CRITICAL BOOK REPORT KIMIA INSTRUMENT “KOLORIMETRI”
DISUSUN OLEH : CINTHIA ULY SINAGA
(4163210015)
JESIKA CITRA PAINJAITAN
(4161210007)
KURNIA SANDI
(4163210011)
RIZKA ALFI FADHILA
(4163210018)
SARA ANGELICA SIMANJUNTAK (4163210019)
KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
a. Pendahuluan Lebih dari seabad yang lalu Michael Faraday menemukan proporsionalitas langsung antara jumlah listrik dan jumlah oksidasi dan reduksi yang terjadi pada aliran arus melalui sel elektrokimia.pengamatan mengarah pada pengembangan kolorimetri kimia, alat untuk mengukur jumlah listrik dengan menentukan jumlah perubahan kimia yang disebabkan oleh arus. Aplikasi dari Hukum Faraday, di mana jumlah suatu zat ditentukan dari pengukuran kuantitas listrik, jauh lebih baru. Metode analisis kolorimetri seperti ini dimulai sekitar tahun 1940. Analisis kimia fotometrik mencakup kolorimetri, spektrofotometri, dan nephelometri . Analisis kimia fotometrik dapat didefinisikan sebagai analisis yang secara umum didasarkan pada pengukuran jumlah cahaya yang diserap oleh larutan berwarna (kolorimetri, spektrofotometri) atau dengan suspensi putih atau dari jumlah cahaya tersebar oleh Konsentrasi zat berwarna dalam larutan dapat ditentukan secara langsung dengan analisis kolorimetri atau spektrofotometri; jika zat yang akan ditentukan tidak berwarna, ia mungkin sering diubah menjadi senyawa berwarna dengan beberapa reaksi kimia yang sesuai. Dalam kolorimetri, cahaya putih alami atau buatan (spektrum kontinu antara merah dan ultraviolet) digunakan sebagai sumber cahaya. Pengukuran dilakukan dengan instrumen sederhana yang disebut colorimeter. Dalam spektrofotometri, cahaya dengan panjang gelombang tertentu digunakan sebagai sumber cahaya; instrumen yang digunakan dalam pengukuran jauh lebih rumit daripada kolorimeter dan disebut spektrofotometer. Dengan instrumen yang sesuai dari pengukuran tipe terakhir juga dapat dilakukan di daerah ultraviolet dan inframerah spektrum, di mana pengukuran kolorimetri biasa tidak mungkin dilakukan. Kolorimetri merupakan metode untuk mengukur konsentrasi komponen biokimia menggunakan sinar putih yang dilewatkan melalui larutan berwarna, lalu diukur beberapa panjang gelombang yang diabsorbsi lebih dari yang lain. Masalah bomb kalorimeter berkaitan dengan pengukuran besaran energi suatu materi.Besaranbesaran energi mencakup sifatsifat termodinamika sistem seperti entalpi, energi dalam, kalor spesifik atau nilai kalor.Jenis alat bomb kalorimeter aliran yang biasa digunakan dalam eksperimen disebut Junkers Calorimeter (Kalorimeter Junker). Hukum Lambert-Beer Ketika cahaya monokromatik dengan intensitas awal Io melalui suatu larutan, maka sebagian besar sinar akan diserap sehingga intensitas sinar yang keluar menjadi I (I > Io). Hubungan antara I dan Io bergantung pada tebal atau dalamnya medium penyerap (I) dan konsentrasi larutan (c). Kedua factor ini berkaitan dalam hukum Lambert dan Beer. Menurut hukum Lambert: intensitas sinar monokromatik yang melalui medium penyerap akan menurun secara eksponensial terhadap tebal atau panjang medium penyerap I = Ioe-k1 I Sedangkan menurut hukum Beer : intensitas sinar monokromatik yang melalui medium penyerap akan menurun secara eksponensial terhadap peningkatan konsentrasi medium penyerap I = Ioe-k2 c Sehingga diperoleh: I = Ioe-k3
cI
Beberapa kolorimetri dan spektrofotometer mempunyai dua skala yaitu % transmitan berbentuk linear dan absorban berbentuk logaritmik. b. Konsep dasar Instrumen Bahan bakar gas dibakar di dalam kalorimeter Junker itu, dan kalornya dialirkan ke air pendingin.Laju aliran air ditentukan dengan menimbangnya, sedang suhu air masuk dan keluar diukur dengan termometer presisi raksa dalam gelas.Hasil pembakaran didinginkan hingga suhunya cukup rendah dan uap airnya mengembun.Kondensatnya dikumpulkan dalam tabung ukur.Laju aliran gas biasanya diukur dengan positive displacement flowmeter. Jenis alat kalorimeter non-aliran yang telah lazim adalah bomb kalorimeter, digunakan untuk untuk penentuan nilai kalor bahan bakar padat dan cair. Berbeda dengan jenis kalorimeter aliran, pengukuran disini dilakukan pada kondisi volum konstan, tanpa aliran. Beberapa hal yang penting dalam penggunaan kolorimeter dan spektrofotometer adalah: 1. Pembersihan kuvet dengan merendamnya dalam 50% v/v asam nitrit lalu dicuci dalam aquades 2. Penggunaan kuvet dengan benar adalah dengan cara mengisi kuvet dengan aquades lalu diperiksa adanya koreksi perbedaan kecil yang ada dalam sifat optik. Bagian luar kuvet dibersihkan dengan kertas tisu sebelum diletakkan dalam sel dan bagian permukaan kaca kuvet jangan dipegang 3. Masing-masing kuvet memiliki kisaran serapan panjang gelombang yang berbeda-beda yaitu - Kuvet gelas : 360 – 800 nm - Kuvet silica : 200 – 800 nm - Kuvet kuarsa : <200 – 800 nm 4. Sumber sinat dari bola lampu tungsten memproduksi energy dengan kisaran yang luas sampai panjang gelombang 360 nm 5. Fotosel 6. Absorban larutan dibaca terhadap pereaksi blanko yang mengandung semuanya kecuali senyawa yang akan diukur 7. Replikasi Kolorimetri visual adalah pencocokan warna perangkaat dengan bidang warna terbelah setengah bidang tertutupi badan warna yang sedang diukur disinari dengan sumber cahaya putih dan setengah bidang lainnya dibuat dari permukaan putih, disinari dengan 3 sumber cahaya yang warnanya ditentukan dengan baik biasanya merah, hijau dan biru. Proses kolorimetri tidak sederhana dan membutuhkan ketrampilan. Pengaturan proses ini dapat disederhanakan dengan pengaturan kompleks lain. Berbagai variasi dari dasar pengaturan untuk konstruksi visual kolorimeter untuk aplikasi berbeda. Kaolorimeter disk hadir dengan metode menyenangkan untuk menemukan proporsi warna yang dibutuhkan untuk campuran yang diberikan. Instrumen ini mengambil beberapan keuntungan dari respon mata yang lambat dengan melapisinya dengan beberapa warna yang dicat pada sektor bersudut dari cakram berputar, diasumsikan bahwa warna sampel referensi diperoleh dengan proses penambahan warna .hipotesis ini lebih valid untuk pigmen dari pada pewarna. Dengan metode ini rona dan saturasi dari warna sampel dapat dicocokkan tetapi tidak perlu kilau kecuali sampel dan disk disinari dengan intensitas cahaya berbeda.
