Crs - Closed Fracture Tibia.docx

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Crs - Closed Fracture Tibia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,009
  • Pages: 34
CASE REPORT SESSION *Kepaniteraan Klinik Senior/G1A218005/Februari 2019 ** Pembimbing DR. dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT, M.Kes

Close Fraktur Tibia

Mutia Yudha Putri, S.Ked

Pembimbing: DR. dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU BEDAH RSUD RADEN MATTAHER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2019

1

LEMBAR PENGESAHAN

Close Fraktur Tibia

Oleh: Mutia Yudha Putri, S.Ked G1A218005

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior Bagian Ilmu Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Jambi,

Februari 2019

Pembimbing

DR. dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT, M.Kes

2

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah kepaniteraan klinik di bagian ilmu bedah yang berjudul “Close Fraktur Tibia”. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada DR. dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT, M.Kes sebagai dokter pembimbing. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Februari 2019

Penulis

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah suatu keadaan dimana tulang mengalami patah/ dikontinuitas jaringan. Fraktur biasanya diakibatkan oleh trauma. Berdasarkan jenisnya, fraktur dibagi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Sebuah fraktur dikatakan fraktur tertutup (sederhana) apabila jaringan kulit diatasnya masih utuh, sehingga tidak ada kontak antara fragmen tulang yang patah dengan lingkungan luar. Namun bila fragmen tulang yangmengalami fraktur terekspos ke luar, maka disebut fraktur terbuka ( compound). Fraktur terbuka lebih yang cenderung untuk mengalami kontamin asi dan infeksi daripada fraktur tertutup. Jenis fraktur biasanya berhubungan dengan mekanisme trauma, misalnya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral. 1 Prinsip penanganan fraktur tidak terlepas dari primary survey untuk meneemukan dan mengatasi kondisi life threatening

yang ada pada pasien,

terutama pada layanan primer. penatalaksaan yang tepat pada pasien fraktur menentukan outcome nya. Bila dalam penatalaksanaan dan perawatan tepat, tulang yang patah dapat menyatu kembali dengan sempurna (union). Namun bila penatalaksanaan tidak tepat, maka fraktur dapat menyatu tidak sempurna (malunion), terlambat menyatu ( delayed union), ataupun tidak menyatu(non union). Perawatan yang baik juga perlu untuk mencegah terjadinya komplikasi pada pasien fraktur.1

BAB II

4

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien Nama

: Tn. A

Umur

: 25 tahun

JenisKelamin

: Laki-Laki

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Alamat

: RT.05 Kec. Kuala Tungkal

Agama

: Islam

Tanggal MRS

: 16 Januari 2019

Tanggal Pemeriksaan

: 17 Januari 2019

.2 Anamnesa Keluhan utama : Nyeri kaki kanan post KLL 4,5 jam SMRS Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang post KLL motor 4,5 jam SMRS. Os dibonceng oleh temannya dengan menggunakan motor dan terjatuh saat menabrak truk. Os datang dalam keadaan sadar, pingsan (+) selama 3 jam post KLL, mual(-), muntah (-), nyeri kepala (-), kejang(-), keluar darah pada kedua hidung(-), keluar darah pada kedua telinga (-). Pasien juga mengeluh kaki kanan sulit digerakkan. Pasien merupakan rujukan dari RS Arifin dan telah dipasang spalk/bidai pada kaki kanan, NGT dan kateter. NGT bersih, urin berwarna merah. Riwayat penyakit dahulu Os tidak pernah mengalami cidera serupa, tidak ada riwayat operasi, riwayat hipertensi, DM, alergi tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

5

Riwayat penyakit Jantung, Hipertensi, DM, Asma serta alergi obat disangkal .3 PemeriksaanFisik Primary Survey (Airway) (Breathing) (Circulation) (Disability) (Exposure)

: Clear, Stridor (-), Gargling (-) : Spontan, RR 26x/menit, pergerakan dada simetris kanan=kiri : Nadi 82x/menit, reguler, akral hangat, CRT <2 detik, tekanan darah 130/70 mmHg : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, reflek cahaya +/+. : Pakaian tidak dibuka dan diberikan selimut untuk mencegah hipotermi

