PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT ILMU PENDIDIKAN
Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5.
Agung Gumelar Muhamad Ridwan Sulthoni Muhamad Rifqi Prihantono Nyana Pintaka Ramadhani Rizky Putra
PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pendidikan Sepanjang Hayat ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Estu Miyarso selaku Dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Yogyakarta, Oktober 2016
Penyusun
II
DAFTAR ISI Judul...................................................................................................................................... i Kata Pengantar...................................................................................................................... ii Daftar Isi............................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang.................................................................................................... 1 2. Rumusan Masalah............................................................................................... 1 3. Tujuan................................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN 1. PENDIDIKAN 1.1 Pengertian Pendidikan................................................................................... 3 2. PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT 2.1 Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat....................................................... 4 2.2 Dasar-Dasar Pendidikan Sepanjang Hayat.................................................... 5 2.3 Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat............................................................. 6 2.4 Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat......................................................... 7 3. PERLUNYA PENDIDIKAN SEPNJANG HAYAT 3.1 Alasan Pendidikan Sepanjang Hayat............................................................. 8 4. KONSEP PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT 4.1 Macam-Macam Konsep Kunci Pendidikan Sepanjang Hayat....................... 11 5. PRINSIP PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT 5.1 Prinsip-Prinsip Pendidikan Sepanjang Hayat................................................. 12 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan........................................................................................................... 13 2. Saran..................................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 15
III
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses untuk menuju pendewasaan, di mana untuk mewujudan pendidikan yang optimal diperlukan berbagai jenis pendidikan, tidak hanya terpancang pada pendidikan formal saja. Melainkan juga diperlukan pendidikan informal dan nonformal. Karena sejatinya pendidikan itu merupakan suatu proses yang komplek di mana kesemuanya merupakan satu kesatuan. Begitu pentingnya pendidikan inilah yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun makalah ini. Dewasa ini perwujudan masyarakat belajar belum ada peningkatan seperti yang diharapkan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang merata, yang melingkupi semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam upaya ini dibutuhkan pula campur tangan dari masyarakat itu sendiri. Karena tanpa kedasaran dan kerjasama masyarakat, perwujudan masyarakat belajar tidak akan tecapai. Karena pendidikan tidak hanya diperoleh dari sekolah, melainkan dari kesadaran masyarakat untuk belajar antara lain melalui membaca, internet, pengalaman, dan lain-lain. Penerapan belajar sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar sangat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM. Dengan peningkatan tersebut, harkat dan martabat masyarakat dapat terangkat di mata dunia. Oleh sebab itu, perlu adanya pemerataan pendidikan yang tidak hanya didapat dari sekolah, namun juga dapat terwujud dalam perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca masyarakat. 2. Rumusan Masalah Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang ”Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Mewujudkan Masyarakat Belajar” yang dibatasi oleh beberapa masalah seperti berikut: 1. Apa pengertian pendidikan sepanjang hayat? 2. Apa dasar, tujuan, dan implikasi pendidikan sepanjang hayat? 3. Mengapa pendidikan sepanjang hayat diperlukan? 4. Bagaimana konsep pendidikan sepanjang hayat? 5. Bagaimana karakteristik pendidikan seumur hidup? 6. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup?
1
3. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui apa pengetian pendidikan sepanjang hayat. 2. Untuk mengetahui apa dasar, tujuan, dan implikasi pendidikan sepanjang hayat. 3. Untuk mengetahui alasan pendidikan sepanjang hayat diperlukan. 4. Untuk mengetahui konsep pendidikan sepanjang hayat.