c.
Bebebrapa tipe instrument
Alat ukur kalor – bergantung dari zatnya – terdiri dua jenis yaitu alat kalorimeter aliran yang digunakan untuk mengukur nilai kalor bahan bakar gas atau cair dan alat kalorimeter nonaliran yang digunakan untuk mengukur nilai kalor bahan bakar padat atau cair.Nilai kalor biasanya dinyatakan dalam kalori/gram atau Btu/Lb. Bomb kalorimeter termasuk tipe kalorimeter non aliran.
Alat Instrumentasi Bomb Kalorimeter d. Komponen peralatan instrumen
Semua arus yang masuk rangkaian diberi subskrip 1, sedang arus yang keluar dari rangkaian itu diberi tanda subskrip 2. Bahan bakar dan udara dibakar di dalam calorimeter, dan sebagai besar kalor pembakaran diserap oleh air pendingin. Pengukuran yang perlu dibuat dalam eksperimen ini ialah suhu air pendingin masuk dan keluar Tw 1 dan Tw2, laju aliran massa bahan bakar mf, laju aliran massa air pendingin mw, suhu kondesat Tc2, suhu bahan bakar dan udara masuk Tf1 dan Ta1, dan kelembaban relatif udara masuk f1, di samping itu dilakukan pula analisa hasil pembakaran untuk menentukan kandungan okigen, karbon dioksida, dan karbon monoksida.
Skema Alat Kalorimeter Non Aliran Bomb Kalorimeter Contoh bahan bakar yang diukur dimasukkan ke dalam bejana logam yang kemudian diisi dengan oksigen pada tekanan tinggi.Bom ditempatkan di dalam bejana berisi air dan bahan bakar dinyalakan dengan sambungan listrik dari luar. Suhu air diukur sebagai fungsi waktu setelah penyalaan, dan dari pengetahuan tentang massa air di dalam sistem itu, massa dan kalor spesifik bejana, kurva pemanasan dan pendinginan transien, maka energi yang dilepaskan dalam pembakaran itu dapat ditentukan. Keseragaman suhu air di sekeliling bom dijaga dengan suatu pengaduk. Alat untuk titrasikolorimetri dapat relatif sederhana dengan instrumentasi yang diperlukan untuk potensi-terkontrolmetode.Sumber arus konstan.Banyak sumber arus konstan untuk itrasi kolorimetri telah dijelaskan dalam literatur.Ini sangat bervariasi dalam kompleksitas dan karakteristik kinerja mereka. Kita haruspertimbangkan hanya tipe yang paling sederhana; itu mampu memberikan arus sekitar 20 mampu yang konstan ke sekitar 0,5 persen. Perangkat menghasilkanarus sebuah ampere atau lebih besar dan yang bervariasi tidak lebih dari 0,01 persen selama periode waktu yang lama jauh lebih kompleks Alat untuk titrasikolorimetri dapat relatif sederhana dengan instrumentasi yang diperlukan untuk potensi-terkontrolmetode.Sumber arus konstan.Banyak sumber arus konstan untuk titrasi kolorimetri telah dijelaskan dalam literatur.Ini sangat bervariasi dalam kompleksitas dan karakteristik kinerja mereka. Kita haruspertimbangkan hanya tipe yang paling sederhana; itu mampu memberikan arus sekitar20 mamp yang konstan ke sekitar 0,5 persen. Perangkat menghasilkanarus sebuah ampere atau lebih besar dan yang bervariasi tidak lebih dari 0,01 persen selama periode waktu yang lama jauh lebih kompleks Alat untuk titrasikolorimetri dapat relatif sederhana dengan instrumentasi yang diperlukan untuk potensi-terkontrolmetode.Sumber arus konstan.Banyak sumber arus konstan untuk titrasi kolorimetri telah dijelaskan dalam literatur.Ini sangat bervariasi dalam kompleksitas dan karakteristik kinerja mereka. Kita haruspertimbangkan hanya tipe yang paling sederhana; itu mampu memberikan arus sekitar20 mamp yang konstan ke sekitar 0,5 persen. Perangkat menghasilkanarus sebuah ampere atau lebih besar dan yang bervariasi tidak lebih dari 0,01 persen selama periode waktu yang lama jauh lebih kompleks
e. Cara kerja insntrumen Berikut ini disajikan prosedur kerja Bom Calorimetertype :”1261 Isoperibol Calorimeter”. Pada alat ini nilai kalori pembakaran dihitung berdasarkan persamaan : 𝑊. 𝑇 − 𝑒1 −𝑒2 − 𝑒3 𝐻𝑐 = 𝑚 Dimana Hc=gross heat pembakaran T=kenaikan suhu W=energy ekivalen dari kalorimeter yang digunakan e1=panas hasil pembakaran nitrogen e2=panas hasil pembakaran sulfur membentuk SO3 dan asam sulfat e3=panas hasil pembakaran kawat m=massa sample.