Secondary Survey Keadaan umum Kesadaran Tanda-tanda vital TD

: Tampak sakit sedang : Kompos mentis : : 130/70 mmHg

HR/Nadi

: 82 x/menit

RR

: 20 x/menit

Suhu

: 37,20C

SpO2

: 98%

Kepala dan leher Kepala

: Normochepal, jejas (-), krepitasi (-)

Mata

: CA (+/+), SI (-/-), RC(+/+), pupil isokor

Hidung

: Epistaksis (-/-), deviasi septum (-), krepitasi (-)

Telinga

: Normotia, otorea (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), jejas (-)

Ekstremitas Extremitas Superior Dextra L = deformitas (-), jejas (-), vulnus excoriatum (-) F = akral hangat, CRT < 2 detik M = gerakan aktif dan pasif tidak terbatas, ROM dbn Extremitas Superior Sinistra L = deformitas (-), jejas (-), vulnus excoriatum (-) 6

F = krepitasi (-), akral hangat, CRT < 2 detik M = gerakan aktif dan pasif tidak terbatas, ROM dbn Extremitas Inferior Dextra L = deformitas (+), jejas (+), vulnus excoriatum regio plantar pedis dextra uk 2x1 cm F = Nyeri tekan (+), akral hangat, CRT < 2 detik M = gerakan aktif dan pasif terbatas Extremitas Inferior Sinistra L = deformitas (-), jejas (-), vulnus excoriatum (-) F = krepitasi (-), nyeri tekan (-) akral hangat, CRT < 2 detik M = gerakan aktif dan pasif tidak terbatas, ROM dbn Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiologi, hasil Pemeriksaan Foto rontgen tibia dextra

2.5 Diagnosis Kerja Fraktur tertutup os tibia dextra 1/3 proximal garis patah melintang 2.6 Tatalaksana Fraktur tertutup 1. Non farmakalogis 7

Bed rest 2. Farmakologi IVFD RL 20 tetes/menit Ketorolac 2x1 Inj ceftriaxone 1x1 g

Imobilisasi tibia dengan pemasangan spalk 2.7 Prognosis Quo ad vitam Quo ad functionam Quoad sanationam

: dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

2.8 Follow up Keadaan Pasien 17 Januari 2019  S : Os mengeluh kaki kanan nyeri dan sulit digerakkan  O : TD : 120/70 Suhu : 36,8 oC Nadi : 80x/i RR  

: 22x/i

A : Fraktur tertutup os tibia dextra 1/3 proximal garis patah melintang P : IVFD RL 20 tetes/menit Ketorolac 2x1 Inj ceftriaxone 1x1 g Imobilisasi tibia dengan pemasangan spalk

18 Januari 2019  S : Os mengeluh kaki kanan sulit digerakkan  O : TD : 130/80 Suhu : 36,6 oC Nadi : 80x/i RR  

: 22x/i

A : Fraktur tertutup os tibia dextra 1/3 proximal garis patah melintang P : IVFD RL 20 tetes/menit Imobilisasi tibia dengan pemasangan spalk

8

19 Januari 2019  S : OS mengeluh kaki kanan sulit digerakkan  O : TD : 130/80 Suhu : 36,8 oC Nadi : 80x/i RR  

: 20x/i

A : Fraktur tertutup os tibia dextra 1/3 proximal garis patah melintang P : IVFD RL 20 tetes/menit Imobilisasi tibia dengan pemasangan spalk

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .1 Anatomi Tulang Tibia Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi menyanggah berat badan. Tibia bersendi di atas dengan Condylus femoris dan caputfibulae, di bawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujung atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus. pada ujung atas terdapat condylilateralis dan medialis (kadang-kadang disebut plateau tibia lateral dan medial), yang bersendi dengan condyli lateralis dan medialis femoris, dan dipisahkan oleh menisci lateralis dan medialis. Permukaan atas facies articulares condylorum tibiae terbagi atas area intercondylus anterior

