Cover Buku Panduan.docx

  • Uploaded by: Rupina
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cover Buku Panduan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,720
  • Pages: 24
BUKU PANDUAN K3 LABORATORIUM BENGKEL KERJA

Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Tahun 2018

1. TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi kegiatan pembelajaran ini mahasiswa akan dapat : 1) menjelaskan pengertian manajemen bengkel secara tepat 2) menjelaskan cara melakukan perawatan dan pemeliharaan lab/bengkel sebagai sarana utama dalam kegiatan praktikum 3) dapat melakukan manajemen alat dan bahan praktikum secara tepat, 4) dapat menjelaskan struktur organisasi bengkel dan kewenangan personalia yang terkait dengan kegiatan bengkel secara tepat sesuai dengan tupoksi

II. PENDAHULUAN Pemanfaatan sebuah bengkel tentu perlu ada tindakan pengelolaan dan perawatan secara benar. Hal tersebut ditujukan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna bengkel serta keterjagaan alat yang ada di bengkel tersebut. Bengkel yang terawat tentu sangat nyaman digunakan untuk bekerja dan dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan dalam bengkel yang dikarenakan keadaan yang kurang aman. Kondisi bengkel kurang aman yang dimaksud salah satunya adalah bengkel dalam kondisi berantakan dan kotor sehingga kurang nyaman digunakan bahkan dapat membahayakan pekerja. Misalkan lantai bengkel dalam keadaan kotor atau terkena oli, maka hal ini dapat membahayakan pekerja atau pengguna bengkel. Untuk mengkondisikan agar bengkel selalu dalam keadaan yang bersih, rapi dan terawat, diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan bengkel secara baik dan benar. Selain bengkel dan peralatan yang ada, pengguna bengkel hendaknya juga memperhatikan dirinya sendiri selama berada di bengkel. Hal yang perlu diperhatikan adalah selalu mengenakan pelindung atau pengaman diri serta menjaga sikap layaknya berada di bengkel. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan di bengkel yang akhirnya untuk kebaikan pengguna bengkel itu sendiri. Hindarilah bekerja sambil bergurau di dalam bengkel. Hal ini agar supaya menghindari terjadinya kecelakaan, baik bagi dirinya sendiri, orang lain ataupun lingkungan. Kehati-hatian dan bersikap secara benar selama berada di bengkel menjadi hal yang sangat penting. Setiap pengguna bengkel hendaknya mengetahui dan memperhatikan hal tersebut selama mempergunakan bengkel atau selama berada di bengkel. Agar hal tersebut dapat terkondisikan dengan baik maka perlu adanya managemen bengkel yang tepat dan jelas. Dengan demikian setiap pengguna bengkel mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan selama berada di bengkel dan hal apa yang harus dilakukan dan dipatuhi selama berada di bengkel tersebut.

BAB I MANAJEMEN LABORATORIUM BENGKEL KERJA

A. MANAJEMEN LABORATORIUM BENGKEL KERJA Pengertian manajemen laboratorium bengkel kerja adalah kegiatan merancang kegiatan, mengoperasikan, memelihara dan merawat peralatan dan bahan, fasilitas dan atau segala obyek fisik lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu sehingga mencapai hasil yang optimal. Suatu laboratorium Bengkel kerja dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium/bengkel/studio yang canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen yang baik. Oleh karena itu manajemen laboratorium/bengkel/studio adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatannya sehari-hari. Pengelolaan laboratorium/ bengkel/studio akan berjalan dengan lebih efektif bilamana dalam struktur organisasinya didukung oleh Board of Management yang berfungsi sebagai pengarah dan penasehat. Board of Management terdiri atas para senior/profesor yang mempunyai kompetensi dengan kegiatan laboratorium/bengkel/studio yang bersangkutan. Pengelolaan laboratorium/bengkel/studio meliputi: a. Perancangan kegiatan laboratorium bengkel kerja Ruang lingkup perancangan kegiatan laboratorium mencakup: a) Penyusunan program kegiatan tahunan b) Penyusunan kebutuhan peralatan c) Penyusunan kebutuhan bahan d) Penyusunan SOP (penggunaan peralatan dan bahan) b. Pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan Ruang lingkup pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan meliputi: a) Persiapan Peralatan dan bahan b) Penjelasan pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan (tidak lepas dari kegiatan supervisi) c) Supervisi proses pengujian, kalibrasi dan/ atau produksi d) Pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan e) Pengelolaan/penanganan material handling (sisa bahan) f) Verifikasi /validasi hasil (pengukukuran, kalibrasi, kinerja alat) g) Pengujian dan verifikasi unjuk kerja alat

h) Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) i) Pengambilan dan pengujian sampel (penelt.& pengab.) j) Pelaporan kegiatan praktikum c. Pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan Ruang lingkup pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan meliputi: a) Penyusunan jadwal pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan b) Pembersihan peralatan dan bahan c) Penataan peralatan dan bahan d) Penyimpanan peralatan dan bahan e) Melakukan kalibrasi alat d. Evaluasian sistem kerja Ruang lingkup evaluasian sistem kerja meliputi: a) Evaluasi SOP pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan (umum). b) Evaluasi SOP pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan (umum). c) Evaluasi pedoman penilaian peralatan dan bahan (umum). d) Evaluasi pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan (khusus). e) Evaluasi hasil kalibrasi alat. f) Evaluasi kinerja alat. g) Evaluasi penerapan metode kerja dan penggunaan alat. e. Pengembangan kegiatan Ruang lingkup Pengembangan Kegiatan meliputi: a) Pengembangan kinerja peralatan. b) Pengembangan metode kerja peralatan. c) Pengembangan metode pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi. d) Pengembangan mutu produk (skala lababoratorium/bengkel/studio). e) Pengembangan sistem pengelolaan laboratorium.

B. DOKUMENTASI PENGELOLAAN LABORATORIUM BENGKEL KERJA Dokumentasi pengelolaan laboratorium/bengkel/studio dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1) Dokumentasi peralatan/bahan 2) Dokumentasi pelaksanaan kegiatan Dokumentasi pengelolaan laboratorium bengkel kerja yang paling penting adalah dokumentasi peralatan. Dokumentasi peralatan disediakan sebagai data base peralatan laboratorium bengkel kerja , dengan rincian sebagai berikut: a) Dokumen kontrak. b) Manual peralatan. c) Riwayat perawatan perbaikan (waktu, biaya), dan lainnya. d) Identifikasi peralatan : nama, spesifikasi, dll. e) Harga peralatan per unit. f) Prosedur operasi. g) Lokasi/penempatan peralatan. h) Alamat pabrik dan agen. i) Tanggal/tahun mulai penggunaan. j) Riwayat perawatan dan perbaikan. k) Dan lainnya.

C. DOKUMEN MUTU LABORATORIUM BENGKEL KERJA 1) Panduan Mutu Panduan Mutu merupakan interpretasi standar mutu yang diacu dari ISO,berisikan: a) Kebijakan laboratorium/bengkel/studio. b) Sasaran. c) Struktur organisasi. d) Uraian jabatan. e) Kualifikasi jabatan. f) Garis besar operasi dari prosedur manajemen yang berlaku. 2) Prosedur Mutu Prosedur Mutu berisikan bagian-bagian sebagai berikut: a) Prosedur Mutu bagian yang memperjelas Panduan Mutu agar sistem berjalan serta memerinci tanggung jawab dan pengendalian prosedur kerja. b) Menjelaskan pelaksanaan komitmen dalam bentuk dokumen c) Berisi prosedur pelaksanaan dari yang di”haruskan”. 3) Intruksi Kerja (Prosedur Pelaksanaan) Intruksi Kerja berisikan bagian-bagian sebagai berikut: a) Ruang lingkup prosedur b) Tujuan prosedur c) Difinisi/istilah d) Referensi pendukung e) Uraian prosedur f) Petunjuk pelaksanaan langkah demi langkah dalam pengisian formulir g) Proses pengujian h) Instruksi pengoperasian alat / mesin i) Instruksi perawatan alat / mesin j) Pengawasan dan pengujian k) Penanganan atas penyimpangan pengujian l) Kriteria penerimaan alat / bahan / kualifikasi pekerjaan 4) Form Dan Rekaman Rekaman formulir merupakan catatan-catatan, file-file, standar teknis, gambarangambaran dan spesifikasi-spesifikasi pengujian berupa rekaman hasil kerja dari prosedur atau instruksi kerja

BAB II MANAJEMEN OPERASIONAL LABORATORIUM BENGKEL KERJA

A. PERANGKAT Untuk mengelola laboratorium bengkel kerja yang baik harus dipahami perangkatperangkatnya, yaitu: 1) Tata ruang 2) Alat yang baik dan terkalibrasi 3) Infrastruktur 4) Administrasi laboratorium 5) Organisasi laboratorium 6) Fasilitas pendanaan 7) Inventarisasi dan keamanan 8) Disiplin yang tinggi 9) Keterampilan SDM 10) Peraturan umu 11) Penanganan masalah umum 12) Jenis-jenis pekerjaan. Semua perangkat-perangkat tersebut di atas, jika dikelola secara optimal akan mendukung terwujudnya penerapan manajemen laboratorium bengkel kerja

yang baik.

Dengan demikian manajemen laboratorium bengkel kerja dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah, sejak dari perencanaan tata ruang sampai dengan perencanaan semua perangkat penunjang lainnya.

