. Dasar Teori Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein ialah ikatan peptida yaitu terjadi antara atom C dari gugus –COOH dengan atom N dari gugus – NH2. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung dan buah-buahan (Poedjiadi, 1994). Protein mengontrol sifat sel dan juga mendukung struktur molekulnya. Sedang fungsi protein dalam tubuh seperti fungsi struktur, sintesis glukosa, mengatur fungsi, menyediakan energi, fungsi protein dalam struktur, mulai dari sel-sel individu sampai struktur tubuh secara keseluruhan, kulit, rambut, dan otot terbentuk sebagian beasr oleh protein. Fungsi protein didalam mengatur fungsi tubuh yaitu enzim (merupakan katalisator), transport molekul didalam darah dan sel-sel, sistem imun (sebagai pembentuk antibodi), hormon (contoh: hormon insulin, GH), molekul yang membantu kontraksi otot, keseimbangan cairan, keseimbangan asam dan transmisi syaraf (Page, 1997). Berdasarkan molekulnya digolongkan menjadi dua, yaitu protein globular dan protein fibrosa. Pada protein globular mempunyai bentuk bulat atau hampir bulat atau hampir bulat dan bentuk molekul umumnya mudah ditentukan. Larut dalam larutan garam, asam, basa atau alkohol. Contohnya antara lain, albumin, globulin, proteonzim, proteohormon. Pada protein fibrosa mempunyai bentuk memanjang, bentuk amorphous dan bentuk molekul sukar ditentukan, dan tidak larut dalam larutan garam, asam, basa, dan alkohol. Contohnya antara lain, keratin dan rambut, Fibroin dan sutra, Kolagen dan tulang (Almatsier, 2001). Menurut Lehninger (1982), Ada beberapa metode pengujian protein yaitu: 1. Uji Biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Pengujiannya dapat dilakukan dengan cara berikut. Larutan yang mengandung protein ditetesi larutan NaOH, kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Terbentuknya warna ungu, menunjukkan hasil positif adanya protein. Uji Biuret
Prinsip dari reagen ini menggunakan prinsip reaksi antara reagen dengan senyawa CuSO4 pada suasana basa sehingga menghasilkan larutan yang berwarna biru ke unguan dan ungu. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan Nitrogen (N) dan merupakan hasil reaksi pada suhu yang tinggi. Fungsi dari reagen ini adalah untuk mendeteksi keberadaan asam amino dalam suatu sampel uji. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh bahwa albumin beraksi positif, hal ini di tunjukkan dengan warna yang dihasilkan yaitu ungu dan positif karena biuret bereaksi dengan albumin membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein dalam hal ini karena adanya ikatan peptida pada albumin. Sedangkan kasein, glisin, tirosin dan fenol bereaksi negatif dengan menunjukkan warna biru pada kasein, tirosin dan fenol, sedangkan pada glisin berwarna coklat. kasein, glisin, tirosin dan fenol, tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya atau tidak ada ikatan peptidanya. Uji ini dapat digunakan dalam kehidupan seharihari untuk menguji adanya protein dalam darah atau dalam urin seseorang.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia, 2003. Lehninger. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 1982. Page, D.S. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga, 1997. Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994.