9

dan posterior di antara kedua area ini terdapat eminentia intercondylus.Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis circularis yang kecil, dan bersendi dengan Caput fibulae. Pada aspek posterior condylus medialis terdapat insertio m. semimembranosus.2 Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan mempunyai tiga margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta facies medialis diantaranya terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering. pada pertemuan antara margo anterior dan ujung atas tibia terdapat tuberositas, yang merupakan tempat lekat ligamentum patellae. 'argo anterior di bawah membulat, dan melanjutkan diri sebagai malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus memberikan tempat perlekatan untuk membrane interossea. Facies posterior dan corpus tibiae menunjukkan linea oblique, yang disebut linea musculi solei, untuk tempatnya m.soleus.2 Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat permukaan sendi berbentuk pelana untuk os.talus. ujung bawah memanjang ke bawah dan medial untuk membentuk malleolus medialis. Facies lateralis dari malleolus medialis bersendi dengan talus.Pada facies lateral ujung bawah tibia terdapat lekukan yang lebar dan kasar untuk bersendi dengan fibula. Musculi dan ligamenta penting yang melekat pada tibia.2

10

Gambar Anatomi Tibia.2

.2 Definisi Fraktur Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat lokal maupun sebagian. Fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap.4 Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada beberapa keadaan trauma muskuloskeletal, fraktur dan dislokasi terjadi bersamaan. Hal ini terjadi apabila di samping kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan tulang disertai pula fraktur persendian tersebut.4

11

Tekanan

yang

berulang-ulang

dapat

menyebabkan

keretakan

pada

tulang. Keadaan ini paling sering ditemui pada tibia, fibula, atau metatarsal. Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget).3 .3 Proses terjadinya Fraktur Pada beberapa keadaan, proses fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan. Trauma muskuloskeletal yang bisa menjadi fraktur dapat dibagi menjadi taruma langsung dan trauma tidak langsung. - Trauma langsung ( direct ) Taruma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kuminutif dan -

jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung ( indirect ) Trauma tidak langsung merupakan suatu kondisi taruma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya, jatuh deengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Fraktur juga bisa terjadi akibat adanya tekanan yang berlebih dibandingkan

kemampuan tulang dalam menahan tekanan. Tekanan yang terjadi pada tulang dapat berupa hal-hal berikut : -

Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik

-

Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi,

-

dislokasi atau fraktur dislokasi Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah,

-

misalnya pada badan vertebra, talus, atau fraktur buckle pada anak-anak. Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan

-

menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z. Fraktur remuk Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang

12

3.4 Klasifikasi Fraktur Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi jenis, klasifikasi klinis dan klasifikasi radiologis.4 a. Klasifikasi Penyebab - Fraktur traumatik Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur - Fraktur patalogis Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patalogis di dalam tulang. Fraktur patalogis terjadi di daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patalogis lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun metastasis. - Fraktur stres Disebabkan oleh trauma yang terus-menerys pada suatu tempat tertentu. b. Klasifikasi jenis fraktur

-

Fraktur terbuka Fraktur tertutup Fraktur kompresi Fraktur stres Fraktur avulsi Greenstick fracture (fraktur lentur atau salah satu tulang patah sedang

satu sisi lainnya membengkok) - Fraktur transversal - Fraktur komunitif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen) - Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke dalam tulang lainnya)

13

c. Klasifikasi klinis

Manifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi. Klinis yang didapatkan akan memberikan gambaran pada kelainan tulang. Secara umum keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut : - Fraktur tertutup Fraktur tertutup adalah fraktur di mana kulit tidak tembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. - Fraktur terbuka Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam atau dari luar. Derajat I

Luka Laserasi <1 cm; kerusakan jaringan tidak

Fraktur Sederhana, dislokasi

II

berarti; relatif bersih Laserasi >1 cm; tidak ada kerusakan

fragmen minimal Dislokasi frjujn nmmagmen

jaringan yang hebat atau avulsi; ada

jelas

kontaminasi Luka lebar dan rusak hebat, atau hilangnya

Kominutif,

jaringan disekitarnya; kontaminasi hebat

fragmen tulang ada yang

III

segmental,

hilang

14

- Fraktur dengan komplikasi Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi lainnya mal-union, delayed union, non-union serta infeksi tulang. d. Klasifikasi radiologis

Klasifikasi fraktur berdasarkan penilaian radiologis yaitu penilaian lokalisasi/letak fraktur, meliputi diafsial, metafsial, intraartikular, dan fraktur dengan dislokasi. Estimasi penilaian pada konfigurasi atau sudut patah dari suatu fraktur dapat dibedakan sebagai berikut : - Fraktur transversal Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempat semulanya, maka segmen-segmen itu akan stabil dan biasanya dikontrol dengan bidai gips.

