Daste Pcq.docx

  • Uploaded by: Inaya Setiani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Daste Pcq.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 984
  • Pages: 5
Di permukaan bumi ini, di suatu bentang alam tertentu dijumpai adanya penutup tumbuhan yang tumbuh pada area tersebut. Penutup tumbuhan suatu area geografi dapat terdiri satu atau beberapa komunitas tumbuhan yang secara bersama-sama membentuk vegetasi. Vegetasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan keseluruhan tumbuhan yang hidup bersama pada suatu karakter struktural dan fungsional yang memberi ciri fisiognomi (Hardjosuwarn, 1990). Vegetasi hutan dataran rendah memiliki keunikan tersendiri. Dua karakteristik utama yang membedakan hutan dataran rendah dengan bioma terestrial lainnya adalah tingginya kerapatan jenis pohon dan status konservasi tumbuhannya yang hampir sebagian besar dikategorikan jarang secara lokal (Michael, 1995). Komposisi jenis dan keanekaragaman tumbuhan di hutan tergantung pada beberapa faktor lingkungan seperti kelembaban, nutrisi, cahaya matahari, topografi, batuan induk, karateristik tanah, struktur kanopi dan sejarah tataguna lahan (Hutchincson et al., 1999, dalam Kurniawan, 2008). Suatu vegetasi terbentuk oleh adanya kehadiran dan interaksi dari beberapa jenis tumbuhan di dalamnya. Salah satu bentuk interaksi antar jenis ini adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu tipe komunitas yang khas, ditemukan dengan kondisi yang sama dan berulang di beberapa lokasi. Asosiasi dicirikan dengan adanya komposisi floristik yang mirip, memiliki fisiognomi yang seragam dan sebarannya memiliki habitat yang khas. Asosiasi terbagi menjadi asosiasi positif dan asosiasi negatif. Asosiasi positif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan hadir secara bersamaan dengan jenis tumbuhan lainnya dan tidak akan terbentuk tanpa adanya jenis tumbuhan lainnya tersebut. Asosiasi negatif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan tidak hadir secara bersamaan (Wolf danMcNaughton, 1992).

Dalam praktikum kali ini melakukan 2 teknik analisis vegetasi yaitu 1. Metode point centered quarter (PCQ) Metode point centered quarter (PCQ) adalah salah satu metode tanpa plot. Keuntungan menggunakan metode tanpa plot daripada berbasis teknik plot yang standar adalah bahwa metode point centered quarter (PCQ) cenderung lebih efisien. Metode tanpa plot lebih cepat untuk dilakukan, membutuhkan peralatan yang relatif sedikit, sehingga hanya membutuhkan sedikit pekerja (Mitchell, 2007). Metode Point-Centered Quarter Method merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya digunakan

dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter ≥30 cm, diameter 10-20 cm adalah pancang, diameter < 10 cm dan tinggi pohon > 2,5 m adalah pancang, serta tinggi pohon < 2,5 m adalah anakan. Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam (Arief, 2001). Dengan metode jarak dapat ditentukan tiga parameter sekaligus yaitu frekuensi, kerapatan dan penutupan/ dominansi. Jumlah individu dalam suatu stand/ area dapat ditentukan dengan mengukur jarak antara individu, atau jarak antara titik sampling dengan individu tumbuhan. Hasil pengukuran jarak tersebut dikonversikan ke dalam unit dua dimensi/ area dengan cara mengkuadratkan jarak tersebut.

Metode jarak yang paling umum digunakan adalah metode point centered quarter. Pengukuran jarak dilakukan dari titik sapling ke pohon terdekat dalam tiap kuarter (kuadrat). Dengan demikian setiap titik sapling dihasilkan empat pengukuran (gambar 1). Selain itu juga dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon yang diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui basal area suatu spesies. 2. Metode Non Floristik Metode pendekatan non-floristik merupakan salah satu metode analisis, vegetasi dengan mengamati penampakan luar atau gambaran umum dari vegetasi atau tumbuhan dengan tanpa memperhatikan taksonominya (Syafei, 1990). Dalam metode analisis

vegetasi non-floristik setiap karakteristik tumbuhan terbagi menjadi sifat-sifat yang lebih rinci yang dinyatakan melalui simbol, gambar dan huruf (Syafei, 1990). Karakteristik dan formasi vegetasi akan berbeda jika berada pada habitat yang berbeda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor Suatu vegetasi terbentuk oleh adanya kehadiran dan interaksi dari beberapa jenis tumbuhan di dalamnya. Salah satu bentuk interaksi antar jenis ini adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu tipe komunitas yang khas, ditemukan dengan kondisi yang sama dan berulang di beberapa lokasi. Asosiasi dicirikan dengan adanya komposisi floristik yang mirip, memiliki fisiognomi yang seragam dan sebarannya memiliki habitat yang khas. Asosiasi terbagi menjadi asosiasi positif dan asosiasi negatif. Asosiasi positif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan hadir secara bersamaan dengan jenis tumbuhan lainnya dan tidak akan terbentuk tanpa adanya jenis tumbuhan lainnya tersebut. Asosiasi negatif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan tidak hadir secara bersamaan (Wolf danMcNaughton, 1992). lingkungan dan mikroklimat yang berlaku di suatu habitat tertentu. Oleh karena itu pengukuran faktor lingkungan penting juga dilakukan untuk mengkaji suatu vegetasi yang hidup di habitat tertentu. Kekhususan bentang alam sangat mempengaruhi tipe-tipe vegetasi dia atasnya seperti adanya hutan hujan tropika, savana, praire, kaktus di padang pasir, dan sebagainya (Syafei, 1990). Metode non-floristiaka telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1958). Yang kemudian diekspresiakan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973). Dansereau(1958), membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristika di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar. Bentuk hidup metode ini dan klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skalakecil sampai sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990). 1. Bentuk Hidup (life form)

W

Pohon tinggi berkayu

L

Tumbuhan memanjat pada pohon

E

Epifit

H

Herba (tumbuhan tidak berkayu)

M

Bryoid (tumbuhan berbentuk batang termasuk lumut daun, lumut hati, lumut kerak, jamur)

S

Perdu (tumbuhan berkayu pendek)

2. Stratifikasi 1. > 25 meter 2. 10 – 25 meter 3. 8 – 10 meter 4. 2 – 4 meter 5. 0,5 – 2 meter 6. 0,1 – 0,5 meter 7. 0 – 0,1 meter 3. Penutupan (cover) B

Sangat jarang

I

Diskontinyu (<60 %)

P

Berkelompok

C

Kontinyu

(> 60 %)

4. Fungsi Daun D

Luruh (desidous)

S

Tak berdaun

E

Selalu hijau (evergreen)

I

Selalu hijau daun (sukulenta)

5. Bentuk dan ukuran daun O

Tak berdaun

N

Seperti jarum (duri)

G

Graminoid, rumput

A

Medium/kecil

H

Lebar dan besar

V

Majemuk

q

Tahloid

6. Tekstur Daun O

Tak berdaun

F

Sangat tipis seperti film

E

Seperti membran

Related Documents

Daste Pcq.docx
December 2019 16

More Documents from "Inaya Setiani"

Cover Proyek.docx
June 2020 9
Daste Pcq.docx
December 2019 16
Bryopsida
December 2019 12