B. TATA RUANG Laboratorium bengkel kerja harus ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang sempurna, harus dimulai sejak perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan pembangunan. Tata ruang yang baik mempunyai: a) pintu masuk b) pintu keluar c) pintu darurat d) ruang persiapan e) ruang peralatan f) ruang penangas g) ruang penyimpanan h) ruang staf i) ruang teknisi j) ruang bekerja k) ruang istirahat/ibadah l) ruang prasarana kebersihan m) ruang toilet n) lemari praktikan o) lemari gelas p) lemari alat-alat optik q) fan (untuk dehumidifier) r) ruang ber-AC untuk alat-alat yang memerlukan persyaratan tertentu.

C. ALAT YANG BERFUNGSI DAN TERKALIBRASI Pengenalan

terhadap

peralatan

merupakan

kewajiban

bagi

setiap

petugas

laboratorium/bengkel/studio, terutama mereka yang akan mengoperasikan peralatan tersebut. Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi: a) siap untuk dipakai; b) bersih; c) berfungsi dengan baik; dan d) terkalibrasi. Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk pengoperasian (manual operation). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan, dimana buku manual merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya. Beberapa peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur pada tempat tertentu, berupa rak atau meja yang disediakan. Peralatan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu. a. Alat-alat gelas Alat-alat gelas harus dalam keadaan bersih, apalagi peralatan gelas yang sering dipakai. Untuk alat-alat gelas yang memerlukan sterilisasi, sebaiknya disterilisasi sebelum dipakai. Semua alat-alat gelas ini seharusnya disimpan pada lemari khusus. b. Bahan-bahan kimia Untuk bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis, sebaiknya ditempatkan pada ruang/kamar fume (untuk mengeluarkan gas-gas yang mungkin timbul). Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap. Ruangan fume perlu dilengkapi fan, agar udara/uap dapat dibuang keluar. Bahan-bahan kimia yang ditempatkan dalam botol berwarna coklat/gelap, tidak boleh langsung terkena sinar matahari dan sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus. c. Alat-alat optik Alat-alat optik seperti mikroskop harus disimpan pada tempat yang kering dan tidak lembab. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lensa berjamur yang dapat menyebabkan kerusakan mikroskop. Sebagai tindakan pencegahan, mikroskop harus ditempatkan dalam kotak yang dilengkapi dengan silica-gel dan dalam kondisi yang bersih. Mikroskop harus disimpan di dalam lemari khusus yang kelembabannya terkendali. Lemari tersebut biasanya diberi lampu pijar 15-20 watt, agar ruang selalu panas sehingga dapat mengurangi kelembaban udara (dehumidifier-air). Alat-alat optik lainnya seperti lensa pembesar, alat kamera, microphoto-camera, digital camera, juga dapat ditempatkan pada lemari khusus yang tidak lembab atau dalam desiccator.

D. INFRASTRUKTUR a. Sarana Utama Mencakup bahasan tentang lokasi laboratorium/bengkel/studio, konstruksi dan sarana lainnya, termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja kerja/pelataran, jenis atap, jenis dinding, jenis lantai, jenis pintu, jenis lampu yang dipakai, kamar penangas, jenis pembuangan limbah, jenis ventilasi, jenis AC, jenis tempat penyimpanan, jenis lemari bahan kimia, jenis alat optik, jenis timbangan dan instrumen yang lain, kondisi laboratorium, dan sebagainya. b. Sarana pendukung Mencakup bahasan tentang ketersediaan enerji listrik, gas, air, alat komunikasi, dan pendukung keselamatan kerja seperti pemadam kebakaran, hidran dan sebagainya. c. Administrasi Laboratorium Administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan administrasi yang ada di laboratorium/ bengkel/studio, yang antara lain terdiri atas: 1. Inventarisasi peralatan laboratorium 2. Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat yang rusak, alat yang dipinjam/ dikembalikan 3. Surat masuk dan surat keluar 4. Daftar pemakai laboratorium/ bengkel/studio, sesuai dengan jadwal kegiatan praktikum/ penelitian. 5. Daftar inventarisasi bahan kimia dan non-kimia, bahan gelas 6. Daftar inventarisasi alat-alat meubelair (kursi, meja, bangku, lemari dan lainnya). 7. Sistem evaluasi dan pelaporan. Untuk kelancaran administrasi yang baik, setiap laboratorium Bengkel Kerja memberikan pelaporan kepada atasannya (misalnya kepada Ketua Program Studi, Prodi S1 Kesehatan Masyarakat ). Evaluasi dan pelaporan kegiatan dari masing-masing laboratorium bengkel kerja dapat dilakukan bersama dengan pimpinan Fakultas, setiap semester atau sekali dalam setahun, tergantung pada kesiapan agar semua kegiatan dapat dipantau. Disamping itu, Evaluasi dan pelaporan ini sekaligus dapat digunakan untuk perencanaan laboratorium bengkel kerja (misalnya penambahan alat-alat baru, rencana pembiayaan/dana laboratorium bengkel kerja , perbaikan sarana dan prasarana yang ada). Kegiatan administrasi ini adalah merupakan kegiatan rutin yang berkesinambungan, karenanya perlu dipersiapkan dan dilaksanakan secara berkala dengan baik dan teratur.