- Fraktur kumunitif Fraktur komunitif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.

- Fraktur oblik Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

15

- Fraktur segmental Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya, satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah akan sulit sembuh dan mungkin memerlukan pengobatan secara bedah.

- Fraktur impaksi Fraktur impaksi atau fraktur kompresi. Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang yang berada d antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya ( sering di sebut dengan brust fracture). Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pandangan lateral dari tulang punggung menunjukkan pengurangan tinggi vertikal dan sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vertebra.

16

- Fraktur spiral Fraktur spiral timbul akibat torsi pada esktremitas. Fraktu-fraktur ini khas pada cedera terputar sampai tulang patah. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan immobilisasi luar.

e. Bergeser - tidak bergeser (displaced-undisplaced)3,4,5

- Fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Periosteumnya masih utuh. - Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen. .5

Manifestasi Klinis Fraktur

17

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan berubahan warna.3 1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyartai fraktur merupakan bentuk bidai alami yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar frekmen tulang. 2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alami ( gerakan luar biasa ) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.3 3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain.3 4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. ( uji krepitus dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat ).3 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera3 .6

Diagnosis Fraktur Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap

dan melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan dan menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.5,6,7 Anamnesa Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur teradi di daerah lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di kamar mandi pada orangtua, penganiayaan, tertimpa

18

benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, krepitasi, diskrepansi (hilangnya kontuinitas permukaan tulang) atau datang dengan gejala-gejala lain.3 Pemeriksaan Status Lokalis a. Look Inspeksi sebenarnya telah dmulai sejak awal pertama bertatap muka dengan pasien. Saat pertama kali melihat pada inspeksi yang diperhatikan adalah raut muka pasien (apakah terlihat kesakitan), cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk, dan cara tidur (periksa adanya kelainan dalam cara berjalan). Inspeksi kemudian dilakukan secara sistematis dan ditujukan pada hal-hal berikut : - Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendon, ligamen, -

jaringan lemak, fasia, dan kelenjar limfe Kulit, meliputi warna kulit (kemerahan,

-

hiperpigmentasi) dan tekstru kulit Tulang dan sendi Jaringan parut Benjolan, pembengkakan atau cekungan dengan hal-hal yang tidak

b. Feel -

kebiruan,

atau

biasa (abnormal) Posisi dan bentuk dari ekstremitas (deformitas) Suhu kulit apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan

-

arteri dapat diraba atau tidak Jaringan lunak palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui

-

adanya spasme otot, atrofi otot atau adanya pembengkakan Tulang diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara

-

tulang yang satu dengan lainnya Penilaian deformitas yang menetap dilakukan apabila sendi tidak dapat

-

diletakkan pada posisi anatomis yang normal Nyeri tekan perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah

-

nyeri setempat atau nyeri menjalar yang berasal dari tempat lain. Pengukuran panjang anggota gerak terutama untuk anggota gerak

bawah. c. Move

19

Pada pergerakan sendi dikenal dengan dua istilah yaitu pergerakan aktif dan pasif. Gerakan aktif merupakan pergerakan sendi yang dilakukan oleh pasien sendiri, sedangkan pergerakan pasif merupakan pergerakan sendi dengan bantuan pengkaji. - Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit. Apakah gerakan ini disertai dengan adanya -

krepitasi. Stabilitas sendi. Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan

-

sendi dan keadaan ligamen yang mempertahankan sendi. Pengkajian stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan

-

tekanan pada ligamen kemudian gerakan sendi diamati Pengkajian range of joint movement (ROM).