Bomb
1. Hidupkan bomb calorimeter (ON) dan tekan tombol F1 untuk mengaktifkan pompa, pemanas dan mengalirkan air pendingin (dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menstabilkan suhu jaket, ditandai lampu control telah menyala) 2. Ditimbang dengan teliti sejumlah sample (sesuai kapasitas mangkok bomb calorimeter) yang akan diukur nilai kalorinya 3. Masukkan sample tersebut ke dalam mangkok bomb calorimeter 4. Hubungkan seutas kawat dengan panjang tertentu antara kedua ujung katoda/anoda dengan sample 5. Masukkan mangkok yang berisi sample tersebut ke dalam silinder aluminium dan tutup rapat 6. Alirkan gas (N2) ke dalam silinder tersebut hingga penuh (pada tekanan tertentu), alat ini akan bekerja secara otomatis 7. Masukkan slinder yang berisi sample tersebut ke dalam bak bom kalorimeter yang sebelumnya telah diisi air suling 2 liter (2000 gram), lalu tutup dengan rapat 8. Inputkan data-data berupa berat sample dan panjang (massa) kawat 9. Pembakaran dimulai dengan menekan tombol star hingga beberapa saat (sekitar 20 menit) 10. Setelah pembakaran sempurna, alat akan secara otomatis memberikan preliminary report yang dapat diprint out melalui komputer yang telah disiapkan 11. Buka penutup bak, keluarkan slinder sampel dan keluarkan mangkok sampel dari slinder 12. Ukur sisa kawat yang terlilit di ujung katoda/anoda yang tidak terbakar 13. Residu yang kemungkinan mengandung asam di dalam slinder dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer (gunakan pembilas air suling) untuk kemudian dititrsi menggunakan natrium karbonat 0,0709 N (3,76 gr Na2CO3 dilarutkan dalam 1 liter air suling). Gunakan indicator metil-orange. Bisa juga dititrasi menggunakan lrutan basa NaOH atau KOH. 14. Inputkan data-data panjang sisa kawat dan konsentrasi asam hasil titrasi, maka sesaat kemudian secara otomatis alat bomb calorimeter akan menberikan final report berupa hasil akhir sebagai hasil koreksi, yang dapat diprint out melalui printer yang telah disiapkan 15. Akhiri penggunaan alat dengan menekan tombol off (untuk memutuskan arus listrik). Metode kolorimetri sangat sesuai untuk penentuan jumlah mikro dan semi-mikro dari konstituen. Untuk analisis kuantitas makro, prosedur gravimetri dan volumetrik umumnya lebih disukai, karena lebih akurat. Harus dipahami bahwa metode kolorimetri biasa tidak menghasilkan akurasi yang lebih besar dari pada 1 persen.
f.
Aplikasi instrument (kualitatif)
Catatan : Berdasarkan contoh print out hasil pengukuran nilai kalor (gross heat) diatas diberikan dua jenis laporan Preliminary report : lapoan awal yang memberikan nilai kalori dari semua elemen yang terbakar dalam bomb, yaitu elemen sampel itu sendiri, elemen kawat sebagai penghubung arus listrik ke sampel dan elemen sulfur yang terbakar dan terlarut menjadi asam. Hasilnya : GROSS HEAT 10999.3 CAL/G g. Aplikasi instrument (kuantitatif) Final report : Laporan akhirsetelah dikoreksi terhadap kalor kawat yang terbakar dan kalor asam yang terbentuk, sehingga disini hanya tercatat nilai kalor sampel yang di analisis. Hasilnya : GROSS HEAT 11033.9 CAL/G Besar nilai koreksi tersebut diatas : [ (11033,9 – 10999,3) ] / [11033,9] x 100% = 0,31% Nilai kesalahan (koreksian) ini cukup kecil, dalam keperluan praktis terhadap sample tertentu (seperti batubara) dapat diabaikan. h. Kelebihan instrument Keuntungan utama dari metode kolorimetri adalah bahwa jejak zat dapat ditentukan dengan cara yang sederhana, sedangkan prosedur gravimetri dan volumetrik akan menghasilkan kesalahan yang relatif besar dengan jumlah seperti itu, karena jumlah absolut zat yang akan ditentukan sangat kecil. Oleh karena itu, metode kolorimetri sangat sesuai untuk penentuan jumlah mikro dan semi-mikro dari konstituen. Untuk analisis kuantitas makro, prosedur gravimetri dan volumetrik umumnya lebih disukai, karena lebih akurat. Harus dipahami bahwa metode kolorimetri biasa tidak menghasilkan akurasi yang lebih besar dari pada l persen. Akurasi yang lebih besar dapat diperoleh dengan uji spektrofotomik diferensial, dan dengan teknik ini analisis fotometrik dapat bersaing dengan analisis gravimetri dan volumetrik sejauh menyangkut akurasi. Metode fotometrik juga memberikan keuntungan besar karena lebih sederhana dan ekonomis sejauh yang diperhatikan. Bahkan jika kesalahan instrumental dapat direduksi menjadi angka kecil, penting untuk mempertimbangkan kesalahan metodis yang mungkin sangat kecil atau besar.
1. Metode kolorimetri seringkali akan memberikan hasil yang lebih tepat pada konsentrasi rendah dibandingkan prosedur titrimetri ataupun gravimetri padanannya. Selain itu prosedur kolorimetri lebih sederhana dilakukan daripada prosedur titrimetri ataupun gravimetri. 2. Suatu metode kolorimetri seringkali dapat diterapkan pada kondisi-kondisi dimana tidak terdapat prosedur gravimetri ataupun titrimetri yang memuaskan, misalnya untuk zat-zat hayati tertentu. 3. Prosedur kolorimetri mempunyai keunggulan untuk penetapan rutin dari beberapa komponen dalam sejumlah contoh yang serupa oleh dapat dilakukan dengan cepat. i.