2
BAB II PEMBAHASAN 1. PENDIDIKAN 1.1 Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan suatu upaya sadar manusia untuk mendewasakan anak. Secara umum, pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandung unsur-unsur pengajaran, latihan, bimbingan, dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu, nilai agama, dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan. Beberapa pendapat pakar tentang pendidikan: 1. Crow and crow, mengartikan pendidikan sebagai proses di mana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. 2. John Dewey (pandangan pakar pendidikan dari Amerika), berpandangan bahwa pendidikan ialah suatu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan manusia. 3. Prof. Horne (tokoh pendidik di Amerika), berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akaliah, kebebasan, dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akaliah, perasaan, dan kemahuan manusia. Pada hakikatnya pendidikan diperoleh melalui proses yang terdapat di dalam suatu masyarakat dan individu di dalamnya. Sehingga pendidikan itu tidak hanya berupa pendidikan formal yang diperoleh di lembaga pendidikan saja, tetapi lebih bersifat menyeluruh, yaitu adanya pendidikan informal dan nonformal yang sebenarnya membantu tercapainya kesuksesan pembentukan kedewasaan anak. Semua ini karena pada dasarnya pendidikan formal, informal, dan nonformal merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terdapat kesinambungan yang tidak bisa terpisahkan dalam kaitannya untuk menciptakan manusia yang sempurna dalam hal penguasaan iptek dan pengoptimalan potensi.
3
2. PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT 2.1 Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus-menerus dengan situasi baru. Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain: 1. Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapatdorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan. 2. Cropley mengatakan bahwa pendidikan seumur hidup sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisaisan dan penstruktruran ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia dari usia yang paling muda sampai usia yang paling tua. Arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena, manusia perlu menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap insan di Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang baik, sebab pendidikan formal bukanlah satusatunya tempat untuk belajar. Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia yang
4
semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terusmenerus. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977:49): 1. Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat. 2. Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah. 3. Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level. 4. Menyambut baik perubahan. 5. Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru. Pendidikan sepanjang hayat juga mempunyai ciri-ciri, antara lain: 1. Pendidikan sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah. 2. Pendidikan sepanjang hayat mampu menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan. 3. Pendidikan sepanjang hayat lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode dari pada isi pendidikan. 4. Pendidikan sepanjang hayat mampu menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama dalam proses pendidikan. 2.2 Dasar-Dasar Pendidikan Sepanjang Hayat Prinsip pendidikan manusia seutuhnya berlangsung seumur hidup didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi: 1. Dasar-dasar filosofis Filosofis hakikat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segisegi: a. Manusia sebagai makhluk pribadi (individualbeing). b. Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing). c. Manusia sebagai makhluk susila (moralbeing).
5
Ketiga esensial ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral yang dimiliki oleh setiap manusia serta menentukan martabat dan kepribadian seseorang. Yang artinya bahwa individu itu merealisaikan potensi-potensi tersebut secara optimal dan berkeseimbangan itulah wujud kejadiannya. 1. Dasar-dasar psikofisis Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara: a. Potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik dari segi pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani. b. Potensi-potensi dan kesadaran jasmaniah yang sehat dengan pancaindra yang normal secara fisiologis bekerjasama dengan sistem saraf dan kejiwaan. c. Potensi-potensi psikofisis berada di dalam suatu lingkungan hidupnya, baik alamiah maupun sosial budaya. 2. Dasar-dasar sosio-budaya Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan namun manusia terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri. Inilah segi-segi budaya bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh pendidikan. Dasar-dasar segi sosio-budaya bangsa mencakup: a. Tata nilai warisan budaya bangsa seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong-royong dan tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat. b. Nilai-nilai filsafat Negara yakni pancasila. c. Nilai-nilai budaya nasional, adat istiadat, dan lain-lain. d. Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan
kenegaraan baik
bersifat formal maupun nonformal. 2.3 Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah: 1. Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. 2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi manusia), seperti:
6
potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani). Dengan adanya keseimbangan yang wajar antara potensi jasmani dan rohani, berarti kita mengembangkan keduanya secara utuh sesuai dengan kodrat kebutuhannya, akan dapat terwujud manusia seutuhnya. 2.4 Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat Sebagai satu kebijakan yang mendasar dalam memandang hakikat pendidikan manusia dapat kita jelaskan segi implikasinya sebagai berikut: 1. Pengertian implikasi ialah akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. 2. Segi-segi implikasi dari konsepsi pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup: a. Manusia seutuhnya sebagai subyek didik atau sasaran didik, b. Proses berlangsungnya pendidikan, yakni waktunya seumur hidup manusia. 3. Materi pendidikannya. Dengan mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu (meliputi tujuh potensi), maka dapat dikembangkan wujud manusia seutuhnya itu dengan membina dan mengembangkan sikap hidup: a. Potensi jasmani dan pancaindera, dengan mengembangkan sikap hidup sehat, memelihara gizi makanan, olah raga yang teratur, istirahat yang cukup, dan lingkungan hidup bersih. b. Potensi pikir (rasional), dengan mengembangkan kecerdasan, suka membaca, belajar ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir yang kritis, dan obyektif. c. Potensi perasaan, dengan mengembangkan perasaan etika dengan menghayati tata nilai Ketuhanan/keagamaan, kemanusiaan, sosial budaya, filsafat, dan perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra, dan budaya. d. Potensi karsa atau kemauan yang keras, dengan mengembangkan sikap rajin belajar/bekerja, ulet, tabah menghadapi segala tantangan, berjiwa perintis (kepeloporan), suka berprakarsa, termasuk hemat, dan hidup sederhana. e. Potensi cipta, dengan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi baik dari segi konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun seni-budaya (sastra, puisi, lukisan, desain, dan model). f. Potensi karya, konsepsi, dan imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi, semuanya diharapkan dilaksanakan secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau yang nyata.
7
Misalnya gagasan yang baik tidak cukup dilontarkan, kita berkewajiban merintis penerapannya. g. Potensi budi nurani, kesadaran Ketuhanan, dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insan kamil, ataupun manusia yang takwa menurut konsepsi agama masing-masing. Dengan mengembangkan ketujuh potensi itu melalui sikap positif dan mendasar maka akan mencapai kesinambungan. 4. Wadah pendidikan sepanjang hayat Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan, sumber-sumber informasi,
sesuai
dengan
hidupnya. Oleh karena
itu,
kepentingan lembaga
perseorangan dari
untuk
pendidikan
memenuhi
sepanjang
kebutuhan
hayat
adalah
lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu: a .Pendidikan sekolah b. Pendidikan luar sekolah c. Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah, atau media massa seperti media cetak atau elektronik ataupun sajian dalam internet. Wadah pendidikan sepanjang hayat adalah semua lembaga pendidikan yang ada. Wadah mana yang dipakai, tergantung pada apa yang diperlukan oleh individu. Banyaknya pendidikan luar sekolah yang di awal Indonesia merdeka hanya kursus mengetik, steno, dan memegang buku (administrasi keuangan) kini sudah banyak sekali ragamnya dan kursus steno semakin surut jumlahnya karna hadirnya teknologi baru. Media belajar juga pesat perkembangannya. Secara informal orang dapat belajar melalui televisi, radio, atau komputer. Orang dapat belajar di tempat, di gedung di mana lembaga pendidikan itu berada tetapi dapat pula belajar dari jarak jauh. Inilah perluasan wadah untuk belajar yang tedadi saat ini. 3. PERLUNYA PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT 3.1 Alasan Pendidikan Sepanjang Hayat Diperlukan Pendidikan sepanjang hayat diperlukan supaya meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, dan esensial dalam menghadapi struktur sosial yang berubah terdapat alasan-alasan kejuruan untuk menetapkannya akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup. Gagasan dasarnya bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara formal sebagai proses yang terus-menerus dalam kehidupan individu, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Di dalam tulisannya, Cropley, dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati
8
pendidikan, mengemukakan beberapa alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat, antara lain: 1. Alasan Keadilan Terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial. Hinsen menunjukan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley: 33). Dalam hubungan ini, Bowle mengemukakan statemen bahwa pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial (Cropley: 33). 2. Alasan Ekonomi Tidak dapat dipungkiri, alasan ekonomi merupakan alasan yang sangat vital dalam penyelenggaraan pendidikan. Apalagi di negara berkembang, biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir tidak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. tidak terkecuali di negara yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis pendidikan, dan mereka merasa berat beban biaya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut, pendidikan sepanjang hayat yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar (Cropley: 35). 3. Alasan Faktor Sosial Faktor yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek. Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda negara maju dan negara-negara yang sedang berkembang memberi dampak yang besar karena adanya perubahan-perubahan kehidupan sosial, ekonomi, dan nilai budaya. Seperti berubahnya corak pekerjaan, status dan peran adolesen versuskelompok dewasa, hubungan sosial pekerja dengan atasannya, khususnya bertambahnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah kematian bayi, dan yang tak kalah pentingnya ialah berubahnya sistem dalam peranan lembaga pendidikan. Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi lainnya, seperti fungsi ekonomi, rekreasi, dan lainlain, lebih banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Jika dahulu masa anak-anak dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan dunia orang dewasa
9
adalah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua kelompok usia tersebut sedang menjadi kabur.