Pemeriksaan Radiologi Foto Polos Pemeriksaan radiologis perlu dilakukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis. Tujuan pemeriksaan radiologis: -

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi Untuk konfirmasi adanya fraktur Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

-

pergerakannya Untuk menentukan teknik pengobatam Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak Untuk menentukan apakah fraktur intra artikuler atau ekstra artikuler Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang Untuk melihat adanya benda asing seperti peluru

Pemeriksan radiologis dilakukan dengan prinsip dua: -

Dua posisi proyeksi, yaitu sekurang-kurangnya AP dan Lateral Dua sendi pada anggota gerak harus difoto, diatas dan dibawah sendi yang

-

mengalami fraktur Dua anggota gerak, pada anak sebaiknya dilakukan pada kedua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis

20

-

Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang, misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu

-

dilakukan fotot pada panggul dan tulang belakang Dua kali dilakukan foto, pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 0-14 hari kemudian.

Pemeriksaan radiologis berupa: -

Foto polos Tomografi CT-Scan MRI Radiotop scanning

.7

Penyembuhan Fraktur Terdapat beberapa faktor yang bisa menentukan lama penyembuhan fraktur.

Setiap faktor akan memberikan pengaruh penting terhadap proses penyembuhan. Faktor yang bisa menurunkan proses penyembuhan fraktur pada pasien harus dikenali sebagai parameter dasar untuk pemberian intevensi selanjutnya yang lebih komprehensif. Penyembuhan fraktur berkisar antara tida minggu sampai empat bulan, waktu penyembuhan pada anak secara kasar separuh waktu penyembuhan daripada dewasa.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur antara lain : -

Umur penderita Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena kativitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum, serta proses romodeling tulang. Pada bayi proses penyembuhan sangat cepat dan aktif, namun kemampuan ini makin berkurang

-

apabila umur bertambah. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur Lokasi fraktur memegang peranan penting. Fraktur metafisis penyembuhan lebih cepat daripada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik

-

karena kontak yang lebih banyak. Pergeseran awal fraktur Pada fraktur yang tidak bergeser diman periosteum tidak bergeser, maka penyembuhan dua kali cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser.

21

-

Vaskularisasi pada kedua fragmen Apabila kedua fragmen mempunyai

vaskularisasi

yang

baik,

maka

penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Namun apabila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya buruk, maka akan menghambat atau bahkan tidak terjadi -

tautan yang dikenal dengan non-union. Reduksi serta imobilisasi Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu dalam

-

penyembuhan fraktur. Waktu imobilisasi Jika imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi

-

tautan (union) maka kemungkinan terjadinya non-union sangat besar. Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak Jika ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteum maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung

-

fraktur. Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal Infeksi dan keganasan akan memperpanjang proses inflamasi lokal yang akan

-

menghambat proses penyembuhan dari fraktur. Cairan sinovia Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam

-

penyembuhan fraktur Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak Gerakan gerak aktif dan pasif pada anggota gerak akan meninngkatkan vaskularisasi daerah fraktur, tetapi gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur

-

tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi. Nutrisi Asupan nutrisi yang optimal dapat memberikan suplai kebutuhan protein untuk proses perbaikan. Pertumbuhan tulang menjadi lebih dinamis bila ditunjang

-

dengan asupan nutrisi yang optimal. Vitamin D Vitamin D memengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang seperti yang terlihat pada kadar hormon paratiroid yang tinggi. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit akan membantu klasifikasi tulang (membantu kerja hormone paratiroid), antara lain dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.

.8

Penyembuhan Tulang 22

Ketika mengalami cedera fragmen, tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut, tetapi juga akan mengalami regenerasi secara bertahap. Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :4 -

Fase 1 Inflamasi Respons tubuh pada saat mengalami fraktur sama dengan respons apabila ada cedera di bagian tubuh lain. Terjadi perdarahan pada jaringan yang cedera dan pembentukan hematoma pada lokasi fraktur. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut dari zat asing. Pada saat ini terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan

-

hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Fase 2 Proliferasi Sel Dalam sekitar lima hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuklah benang-benang

fibrin

pada

darah

dan

membentuk

jaringan

untuk

revaskularisasi, serta invasi fibroblas dan osteoblas. Fibroblas dan osteoblas (berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum tampah pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Namun, gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus. Tulang -

yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif. Fase 3 Pembentukan Kalus Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan serat tulang imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis, fragmen tulang tak bisa lagi digerakkan. Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial. Mineral terusmenerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.

