Cvp.docx

  • Uploaded by: adinda maharani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cvp.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,749
  • Pages: 8
3.1 Konsep Variable Costing Variable Costing merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah direct costing. Laporan yang disusun oleh variable costing lebih memfokuskan pada prilaku biaya terhadap produk, yaitu biaya variable dan biaya tetap. Laporan bisa digunakan untuk analisa perubahan laba yang di harapkan apabila terjadi perubahan penjualan atau perubahan biaya. Harga Pokok Produksi : Biaya bahan baku

Rp. xxx.xxx

Biaya ttenaga kerja langsung

Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel

Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk

Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Variable Costing : 

Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.



Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.



Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang. Perbedaan antara konsep Variable Costing dengan Full Costing tersebut pada tujuan

utamanya, yaitu konsep variabel costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan internal sedangkan konsep full costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan eksternal. Adanya kedua perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang selanjutnya mempengaruhi: 1. Penentuan besarnya harga pokok produk dan besarnya harga pokok persediaan. 2. Penggolongan dan penyajian di dalam laporan laba-rugi.

Pembahasan tentang perbedaan metode variable costing dengan metode full costing dapat ditinjau dari segi; 1. Penentuan harga pokok produk

1

Pada metode full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu elemen harga pokok produk meliputi: 

Biaya Bahan Baku



Biaya Tenaga Kerja Langsung



Biaya Overhead Pabrik variabel



Biaya Overhead Pabrik tetap Sedangkan pada metode variabel costing hanya memasukkan atau membebankan biaya

produksi variabel ke dalam harga pokok produk. Elemen harga pokok produk meliputi:

2.



Biaya Bahan Baku



Biaya Tenaga Kerja Langsung



Biaya Overhead Pabrik variabel

Elemen biaya

Full costing

Variable costing

BBB(raw material cost)

Rp.xxx

Rp.xxx

BTKL(direct labor cost)

Rp.xxx

Rp.xxx

BOP variabel (variable FOH)

Rp.xxx

Rp.xxx

BOP tetap (fixed FOH)

Rp.xxx

_

Jumlah Harga Pokok Produk

Rp. Xxx

Rp.xxx

Penentuan harga pokok persediaan Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi kepada produk antara

metode full costing dengan metode variable costing, mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada metode full costing BOP tetap dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu jika sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual maka sebagian BOP tetap masih melekat pada harga pokok persediaan. Metode variable costing tidak membebankan BOP tetap ke dalam harga pokok produk, akan tetapi BOP tetap langsung dibebankan ke dalam laba-rugi sebagai biaya periode. Oleh karena itu produk yang masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya produksi variabel atau BOP tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan.

3. Penyajian Laporan Laba-Rugi

2

Perbedaan di dalam penyajian laporan laba-rugi antara metode full costing dengan variable costing dapat ditinjau dari segi: a. Penggolongan biaya dalam laporan laba-rugi Pada metode full costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu: 

Biaya produksi, meliputi Biaya Bahan Baku , Biaya Tenaga Kerja Langsung dan, Biaya Overhead Pabrik tetap maupun Biaya Overhead Pabrik variabel.



Biaya non produksi atau biaya periode, meliputi semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung ke laporan laba-rugi periode terjadinya.

Pada metode variable costing, biaya digolongkan menjadi: 

Biaya variabel, meliputi semua biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsioanal sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini dikelompokkan ke dalam:

 Biaya variabel produksi, yaitu Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead Pabrik variabel.  Biaya variabel non produksi, yaitu biaya pemasaran variabel, biaya adminstrasi dan umum variabel, biaya finansial variabel. 

Biaya tetap, meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada konsep variable costing disebut pula dengan biaya periode atau disebut pula biaya kapasitas.

3.2 Asumsi-asumsi dalam Cost Volume Profit (CVP) analysis Dalam pengambilan keputusan jangka pendek, dibutuhkan informasi mengenai perubahan biaya, volume dan pendapatan. Alat analisis yang penting yang dapat digunakan untuk mengolah informasi tersebut ialah Cost Volume Profit Analysis. Cost Volume Profit Analysis juga memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Dengan demikian, titik berat dalam analisis CVP ini ialah sampai sejauh manakah perubahan biaya, volume dan harga jual dapat mempengaruhi laba perusahaan. Asumsi-Asumsi Cost Volume Profit Analysis Cost Volume Profit Analysis didasarkan pada sejumlah asumsi, yaitu: 1. Perubahan tingkat pendapatan dan biaya hanya disebabkan oleh perubahan jumlah unit produk (atau jasa) yang diproduksi atau dijual.

3

2. Biaya total dapat dipisahkan ke dalam komponen tetap yang tidak berubah mengikuti Perubahan

tingkat output dan komponen variabel yang berubah mengikuti

tingkat output. 3. Perilaku pendapatan total dan biaya total bersifat linear (dalam bentuk grafik). 4. Harga jual, biaya variabel per unit, serta biaya tetap total (dalam rentang yang relevan) telah diketahui dan konstan. 5. Analisis ini mencakup satu produk atau mengasumsikan bahwa proporsi produk yang berbeda ketika perusahaan menjual beragam produk adalah tetap konstan ketika tingkat unit yang terjual total berubah. 6. Seluruh pendapatan dan biaya dapat ditambahkan, dikurangkan, dan dibandingkan tanpa memperhitungkan nilai dan waktu uang.

