Cpo

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cpo as PDF for free.

More details

  • Words: 1,835
  • Pages: 7
Indonesia dan Malaysia Gelar Kampanye Pro-Kelapa Sawit Oleh Zeynita Gibbons London, 17/9 (ANTARA) - Indonesia dan Malaysia yang selama ini sering berseberangan kali ini bergandeng tangan dalam upaya menangkal isu miring seputar kelapa sawit yang dinilai merusak lingkungan dan bahkan membuat punahnya orang utan. Kedua menteri pertanian negara serumpun sepakat melancarkan kampanye pro kelapa sawit di Eropa dengan mengadakan pertemuan segitiga dengan anggota Parlemen Eropa di gedung Parlemen Eropa, Brussel, baru-baru ini. Rombongan Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Industri Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Peter Chin juga mengadakan kunjungan ke Den Haag dan mengelar konperensi dunia mengenai kelapa sawit, "World Sustainable Palm Oil Conference", di Royal Garden Hotel, London. Konferensi dunia yang bertemakan "The Road Ahead for Sustainable Palm Oil" itu berlangsung selama sehari penuh dan digelar oleh Dewan Palm Oil Malaysia bersama Institute Asian Strategis and Leadership Malaysian palm Oil Council dan dilanjutkan dengan jumpa pers bersama. Menteri Pertanian Anton Apriyantono kepada koresponden Antara di London mengatakan Indonesia dan Malaysia sepakat memberikan informasi yang tepat kepada dunia mengenai kelapa sawit. "Kami merasa banyak sekali hal hal yang dirasakan negatif mengenai minyak kelapa sawit," ujar Anton yang penah belajar di Universitas Reading, Inggeris. Menurut menteri, minyak kelapa sawit banyak keuntungannya dan juga bagi Indonesia maupun Malaysia menjadi komoditi yang sangat penting. Indonesia dan Malaysia merupakan pemasok minyak kelapa sawit terbesar dunia termasuk ke Eropa yang mencapai sekitar 85 persen. Indonesia pada 2007 mampu menghasilkan 16,9 juta ton minyak kelapa sawit dan Malaysia memproduksi 15,82 juta ton minyak sawit. Sementara lebih dari lima juta tenaga kerja terlibat di perkebunan kelapa sawit mulai menanam, mengelola dan sampai memasyarakatkan.

Bahkan bisa mencapai lebih dari 11 juta tenaga kerja yang dapat diserap, belum lagi devisa Negara yang diperoleh dari minyak kelapa sawit. "Kami merasa banyaknya hal hal yang negatif karena kesalahpahaman belaka, tapi mungkin ada juga unsur unsur persaingan," ujarnya. Untuk itu, Malaysia dan Indonesia sejak tahun lalu aktif melakukan kampanye bersama dengan mendatangi beberapa negara, institusi dan juga melakukan dialog dengan pengusaha untuk menjelaskan duduk perkara yang sesungguhnya. Misi yang kali ini diharapkan akan membawa manfaat dan dapat melakukan berbagai rancangan bersama dengan Indonesia, ujar Menteri Industri Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Peter Chin. Peter Chin mengatakan Indonesia memproduksi kelapa sawit lebih besar dari pada Malaysia dan untuk itu kerjasama sangat penting. "Kita tidak melihat ini suatu persaingan," ujar Datuk Peter Chin. Menurut Anton, dari berbagai pertanyaan yang disampaikan dalam konferensi telah terjadi pergeseran dan banyak yang lebih paham mengenai keuntungan kelapa sawit. Menepis isu deforestasi Berbeda dengan apa yang ditudingkan oleh berbagai LSM mengenai tanaman kelapa sawit yang dituding merusak lingkungan dan juga penyebab punahnya orangutan. Ada indikasi kemajuan mengenai pemahaman mengenai industri minyak kelapa sawit, ujarnya. Diakuinya berbagai informasi yang tidak benar mengenai kelapa sawit di antaranya isu deforestasi sesuatu hal yang tidak benar, industri kelapa sawit merusak hutan. "Itu tidak benar," tegasnya, seraya menambahkan argumentasi total lahan atau daratan 190 juta hektar yang 130 hektar merupakan areal hutan. Dari 130 juta hektar areal hutan itu sekitar 86 juta hektar masih utuh dan sisanya sudah tidak utuh lagi dan ini disebabkan bukan karena kelapa sawit melainkan lebih kepada ilegal loging. "Untuk itu, kami punya pekerjaan rumah untuk menghutankan kembali lahan yang disebabkan illegal loging ini," tegasnya. Areal pertanian masih di bawah 40 juta hektar, sementara kelapa sawit hanya menempati

