LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS DAN ULKUS DIABETIK FOOT
A. Konsep Teori Diabetes Mellitus dan Diabetik Foot 1. Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes mellitus merupakan sekelompokkelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner and Suddarth, 2001). Diabetes mellitus juga didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik yang ditandai oleh ketiadaan absolute insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. (Riyadi, Sujono, 2008). Ulkus merupakan luka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan DM dengan neuropati perifer. Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus. 2. Etiologi Diabetes Melitus bisa disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh selsel beta pulau langerhans atau ketiadaan absolut insulin. Ketiadaan absolute
insulin
dapat
terjadi
karena
keturunan
dimana
tahap
perkembangan anti bodi yang merusak selsel beta atau degenerasi selsel beta. Sedangkan penurunan produksi insulin dan resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Usia b. Gaya hidup stress c. Pola makan yang salah d. Obesitas
e. Infeksi Terjadinya ulkus diabetikum antara lain dipengaruhi oleh: a. Neuropatik diabetik b. Angiopati diabetic (penyempitan pembuluh darah) c. Infeksi 3. Manifestasi Klinis Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu : a. Pain (nyeri) b. Paleness (kepucatan) c. Paresthesia (kesemutan) d. Pulselessness (denyut nadi hilang) e. Paralysis (lumpuh) Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine: a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan) b. Stadium II
: terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III
: timbul nyeri saat istitrahat
d. Stadium IV
: terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus). (Smeltzer dan Bare, 2001). Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu: Derajat 0
: Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai
kelainan
bentuk
“claw,callus “ Derajat I
: Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II
: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
kaki
seperti
Derajat III
: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV
: Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V
: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
4. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah : a. Pemeriksaan fisik 1) Penting pada neuropati untuk cegah ulkus 2) Nilon monofilament 10 G 3) Nilai positif : nilon bengkok, tetapi tidak terasa 4) Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda : spesifisitas (97%), sensitifitas (83%). b. Pemeriksaan vaskuler 1) Tes vaskuler noninvasive
: pengukuran oksigen transkutaneus,
ankle brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan. 2) Pemeriksaan
Radiologis
:
gas
subkutan,
benda
asing,
osteomyelitis c. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah : 1) Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. 2) Urine Pemeriksaan
didapatkan
adanya
glukosa
dalam
urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning (++), merah ( +++), dan merah bata ( ++++). 3) Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
5. Penatalaksanaan Medis a. Diet (Tjokroprawiro, 1997) Diet dilaksanakan dengan menghitung persentase dan Relatif Body Weight (RBW) atau Berat Badan Relatif (BBR). BBR = Ket :
BB x 100% TB 100
kurus jika BBR < 90%
Sedang jika BBR 90% - 100% Gemuk jika BBR > 100% Macam-macam diet DM : 1) Diet B Diet ini diberikan kepada pasien yang tidak tahan lapar, kadar kolesterol darah tinggi, komplikasi penyempitan pembuluh darah, telah mengalami komplikasi ginjal telah menderita DM > 15 tahun. Komposisi diet B adalah 68% karbohidrat, 12% protein, 20% lemak. 2) Diet B1 Diet ini diberikan pada penderita DM yang tidak tahan lapar, kurus, BBR < 90%, masih muda, memerlukan pertumbuhan, mengalami patah tulang, menderita gangguan keadaan pasca bedah, menderita tumor, komposisi diet B1 adalah 60% karbohidrat, 20% lemak, 20% protein. 3) Diet B2 Diet ini diberikan pada penderita DM dengan komplikasi GGK sedang yaitu nefropati diabetik stadium II. Komposisi diet B2 adalah 68% karbohidrat, 20% lemak, 12 % protein, kaya akan asam amino esensial (AAE), 2100 – 2300 kalori/hari. 4) Diet B3 Diet ini diberikan pada penderita DM dengan komplikasi nefropati diabetik dengan GGK dengan CCT < 25 ml/mnt. Yaitu