Kelemahan instrument
Karena pengukuran untuk menentukan kesamaan warna antara larutan cuplikan dengan larutan dilakukan secara visual maka metode ini kurang akurat karena hasilnya sangat ditentukan oleh subjektivitas si pengamat dan nilai yang dihasilka belum memiliki satuan yang absolute. Pada kolorimetric adapun juga kelemahan dari metode ini, yaitu : l. Dalam sebagian besar kerja kolorimetri pengukuran dilakukan dengan mata telanjang, Pengamat harus berhati-hati untuk menghindari kelelahan dan ketegangan mata. Setelah angka tertentudari pengamatan yang telah dilakukan, mata menjadi lelah dan tidak lagi sensitive sedikit perbedaan dalam intensitas atau warna. Dianjurkan untuk melakukan pengukuran di ruangan gelap untuk mencegah kelelahan mata sebanyak mungkin, dan untuk memungkinkan mataberi istirahat dengan jarak waktu tertentu. Selain itu bacaan bisa dilakukan dengan kedua mata secara bergantian.Umumnya sensitivitas mata meningkat dengan latihan. Namun beberapa orang tidak dapat menilai warna tertentu secara akurat. Seorang operator harus menguji dirinya sendiri menyeluruh untuk setiap warna dengan mencocokkan standar terhadap dirinya sendiri dalam beberapa derajat intensitas. Kesalahan subjektif karena sensitivitas atau ketidak sempurnaan terbatas mata dihilangkan dengan menggunakan colorimeter di mana fotoelektrik atau fototronic sel diganti pada mata. 2. Intensitas warna yang akan diukur tidak boleh terlalu besar atau terlalu besarkecil, karena mata tidak sensitif dalam kasus ini terhadap sedikit perubahan intensitas.Di antara kedua ekstrem ini ada rentang intensitas di mana mata memiliki sebuah sensitivitas konstan untuk perubahan relatif yang sama dalam intensitas. Dengan kata lainmata tidak dapat membedakan antara dua intensitas I dan I + ∆I, jika ∆I kurang dari afraksi tertentu dari I. penentuan kolorimetri harus dibuat dalam kisaran diyang I / AI konstan. Nilai hasil bagi ini secara alami berbeda untuk berbagaiindividu dan juga tergantung pada pengalaman yang didapat. Selain hasil bagiberbeda untuk warna yang berbeda; secara umum mata lebih sensitif terhadap sedikit perubahanmerah daripada biru. Dengan perangkat fotolistrik dan fotografis titik yang sama, memiliki 10 dipertimbangkan. 3. Kesalahan yang timbul dari distribusi optik yang berbeda dalam instrumen adalah dibahas panjang lebar oleh Dehn.21 Dengan menggunakan prosedur yang diuraikan, yang kesalahan karena ketidaksempurnaan optik instrumen sebagian besar dihilangkan. 4. Dalam beberapa prosedur, intensitas dan naungan warna lebih tergantung ataukurang pada saat berdiri setelah penambahan reagen (mis., menurut amonia untuk Nessler), keasaman larutan (besi besi dengan tiosianat), konsentrasi yang tepat pelacakan reagen, atau kehadiran konstituen asing di yang tidak diketahui. Karena itu setiap prosedur harus diuji untuk penerapannya dalam berbagai kondisi. 5. Jika yang tidak diketahui mengandung bahan tersuspensi akuratperbandingan dengan standar yang jelas dimungkinkan.
(larutan
keruh),
tidak
j.
Penelitian relevan terkait penggunaan instrument 1. Penulis
Tahun Judul
: Patiphat Sangnikul, Chanisara Phanpa, Rui Xiao, Huiyan Zhang, Prasert Reubroycharoen, Prapan Kuchonthara, Tharapong Vitidsant, Adisak Pattiya, Napida Hinchiranan : 2019 : Role of copper- or cerium-promoters on NiMo/γ-Al2O3 catalysts in hydrodeoxygenation of guaiacol and bio-oil
Masalah / tujuan penelitian : mengetahui pengaruh tembaga (Cu) atau cerium (Ce) sebagai promotor untuk katalis nikel-molibdenum / γ-alumina (NiMo / γ-Al2O3) terhadap the hydrodeoxygenation (HDO) guaiacol (GUA), sebuah model senyawa teroksigenasi yang ditemukan dalam bio-oil turunan dari biomassa kayu. Metode : Tingkat konversi GUA, distribusi produk, dan komposisi produk cair yang dihasilkan dari HDO GUAdihitung dari keseimbangan material dan luas puncak yang diperoleh dari gaskromatografi-spektrometri massa (GC-MS; Shimadzu-2010). Komposisi unsur karbon (C), hidrogen (H) dan nitrogen (N) dalam minyak nabati murni sebelum dan sesudah HDO diukur menggunakan CHN analyzer (Perkin-Elmer 2400 Series CHN / O Analyzer), sedangkan oksigen (O) konten dihitung berdasarkan perbedaan. Nilai kalor bruto dari biooil juga diselidiki menggunakan bom carolimetry, yaitu tipe ASTM 5865.Deposisi kokas pada permukaan katalis setelah reaksi dianalisis oleh TGA. Hasil : Penambahan Cu meningkatkan reducibilitas katalis NiMo, sementara penambahan Cepada jumlah yang sesuai (<10% berat berdasarkan kandungan γ-Al2O3) menginduksi dispersi logam aktif yang lebih tinggi danmemberikan kesulitan untukmengurangi katalis. Untuk HDO GUA dalam kondisi reaksi ringan (10 bar tekanan H2awal dan 300 ° C selama 1 jam), penggunaanKatalis NiMo4Cu menunjukkan hasil tertinggi pembentukan fenol dan metilfenol (0,31 g / grease GUA) yang mencerminkan kinerja HDO yang tinggi karena kemampuan Cu untukmengkatalisasi hidrogenasi GUAuntuk senyawa fenol. Untuk penambahan Ce sebagai promotor, the Katalis NiMo4Ce membutuhkan waktu reaksi yang lama (6 jam) untuk menyediakan cairanproduk dengan kandunganspesies satu-oksigen yang lebih tinggi. 2. Penulis
Tahun Judul Masalah
: Abkar Sayad, Fatimah Ibrahim, Shah Mukim Uddin, Jongman Cho, Marc Madou, Kwai Lin Thong : 2018 : A microdevice for rapid, monoplex and colorimetric detection of foodborne pathogens using a centrifugal microfluidic platform : Penyakit bawaan makanan tetap menjadi ancaman bagi kesehatan manusia di seluruh dunia.Perbaikan danpengembangan telah dilakukan untuk mengurangi risiko kontaminasi makanan. Salah satunya adalah mengembangkan fluida mikro sentrifugalsistem deteksi titik nirkabel terintegrasi dengan loop mediated isothermal amplifier (LAMP) untuk deteksi patogen monopleks. Beragam metode deteksi untuk produk LAMP (amplikon) telah dikembangkan termasuk pemantauan fluoresensi menggunakan deteksi elektrokimia calcein dan deteksi kolorimetri menggunakan SYBR Green 1
Metode
: Metode deteksi kolorimetri sederhana menggunakanpewarna calcein diimplementasikan dalam penelitian ini untuk deteksi visual. Empat jenis primer LAMP dirancang untuk setiap targetpatogen menggunakan perangkat lunak Primer Explorer V4. Semua primer disintesis secara komersial oleh sebuah perusahaan komersial. Satu reaksi LAMP individu mengandung a total volume 12,5 μL dari setiap patogen target dan ditetapkan pada 63°C untuk 60 menit sebelum inaktivasi Bst polimerase selama 2 menit pada 80°C.Calcein digunakan sebagai indikator dan hasilnya dapat divisualisasikanlangsung oleh perubahan warna.
