Dormansi merupakan ketidakmampuan biji untuk berkecambah pada suatu kisaran keadaan luas yang dianggap menguntungkan untuk benih tersebut.(Tamin, 2007). Menurut Campbel (2008), dormansi merupakan tahapan dari siklus hidup, serta biji dorman yang memiliki laju metabolisme yang sangat lamban dan sedang tidak bertumbuh dan berkembang. Dormansi biji berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004). Dormansi biji dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori yaitu : berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya (Lakitan, 2007): Berdasarkan Faktor Penyebab, dormansi dapat dibedakan menjadi : 1. Imposed dormancy (quiscence), berarti terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan tak menguntungkan. 2. Imnate dormancy (rest), dimana dormansi disebabkan oleh keadaan atau kondisi dalam organ biji itu sendiri. Berdasarkan mekanisme, dormansi biji dibedakan menjadi: 1. Mekanisme fisik Mekanisme fisik yaitu dormansi yang mekanisme penghambatan disebabkan oleh organ biji itu sendiri, dan dapat dibagi menjadi : a) Mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi oleh fisik b) Fisik : Penyerapan air terganggu karena kulit biji bersifat impermeable c) Kimia : bagian biji atau buah mengandung zat kimia penghambat 2. Mekanisme Fisiologis Mekanisme fisiologis merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis yang terbagi menjadi : a) Photoderm : proses fisiologis dalam biji terhambat oleh faktor cahaya b) Immature Embrio : proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang c) Termodormansi : proses fisiologis terhambat yang dipengaruhi oleh suhu. Berdasarkan bentuk dormansi, dormansi dibedakan menjadi : 1.
Dormansi akibat kulit biji impermeabel terhadap air (H2O)
2.
Dormansi disebabkan embrio belum masak
3.
Biji membutuhkan pemasakan sempuna, sehingga setelah panen dormansi terjadi dalam penyimpanan kering
4.
Biji membutuhkan suhu rendah
5.
Biji bersifat sensitif terhadap cahaya
6.
Kuantitas cahaya
7.
Kualitas cahaya
8.
Adanya zat kimia sehingga terjadi dormansi biji Menurut Abidin (1993) dormansi disebabkan oleh faktor luar (eksternal) dan faktor
dalam (internal). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah tidak sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis), kulit biji impermeable, dan adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan. Perkembangan kulit biji impermeabel berpengaruh secara langsung terhadap fase istirahat (dormansi). Kulit biji pada biji yang sedang mengalami dormansi, dapat mereduksi kandungan oksigen yang ada dalam biji, sehingga dalam keadaan anaerobic dan terjadi sintesis zat penghambat tumbuh (Harjadi 1991). Menurut Kartasapoetra (2003), dormansi dapat diatasi dengan pengamplasan atau pengelupasan. Pematahan dormansi dapat diganti dengan zat kimia seperti HCl, thiorea dan asam giberalin. Perkecambahan adalah suatu proses mengaktifkan embrio yang mengakibatkan terbukanya kulit biji dan munculnya tumbuhan muda. Beberapa hal penting yang terjadi pada saat perkecambahan adalah imbibisi (penyerapan) air, pengaktifan enzim, munculnya kecambah dan akhirnya terbentuklah anakan (Copeland, 1976). Zat pengatur tumbuh giberelin fungsinya untuk merangsang pembesaran dan pembelahan sel. Terutama untuk merangsang pertumbuhan primer. Giberelin mempengaruhi perkecambahan dan mengakhiri masa dorman pada biji. Giberelin menstimulasi pembebasan enzim dan mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan biji. Giberelin bergerak dari embrio menuju aleuron dan menstimulasi sintesis α-amilase dan enzim protease. Enzim protease mengaktifkan β-amilase. Β-amilase dan α-amilase mengubah pati menjadi glukosa. Glukosa kembali ke embrio dan digunakan untuk perkembangan embrio (Hopkins, 2008). Menurut Kartasapoetra (2003:63), syarat perkecambahan biji antara lain : a) Tersedianya Air b) Permeabilitas kulit/membran biji dan konsentrasi air
c) Suhu air: suhu air yang tinggi menyebabkan energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi d) Tekanan hidrostatik: kerika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong keluar biji sehingga kecepatan penyerapan air menurun e) Luas permukaan biji yang kontak dengan air f) Tingkat kemasakan: berhubungan dengan kandungan air dalam biji, biji makin masak, kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat g) Komposisi Kimia : biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak. Kecepatan penyerapan air: protein > karbohidrat > lemak h) Umur: berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan, makin sulit menyerap air.
Abidin, Z. 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Penerbit Angkasa Campbell, Reece., 2008. Biologi Jilid 2 Edisi 8. Jakarta: Erlangga Copeland, L. D. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Minneapolis Minnesota: Burgess Publishing Company Harjadi. 1991. Dasar-Dasar Teknologi Benih. Dept. Bogor: Agronmi IPB Press Kartasapoetra
A.G.,
2003. Teknologi
Benih
:
Pengolahan
Benih
dan
Tuntunan
Praktikum. Jakarta: Rineka Cipta Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali, Jakarta Tamin, R. P. 2007. Teknik perkecambahan benih jati (Tectona grandis Linn. F.). Jurnal Agronomi. Vol 1 : Halaman 7-14