaan fisik anggota keluarga Sebagaimana
prosedur
pengkajian
yang
komprehensif,
pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan. 10)Koping keluarga Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan. b. Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota
tim
lain
merupakan
keharusan
untuk
menghindari
kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan. Dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :
1) Problem atau masalah Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga aatau anggota keluarga. 2) Etiologi Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu a) Mengenal masalah kesehatan keluarga b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat. e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga adalah : a) Ketidaktahuan
(kurangnya
pengetahuan,
pemahaman,
kesalahan persepsi). b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi). c) Ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik dan psikologis). 3) Symtom Sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari keluarga secara langsung atau tidak langsung. A. Diagnosa Keperawatan Keluarga Yang Mungkin Muncul 1. Keletihan pada Tn.W pada keluarga Bp.W berhubungan dengan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat 2. Defisiensi pengetahuan pada Tn.W pada keluarga Bp.W berhubungan dengan mengenal masalah keperawatan
B. Intervensi Intervensi C. Diagnosa Keletihan pada Tn.W pada
Manajemen Nutrisi : Keletihan
keluarga Bp.W berhubungan
- Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
dengan mengambil keputusan
pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
mengenai tindakan kesehatan
- berikan obat-obatan sebelum makan
yang tepat
- Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
Defisiensi pengetahuan pada
- Beri arahan, bila diperlukan Pendidikan Kesehatan
Tn.W pada keluarga Bp.W
- Identifikasi factor internal / eksternal yang dapat
berhubungan dengan mengenal
meningkatkan / mengurangi motivasi untuk
masalah keperawatan
berperilaku sehat - Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga, atau kelompok sasaran - Libatkan individu, keluarga dan kelompok dalam perencanaan dan rencana gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan - tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur, berolahraga, dan lain-lain bagi individu, keluarga, dan kelompok yang meneladani nilai dan perilaku ini dari orang lain
DAFTAR PUSTAKA Annonim, https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-fungsi-afektifkeluarga/12324/2. Diakses pada tanggal 12 November 2018. https://www.webmd.com/diabetes/guide/types-of-diabetes-mellitus http://diabetesmelitus.org/ https://prodiaohi.co.id/diabetes-melitus
.