Hasil
: Dengan menggunakan konsentrasi calcein yang dioptimalkan dalam metode ini, kamimencegah kontaminasi dan meningkatkan ambang waktu untuk positifLAMP amplifikasi 10 menit (data tidak ditampilkan). Berbeda dengan yang lainmetode kolorimetri, seperti SYBR Green 1 dan Eva Green itumengandung mangan, yang menurunkan sensitivitas keseluruhan ujikarena terhambatnya reaksi LAMP dan risiko kontaminasitinggi. Untuk mengkorelasikan perubahan warna danmenganalisis hasil lebih lanjut, kami merancang sistem elektronik portableyang mengukur intensitas warna amplikon LAMP danmengklasifikasikan warna berdasarkan hasil negatif dan positif, danberdasarkan klasifikasi itu, hasilnya ditransmisikan ke smartphone
3. Penulis Tahun. Judul. Masalah
: Vladimir Pitschmann, Zbynek kobliha, EMil Halamek, Ivana Tusarova : 2018 : Simple in situ Visual and Tristimulus colorimetric Determination of Sulfur dioxide in Air : Sulfur dioksida adalah pulusi industri berbahaya yang signifikan dan faktor penting kesesuaian dan indikator lingkungan higenis polusi. Serangkaian teknik digunakan untuk mendeteksi keberadaan SO 2 diudara.
Metode
: 5,5'-dithio-bis (2-nitro-benzoic acid), N,Ndimethylformamide (DMFA) and dimethyl sulfoxide (DMSO) reagen kromogenik dipreparasi dengan melarutkan 0,4 gram 5,5'-dithio-bis(2-nitro-benzoic acid) didalam 100 mL air dengan mencampurkan DMFA dan DMSO (1:1)
Prosedur
: Kain katun dimodifikasi dengan menggunakan resapi dengan larutan yang mengandung 0.3 g of Na2B4O7.10 H2O, 0.45 g of H3BO3, 0.1g NaCl, 2.5 g silica gel (fraksi sampai dengan 5 ᶣm) dan 3.0 g dextran per 100 ml dari air. Katun yang diresapi dikeringkan diudara bebas dengan pengeringan akhir dengan desikator atas natrium hidroksida.
Hasil
Persiapan sampel dan penentuan konsentrasi Berbagai konsentrasi SO2 dengan aksi asam sulfur dalam natrium sulfat konsentrasi SO2 sesungguhnya pada laboratorium gas ditentukan dengan modifikasi metode spketrofoometri untuk HCHO/pararoniline. Temperatur udara dijaagaa pada 24 ± 2 °C :Difilter warna oranye muncul ; intensitas warna dinilaai secara visual dan oleh tristimulus kolorimeter (LMG 173) batas deteksi adalah 0,01 mg.m -3. Gangguan reduksi (terutama hidrogen sulfida), oksidasi, zat alkali dan asam.
4. Penulis Tahun Judul Masalah / tujuan Metode Hasil
5. Penulis
: M W Ben Ayoub, R Aro, E Georgin, J F Rochas : 2018 : Quantification of free and bound water in selected materials using dielectric and thermo coulometric measurement methods : untuk menentukan proporsi berbagai bentuk ikatan air yang dapat ada dalam materi (bebas dan terikat). : Thermo-coulometric : menunjukkan kuantifikasi bebas danair terikat dalam sejumlah bahan melalui pengembangan berulang. Perilaku dielektrik sampel dengansatu jenis air (α-D-laktosa monohidrat) atau beberapa jenis air (tanah liat kaolinit) berhasildimodelkan dan terkait dengan jenis air yang ada dan kadar air secara keseluruhan. ini merupakan hasil penentuan air yang cepat dan selektif dalam bahan tambahan yang menarik dan identifikasi yang berbedajenis air dalam padatan. : Yeong Beom Cho, Seung Hwa Jeong, HyungphilChun, Yong Shin Kim
Judul
: Selective colorimetric detection of dissolved ammoniain water via modified Berthelot’s reaction on porous paper
Tahun
: 2018
Tujuan
: Here, we present a new type of a colorimetric ammonia sensor for quantifying dissolved ammonia in water samples with a complex matrix. Ammonia detection relies on the irreversible synthesis of indophenol dye on a small reagent-impregnated paper through the modified Berthelot’s reaction and the partitioning equilibrium of volatile ammonia in the headspace of a closed sample vessel. For uniform and strong coloration, water-soluble reagents in fine power form were homogeneously dispersed in nonpolar cyclohexane and then deposited by controlled filtration on a porous paper substrate. These cheap NH3 paper sensors demonstrated a good colorimetric response to NH3(aq) samples in the concentration range of 10 -1,020 mg/L. In addition, the colorimetric responsemagnitudes for 1,020 mg/L NH4OH was not affected considerably by the presence of 0.1 wt% of ethanol, acetone, dimethylformamide (DMF), acetic acid, NaCl, KCl, MgSO 4 or CaSO4.
Masalah
: Rapid industrialization and urbanization in the last century have led to deterioration of water quality with an increase in the uptake of nitrogencontaining compounds into surface and underground waters. Among these compounds, dissolved ammonia is an ecologically important component in the nitrogen cycle. Inflow of ammonia into the aquatic environment can be from artificial sources such as industrial effluent and agricultural runoff as well as from natural sources (excretory products of fishes and other organisms). Neutral NH3 molecule is more toxic than the ionized form of NH 4 + that is produced by the acid–base reaction of NH3 + H+ ↔ NH4+. Because exposure to even low levels of ammonia is harmful to many species of aquatic life, the ammonia concentration is a good indicator of water quality in various aqueous systems together with a pH value. There is therefore great demand for a low-cost, simple ammonia detector for continuous monitoring or rapid on-site detection.