E. ORGANISASI LABORATORIUM Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, serta Susunan personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung jawab tertinggi organisasi di dalam laboratorium adalah Kepala Laboratorium. Kepala Laboratorium bertanggung jawabterhadap semua kegiatan yang dilakukan dan juga bertanggung jawab terhadap seluruh peralatan yang ada. Para anggota laboratorium yang berada di bawah Kepala Laboratorium juga harus sepenuhnya bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dibebankan padanya. Untuk mengantisipasi dan menangani kerusakan peralatan diperlukan teknisi yang memadai.

F. DISIPLIN Pengelola laboratorium/bengkel/studio harus menerapkan disiplin yang tinggi pada seluruh pengguna (mahasiswa, asisten, laboran/teknisi) agar terwujud efisiensi kerja yang tinggi. Kedisiplinan sangat dipengaruhi oleh pola kebiasaan dan perilaku dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu setiap pengguna laboratorium bengkel kerja harus menyadari tugas, wewenang dan fungsinya. Sesama pengguna tersebut harus ada kerjasama yang baik, sehingga setiap kesulitan dapat dipecahkan/diselesaikan bersama.

G. KETERAMPILAN Pengelola laboratorium/bengkel/studio harus meningkatkan keterampilan semua tenaga laboran/teknisi. Peningkatan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan tambahan seperti pendidikan keterampilan khusus, pelatihan (workshop) maupun magang di tempat lain. Peningkatan keterampilan juga dapat dilakukan melalui bimbingan dari staf dosen, baik di dalam maupun antar laboratorium bengkel kerja.

H. PERATURAN UMUM Beberapa peraturan umum untuk menjamin kelancaran jalannya pekerjaan di laboratorium/bengkel/studio, dirangkum sebagai berikut: a) Dilarang makan/minum di dalam laboratorium b) Dilarang merokok, karena mengandung potensi bahaya seperti: - Kontaminasi melalui tangan - Ada api/uap/gas yang bocor/mudah terbakar - Uap/gas beracun, akan terhisap melalui pernafasan c) Dilarang meludah, akan menyebabkan terjadinya kontaminasi

d) Jangan panik menghadapi bahaya kebakaran, gempa, dan sebagainya. e) Dilarang mencoba peralatan laboratorium tanpa diketahui cara penggunaannya. f) Sebaiknya tanyakan pada orang yang kompeten. g) Diharuskan menulis label yang lengkap, terutama pada bahan-bahan kimia. h) Dilarang mengisap/menyedot dengan mulut segala bentuk pipet. Semua alat pipet harus menggunakan bola karet pengisap (pipet - pump). i) Diharuskan memakai baju laboratorium, dan juga sarung tangan dan gogles, terutama sewaktu menuang bahan-bahan kimia yang berbahaya. j) Beberapa peraturan lainnya yang spesifik, terutama dalam pemakaian sinar X, sinar Laser, alat-alat sinar UV, Atomic Absorption, Flamephotometer, Bacteriological Glove Box with UV light, dan sebagainya, harus benar-benar dipatuhi. Semua peraturan tersebut di atas ditujukan untuk keselamatan kerja di laboratorium.

I. PENANGANAN MASALAH UMUM a. Mencampur zat-zat kimia Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui sifat reaksinya. Jika belum tahu segera tanyakan pada orang yang kompeten. b. Zat-zat baru atau kurang diketahui Demi keamanan laboratorium, berkonsultasilah sebelum menggunakan zat-zat kimia baru atau yang kurang diketahui. Semua zat-zat kimia dapat menimbulkan resiko yang tidak dikehendaki. c. Membuang material-material yang berbahaya Sebelum membuang material-material yang berbahaya harus diketahui resiko yang mungkin terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara membuangnya tidak menimbulkan bahaya. Demikian juga terhadap air buangan dari laboratorium bengkel kerja . Sebaiknya harus ada bak penampung khusus, jangan dibuang begitu saja karena air buangan mengandung bahan berbahaya yang menimbulkan pencemaran. Air buangan harus di”treatment”, antara lain dengan cara netralisasi sebelum dibuang ke lingkungan.