areal sebesar 6,3 juta hektar, dan bila dibandingkan sangat jauh pengunaan areal pertanian. Menurut Anton, Departemen Pertanian sangat konsen dengan koservasi hutan dan kita dedikasikan sebesar 32,6 juta hektar sebagai hutan lindung yang digunakan perlindungan orang hutan dan juga hutan konservasi. "Tidak benar isu deforestasi itu kalaupun terjadi merupakan tindakan ilegal dan mungkin dilakukan masyarakat karena batasan hutan yang tidak jelas dan adanya inisiatif masyarakat untuk menanam kembali hutan. Jusru kami menanam kembali hutan hutan yang sudah ditinggalkan," ujarnya. Menurut Menteri tidak ada peraturan di Indonesia yang membuka hutan untuk menanam kelapa sawit kecuali hutan konversi yang memang didedikasikan untuk pertanian. Sementara itu Dubes RI untuk Kerajaan Inggeris Raya dan Republik Irlandia, Yuri Octavian Thamrin, mengatakan konperensi dunia mengenai kelanjutan kelapa sawit ini merupakan forum yang baik untuk mengklarifikasi salah pengertian mengenai CPO. Diakuinya CPO merupakan komoditas yang sangat strategis yang menghasilkan devisa bagi Indonesia dan Malaysia selain kedua Negara menjadi pengekspor terbesar di dunia menguasai 87 persen pasar global. Diharapkannya forum yang dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai kalangan itu akan dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah secara kooperatif baik dari pihak LSM, pemerintah dan juga pengusaha dan juga para ahli. Langkah gencar Indonesia melobi Uni Eropa berlanjut dan Menteri Pertanian tahun lalu bertemu pihak Komisi Eropa yang menangani masalah pembaharuan energi Uni Eropa dan pekan silam Indonesia dan Malaysia mengeluarkan Komunike Bersama. Komunike bersama yang antara lain berisi sanggahan terhadap kampanye negatif soal kelapa sawit hanya berdasar data sekunder dan tidak berdasar studi ilmiah. Dalam akhir pertemuan, Indonesia dan Malaysia kembali menegaskan dan mendesak Parlemen Eropa untuk mau mendengar sikap Indonesia dan Malaysia. Nampaknya usaha bersama Indonesia dan Malaysia ini akan dapat mengubah citra kelapa sawit yang banyak digunakan berbagai keperluan, apalagi industri sawit antara kedua negara serumpun yang bermula dari Afrika dan ditanam di Taman Botani Bogor, Indonesia sejak 1848 punya sejarah panjang. (*)

Potensi Industri Hilir Sawit Terabaikan Dininabobokan Ekspor CPO Selasa, 25 November 2008 | 00:36 WIB