Metode
: Though several methods such as flow-based spectrophotometry are currently utilized for this purpose, there is still need for more selective ammonia determination.
Hasil
: We fabricated small, low-cost, colorimetric ammonia gas sensors by facile filtration of modified Berthelot’s reagents on a porous paper substrate for the chemical analysis of wastewater or seawater.Because detection is based on the separation of ammonia gas from the aqueous matrix and irreversible chemical reactions (synthesis of indophenol dye) at the gas-solid interface, our NH3 sensor has promising features of avoiding interference with nonvolatile compounds in the aqueous medium and providing an opportunity for the pre-concentration of volatile NH3 in the headspace. Integration of this sensing method into microfluidic paper-based analytical devices will facilitate irreversible gas-phase detection for continuous monitoring or rapid on-site determination of toxic chemicals in water samples with a complex matrix.
k. Rangkumaman Analisis kimia fotometrik mencakup kolorimetri, spektrofotometri, dan nephelometri . Analisis kimia fotometrik dapat didefinisikan sebagai analisis yang secara umum didasarkan pada pengukuran jumlah cahaya yang diserap oleh larutan berwarna (kolorimetri, spektrofotometri) atau dengan suspensi putih atau dari jumlah cahaya tersebar oleh Konsentrasi zat berwarna dalam larutan dapat ditentukan secara langsung dengan analisis kolorimetri atau spektrofotometri; jika zat yang akan ditentukan tidak berwarna, ia mungkin sering diubah menjadi senyawa berwarna dengan beberapa reaksi kimia yang sesuai. Dalam kolorimetri, cahaya putih alami atau buatan (spektrum kontinu antara merah dan ultraviolet) digunakan sebagai sumber cahaya. Pengukuran dilakukan dengan instrumen sederhana yang disebut colorimeter. Dalam spektrofotometri, cahaya dengan panjang gelombang tertentu digunakan sebagai sumber cahaya; instrumen yang digunakan dalam pengukuran jauh lebih rumit daripada kolorimeter dan disebut spektrofotometer. Dengan instrumen yang sesuai dari pengukuran tipe terakhir juga dapat dilakukan di daerah ultraviolet dan inframerah spektrum, di mana pengukuran kolorimetri biasa tidak mungkin dilakukan. Alat untuk titrasikolorimetri dapat relatif sederhana dengan instrumentasi yang diperlukan untuk potensi-terkontrolmetode. Sumber arus konstan.Banyak sumber arus konstan untuk itrasi kolorimetri telah dijelaskan dalam literatur.Ini sangat bervariasi dalam kompleksitas dan karakteristik kinerja mereka. Kita haruspertimbangkan hanya tipe yang paling sederhana; itu mampu memberikan arus sekitar 20 mampu yang konstan ke sekitar 0,5 persen. Perangkat menghasilkanarus sebuah ampere atau lebih besar dan yang bervariasi tidak lebih dari 0,01 persen selama periode waktu yang lama jauh lebih kompleks. Cara penggunaan instrument kolorimetri : 1. Hidupkan bomb calorimeter (ON) dan tekan tombol F1 untuk mengaktifkan pompa, pemanas dan mengalirkan air pendingin (dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menstabilkan suhu jaket, ditandai lampu control telah menyala) 2. Ditimbang dengan teliti sejumlah sample (sesuai kapasitas mangkok bomb calorimeter) yang akan diukur nilai kalorinya 3. Masukkan sample tersebut ke dalam mangkok bomb calorimeter 4. Hubungkan seutas kawat dengan panjang tertentu antara kedua ujung katoda/anoda dengan sample 5. Masukkan mangkok yang berisi sample tersebut ke dalam silinder aluminium dan tutup rapat 6. Alirkan gas (N2) ke dalam silinder tersebut hingga penuh (pada tekanan tertentu), alat ini akan bekerja secara otomatis 7. Masukkan slinder yang berisi sample tersebut ke dalam bak bom kalorimeter yang sebelumnya telah diisi air suling 2 liter (2000 gram), lalu tutup dengan rapat 8. Inputkan data-data berupa berat sample dan panjang (massa) kawat 9. Pembakaran dimulai dengan menekan tombol star hingga beberapa saat (sekitar 20 menit) 10. Setelah pembakaran sempurna, alat akan secara otomatis memberikan preliminary report yang dapat diprint out melalui komputer yang telah disiapkan 11. Buka penutup bak, keluarkan slinder sampel dan keluarkan mangkok sampel dari slinder 12. Ukur sisa kawat yang terlilit di ujung katoda/anoda yang tidak terbakar 13. Residu yang kemungkinan mengandung asam di dalam slinder dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer (gunakan pembilas air suling) untuk kemudian dititrsi menggunakan natrium karbonat 0,0709 N (3,76 gr Na2CO3 dilarutkan dalam 1 liter air suling). Gunakan indicator metil-orange. Bisa juga dititrasi menggunakan lrutan basa NaOH atau KOH.
14. Inputkan data-data panjang sisa kawat dan konsentrasi asam hasil titrasi, maka sesaat kemudian secara otomatis alat bomb calorimeter akan menberikan final report berupa hasil akhir sebagai hasil koreksi, yang dapat diprint out melalui printer yang telah disiapkan 15. Akhiri penggunaan alat dengan menekan tombol off (untuk memutuskan arus listrik). Metode kolorimetri sangat sesuai untuk penentuan jumlah mikro dan semi-mikro dari konstituen. Untuk analisis kuantitas makro, prosedur gravimetri dan volumetrik umumnya lebih disukai, karena lebih akurat. Harus dipahami bahwa metode kolorimetri biasa tidak menghasilkan akurasi yang lebih besar dari pada 1 persen.
l.