J. JENIS PEKERJAAN Berbagai pekerjaan laboratorium/bengkel/studio seperti praktek, penelitian, dan layanan umum, harus didiskusikan sebelumnya dengan Kepala Laboratorium Bengkel Kerja . Setelah itu dilanjutkan dengan cara pelaksanaannya. Pemahaman jenis pekerjaan di laboratorium bengkel kerja diperlukan untuk: a) Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan-bahan kimia, air, listrik, gas dan alatalat laboratorium. b) Meningkatkan efisiensi biaya. c) Meningkatkan efisiensi tenaga dan waktu, baik dari pengguna maupun pengelola. d) Meningkatkan kualitas dan ketrampilan pengelola dan laboran/teknisi. e) Pengelola dan laboran/teknisi harus dapat bekerja sama dengan baik sebagai satu team-work. f) Meningkatkan pendapatan laboratorium/bengkel/studio yang bersangkutan

BUKU PANDUAN K3

LABORATORIUM SANITASI INDUSTRI DAN KESELAMATAN KERJA

Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Tahun 2018

PENDAHULUAN I. Pengertian Laboratorium Kata laboratorium merupakan bentuk serapan dari bahasa Belanda dengan bentuk asalnya laboratorium (Jumariam, dkk, 1996). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2002) laboratorium diartikan sebagai tempat mengadakan percobaan (penyelidikan dan sebagainya). Menurut Soejitno (1983) laboratorium dapat diartikan dalam bermacam-macam segi, yaitu: a. laboratorium dapat merupakan wadah, yaitu tempat, gedung, ruang dengan segala macam peralatan yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Dalam hal ini laboratorium dilihat sebagai perangkat keras (hard ware) b. laboratorium dapat merupakan sarana media dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar. Dalam pengertian ini laboratorium dilihat sebagai perangkat lunaknya (soft ware). c. laboratorium dapat diartikan sebagai pusat kegiatan ilmiah untuk menemukan kebenaran ilmiah dan penerapannya d. laboratorium dapat diartikan sebagai pusat inovasi. Dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sebuah laboratorium diadakanlah kegiatan ilmiah, eksperimentasi sehingga terdapat penemuan-penemuan baru, cara-cara kerja, dan sebagainya e. dilihat dari segi “clientele” maka laboratorium merupakan tempat dimana dosen, mahasiswa, guru, siswa, dan orang lain melaksanakan kegiatan kerja ilmiah dalam rangka kegiatan belajar mengajar. f. dilihat dari segi kerjanya laboratorium merupakan tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu. Dalam hal demikian ini dalam bidang teknik laboratorium, di sini dapat diartikan sebagai bengkel kerja (work shop) g. dilihat dari segi hasil yang diperoleh maka laboratorium dengan segala sarana dan prasarana yang dimiliki dapat merupakan dan berfungsi sebagai Pusat Sumber Belajar (PSB). Dalam pembelajaran biologi laboratorium tidak hanya diartikan sebagai sebuah ruangan tempat percobaan dan penyelidikan dilakukan, tetapi alam terbuka/lingkungan seperti kebun, halaman, taman, kolam, hutan, dan lain sebagainya dapat disebut sebagai laboratorium. Hal ini karena biologi mempelajari segala sesuatu tentang makhluk hidup,

dan di alam/ lingkungan sekitar banyak sekali kejadian/ proses kehidupan yang dapat diamati dan dikaji. Menurut Rustaman & Rustaman (1997) laboratorium merupakan salah satu sarana penunjang yang banyak digunakan dalam proses belajar mengajar biologi, sedang sarana pada pembelajaran biologi dapat diartikan sebagai beberapa hal, seperti berikut : a. sebagai unsur pencapaian tujuan, artinya sarana bukan semata-mata sebagai alat bantu atau alat pelengkap, melainkan bersama-sama dengan materi dan metode berperan dalam proses kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan b. sebagai pengembang kemampuan, terutama alat-alat yang dapat dimanipulasi atau dirakit atau dimodifikasi atau media yang sengaja direncanakan untuk meningkatkan kemampuan tertentu, seperti kemampuan mengamati, menafsirkan, menyimpulkan, merakit alat, mengukur, memilih alat yang tepat c. sebagai katalisator dalam pemahaman materi, misalnya melalui alat yang diperagakan, perbuatan, pengalaman langsung d. sebagai pembawa informasi, terutama dalam bentuk media misalnya gambar, radio, televisi, film, slide film. Kegiatan praktikum dalam pembelajaran biologi dapat dilakukan di dalam ruangan laboratorium, atau di luar ruangan yaitu memanfaatkan laboratorium alam. Hal ini disesuaikan dengan materi yang dipraktikumkan. Untuk ruang laboratorium diperlukan desain khusus karena di laboratorium, selain terdapat ruangan tempat siswa melakukan kegiatan belajar/ praktikum, terdapat pula ruangan-ruangan lain yaitu ruang persiapan, ruang penyimpanan (gudang), ruang timbang, dan ruang gelap. Luas ruangan praktikum biasanya disesuaikan dengan jumlah siswa yang menggunakannya, yang diperkirakan 2,5 m2 untuk tiap siswa. Tata letak (lay out) disesuaikan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjaga keamanan, sedang tata ruang tergantung pada kondisinya, namun perlu diatur sehingga mempermudah kegiatan praktikum/ pemanfaatannya. Untuk mendukung kelancaran pemanfaatan la boratorium alam dapat disediakan kebun botani, “green house”, dan lainlain. Peralatan yang harus dipenuhi oleh sebuah laboratorium antara lain adalah meja yang terdiri dari meja kerja siswa, meja kerja guru, meja demonstrasi, dan meja dinding; kursi; lemari; bak cuci; listrik; papan tulis; rak; alat dan bahan praktikum; alat peraga pendidikan seperti model, bagan, contoh hewan & tumbuhan; perkakas; kotak P3K dan isinya; alat pemadam api; dan alat kebersihan.