Analisis Break Even Point (Analisis BEP) Break Even Point atau titik impas ialah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol (Hansen dan Mowen, 2005). Dalam keadaan impas, suatu perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, atau disebut juga zero-profit. Analisis Sensitivitas dan Ketidakpastian Analisis sensitivitas ialah adalah teknik “bagaimana-jika” yang digunakan manajer untuk menguji bagaimana akibatnya jika prediksi data awal tidak tercapai atau jika asumsi yang mendasarinya berubah. Aspek lain dari analisis sensitivitas adalah marjin pengaman (margin of safety), yaitu jumlah pendapatan yang dianggarkan (atau aktual) yang melebihi pendapatan impas. Margin of safety dapat dihitung dengan rumus: Margin of Safety = Total Penjualan – Titik Impas Penjualan x 100% . Total Penjualan Margin of Safety dan Margin of Safety Ratio yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang cukup aman dan risiko kerugian pun kecil. Semakin rendah margin of safety dan margin of safety ratio maka risiko kerugian pun akan semakin meningkat. Operating Leverage Operating leverage merupakan suatu kondisi dimana seorang manajer dapat memperoleh laba setinggi mungkin hanya dengan menaikkan sedikit penjualan dan atau menambah sedikit sumber daya perusahaan (aktiva). Total Operating Leverage (TOL) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besarnya perubahan laba akibat perubahan penjualan pada periode tertentu. TOL dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini: Laba Bersih Contribution Margin

3.3 Break Even Point (BEP)

4

Break Even Point disebut juga analisis titik impas. Break Even Point diartikan sebagai suatu keadaan atau titik dimana perusahaan dalam kegiatan operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian juga. Atau dengan kata lain Break Even Point (BEP) ialah suatu titik impas antara besarnya jumlah laba dan biaya suatu perusahaan dalam posisi yang sama atau seimbang, sehingga dalam prosesnya tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian. Break Even Point ini digunakan untuk menganalisis produksi berapa banyak jumlah barang yang diproduksi atau berapa banyak uang atau laba yang harus diterima untuk mencapai titik impas atau kembalinya modal. Dalam suatu perusahaan sebelum memproduksi suatu produk, pertama perusahaan merencanakan seberapa besar laba yang ingin didapatkan. Ketika menjalankan usaha maka akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan menggunakan BEP untuk mengetahui waktu dan tingkat harga penjualan yang dilakukan tidak menempatkan usaha tersebut merugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga pasar tanpa melupakan laba yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena, biaya produksi merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap penentuan harga jual dan sebaliknya, sehingga dengan penentuan BEP ini dapat diketahui berapa jumlah barang dan harga pada penjualan. Analisis BEP digunakan untuk hal yang lain contohnya seperti analisis laporan keuangan. Dalam penentuan BEP atau titik impas ini perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: a) Tingkat laba yang menjadi target dalam suatu periode b) Kapasitas produksi yang tersedia c) Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, seperti biaya tetap dan biaya variable. Komponen Break Even Point Dalam menghitung berapa besar BEP atau titik impas tentu saja memerlukan komponen-komponen. Berikut ini merupakan komponen dari BEP, yaitu: a) Fixed Cost Komponen ini termasuk dalam biaya tetap atau konstan, jika adanya kegiatan produksi ataupun tidak sedang berproduksi. b) Variabel Cost

5

Komponen ini bersifat dinamis. Variabel cost disebut biaya per unit, yang bergantung pada tingkat volume produksinya. Jika produksi meningkat, maka variabel cost juga akan meningkat. Contohnya yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dan sebagainya. c) Selling Price Pengertian selling price adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi. Rumus Break Even Point Rumus yang digunakan untuk analisis Break Even Point ini terbagi menjadi dua macam yaitu: 1. Rumus Break Even Point Dasar Unit Cara menghitung berapa unit jumlah barang atau jasa yang harus diproduksi untuk mendapatkan titik impas: BEP = FC /(P-VC) 2. Rumus Break Even Point Dasar Penjualan Cara menghitung berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit. Keterangan: BEP

: Break Even Point

FC

: Fixed Cost

VC

: Variabel Cost

P

: Price per unit

S

: Sales Volume

Cara Menghitung Break Even Point Contoh Soal Diketahui: 6

Total Biaya Tetap (FC) bernilai Rp 100 juta Total Biaya Variabel (VC) per unit bernilai Rp 60 ribu Harga jual barang per unit bernilai Rp 80 ribu Penghitungan BEP Unit BEP = FC/ (P – VC) BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000) BEP = 5000 Penghitungan BEP Penjualan BEP = FC/ (1 – (VC/P)) BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000)) BEP = Rp 400.000.000 Dari analisis perhitungan diatas, perusahaan dapat mengetahui laba yang akan diperoleh berdasarkan besarnya penjualan minimum. Berikut merupakan rumus untuk menghitung target laba sebagai berikut: BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC) FC, VC, dan P mengikuti contoh sebelumnya, dengan tambahan perusahaan ini memiliki target laba sebesar Rp 80 juta per bulan. BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC) BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000) BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000 BEP – Laba = 9.000 unit atau BEP – Laba = Rp 720 juta (didapat dari: 9000 unit x Rp 80.000)

7

DAFTAR PUSTAKA Fekool.Konsep

Variabel

Costing.http://fekool.blogspot.co.id/2016/03/konsep-variable-

costing.html.Diakses pada tanggal 16 Februari 2018. Ichsanti.

Pengertian,

Rumus,

dan

Cara

Menghitung

Break

Even

Point.

http://www.akuntansilengkap.com/ekonomi/pengertian-rumus-dan-cara-menghitung-breakeven-point/. Diakses pada tanggal 16 Februari 2018.

8

More Documents from "adinda maharani"

Sap 6 Bagian 3.docx
November 2019 20
Sap 10 Akl.docx
November 2019 28
Tugas Alit.docx
November 2019 25
Cover.docx
November 2019 29
Sap 12.docx
December 2019 18
Cvp.docx
December 2019 21