Medan, Kompas - Industri hilir kelapa sawit di Indonesia masih tergolong minim. Banyak potensi pengolahan minyak kelapa sawit mentah menjadi produk turunan yang tidak berkembang. Potensi ini hampir tidak tersentuh pengusaha, padahal pasokan bahan bakunya sangat melimpah. ”Potensi produk turunan CPO banyak yang belum dimanfaatkan pengusaha, padahal bahan baku melimpah. Indonesia kehilangan potensi besar di depan mata,” kata peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Donald Siahaan, Senin (24/11) di Medan, Sumatera Utara. Sejak tahun 1970, perkebunan kelapa sawit terus berkembang. Luas lahan meningkat dari 133.298 hektar menjadi sekitar 7,12 juta hektar, tahun 2009. Selama masa itu, industri kelapa sawit menghasilkan peningkatan CPO dari 216.827 ton dan diperkirakan menjadi 17,71 juta ton (2009). Selama masa itu, minyak inti sawit (bukan CPO seperti tertulis pada Kompas, 24/11) yang dihasilkan meningkat dari 48.763 ton menjadi 3,54 juta ton. Data PPKS menunjukkan, sekitar 75 persen dari semua CPO Indonesia diekspor ke pasar internasional, seperti India, beberapa negara Eropa, dan China. Sisanya, sekitar 25 persen, untuk kebutuhan dalam negeri. Kondisi ini, kata Donald, tidak menguntungkan. Saat terjadi gejolak harga CPO dunia, pengusaha kelapa sawit Indonesia kelimpungan. Anjloknya harga belakangan ini menjadi bukti bahwa pasar CPO sangat bergantung pada pasar internasional. Yang disayangkan, CPO yang diekspor masuk kembali ke Indonesia dalam bentuk produk turunannya. Kondisi ini berbeda dengan kondisi Malaysia yang sudah mengolah produk turunan minyak sawit hingga 90 persen. ”Indonesia belum mempunyai jaringan pasar produk turunan. Pengembangannya pun sangat minim,” kata Donald lagi. Salah satu produk turunan yang bisa dikembangkan adalah pemanfaatan tandan kosong sawit sebagai pupuk kompos. Dari 500 pabrik kelapa sawit di negeri ini, tidak lebih dari 10 pabrik yang mengolah tandan kosong. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut, di provinsi itu hanya terdapat 15 pabrik minyak goreng dan 2 pabrik biodiesel. Kepala Bagian Usaha PPKS Angga Jatmika mengatakan, potensi serapan CPO dalam negeri masih cukup besar, terutama untuk pengembangan biodiesel. Kondisi ini berpotensi mengatasi krisis energi listrik yang selama ini terjadi di sejumlah daerah. Hasil penelitian PPKS menyebutkan, lebih dari 20 jenis bahan olahan kelapa sawit telah diteliti, tetapi sebagian besar belum dimanfaatkan. Bahan olahan itu di antaranya untuk bahan baku lilin, kosmetik, bahan farmasi, minyak pelumas, minyak goreng merah, dan margarin.

Segera Di Jakarta, kemarin, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Akmaluddin Hasibuan menyebutkan, pemerintah harus segera menyusun rencana kebijakan komprehensif pengembangan industri CPO nasional. Satu-satunya kebijakan konkret baru aturan wajib campur 5 persen biodiesel dalam solar yang berlaku Januari 2009. Hal itu dapat meningkatkan permintaan CPO domestik sedikitnya satu juta ton per tahun. Menurut catatan Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan, saat ini ada sembilan perusahaan biofuel dengan kapasitas terpasang 1,2 juta kiloliter per tahun. Tahun 2009, kapasitas terpasang bakal naik menjadi 2,3 juta kiloliter per tahun. Industri biofuel sempat terpuruk saat harga CPO naik dua tahun ini. Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menambahkan, pemerintah harus secepatnya mengoptimalkan peranan Bursa Berjangka Komoditas (BBJ) untuk perdagangan produk agronasional. ”Penguatan peranan BBJ sebagai salah satu acuan harga CPO internasional dapat memperkuat industri nasional. BBJ juga bisa berperan sebagai bumper fluktuasi harga TBS petani,” ujar Sahat. Guru besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Bungaran Antonius Simanjuntak mengatakan, selama ini Indonesia telah dininabobokan hasil dari ekspor CPO. Pemerintah seharusnya mendukung rakyat untuk membuat pabrik. Selain itu, mendukung agribisnis rakyat dengan mendukung petani mendirikan perusahaan sehingga memungkinkan mereka memiliki kekuatan usaha. Di dalamnya termasuk pengembangan agribisnis turunan CPO. Menurut catatan Kompas, Wakil Presiden Jusuf Kalla, seusai rapat koordinasi terbatas di Departemen Perindustrian, Jakarta, 17 Januari 2007, sebenarnya sudah meminta semua menteri untuk mendukung kebijakan sektor perindustrian. Saat itu ada 10 industri prioritas yang dinilai perlu mendapatkan perhatian, termasuk CPO. Akan tetapi, sejak harga CPO turun 67 persen selama lima bulan ini, setelah menyentuh 1.300 dollar AS per ton Maret lalu, kebijakan itu tidak jelas rimbanya.(WSI/NDY/HAM)