Pengelolaan laboratorium juga penting untuk diperhatikan yang secara garis besar menurut Rustaman, dkk (2003) pengelolaan laboratorium dibedakan menjadi kegiatan pemeliharaan, penyediaan, dan peningkatan daya guna laboratorium. Berikut adalah contoh desain laboratorium.

II. Fungsi Laboratorium dalam Pembelajaran Adanya kelengkapan sarana pembelajaran seperti tersedianya laboratorium diharapkan dapat mendukung kelancaran proses belajar mengajar biologi. Menurut Soejitno (1983) secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut : a. memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah. Keduanya saling kaji-mengkaji dan saling mencari dasar b. memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/ siswa c. memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari sesuatu obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial d. menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran e. memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/ siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang calon ilmuwan f. memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan yang diperoleh, penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja laboratorium.. Engkoswara (1982) mengatakan bahwa melalui kegiatan praktikum yang biasanya dilakukan di laboratorium, siswa diharapkan dapat: a. mengembangkan berbagai keterampilan secara terintegrasi b. mengenal berbagai peralatan laboratorium c. mengenal berbagai desain dan peralatan untuk eksperimen d. mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menginterprestasikan data e. mengembangkan sikap untuk melakukan sesuatu secara tepat dan akurat f. mengembangkan keterampilan dalam mengobservasi g. mengembangkan kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil eksperimen h. mengembangkan kecakapan dalam menulis laporan i. mengembangkan kemampuan untuk belajar dan melakukan percobaan sendiri j. menambah keberanian berfikir sendiri dan menanggung resiko k. merangsang berfikir siswa melalui eksperimen

l. mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah dengan berbagai variabel yang banyak dan berbagai kemungkinan pemecahannya m. mengembangkan keberanian untuk mengadakan kerja sama, mengembangkan inisiatif, dan menggunakan berbagai sumber n. mengembangkan tanggung jawab pribadi o. mengembangkan kecakapan untuk bekerja secara efektif sebagai anggota dari suatu tim. Woolnough (dalam Rustaman dkk, 2003) mengemukakan bahwa bentuk praktikum bisa berupa latihan, investigasi (penyelidikan) atau bersifat pengalaman. Bentuk praktikum yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan aspek tujuan dari praktikum yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar kegiatan laboratorium atau praktikum turut berperan dalam mencapai 3 tujuan pembelajaran, antara lain: a. Keterampilan kognitif, misalnya : - melatih agar teori dapat dimengerti - agar teori dapat diterapkan pada keadaan problem nyata. b. Keterampilan afektif, misalnya : - belajar bekerja sama - belajar menghargai bidangnya - belajar merencanakan kegiatan secara mandiri. c. Keterampilan psikomotorik, misalnya : - belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan - belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu. Penerapan kegiatan laboratorium dalam pembelajaran memiliki kebaikan dan kelemahan. Kebaikan dari pelaksanaan praktikum antara lain: - melibatkan mahasiswa secara langsung dalam mengamati suatu proses - mahasiswa dapat meyakini akan hasilnya, karena langsung mendengar, melihat, meraba, dan mencium yang sedang dipelajari - mahasiswa akan mempunyai kemampuan dalam ketrampilan mengelola alat, mengadakan percobaan, membuat kesimpulan, menulis laporan, dan mampu berfikir analitis - maha siswa lebih cenderung tertarik pada obyek yang nyata di alam sekitarnya - memupuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah, sikap inovatif, dan saling bekerja sama - membangkitkan minat ingin tahu, memperkaya pengalaman ketrampilan kerja dan pengalaman berfikir ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN HIGENE INDUSTRI Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (1998), higene industri adalah ilmu tentang antisipiasi, rekognisi/pengenalan, evaluasi dan pengendalian kondisi tempat kerja yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja. Higene industri menggunakan metode pemantauan dan analisis lingkungan untuk mendeteksi luasnya tenaga kerja yang terpapar. Higene industri juga menggunakan pendekatan teknik, pendekatan administratif dan metode lain seperti penggunaan alat pelindung diri, desain cara kerja yang aman untuk mencegah paparan berbagai bahaya di tempat kerja. Di Indonesia, Higene industri didefinisikan sebagai spesialisasi dalam ilmu higene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja (Suma’mur, 1999). Sedangkan menurut UU no. 14 tahun 1969 Higene perusahaan adalah Lapangan kesehatan yang ditunjukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat ntuk pencegahan penyakit baik akibat kerja maupun umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan perumahan tenaga kerja. Pendapat lain mengatakan “Industrial Higene is the applied sciene concerned with identification, measurment, appraisal of risk and control acceptable standards of physical, chemical and biological factors arising in from the work place which may effect the health or well being of those at work in the community”. Higene Industri juga didefinisikan sebagai : encompasses the anticipation, recognition, evaluation and control of chemical, physical or biological stresses arising in or from the workplace that may cause sickness, impaired health or significant discomfort and inefficiency among workers. Dalam penyusunan program kerja higene industri harus mencakup beberapa masalah pokok antara lain : Hazard Communication, Laboratory Safety (Chemical Hygiene), Hearing Conservation , Confined Space Entry , Handling and Disposing of Hazardous Waste , Back Protection , Ergonomics, Asbestos Management , Building Air Quality, Chemical Exposure Assessment , Personal

