Dampak Pembangunan.docx

  • Uploaded by: Alvin Purmawinata
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dampak Pembangunan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 691
  • Pages: 4
Steven 325160114

DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGAN Dalam konteks pembangunan seringkali manusia tidak memikirkan akibat yang terjadi dengan alam atau lingkungan sekitarnya. Memang dalam suatu proyek/proses pembangunan seringkali kita mengorbankan lingkungan/alam demi melancarkan proses pembangunan. Contohnya antara lain penebangan hutan, penggalian tanah dan lainlain. Serta bisa juga merugikan orang orang/penduduk yang ada di sekitar proyek tersebut. Salah satu kerusakan lingkungan yang terjadi akibat adanya pembangunan di suatu daerah adalah pencemaran limbah. Selama 20 tahun terakhir Pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan jumlah ini menimbulkan dampak negatif dari industrialisasi ini yaitu terjadinya peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh komunitas-komunitas yang tinggal di sekitar kawasan industri. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 : 1. Limbah cair 2. Limbah padat 3. Limbah gas dan partikel 4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Contoh Kasus : Pencemaran Sungai Citarum Akibat Indutrialisasi Limbah merupakan masalah kronis Sungai Citarum. Sejak industri berkembang pada 1970-an, perubahan penampilan mulai terjadi pada sungai kenamaan Jawa Barat ini. Limbah tanpa diolah hasil kreasi sejumlah pabrik nakal, telah bersemayam dan meracuni air sungai sepanjang 297 kilometer tersebut. Pada hari Rabu (14/2/2018), Komunitas Elemen Lingkungan (Elingan), organisasi yang fokus pada pecemaran, memandu saya menelusuri Sungai Citarum sepanjang 10 kilometer. Tepatnya, di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Targetnya sederhana, mencari tahu di mana titik awal pencemaran. Penelusuran dimulai dari jembatan di Desa Ciwalengke. Di kiri dan kanan sungai, tampak berjajar pabrik tekstil yang berbaur dengan padatnya permukiman penduduk Kami pun menelusuri sisi lain Sungai Citarum yang debitnya sedikit surut. Rupanya, hujan tidak turun hampir tiga hari. Perahu melaju pelan, sampah, kotoran ternak dan manusia terlihat di sekeliling. Pemandangan yang tak bisa disangkal, Citarum memang sungai kotor. Komunitas Elingan membawa saya ke tempat outfall, lokasi pabrik membuang limbah. Baru setengah perjalanan mengarungi sungai, bau busuk kental menyengat hidung. Nampak dari belakang pabrik, lubang yang sengaja dibuat untuk mengeluarkan aliran pekat ke sungai. Koordinator Elingan, Deni Ruswandi menyebut, sebagai kawasan industri pertama di hulu Citarum, persoalan limbah sudah mengakar di Kecamatan Majalaya. Hampir sebagian besar industri, tidak menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dalam proses produksinya. Aturannya, limbah harus diolah terlebih dahulu dalam IPAL agar mengalami proses fisik, kimia, dan biologi sebelum dibuang ke lingkungan atau badan sungai. Kenyataannya, limbah buangan sering dikeluhkan masyarakat, karena dampak negatif yang ditimbulkannya seperti bau, warna, dan gangguan kesehatan. Berdasarkan data 10 besar penyakit, di Puskesmas Majalaya dan Puskesmas Cikaro, diketahui bahwa masyarakat mengeluhkan penyakit kulit, saluran pernafasan dan pencernaan. Setiap tahun, angka kunjungan masyarakat ke puskesmas mencapai 7.357 orang.

(Sumber : http://www.mongabay.co.id/2018/02/26/limbah-yang-tak-pernah-henti-meracunisungai-citarum-bagian-1/)

Foto udara kondisi Sungai Citarum, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tampak airnya menghitam bercampur limbah

Foto pembuangan limbah yang dialamatkan langsung ke Sungai Citarum di Majalaya, Kabupaten Bandung.

Opini Mengenai Contoh Kasus : Menurut saya, dari contoh kasus di atas kita dapat melihat betapa kurangnya perhatian pemerintah terhadap kondisi lingkungan sekitar. Pemerintah hanya berfokus pada pengembangan ekonomi saja tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Seperti kasus di atas, sebuah lingkungan yang dibangun menjadi kawasan perindustrian di daerah Sungai Citarum memang membawa dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian, namun membawa dampak yang sangat buruk bagi lingkungan sekitarnya. Pabrik-pabrik di sekitar kawasan tersebut seenaknya saja membuang limbah sisa hasil produksi mereka langsung ke Sungai Citarum tanpa ada penyaringan terlebih dahulu. Padahal, telah ada peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa setiap limbah yang akan dibuang, haruslah terlebih dulu melewati serangkaian proses untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Pemerintah haruslah lebih proaktif dalam mengawasi pabrik-pabrik “nakal” seperti contoh di atas, serta tak segan-segan memberi sanksi berat terhadap pabrikpabrik yang masih saja melanggar peraturan. Dari contoh gambar di atas saja, sudah terlihat betapa keruh dan kotornya Sungai Citarum akibat pembuangan limbah secara sembarangan. Jika dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin lingkungan sekitar kawasan perindustrian tersebut akan rusak total di masa yang akan datang.

Related Documents

Dampak Dampak Freeport
September 2019 47
Dampak Atmosfer.docx
April 2020 24
Dampak Korupsi.ppt
June 2020 31
Dampak Pembangunan.docx
April 2020 28

More Documents from "Alvin Purmawinata"

11111.pdf
April 2020 8
Dampak Pembangunan.docx
April 2020 28
December 2019 29
Proposal Brkaf.docx
April 2020 39
Lapkas Ca Buli.docx
August 2019 33