4. Alasan Perkembangan Iptek Uraian sebelumnya telah menjelaskan betapa luasnya pengaruh perkembangan iptek dalam semua sektor pembangunan. Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh yang terjadi pada dunia pertanian, industri, transportasi, dan komunikasi. Namun invensinya di dalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal. 5. Alasan Sifat Pekerjaan Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek disatu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi tidak dapat dipungkiri di sisi yang lain juga memberi andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang menyerap banyak tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah. 6. Perubahan yang cepat Perubahan dalam kehidupan manusia pada zaman modern ini berlangsung sangat cepat. Banyak orang yang merasa terkejut dengan perubahan-perubahan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. perubahan yang sangat cepat ini membuat indiidu-individ dan juga masyarakat untuk selalu siap dan siaga sehingga tidak menjadi korban dari perubahn. Alat utama untuk beradaptasi dengan segala perubahan itu adalah belajar. 7. Keterbatasan sekolah Pendidikan formal (sekolah) yang ada di masyarakat tidak mampu memberi layanan pendidikan secara merata (pemerataan pendidikan) pada seluruh masyarakat yang memiliki potensi dan latar belakang yang beragam (berbeda). Dengan adanya keterbatasan sekolah, masyarakat dapat memperoleh pendidikan di luar sekolah 8. Perubahan pola pendidikan dan belajar Tujuh keyakinan utama dalam pola pendidikan dan belajar yang sedang berubah (faldescotera, 2011.210 : 1. Belajar yang berorientasi pada peserta didik daripada kepada pendidik (guru).
10
2. Mendorong keragaman bukan homogenitas: mencakup inteligensi ganda dan polapola belajar yang beragam. 3. memahami dunia yang saling bergantung dan berubah dibandingkan menghafal fakta-fakta dan berusaha untuk jawaban yang benar. 4. mengeksplorasi secara konstan teori-teori dalam penggunaan seluruh yang tercakup dalam proses pendidikan. 5. mengintegrasikan kembali pendidikan dalam jaringan-jaringan (webs) hubungan sosial yang menghubungkan secara sejawat sahabat, famili, organisasi, dan masyarakat. 6. mengatasi fragmentasi pengetahuan terutama model pencerahan pertama tentang pemahaman sesuai dengan cara-cara mengetahui yang bersifat holistik dan integral. 7. menganekaragamkan peranan yang meningkat pada belajar non formal dan informal. 4. KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP 4.1 Macam- Macam Konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup Pada pendidikan seumur hidup dikenal adanya empat macam konsep kunci berikut. 1. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri Sebagai suatu konsep, pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturanpengalaman-pengalaman pendidikan. 2. Konsep belajar seumur hidup Pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar karena respons terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisikondisi yang membantu belajar. Jadi, istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa organisasi sekkolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelenggaraan asas pendidikan seumur hidup. 3. Metode belajar sumur hidup Metode belajar seumur hidup adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup, melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema dan sangat terdorong untuk belajar di seluruh tingkat usia, serta menerima ytantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru. Dalam keadaan demikian, perlu adanya sistem pendidikan yang bertujuan membantu perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik
11