Protective Equipment , Respiratory Protection , Blood borne Pathogens Protection dan Tuberculosis Protection. The British Occupational Hygiene Society (BOHS) mendefinisikan "occupational hygiene is about the prevention of ill-health from work, through recognizing, evaluating and controlling the risks". Sedangkan The International Occupational Hygiene Association (IOHA) mendefinisikan higene industri sebagai the discipline of anticipating, recognizing, evaluating and controlling health hazards in the working environment with the objective of protecting worker health and well-being and safeguarding the community at large. Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa higene industri adalah disiplin ilmu kesehatan yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari penyakit akibat kerja dan atau kecelakaan kerja melalui upaya pengenalan, berbagai pengukuran lingkungan kerja serta manusianya dan serangkaian upaya pengendalian.

Stressor di tempat kerja Ahli higene industri memfokuskan perhatiannya pada evaluasi kondisi kesehatan yang optimal dari lingkungan kerja dan merekomendasikan perbaikan prosedur kerja untuk melindungi kesehatan, berdasarkan data kuantitatif yang lengkap, pengalaman dan pengetahuannya yang mendalam. Rekomendasi ahli higene industri bisa juga berupa pengisolasian sumber bahaya, substitusi bahan dari yang berbahaya ke bahan yang kurang berbahaya dan juga mendesain prosedur kerja yang aman. Untuk memastikan kondisi kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan lain yang terkait, ahli higene industri terfokus pada recognition (pengenalan), evaluation (pengukuran) dan control (pengendalian dari stresor lingkungan kerja yang bisa berbentuk stressor fisik, kimia, biologi, ergonomis maupun psikologis yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja, penurunan kesehatan atau ketidaknyamanan ketika bekerja). Stressor fisik bisa berbentuk kebisingan, getaran, tekanan suhu dan tekanan udara yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah, serta radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion. Stressor kimia bisa berbentuk gas, debu, kabut, serbuk, spray, cairan atau uap air. Stressor biologis bisa berasal dari bakteri, jamur, serangga, tungau, virus, tikus, nyamuk dan lain-lain. Stressor ergonomik bisa berbentuk gerakan kerja yang berulang, tekanan kerja, kelelahan kerja, posisi tubuh ketika bekerja, monotoni/kebosanan akibat kerja yang monoton dan berbagai kekhawatiran.

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Higene Industri Higene industri adalah salah satu bagian dari ilmu kesehatan kerja, dan ilmu kesehatan kerja itu sendiri adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang dipraktekan di perusahaan atau masyarakat sekitar perusahaan. Sesuai dengan pengertiannya bahwa ilmu kesehatan kerja merupakan ilmu terapan dari berbagai disiplin ilmu dengan langkah-langkah mengidentifikasi bahaya lingkungan kerja, pengukuran, penilaian resiko dan pengontrolan yang dicocokan dengan standar yang berlaku secara fisik, kimia dan biologi yang ada di tempat kerja yang berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan manusia ditempat kerja atau pada komunitas tertentu. Berbagai disiplin ilmu yang termasuk aplikatif ke dalam ilmu kesehatan kerja tersebut antara lain teknik, kimia, fisika, biologi, ergonomi, kesehatan, keselamatan, toksikologi.

Higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai satu kesatuan spesialisasi dalam ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan kerja merupakan ilmu yang sangat luas sehingga berbagai keahlian dari berbagai aspek pengetahuan terlibat di dalamnya. Kerjasama yang erat dalam berbagai disiplin tersebut merupakan hal yang penting. Namun demikian perlu diketahui bahwa kesehatan kerja merupakan cabang dalam ilmu kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk masyarakat pekerja. Antara kesehatan masyarakat dan kesehatan kerja terdapat kesamaan yaitu, keduanya mempelajari masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan manusia serta lingkungan fisik, biologi, kimia dan sosial secara umum. Namun perbedaannya terletak pada kesehatan kerja mempelajari manusia dalam hubungannya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun mental, sedangkan kesehatan masyarakat mempelajari manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya di luar tempat kerja, serta mempelajari semua faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, metode kerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja, yang mungkin dapat menyebabkan penyakit kecelakaan atau gangguan kesehatan lainnya, misalnya bahaya-bahaya kimia dan fisik seperti infeksi dari debu, uap asam, gas-gas yang terhirup, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bahan-bahan perangsang, kesakitan akibat bising, silikasi akibat terhirup dan tersiram bahaya debu silika bebas (SiO2) dalam paru-paru, kecelakaan akibat kerja yang terlalu lama dan lain-lain. Menurut Suma’mur (1999) tujuan utama penyelenggaraan higene perusahan dan kesehatan kerja adalah : Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang tinggi, dan sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas. Sementara itu terdapat beberapa perbedaan antara praktek kesehatan masyarakat dan praktek higene industri walaupun

keduanya terdapat dalam area yang sama yaitu bidang kesehatan. Perbedaan itu antara lain sebagai berikut: Higene Industri •Tujuan utama masyarakat pekerja •Mengurus golongan karyawan yg mudah didekati •Ditandai efektifnya pre-employment dan periodic screening •Yang dihadapi lingkungan Kerja •Tujuan utama produktifitas •Dibiayai perusahaan/masyarakat.Pekerja •Perkembangan pesat stl revolusi industri •Perundang-undangan dalam lingkup ketenagakerjaan

KesehatanMasyarakat •Masyarakat umum sbg sasaran utama •Mengurusi masyarakat yg sukar dicapai •Sulit pemeriksaan periodik •Lingkungan umum mrp problem pokok •Tujuan utama kesehatan masyarakat •Dibiayai pemerintah •Perkembangan cepat setelah kemajuan ilmu ttg jasad renik •Perundang-undangan kesehatan

potensi bahaya di tempat kerja, seorang ahli higene industri juga mempunyai fungsi tambahan yaitu : 1. Mendidik dan melatih para pekerja dan pihak manajemen tentang resiko atau bahaya pekerjaan dan tata cara yang terbaik untuk memperkecil resiko atau bahaya yang timbul 2. Menyediakan label-label atau striker yang berhubungan dengan pencegahan atau peringatan terhadap bahan-bahan berbahaya 3. Membantu merancang bangunan baru dan mengadakan beberapa perubahan untuk bangunan yang ada dalam rangka meminimalkan resiko bagi pekerja 4. Membuat catatan-catanan sebagai referensi sehingga berguna bagi pengukuran lingkungan pabrik di masa depan 5. Mengadakan penelitian-penelitian terhadap resiko yang berkaitan dengan kesehatan khusus di tempat kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.

ILO / WHO Committee menyebutkan bahwa Ilmu Kesehatan Kerja mempunyai aspek promotif dan mempertahankan tingkat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya secara fisik, psikologis, dan sosial pada setiap macam pekerjaan. Dalam hal ini dibutuhkan keikutsertaan manajemen perusahaan dan tenaga kerja sehingga tujuan dan cita-cita higene perusahaan dan kesehatan kerja tercapai. Keberhasilan hiperkes dan keselamatan kerja dapat dicapai dengan keikutsertaan tenaga profesional seperti : dokter, perawat, ahli higene kerja, ahli tim yang termasuk dalam tim atau divisi keselamatan dan kesehatan kerja disesuaikan dengan kewenangan profesinya masing-masing. Dalam hal ini perawat sebagai salah satu medical profesional berada dalam pihak Physician. Skup atau area kerja antara dokter perusahaan dengan petugas higiene industry.

.

Related Documents


More Documents from "Ujang"