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merupakan lembaga penelitian yang berdedikasi khusus pada kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan PPKS mencakup aspek kultur teknis, pengolahan minyak, permesinan dan sosial ekonomi. PPKS juga secara aktif memberikan layanan teknis pada industri kelapa sawit. Meskipun PPKS adalah lembaga nir laba, PPKS menempatkan diri sebagai bagian dari bisnis sehingga penelitian-penelitiannya berorientasi pada bisnis, baik yang berskala kecil maupun besar. Pakar Sebagai lembaga penelitian, PPKS didukung oleh 15 orang Doktor, 12 Magister dan 34 orang sarjana dengan berbagai spesialisasi. Para peneliti membentuk kelompok-kelompok peneliti (kelti) yaitu kelti Pemuliaan Tanaman, kelti Bioteknologi Tanaman, kelti Tanah dan Agronomi, kelti Proteksi Tanaman, kelti Enjinering dan Lingkungan, kelti Pengolahan Hasil dan Mutu dan kelti Sosial Ekonomi. Reputasi PPKS Dari sekitar 364 juta tanaman kelapa sawit yang ada di Indonesia, 80% berasal dari hasil penelitian PPKS. PPKS saat ini memberikan jasa rekomendasi pemupukan bagi 350 ribu hektar kebun kelapa sawit dan memberikan jasa studi kelaikan pembangunan kebun bagi 30% kebun yang dibangun pada era 1990 - 1999. PPKS memiliki laboratorium kultur jaringan yang terbesar di dunia

Produk Penelitian PPKS Bahan Tanaman Unggul

Proteksi Tanaman Secara Hayati

364 juta tanaman kelapa sawit unggul hasil

Program proteksi tanaman sudah berhasil

penelitian PPKS telah ditanam di seluruh

mengisolasi musuh alami Ganoderma boninense

Indonesia. Saat ini, PPKS menyediakan 9

jamur yang menyebabkan penyakit membusuk

pilihan varietas bahan tanaman kelapa sawit

secara mendasar. Jamur tidaklah hanya untuk

unggul yang dapat disesuaikan dengan kondisi

tujuan pencegahan tetapi juga menyembuhkan

dan jenis lahan.

pada tahap infeksi tertentu. Penelitian pada bidang ini telah mengenali jamur Cordyceps aff militaris, virus b Nudaurelia merupakan musuh alami ulat bulu.

Produk Pangan dan Non-Pangan

Engineering

PPKS telah menghasilkan teknologi pembuatan

PPKS telah menciptakan Pabrik Pengolahan

minyak makan kaya vitamin A, diperkaya

Kelapa Sawit (P K S) dan Pabrik minyak goreng

omega-3, baking dan frying shortening,

supermini, mesin pengempa Tandan Kelapa Sawit

pelumas, biodesel, biolilin dan bioemolien dari

(TKS) untuk bahan baku kertas, mesin pengurai

minyak sawit.

serta, mesin perajang TKS, reaktor pengolah limbah cair. Pemanfaatan Limbah

Related Documents

Cpo
November 2019 7
Colafax Cpo
April 2020 6
Cpo B
November 2019 24
Mlo Privacy Cpo
June 2020 6
Cpo And Cerp
June 2020 4