23

Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif. Pada patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. -

Fase 4 remodeling Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun bergantung pada beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan stres fungsional pada tulang (pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus). Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung. Ketika remodeling telah sempurna muatan permukaan patah tulang tidak lagi negatif.

.9 Penatalaksanaan Fraktur Tertutup Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Reposisi dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai keadaan remodelling (proses swapugar).8 Sebelum mengambil keputusan utnuk melakukan pengobatan definitif, prinsip pengobatan ada empat R (4R):

24

1. Recognition Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan lokalisasi fraktur, bentuk fraktir, penentuan teknik yang sesuai dengan pengobatan dan komplikasi yang mungkin terjadi 2. Reduction Reduksi adalah restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Fraktur seperti fraktur klavikula, iga dan fraktur impaksi dari humerus tidak memerlukan reduksi. Angulasi <50 pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10 0 pada humerus dapat diterima. Reduksi dapat dilakukan berupa reduksi tertutup atau reduksi terbuka. Reduksi tertutup merupakan penanganan dengan metode non operatif disebut juga dengan reposisi. Prinsip reposisi adalah berlawanan dengan arah fraktur. Umumnya reduksi tertutup digunakan untuk semua fraktur dengan pergeseran fragmen minimal. Reduksi tertutup berupa manual traction, skin traction, atau sceletal traction. 3. Retention Setelah dilakukan reposisi dilakukan imobilisasi. Retensi (imobilisasi) dapat berupa pemasangan bidai, fiksasi internal dan fiksasi eksternal. Salah satu contoh eksternal fiksasi adalah pemasangan gips (Plaster of Paris). Selain gips, Fiksasi luar (OREF) dilakukan untuk fiksasi fragmen patahan tulang, dimana digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja disatukan secara kokoh dengan batangan logam di kulit luar. Beberapa indikasi pemasangan fiksasi luar antara lain fraktur dengan rusaknya jaringan lunak yang berat (termasuk fraktur terbuka). Sedangkan pada fiksasi internal bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa juga plat dengan skrup di permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara operatif adalah dapat dicapai reposisi sempurna, dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak diperlukan pemasangan gips lagi dan segera bisa dilakukan imobilisasi. Indikasi pemasangan fiksasi interna adalah fraktur tidak bisa di reduksi kecuali dengan operasi, fraktur intra

25

artikuler, fraktur yang tidak stabil dan cenderung terjadi displacement kembali setelah reduksi fraktur dengan penyatuan yang buruk dan perlahan (fraktur femoral neck), fraktur patologis, fraktur multiple dimana dengan reduksi dini bisa meminimkan komplikasi, fraktur pada pasien dengan perawatan yang sulit. Bentuk-bentuk internal fiksasi antara lain plate and screw, intramedullary nail, oblique transfixion screws, circumferential wire. 4. Rehabilitation Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin. Konservatif 1. Istirahat Istirahat salah satu jenis metode pengobatan, baik secara umum ataupun hanya lokal dengan mengistirahatkan anggota gerak/tulang belakang dengan cara-cara tertentu. 2. Pemberian Alat Bantu Alat bantu ortopedi dapat terbuat dari kayu, aluminium atau gips, berupa bidai, gips korset, korset badan, ortosis (brace), tongkat atau alat jalan lainnya. Pemberian alat bantu bertujuan untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang mengalami gangguan, untuk mengurangi beban tubuh, membantu untuk berjalan, untuk stabilisasi sendi atau untuk mencegah deformitas yang ada bertambah berat. Alat bantu ortopedi yang diberikan bisa bersifat sementara dengan menggunakan bidai, gips pada badan (gips korset), bisa juga untuk pemakaian jangka waktu lama/permanen misalnya pemberian ortosis, protesa, tongkat atau pemberian alat jalan lainnya untuk menyangga bagian-bagian dari anggota tubuh/anggota gerak yang mengalami kelemahan atau kelumpuhan pada penderita. 3. Pemberian Obat-Obatan Pemberian obat-obatan di dalam bidang ortopedi meliputi : - Obat-obat anti bakteri Diperlukan untuk mencegah atau mengobati infeksi yang ada misalnya pada osteomielitis, piogenik akut atau tuberkulosis. - Analgetik Sebaiknya diberikan secara bertahap dari dosis yang kecil dan kadangkadang juga diperlukan obat-obat sedatif. - Vitamin Misalnya pemberian vitamin D pada penyakit riketsia