2100 – 2300 kalori/hari, rendah protein, tinggi akan asam amino esensial dipilih lemak yang tidak jenuh. 5) Diet Be Diet ini diberikan pada penderita DM dengan nefropati diabetik stadium akhir. Penderita boleh minum glukosa dan rasa manis misalnya es krim tapi harus disuntik insulin. Aturan makan tetap tiga kali sehari. Interval tiga jam dengan kalori > 2000 kal/hari. b. Latihan fisik Latihan fisik dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30 menit, seperti jalan-jalan, berenang, dan bersepeda dalam tempo yang sedang. Hal ini perlu disiapkan sebelum berolahraga untuk mencegah hipoglikemia adalah makanan yang cukup dan tes kadar gula darah. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pengambilan insulin. Latihan ini berguna untuk meningkatkan kepekaan terhadap insulin (glukosa uptake ). c. Obat Obat berkhasiat hipoglikemia (OAD : Obat Anti Diabetik). Golongan obatnya sulfonilurea, glipozid, dan gliburide. Obat ini mempunyai efek meningkatkan jumlah reseptor insulin dan memperbaiki kerusakan kerja insulin post reseptor insulin. Indikasi pemberian insulin antara lain : 1) DM dengan berat badan menurun cepat/kurus. 2) Ketoasiolosis diabetik, asiodosis laktat (infeksi sistemik) 3) DM yang mengalami stres berat (operasi) 4) DM yang tidak dikelola dengan obat hipoglikemia oral 5) Diabetes gestasional yang tidak terkendali
6. Pengertian Debridement Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati dari suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih pucat, coklat muda atau hitam dan dapat kering atau basah. Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka. Tindakan debridement ini dilakukan untuk membuang jaringan yang mati serta membantu mempercepat penyembuhan luka. Debridement dapat dilakukan secara surgical, kimia/ enzimatik, mekanik, atau autolitik. Metode debridement yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik. 7. Tujuan Debridement Debridement memiliki tujuan antara lain (Brunner and Suddart, 2001): a. Menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing, sehingga klien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri. b. Menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi graft dan penyembuhan luka. 8. Jenis Debridement a. Debridement Autolitik Autolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi, melembutkan
dan
akhirnya
melisiskan
jaringan
nekrotik.
Debridement Autolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen Autolitik dapat dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik. Debridement Autolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent films.
1) Indikasi Pada luka stadium III atau IV
dengan eksudat sedikit sampai
sedang. 2) Keuntungan a) Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya. b) Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk membersihkan luka debris nekrotik . c) Efektif dan mudah d) Sedikit atau tanpa nyeri. 3) Kerugian a) Tidak secepat debridement surgikal. b) Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi. c) Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif digunakan. b. Debridement Enzymatik Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau debridement
otolitik
dan
mekanikal.
Debridement
enzimatik
direkomendasikan untuk luka kronis. 1) Indikasi a) Untuk luka kronis b) Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik. c) Pembentukan jaringan parut 2) Keuntungan a) Kerjanya cepat b) Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat.
3) Kerugian a) Mahal b) Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik. c) Memerlukan balutan sekunder d) Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman. c. Debridement Mekanik Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut nonviable, sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering. Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement mekanik.Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan. 1) Indikasi Luka dengan debris nekrotik moderat. 2) Keuntungan Materialnya murah (misalnya tule) 3) Kerugian a) Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan penyembuhan b) Proses penyembuhan lambat c) Nyeri d) Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.
d. Debridement Surgikal Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan menggunakan
skalpel,
Debridement
surgikal
gunting
atau
merupakan
instrument
standar
tajam
perawatan
lain untuk
mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi. Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan darah. Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan lebih banyak pada jaringan yang dipotong. 1) Indikasi a) Luka dengan jaringan nekrotik yang luas b) Jaringan terinfeksi. 2) Keuntungan a) Cepat dan selektif b) Efektif 3) Kerugian a) Nyeri b) Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi
B. Tinjauan Askep Kasus 1. Pengkajian Pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi : a
Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b
Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh danberbau, adanya nyeri pada luka.
