IX.
DATA PENGAMATAN 9.1 Ketuaan warna Rintang Putih Konsentrasi zat perintang Nilai ketuaan (1-4)
Rintang Warna
30 g/kg
60 g/kg
30 g/kg
60 g/kg
pasta cap
pasta cap
pasta cap
pasta cap
-
-
3
4
9.2 Kerataan warna Rintang Putih Konsentrasi zat perintang Nilai kerataan (1-4)
Rintang Warna
30 g/kg
60 g/kg
30 g/kg
60 g/kg
pasta cap
pasta cap
pasta cap
pasta cap
2
2
3
4
9.3 Ketajaman motif Rintang Putih Konsentrasi zat perintang Nilai ketajaman motif (1-4)
Rintang Warna
30 g/kg
60 g/kg
30 g/kg
60 g/kg
pasta cap
pasta cap
pasta cap
pasta cap
1
2
2
4
Keterangan : 1 : jelek
3 : baik
2 : kurang baik
4: sangat baik
Grafik Hasil Evaluasi Pencapan Kain Kapas-Zat Warna Reaktif/Reaktif Metode Cap Rintang Putih 2.5
Nilai
2 1.5
Ketuaan warna
1
Kerataan warna2
0.5
Ketajaman motif
0 30
60
Konsentrasi zat perintang (g/kg pasta cap)
Grafik Hasil Evaluasi Pencapan Kain Kapas-Zat Warna Reaktif/Reaktif Metode Cap Rintang Warna 5
Nilai
4 3
Ketuaan warna
2
Kerataan warna2
1
Ketajaman motif
0 30
60
Konsentrasi zat perintang (g/kg pasta cap)
X.
PEMBAHASAN Praktikum pencapan rintang kain kapas dengan zat warna reaktif-reaktif ini dilakukan dengan dua cara, yaitu cap rintang putih dan cap rintang warna. Pada masing-masing metode tersebut dilakukan variasi konsentrasi zat perintang dalam pasta cap untuk mengetahui penguruh konsentrasi zat perintang terhadap ketuaan warna, kerataan warna, dan ketajaman motif hasil pencapan.
10.1. Pembahasan Metode Cap Rintang Putih Pada metode cap rintang putih, pasta cap untuk motif hanya mengandung pengental alginat 8% dan zat perintang. Kain kapas dicap terlebih dahulu menggunakan pasta cap yang mengandung zat perintang, kemudian dikeringkan dan
ditimpa dengan pasta cap yang mengandung zat warna reaktif vinil sulfon dengan cara pencapan blok. Setelah melalui proses fiksasi dan pencucian, dapat terlihat bahwa motif kura-kura menjadi berwarna putih. Hal tersebut menunjukkan bahwa zat warna reaktif vinil sulfon rusak oleh zat perintang (Reactive Resisting Agent/ RRA). Pada proses steaming, zat warna reaktif vinil sulfon bereaksi dengan RRA sehingga zat warna reaktif vinil sulfon menjadi tidak reaktif dan larut dalam pencucian. Berikut ini adalah reaksi antara zat warna reaktif vinil sulfon dengan RRA.
D-SO2-CH=CH2 zw reaktif vinil sulfon
+ HO-CH2-SO3Na D-SO2-CH2-CH2-O-CH2-SO3Na RRA
(tidak reaktif)
Berdasarkan hasil pengamatan, kain yang dicap menggunakan zat perintang konsentrasi 30 g/kg memiliki kerataan dan ketajaman motif yang lebih baik daripada kain yang dicap menggunakan zat perintang konsentrasi 60 g/kg. Dengan zat perintang konsentrasi 30 g/kg dihasilkan motif yang lebih bersih dan motif lebih tajam. Pada hasil pencapan menggunakan zat perintang 60 g/kg terdapat banyak noda zat warna pada motif karena meja yang digunakan pada saat proses pencapan dalam keadaan kotor sehingga terdapat zat warna lain yang menempel pada kain. Selain itu, pada hasil pencapan terdapat banyak bintik-bintik putih di luar motif. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena screen yang digunakan sudah bocor sehingga saat proses pencapan motif dengan pasta yang mengandung zat perintang, pasta cap mengenai kain dan zat perintang tersebut merusak zat warna reaktif vinil sulfon sehingga vinil sulfon tidak terfiksasi dan luntur dalam pencucian.
10.2. Pembahasan Metode Cap Rintang Warna Pada metode cap rintang warna, pasta cap untuk motif mengandung pengental alginat 8%, zat perintang, dan zat warna reaktif jenis monochlorotriazin (MCT). Kain kapas dicap terlebih dahulu menggunakan pasta cap yang mengandung zat perintang dan zat warna reaktif MCT, kemudian dikeringkan dan ditimpa dengan pasta cap yang mengandung zat warna reaktif vinil sulfon dengan cara pencapan blok. Setelah melalui proses fiksasi dan pencucian, muncul motif kura-kura berwarna merah muda pada kain. Hal tersebut menunjukkan bahwa zat warna reaktif MCT tahan terhadap zat perintang dan zat warna reaktif vinil sulfon rusak oleh zat
perintang (Reactive Resisting Agent/ RRA). Pada proses steaming, terjadi fiksasi zat warna reaktif MCT dengan kain kapas, sedangkan zat warna reaktif vinil sulfon bereaksi dengan RRA sehingga zat warna reaktif vinil sulfon menjadi tidak reaktif dan tidak terfiksasi pada kain. Berdasarkan hasil pengamatan, kain yang dicap menggunakan zat perintang konsentrasi 60 g/kg memiliki ketuaan warna, kerataan warna dan ketajaman motif yang lebih baik daripada kain yang dicap menggunakan zat perintang konsentrasi 30 g/kg. Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi zat perintang yang digunakan, hasil pencapan menjadi lebih bagus. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin tinggi konsentrasi zat perintang, maka semakin banyak RRA yang merusak zat warna reaktif vinil sulfon sehingga proses pelunturan warna dasar berlangsung secara maksimal dan menghasilkan warna motif yang tajam. Pada semua hasil pencapan terdapat bayangan motif pada kain, yang disebut dengan efek haloing. Efek haloing merupakan ciri khas hasil pencapan rintang atau etsa. Efek ini merupakan dampak dari penggunaan zat perintang pada pasta cap.
XI.
KESIMPULAN Dari hasil praktikum pencapan rintang kain kapas dengan zat warna reaktifreaktif dapat disimpulkan bahwa:
Konsentrasi zat perintang yang menghasilkan motif paling baik untuk pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif-reaktif pada metode cap rintang putih yaitu sebesar 30 g/kg, sedangkan pada metode cap rintang warna sebesar 60 g/kg.
Ketuaan warna terbaik pada metode cap rintang warna terdapat pada resep yang menggunakan zat perintang 60 g/kg.
Kerataan warna dan ketajaman motif terbaik terdapat pada resep yang menggunakan zat perintang 60 g/kg dengan metode cap rintang warna.
Hampir semua kain hasil pencapan rintang kain kapas dengan zat warna reaktifreaktif memiliki efek haloing.