Daftar pustaka
Sari, K.Ni.,(2010), Analisi Instrumentasi, yayasan humaniora,Surabaya. Hinchiranan, Napida., Kuchonthara, Prapan., Pattiya, Adisak., Phanpa,Chanisara., Reubroycharoen, Prasert., Sangnikul,Patiphat., Vitidsant, Tharapong., Xiao, Rui., Xiao, Rui., (2019), Role of copper- or cerium-promoters on NiMo/γ-Al2O3 catalysts in hydrodeoxygenation of guaiacol and bio-oil, Elsevier, General 574 (151-160). Bintang, M., (2010), Biokimia Teknik Penelitian, Erlangga, Jakarta Sayad, A., et.al, (2018), A microdevice for rapid, monoplex and colorimetric detection of foodborne pathogens using a centrifugal microfluidic platform, Biosensors and Bioelectronics, 100, 96 – 104 SKOOG,D,A., WEST,D,M., ((1971), Principles of instrumental analysis, california. Ayoub, M, W, B,,Aro, R., Georgin, E., Rochas, J, F., (2018), Quantification of free and bound water in selected materials using dielectric and thermo coulometric measurement methods, Journal of Physics Communications. Malacara, Daniel.,(2011), Color Vision and Colorimetry Theory and Application edision 2nd,STIE Press, Bellingham. Kolthoff,I.M.,Sandell,E.B., (1952), Textbook Of Quantitative Inorganic Analysis, The Macmillan Company, New York
A.PILIHAN BERGANDA 1. Jika suatu cahaya monokromatis dari UV dan Visibel jika dikenakan pada senyawa maka sebagian dari cahaya tersebut diserap oleh molekul yang mempunyai tingkatan energi spesifik merupakan prinsip dari... (b) a. Speltrofotometri serapan atom b. Spektrofotometri UV-Vis c. Spektrofotometri infra red d. Spektrofotometri NMR e. Spektrofotometri massa 2. Secara sederhana instr umen spektrofotometri UV-Vis terdiri dari.... (d) a. sumber cahaya - monokromator - sel sampel - detektor- read out (pembaca) b. monokromator- sumber cahaya- sel sampel- detektor- read out (pembaca) c. sel sampel sumber cahaya- monokromator- detektor- read out (pembaca) d. sumber cahaya - sel sampel - monokromator-detektor- read out pembaca) e. sumber cahaya- monokromator detektor -sel sampel- read out (pembaca) 3. syarat dari kuvet yang digunakan adalah... (a) a. menyerap sinar cahaya b. bereaksi terhadap cuplikan c. tidak menyerap sinar cahaya d. berwarna e. bentuk design rumit 4. fungsi dari monokromator adalah... (a) a. sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis b. sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar monokromatis menjadi cahaya polikromatis c. sebagai pengatur panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis d. sebagai pengatur panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar monokromatis menjadi cahaya polikromatis e. jawaban semua salah
5. jenis dari spektrofotometer UV-Vis adalah... (b) a spektrofotometer UV dan spektrofotometer Vis b. Spektrofotometer double beam (berkas ganda) dan Spektrofotometer single beam (berkas tunggal) c. Spektrofotometer double beam (berkas ganda) d. Spektrofotometri single beam (berkas tunggal) e. Semua jawaban salah 6. Absorban yang terbaca pada spektrofotometer seharusnya berjisar antara...(c) a. 0,1-0,7 b. 0.20,7 c. 0,2-0,8 d. 0,3-0,8 e. 0,2-0,9 7. Absorptivias tidak tergantung pada...(a) a. konsentrasi b. Suhu c. Pelarut d. Struktur molekul e. Panjang gelombang 8. Banyaknya gelombang yang melewati suatu titik tertentu dalam satuan waktu disibut... (b) a. Panjang gelombang b. Frekuensi c. Konsentrasi d. Kada e. Periode 9. warna yang dapat di serap pada panjang gelombang 610-750nm adalah...(e) a. kuning b. hijau c. biru d. ungu
e. merah 10. Gugus atau atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak di sebut...(c) a Monokromator b. Detektor c. Kromofor d. Hypsochromic e. Bathocromic
B. ESSAY 1. Jelaskan dasar analisis kimia dari kolorimetri. 2. Salah satu syarat larutan untuk adsorbsi sinar tampak adalah larutan harus berwarna. Jelaskan bagaimana cara pengukuran pada larutan tak berwarna atau berwarna lemah, beri contohnya. 3. Sebutkan syarat pewarnaan pada analisis kolorimetri. 4. Metode kolorimetri terbagi atas 2, sebutkan dan jelaskan perbedaan dari keduanya. 5. Jelaskan pertimbangan pemilihan prosedur kolorimetri untuk penetapan suatu zat 6. Jelaskan beberapa hal yang penting diperhatikan pada penggunaan kolorimetri 7. Tuliskan panjang gelombang kuvet yang digunakan pada alat kolorimetri 8. Bagaimana teknik penggunaan kuvet pada kolorimetri 9. Jelaskan dua skala yang terdapat pada kolorimetri dan spektrofotometer 10. Sebutkan salah satu contoh penerapan penggunaan teknik kolorimetri Jawab : m. Kolorimetri adalah suatu metode analisa kimia yang berdasarkan pada perbandingan intensitas warna larutan dengan warna larutan standarnya. n. Larutan sampel yang tidak berwarna atau warnanya lemah dapatdibuat ber"arna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang dapatmenghasilkan warna. Contohnya adalah larutan nitrit dibuat bewarna dengan pereaksi sulfanila-mida dan N-(1-naftil)-6etilendiamin. o. Warna yang terbentuk harus stabil Reaksi pewarnaan harus selektif Larutan harus transparan Kesensitifannya tinggi Ketepatan ulang tinggi Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentra p. 1 kolorimetri visual : Menggunakan mata sebagai detektor 2 fotometri : Menggunakan fotosel sebagai detektornya. q. Kespesifikan reaksi warna, kestabilan warna, Kejernihan larutan, kepekaan tinggi.