c
Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d
Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakitlain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e
Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satuanggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f
Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pola Kebiasaan a
Aktivitas / istirahat Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
b
Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
c
Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
d
Makanan/cairan Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
e
Neurosensori Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
f
Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri tekan abdomen Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
g
Pernafasan Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan
h
Seksualitas Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
i
Penyuluhan / pembelajaran Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, hipertensi
3. Diagnosa Keperawatan a. Diagnosa keperawatan pre operasi: 1) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 2) Nyeri akut berhubugan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada daerah luka b. Diagnosa keperawatan intra operasi : 1) Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan 2) Resiko infeksiarea pembedahan berhubungan dengan durasi pembedahan c. Diagnosa keperawatan post operasi : 1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anastesi. 2) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
4. Intervensi Keperawatan DiagnosaKeperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
RencanaTindakan
Pre Operasi
Setelah diberikan asuhan
Ansietas berhubungan
keperawatan selama…x 24 jam
menggambarkan kondisi
dengan kurang
diharapkan masalah ansietas
kecemasan yang dialami pasien
pengetahuan dengan
pasien berkurang dengan
prosedur pembedahan
Kriteria Hasil:
mengekspresikan rasa
pasien merupakam suatu
1) Pasien mengatakan
kecemasan
kecemasan pasien
kecemasannya berkurang 2) Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya
1. Observasi tanda-tanda vital
Rasional
2. Bantu pasien untuk
3. Jelaskan tentang prosedur
atau faktor yang mempengaruhi ansietas 4) Pasien koopertif terhadap tindakan yang akan dilakukan 5) Wajah pasien tampak rileks
2. Ekspresi yang dikeluarkan oleh
3. Penjelaskan yang diberikan
pembedahan sesuai jenis operasi
sebelum tindakan dilakukan
yang akan dilakukan
sangat penting, sehingga
3) Pasien mampu mengidentifikasi penyebab
1. Tanda-tanda vital dapat
mengurangi kecemasa pasien 4. Beri lingkungan yang tenang dan suasana yang aman
4. Kondisi lingkungan dapat mengurangi kecemasan yang dialami pasien
Nyeri akut berhubungan
Setelah diberikan asuhan
dengan terputusnya
keperawatan selama…x 24 jam
membantu menggambarkan
kontinuitas jaringan
diharapkan masalah nyeri akut
konsdisi umum pasien
pasien berkurang dengan
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Kaji nyeri menggunakan
1. Tanda-tanda vital dapat
2. Pengkajian dari frekuensi,skala,
Kriteria Hasil:
PQRST meliputi skala,
waktu, dapat dipertimbangkan
1) Skala nyeri berkurang (0-10)
frekuensi nyeri
untuk tindakan selanjutnya
menjadi 4 2) Pasien terlihat rileks atau
3. Pertahankan tirah baring dan posisi yang nyaman
nyaman
yang nyaman akan membantu mengurangi nyeri yang dirasakan
3) Pasien mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik distraksi dan nyeri
3. Tirah baring dan memberi posisi
relaksasi
4. Teknik distraksi dan relaksasi memberikan ketenangan sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
5. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
Kerusakan integritas kulit
Setelah diberikan asuhan
berhubungan dengan
keperawatan selama …x 24 jam
1. Observasi luka : perkembangan, tanda – tanda infeksi,
5. Golongan obat pengurang rasa nyeri
1. proses penyembuhan luka dapat terkontrol
faktor mekanik, luka
diharapkan masalah kerusakan
kemerahan,perdarahan, jaringan
diabetik
integritas kulit teratasi dengan
nekrotik, jaringan granulasi
Kriteria Hasil:
2. Monitor perkembangan kulit
1) Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan.
lebih baik
setiap hari
2) Luka sembuh sesuai kriteria. 3) Tidak ada luka atau lesi 4) Perfusi jaringan baik 5) Menunjukkan
pada luka post debridement
2. Perkembangan pada kulit / luka
3. Lakukan teknik perawatan luka dengan prinsip steril 4. Kolaborasi pemberian diit
proses
3. Luka terkontrol dari infeksi
4. Glukosa darah pasien terkontrol
kepada penderita ulkus dm.