26

4. Pemasangan Gips Pemasangan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif pilihan (terutama pada fraktur). Bentuk-bentuk pemasangan gips : - Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran permukaan anggota gerak - Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga merupakan gips yang hampir melingkar - Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak - Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah. 5. Pemasangan Traksi Traksi merupakan salah satu pengobatan konservatif yang mudah dilakukan. Berdasarkan mekanisme traksi dikenal dua macam traksi yaitu : - Traksi menetap dipergunakan untuk melakukan fiksasi sekaligus traksi dengan mempergunakan traksi dari thomas splint - Traksi berimbang merupakan suatu traksi secara bertahap untuk memperoleh reduksi tertutup dan sekaligus imobilisasi pada daerah yang dimaksud. Ada dua jenis pemasangan traksi yaitu : 1) Traksi kulit Menggunakan plaster lebat yang direkatkan pada kulit dan diperkuat dengan perban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5 kg yang merupakan batas toleransi kulit. Jenis-jenis traksi kulit : - Traksi ekstensi dari Buck adalah traksi kulit dimana plaster melekat -

secara sederhana, dengan memakai katrol Traksi dari Dunlop, dipergunakan pada fraktur suprakondiler humeri

-

anak-anak Traksi dari Gallow atau traksi dari Bryant, dipergunakan pada fraktur

-

femur anak-anak usia di bawah 2 tahun. Traksi dari Hamilton Russel, digunakan pada anak-anak usia lebih dari 2 tahun.

27

2) Traksi pada tulang Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Kirschner (K-wire) atau -

batang dari steinmann pada lokasi-lokasi tertentu yaitu : Proksimal tibia Kondilus femur Olekranon Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya) Traksi pada tengkorak Trokanter mayor Bagian distal metakarpal

Jenis-jenis traksi tulang - Traksi tulang dengan menggunakan kerangka dari Bohler Braun pada -

fraktur orang dewasa Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi dari pearson Traksi tulang pada olekranon, pada fraktur humerus

28

-

Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak misalnya Gardner Well Skull Calipers, Crutchfield cranial tong

Terapi operatif Indikasi operasi dibagi menjadi indikasi absolute dan relative. Indikasi absolute : - Fraktur dengan cedera vascular - Fraktur dengan sindrom kompartemen - Pasien dengan cedera multiple untuk meningkatkan mengurangi

nyeri

mobilisasi,

dan mengurangi pelepasan mediator – mediator

sehingga menurunkan resiko sindrom distress pernafasan. Indikasi relative: - Adanya shortening yang signifikan pada foto x-ray - Cominutif yang signifikan - Fraktur tibia dengan fibula yang intak

.10 Komplikasi Fraktur Komplikasi awal a. Syok Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada beberapa kondisi tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit yang hebat pada pasien.4 b. Kerusakan arteri Pecahnya arteri karena trauma dapat di tandai dengan tidak adanya nadi, CRT (capillary Refill Time) menurunun, sianosis pada bagian distal, hematoma yang lebar dan rasa dingin pada ekstermitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi pembidaian, perubahan posisi pada daerah yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.4 c. Sindrom kompartemen Sindrom kopartemen adalah suatu kondisi di mana terjadi terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan

29

pembuluh darah. Kondisi sindrom kompartemen akibat komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur yang dekat dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda khas pada sindrom kompartemen adalah 5P yaitu : pain (nyeri lokal), paralysis (kelumpuhan tungkai), pallor (pucat bagian distal), parastesia (tidak ada sensasi), pulselessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak baik, dan CRT >3 detik pada bagian distal kaki).4 d. Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma ortopedik infeksi dimulai pada kuliy (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin (ORIF dan OREF) atau plat.4 e. Avaskular nekrosis AVN terjadi karema aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.4 d. Sindrom emboli lemak Sindrom emboli lemak (fat embolism syndrom-FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karema sel-sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea, dan demam.4 Komplikasi lanjut a. Delayed union. Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi susai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk sembuh atau tersambung dengan baik. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. Delayed union adalah Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah.4 b. Non-union Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan dan tidak terjadi konsilidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi

30

palsu). Pseudoartritis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama infeksi yang disebut sebagai infected pseudoartritis.4 c. Mal-union Keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, pemendekan atau menyilang misalnya pada fraktur radius-ulna.4

BAB IV ANALISIS MASALAH Pada kasus didapat, Tn. A umur 25 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan sakit pada kaki sebelah kanan sejak 4,5 jam SMRS. Pada pemeriksaan Fisik Gerakan ektremitas inferior dextra aktif dan pasif terbatas, deformitas (+), jejas (+), vulnus excoriatum regio plantar pedis dextra uk 2x1 cm dan nyeri tekan (+). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan karena ruda paksa. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kuminutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung ( indirect ) merupakan suatu kondisi taruma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Secara umum keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut Fraktur tertutup adalah fraktur di mana kult tidak tembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam atau dari luar. Estimasi penilaian pada konfigurasi atau sudut patah dari suatu fraktur dapat dibedakan fraktur transversal, fraktur kumunitif, fraktur oblik, fraktur segmental, fraktur kompresi, fraktur spiral timbul akibat torsi pada esktremitas. Fraktur-fraktur ini khas pada cedera terputar sampai tulang patah. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan

31

cenderung cepat sembuh dengan immobilisasi luar. berdasarkan posisi frakur 1/3 proksimal, 1/3 medial dan 1/3 distal. Pada pasien ini didapatkan fraktur tertutup pada 1/3 proksimal tibia. Penderita biasanya datang dengan gejala nyeri bertambah hebat disertai pembengkakan pada daerah tungkai atas dan tidak dapat menggerakkan tungkai. Terdapat deformitas, dan krepitasi. Penanganan fraktur pada pasien ini adalah imobilisasi menggunakan spalk.

BAB V KESIMPULAN Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan atau tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik). Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Prinsip penanganan fraktur tidak terlepas dari primary survey untuk menemukan dan mengatasi kondisi life threatening

yang ada pada pasien,

terutama pada layanan primer. penatalaksaan yang tepat pada pasien fraktur menentukan outcome nya. Bila dalam penatalaksanaan dan perawatan tepat, tulang yang patah dapat menyatu kembali dengan sempurna (union). Namun bila penatalaksanaan tidak tepat, maka fraktur dapat menyatu tidak sempurna (malunion), terlambat menyatu ( delayed union), ataupun tidak menyatu(non union). Perawatan yang baik juga perlu untuk mencegah terjadinya komplikasi pada pasien fraktur.

32

33

DAFTAR PUSTAKA 1.

Apley AG, Solomon Luis. Apley’s System of Orthopaedics and Fracture. 7th Edition.Jakarta:Widya Medika

2.

Bucholz RW, Heckman JD, Cour-Brown C, at al., eds. Rock Wood and Green. Fractures in adults.6th ed. Philadelphia Lippincott Wiliiams & Wilkins;2006.p.2081-93

3.

Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007

4.

Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Edisi 2. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. 2016

5.

Buckley R, Panaro CDA. General principles of fracture care. Diunduh dari http://www.emedicine.com/orthoped/byname/General-Principles-ofFracture-Care.htm. Update terakhir: 12 Agustus 2018

6.

Rasjad,C. Trauma. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Edisi 2. Makasar : Bintang Lamumpatue.2003

7.

Gosling T and Giannoudis P. Skeletal Trauma : Basic Science, Management, and Reconstruction. Clinical Key. 2015

8.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem organ dan tindak bedahnya didalam Buku ajar ilmu bedah Edisi 3. Jakarta: EGC. 2007.

34

Related Documents