2.1 Dampak Toksikologi Logam Berat
2.1.1 Dampak Toksikologi Cadmium (Cd) bagi tubuh
keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria atau protein yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit dimana terdapat kandungan glukosa dalam air seni yang dapat berakibat kencing manis atau diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan aminoasidiuria atau kandungan asam amino dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi (penyaringan) glumerolus ginjal. Cadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah maupun tekanan darah yang meningkat (hipertensi). Hal tersebut terjadi karena tingginya aktifitas jaringan ginjal terhadap cadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan Cadmium (Cd) kronik. Cadmium dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang yang umumnya diakibatkan kurangnya vitamin B yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal yang dikenal dengan nama osteomalasea atau penyakit Itai-iatai . Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis sehingga orang tidak dapat berdiri dengan tegak tetapi membungkuk.
2.1.2 Dampak Toksikologi Timbal (Pb) bagi tubuh
Sistem Syaraf
Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Pada tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi penurunan kecepatan bereaksi, memburuknya koordinasi tangan-mata, dan menurunnya kecepatan konduksi syaraf.
Efek Sistemik
Kandungan timbal dalam darah yang terlalu tinggi (toksitas Timbal yakni diatas 30 ug/dl) dapat menyebabkan efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan. Pb juga dapat meningkatkan tekanan darah. Intinya timbal ini dapat merusak fungsi organ di dalam tubuh.
Efek Terhadap Reproduksi
Paparan timbal pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal.
Pada Tulang
Pada tulang timbal akan mengion menjadi Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Konsumsi makanan tinggi kalsium akan mampu mengurangi keberadaan timbal di dalam tulang.
Pada Anak
Keracunan timbal terkait dengan efek yang merugikan pada pertumbuhan, perhatian, kecerdasan, dan perilaku anak-anak. Komplikasi lain mungkin termasuk: o
Anemia
o
Kerusakan otak, ginjal dan sistem saraf
o
Rendahnya tingkat timbal dapat menyebabkan pemerosotan tingkat kecerdasan dan gangguan pendengaran. Efek timbal terhadap keerdasan anak memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 µg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
2.1.3 Dampak Toksikologi Tembaga (Cu) bagi tubuh
Keracunan Tembaga Pada Anak Autis
Tembaga meningkatkan arus signal listrik pada neuron akibat meningkatnya pergerakan sodium. Hal ini berakibat terjadinya over produksi dari aktivasi neurotransmitter (dopamine, norepinedrine, epinedrine, serotonin). Akibatnya anak menderita kegelisahan, ketakutan, pikiranpikiran yang berlebihan dan insomnia. Penelitian Pfeiffer dan Goldstein membuktikan efek dari 5 mg tembaga sama dengan efek dari 5 mg Dexedrine (obat yang berisi amphetamine yang penggunaannya bikin orang jadi psycho dan bisa berakibat kematian seperti kasus Michael Jackson). Tembaga akan terkumpul di otak dan hati. Tembaga menstimulasi diencephalon (system limbic), yaitu otak yang mengatur emosi. Seng menstimulasi cortex, otak yang mengatur pikiran rasional, sehingga menentramkan hari. Nah, akibat dari keracunan tembaga inilah anak jadi dalam keadaan emosi tinggi (high drama) dan seringkali memunculkan symptom bipolar syndrome (syndrome kepribadian ganda). Menurut penelitian Carl Pfeiffer, Phd, MD, ½ sampai 2/3 pasien schizophrenia menderita keracunan tembaga Dan kekurangan seng dan magnesium, terutama mereka yang sudah berada di keadaan akut. Tembaga mengacaukan jalur methylation yang berguna untuk mendetox radikal bebas. Pada anak autis, terdeteksi mereka kekurangan kadar methylation.
Pyroluria
Pyroluria adalah salah satu penyebab orang kelebihan tembaga. Pyroluria adalah terjadi masalah dalam metabolism sel pembawa oksigen dalam darah yang disebut haemoglobin. Seperti halnya
sel-sel yang lain, sel darah kita juga memetabolisme nutrisi. Hasil samping dari metabolism sel disebut hydroxyhemopyrroline-2-one (HPL) yang disebut Pyrrole. Orang yang menderita pyroluria terdeteksi adanya kelebihan krytopyrrole di urine. Pyrroles ini menggandeng nutrisi lain seperti seng, vitamin B6, biotin dan GLA (salah satu zat yang ada pada omega 6). Akibatnya nutrisi-nutrisi ini tidak sampai ke organ target dalam tubuh kita. Hal inilah yang mengakibatkan penderita jadi kekurangan seng, vitamin B6, biotin dan GLA. Anak autis terdeteksi kekurangna seng dan vitamin B6.
Akibat dari kekurangan seng dan vitamin B6 ini anak menderita nervous breakdowns (sedih), ingin bunuh diri dan bahkan migren. Anak juga jadi menderita mimpi buruk, mual, kembung, sembelit, tics (gagu), tremor, kejang dan bahkan epilepsy.
Slow Oxidation (proses oksidasi berjalan lamban)
Satu hal yang yang terjadi kalau anak menderita keracunan tembaga adalah lambannya kerja kelenjar adrenalin dan thyroid yang berakibat proses oksidasi jadi berjalan lamban ( Proses oksidasi adalah proses pembakaran dengan menggunakan oksigen),