1
penyembuhan luka
Intra Operasi
Setelah diberikan asuhan
1. Observasi tanda-tanda vital
Risiko perdarahan
keperawatan selama …x 24 jam
menggambarkan kondisi umum
berhubungan dengan
diharapkan masalah risiko
pasien
proses pembedahan
perdarahan tidak terjadi dengan
2. Pantau perdarahan yang keluar
1. Tanda-tanda vital dapat
2. Perdarahan yang cukup banyak
Kriteria Hasil:
menyebabkan terjadinya
1) Tidak ada hematuria dan
perdarahan
hematemesis 2) Tekanan darah dalam batas
3. Lakukan balut tekan pada daerah luka
3. Teknik balut tekan merupakan salah satu cara untuk mencegah
normal
terjadinya perdarahan
3) Darah yang keluar <300 cc 4) Tidak
ada
tanda-tanda
perdarahan
4. pastikan keamaan elektrikal dan
4. kegagalan persiapan alat dapat
alat-alat yang digunakan selama
mempengaruhi prosedur
prosedur operasi
pembedahan
Risiko infeksi area
Setelah diberikan asuhan
1. Kaji tanda-tanda infeksi
pembedaahan
keperawatan selama …x 24 jam
kemerahan, bengkak, panas, dan
berhubungan dengan
diharapkan masalah risiko
penurunan fungsi harus di kaji
adanya luka debridement
infeksi area pembedahan tidak
2. Pertahankan teknik aseptif
1. Tanda-tanda infeksi seperti
2. Teknik aseptif merupakan yang
terjadi dengan
paling penting dilakukan dalam
Kriteria Hasil:
melakukan tindakan untuk
1) Pasien
bebas
dari
tanda
gejala infeksi 2) Menunjukkan
mencegah terjadinya infeksi 3. Lakukan cuci tangan sebelum
kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi. 3) Jumlah lekosit dlam batas normal 4) Menunjukkan perilaku hidup
dan sesudah tindakan
3. Cuci tangan encegah penyebaran infeksi
keperawatan 4. Gunakan teknik gauning dengan benar 5. Lakukan desinfeksi pada area pembedahan
4. Teknik gauning yang benar dapat mencegah penularan infeksi 5. Desinfeksi teknik pembersihan area pembedahan dan mencegah
sehat
penularan infeksi 6. Lakukan teknik drapping yang benar
6. teknik drapping memfouskan daerah pembiusan agar tidak terjadi kontaminasi setalah di lakukan desinfeksi
Post Operasi
Setelah diberikan asuhan
1. Kaji kemampuan pasien dalam
Hambatan mobilitas fisik
keperawatan selama …x 24 jam
berhubungan dengan efek
diharapkan masalah hambatan
pemberian anastesi
mobilitas fisik teratasi dengan Kriteria Hasil:
mobilisasi
2. Ajarkan pasien menggerakkan jari-jari dan kakinya
dan
2) Pasien
gerakan sederhana yang dapat
post anastesi 3. Ajarkan pasien miring kanan
mampu
2. Gerakkan jari kaki merupakan
dilakukan pada pasien dengan
tidak
terbatasi.
yang baik menunjukkan bahwa efek anastesi mulai berkurang
1) Pergerakan / aktivitas pasien bertambah
1. Kemampuan mobilisasi pasien
dan miring kiri
menggerakkan jari-jari dan
3. Gerakkan mobilitas miring kanan dan miring kiring biasa dilakukan oleh pasien dengan post anastesi
kakinya 3) Pasien mampu mengangkat kedua kakinya Nyeri akut berhubungan
Setelah diberikan asuhan
1. Observasi tanda-tanda vital
1. Tanda-tanda vital dapat
dengan diskontinuitas
keperawatn selama …x 24 jam
membantu menggambarkan
jaringan
diharapkan masalah nyeri akut
konsdisi umum pasien
berkurang dengan Kriteria Hasil: 1) Skala nyeri berkurang (010) menjadi 4 2) Pasien terlihat rileks atau
2. Kaji nyeri menggunakan PQRST meliputi skala,
waktu, dapat dipertimbangkan
frekuensi nyeri
untuk tindakan selanjutnya
3. Pertahankan tirah baring dan posisi yang nyaman
nyaman
3. Tirah baring dan memberi posisi yang nyaman akan membantu mengurangi nyeri yang dirasakan
3) Pasien mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik distraksi dan nyeri
2. Pengkajian dari frekuensi,skala,
relaksasi
4. Teknik distraksi dan relaksasi memberikan ketenangan sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
5. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
5. Golongan obat pengurang rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Lebrun E, Tomic-Canic M, Kirsner RS. (2010). The Role of Surgical Debridement in Healing of Diabetic Foot Ulcers. Wound Repai and Regeneration. Alexiadou K, Doupis J. (2012). Management of Diabetic Foot Ulcers. Diabetes Ther. Brunner and Sudarth.(2001). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC. Riyadi, Sujono. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu. NANDA.(2018). Diagnosis Keperawatan (Edisi 11). Jakarta: EGC
PENYIMPANGAN KDM : Umur