r. Beberapa hal yang penting diperhatikan pada penggunaan kolorimetri yaitu : s. Pembersihan kuvet dengan merendamnya dalam 50% v/v asam nitrit lalu dicuci dalam
aquades - Penggunaan kuvet dengan benar adalah dengan cara mengisi kuvet dengan aquades lalu diperiksa adanya koreksi perbedaan kecil yang ada dalam sifat optik. Bagian luar kuvet dibersihkan dengan kertas tisu sebelum diletakkan dalam sel dan bagian permukaan kaca kuvet jangan dipegang - Sumber sinat dari bola lampu tungsten memproduksi energy dengan kisaran yang luas sampai panjang gelombang 360 nm - Fotosel - Absorban larutan dibaca terhadap pereaksi blanko yang mengandung semuanya kecuali senyawa yang akan diukur - Replikasi 8. Panjang gelombang kuvet yang digunakan pada alat kolorimetri yaitu : Kuvet gelas : 360 – 800 nm Kuvet silica : 200 – 800 nm Kuvet kuarsa : <200 – 800 nm Penggunaan kuvet dengan benar adalah dengan cara mengisi kuvet dengan aquades lalu diperiksa adanya koreksi perbedaan kecil yang ada dalam sifat optik. Bagian luar kuvet dibersihkan dengan kertas tisu sebelum diletakkan dalam sel dan bagian permukaan kaca kuvet jangan dipegang 9. Dua skala yang terdapat pada kolorimetri dan spektrofotometer yaitu % transmitan berbentuk linear dan absorban berbentuk logaritmik. 10. Salah satu contoh penerapan penggunaan teknik kolorimetri adalah penetapan kadar Cu dalam sampel air
Perhitungan 1. Suatu larutan dengan konsentrasi 0,14M diukur memiliki absorbansi 0,43. Larutan lain dari bahan kimia yang sama diukur dalam kondisi yang sama dan memiliki daya serap 0,37. Berapakah konsentrasinya? 2. Daya serap bahan kimia tertentu adalah 1,5 / M · cm. Berapa konsentrasi larutan yang dibuat dari bahan kimia ini jika sampel 2,0 cm memiliki daya serap 1,20? 3. Jika ada zat dalam larutan (4 g / liter). Panjang cuvette adalah 2 cm dan hanya 50% dari sinar tertentu yang dikirim. Berapa koefisien kepunahan? 4. Dalam Contoh 3 di atas, berapa layer cahaya ditransmisikan ketika 8 g / liter? 5. Koefisien absorpsi kompleks glikogen-iodin adalah 0,20 pada cahaya 450 nm. Berapa konsentrasi ketika transmisi adalah 40% dalam kuvet 2 cm?
6. Skala pengukuran pada alat spektronic-20, menunjukan nilai transmitan 0-100%. Berapa nilai absorbansinya?
7. Diketahui yang
diameter
diukur
sel
memiliki
5.103 L/molcm
dengan
kuvet
cm,
larutan
konsentrasi 2,49. 10-5 mol/L
dengan ε
panjang
adalah
2
gelombang
430
nm,
hitung
%T! 8. Diketahui
suatu
sebanyak
0,274
panjang
senyawa gram
gelombang
memiliki
A=0,450,
X
memiliki
BM=
118
ditimbang
dan diadd 10 mL, kemudian diukur pada
272
nm
dengan
tentukan
sel
kuvet
absrobtivitas
1
dan
cm
sehingga
absirbtivitas
molarnya 9. Jika absorbtivitas molar suatu kompleks bewarna pada 240 nm adalah
3,2
x103,
hitung
absorbansi
suatu
larutan
dengan
konsentrasi 5,0 x10-5 M bila lebar selnya 5 cm dan ukur pada 240 nm! 10. Hitung
absorbtivitas
molekul
144
jika
1
suatu x
10-5
senyawa g/ml
yang
larutan
mempunyai absorbansi 0,400 pada ssel 1 cm.
Penyelesaian : 4. Dik
:A1 = 0,37 A2 = 0,43 C2 = 0,14 M
Dit
: C2 =…….?
Jawab :
𝐶1 𝐶2
=
𝐴1 𝐴2
0,37
𝐶1 = 0,43 × 0,14 𝑀 𝐶1 = 0,12 𝑀 5. Dik
: A = 1,20 a = 1,5/M.cm b =2,0 cm
Dit
: c = …..?
Jawab : A = a. b. c 𝑐=
𝐴 𝑎 .𝑏
mempunyai senyawa
berat
tersebut
1,20
𝑐 = 1,5𝑀.𝑐𝑚 ×2,0 𝑐𝑚 c = 0,40 M
6. Menggunakan Hukum Beer-Lambert, kita dapat menghitung koefisien penyerapan. 𝐼
0,5
−log(𝐼𝑡 ) =−log(1,0)= 0,301=A 0
A = ϵ .l.c ϵ = A / l.c ϵ = 0,301 / 2 cm. 4 gr/liter ϵ = 0.0376
7. log(1)−log (It ) = 0−log (It) = 0.0376 x 8 x 2 = 0.6016 log(It) = -0.6016 It
= 0.2503 = 25%
8. –log (It) = −log10(It) = ϵ .l.c −log10(0,4) = 0,2 × 2 × c C
= 0,3979 / 0,4
C
= 0,9948
6. Diketahui : %T = 0-100% T = 0-1 Ditanyak : A? Dijawab : A= log 1/T A = log 1/10 = ~( tak hingga) A = log 1/T A = log 1/1 = 1 Jadi adsorbansinya ~ . 0 7. Dik : λ= 430 nm b = 2 cm ε= 5.103L/molcm
C = 2,49.10-5mol/L Dit : %T..? Jawab : A = ε . b. C A = 5.103L/molcm . 2 cm . 2,49.10-5mol/L A = 0,249 A = log 1/T 0,249 = log 1/T T = 0,5636 %T = T x 100% %T = 0,5636 x 100% = 56,36%. 8. Dik : Diket : λ= 272 nm b = 1 cm A= 0,45 BM = 118 Dit : A dan ε..? Jawab : A= a . b . c a = A/ b . c a = 0,450/ 1 . 0,0274 a = 16,423 L/grcm konsentrasi lar. Dalam molaritas: ppm = M x Mr x 1000 27,4 ppm = M x 118 x 1000 M = 2,32 . 10-4M A=ε . b . c 0,450 = ε . 1. 2,32.10-4mol/L ε = 1,94. 103L/molcm 9. a = 3,2 x103cm-1 M-1
c = 5 x 10-5 M b= 5 cm Tanya: A…? A
=
abc
=
3,2 x103 cm-1 M-1x 5 cm x 5 x 10-5M
=
80 x 10-2
10. BM = 144 Gram = 1 x 10-5 V = 1 ml b = 1 cm Tanya : a…? Jawab: c
=
(g/mr) x (1000/v)
=
10-5/ 144 x 1000 / 1
=
7 x 10-5
A
=
abc
a
=
A / (bxc)
=
0,4 / (1 cm x 7 x 10-5 M )
=
0,057 x 10-5 cm-1 M-1