merespons untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka seumur hidup (pelajar dan belajar seumur hidup). 4. Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup Dalam konteks ini, kurikulum didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup. Kurikulum yang demikian merupakan kurikulum praktis untuk mencapai tujuan pendidikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup. 5. PRINSIP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP 5.1 Prinsip-prinsip Pendidikan Seumur Hidup Prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup merupakan suatu usaha untuk mengadapsikan pendidikan pada kondisi-kondisi kehidupan modern. Ada suatu kecenderungan bahwa prinsip-prinsip pendidikan sumur hidup sebagai berikut: 1. pengenalan ragam yang luas tentang pola0pola belajar tidak kurang efisien, relevan, dan dapat dikerjakan dengan mudah daripada pola-pola mendengarkan pada seorang guru dan menggunakan buku teks 2. kesadaran substansial dan peranan yang meningkat yang dimainkan peserta didik itu sendiri dalam proses mendengarkan, juga pentingnya inisiatif sendiri dan kontrol terhdapa proses belajar yang berlawanan dengan kebergantungan tradiosional pada guru. 3. penerimaan terhadap fakta bahwa ketika belajar, terjadi melalui layanan non formal. 4. Penekanan dan fleksibilitas dan adaptabilitas sekarang diperlukan didalam struktur, isi, dan operasi-operasi layanan belajar, sebagai lawan terhadap kekakuan dan resistensi terhadap reformasi yang ditunjukkan oleh struktur pendidikan tradisional. 5. Tuntutan terhadap artikulasi dan koordinasi antara agen-agen pendidikan yang beragam (paralel juga berurutan) kemana setiap individu diekspos dalam gelar yang beragam, disepanjang hayatnya. 6. desakan bahwa layanan-layanan pendidikan dikaitkan erat dengan masyarakat. 7. desakan bahwa semua layanan pendidikan terkait erat dengan masyarakat, daerah dan negara dalam tujuan, media pengajaran, materi pembelajaran dan contoh. 8. pengakuan bertahap pendidikan dan pembelajaran sebagai hak yang tidak boleh ditolak karena kondisi sosial, ekonomi, agama, ras, jenis keamin, kemampuan terbatas, atau bahkan usia. 9. Keyakinan bahwa pembelajaran sistematis (pembelajaran yang direncanakan) adalah kebutuhan permanen selama seluruh hidup seseorang, sebagai akibat dari perkembangan baru
12
dalam teknologi terus-menerus, pekerjaan, hubungan manusia, institusi, norma-norma umum, dan sebagainya. 10. pemahaman bahwa semua kecenderungan dan praktik pendidikan seperti yang tercantum diatas tidak terisolasi, independen, dan tanpa relevansi satu sama lain, tetapi sesuai dalam setiap kasus untuk satu aspek dari keseluruhan pola inovatif dikenakan oleh kondidi moderen pada satu kebutuhan proses edukatif dan belajar dialami oleh setiap manusia.
13
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari yang telah diuraikan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penerapan pendidikan sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar adalah sebagai berikut: 1. Belajar sepanjang hayat adalah belajar seumur hidup yang merupakan kebutuhan manusia dalam usaha mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya adalah melalui belajar yang dilakukan sepanjang hayatnya. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang selalu berubah. 2. Dasar-dasar pendidikan sepanjang hayat yaitu, dasar-dasar filosofis, dasar-dasar psikofisis, dan dasar-dasar sosio-budaya. Tujuan pendidikan sepanjang hayat yaitu: a. Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. b. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi manusia), seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani). 3. Alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat adalah karena alasan keadilan, faktor ekonomi, faktor sosial, faktor perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan. 2. Saran Konsep tentang pendidikan sepanjang hayat diharapkan akan mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar di sekolah formal saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, misalnya di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk mendukung konsep tentang pembelajaran sepanjang hayat, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dan pemerintah. sehingga konsep pendidikan sepanjang hayat dapat terealisasikan dengan baik.
14
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Hasbullah. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Syuhada, Achmad, Roosdi. 1988. Bimbingan dan Konseling dalam Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Depdikbud. Joesoef, Soelaiman. 1986. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: PT Bumi Aksara. Drs. Gino, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Depdikbud.
15