1
Perencanaan Jembatan Baja
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Data Perencanaan
H =3 m
λ=3m L = 10λ = 30 m
Type jembatan
= B2
Jarak titik buhul ( )
= 3m
Panjang bentang (L)
= 30 m
Tinggi jembatan (H)
= 3m
Lebar jembatan (B)
= 8m
Lebar trotoar
= 2
1m
Bahan lantai kendaraan = beton bertulang ( f c' =25 MPa dan f y = 240 MPa) Mutu baja jembatan
=
= 1600 kg/cm2
Letak lantai konstruksi = di atas Alat sambung
= baut ( = 1600 kg/cm2)
1.2
Data Pedoman dan Peraturan Perencanaan
1.2.1
Pedoman Perencanaan
PPPJJR-1987 (Peraturan Perencanaan Pembebanan Jembatan dan Jalan Raya) PPBBI-1984 (Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia) Daftar-daftar untuk Konstruksi Baja
2
Perencanaan Jembatan Baja
PBI-1971 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia) Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, SK SNI T-15-1991-03 Struktur Beton Bertulang, SK SNI T-15-1991-03
1.2.2
Beban Hidup
Berdasarkan PPPJJR-1987 halaman 5-7, beban hidup yang ditinjau terdiri atas: a. Beban “T” Beban “T” adalah beban yang merupakan kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda sebesar 10 ton b. Beban “D” Beban “D” adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban garis P = 12 ton dan beban terbagi rata q = 2,2 t/m untuk L < 30 m.
1.2.3
Beban Kejut
Berdasarkan PPPJJR-1987 halaman 10, koefisien kejut ditentukan dengan rumus: K=1+
20 50 L
dimana : K = koefisien kejut L = panjang bentang (m)
1.2.4
Beban Angin Pengaruh beban angin sebesar 150 kg/m2 pada jembatan ditinjau berdasarkan
bekerjanya beban angin horizontal terbagi rata pada bidang vertikal jembatan, dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. (PPPJJR-1987, halaman 13)
3
Perencanaan Jembatan Baja
1.2.5
Gaya Rem Pengaruh gaya rem diperhitungkan sebesar 5% dari beban “D” tanpa
koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada, dan dalam satu jurusan. Gaya rem dianggap bekerja horizontal dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 meter di atas permukaan lantai kendaraan. (PPPJJR-1987, halaman 15)
4
Perencanaan Jembatan Baja
BAB II PERHITUNGAN LANTAI KENDARAAN, TROTOAR DAN SANDARAN
2.1
Perhitungan Lantai Kendaraan
2.1.1
Data Perencanaan
Panjang jembatan
= 30 m
Lebar lantai kendaraan
=6m
Jarak gelagar memanjang
=2m
Jarak gelagar melintang
=
Tebal lapisan aspal
= 5 cm = 0,05 m
=3m
Tebal plat lantai beton bertulang = 20 cm = 0,20 m
2.1.2
BJ aspal
= 2,2 t/m3
BJ beton bertulang
= 2,5 t/m3
BJ air
= 1 t/m3
Pembebanan
a. Beban mati Berat beton bertulang lantai kendaraan = 0,2 m
2,5 t/m3 = 0,50 t/m2
Berat lapisan aspal
= 0,05 m
2,2 t/m3
= 0,11 t/m2
Berat air hujan
= 0,05 m
1 t/m3
= 0,05 t/m2 qm
= 0,66 t/m2
b. Beban hidup Beban hidup yang bekerja pada lantai kendaraan adalah beban ”T” yang merupakan kendaraan truk yang beban roda ganda sebasar 10 ton. Beban untuk jembatan kelas II diambil sebesar 70 % . (PPPJJR-1987) T = 70%
10 = 7 ton
5
Perencanaan Jembatan Baja
Beban roda disebar merata lantai kendaraan berukuran (3
2) m2 yaitu pada
jarak antara gelagar memanjang dan gelagar melintang. Menurut PPPJJR-1987 halaman 23, bidang kontak roda untuk beban 70 % adalah (14
35) cm. Penyebaran
gaya terhadap lantai jembatan dapat dilihat pada gambar berikut : 7 ton
7 ton ton
5 cm 45
45
20 cm
35 cm b
14 cm a
Penyebaran gaya : Untuk potongan memanjang lantai : a =u+2 = 14 + 2
(½ (½
tebal plat beton + aspal) 20 + 5)
= 44 cm = 0,44 m Untuk potongan melintang lantai : b =v+2 = 35 + 2
(½ (½
tebal plat beton + aspal) 20 + 5)
= 65 cm = 0,65 m
Ukuran bidang beban setelah disebar ke lantai adalah : (44
65) cm2.
c. Beban angin Berdasarkan PPPJJR-1987 halaman 13, tekanan angin diambil sebesar 150 2
kg/m . Luas bidang beban hidup yang bertekanan angin ditetapkan setinggi 2 m di atas lantai kendaraan, sedangkan jarak as roda kendaraan adalah 1,75 m.
6
Perencanaan Jembatan Baja
Reaksi pada roda akibat angin adalah : R = R =
Jarak gelagar melintang h W t Jarak as roda 3 m 2 m 0,15 t/m2 1,75 m
1m
W = 150 kg/m2
h=2 m
t=1 m
R = 0,514 ton
R
1,75 m
Beban angin ini akan menyebar dengan beban hidup, sehingga pembebanan akibat beban hidup dan beban angin menjadi : P = T + R = 7 + 0,514 = 7,514 ton.
2.1.3
Perhitungan Momen
a. Momen akibat beban mati (berat sendiri) Wu = qm = 0,66 t/m2 Ukuran plat (3
2) m2
Diasumsikan plat bertumpu pada dua tepi yang sejajar.
LX = 2 m
LY = 3 m
Dimana :
LX
=2 m
LY
=3 m
LY
L X = 1,5 m
Menurut buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, momenmomen dalam plat dapat dihitung dengan peraturan tabel 4.2.b. MlX
= + 0,001 Wu LX2 x = + 0,001 (0,66) (2)2 (45,5) = + 0,120 tm
x = 45,5
7
Perencanaan Jembatan Baja
= + 0,001 Wu LX2 x
MlY
x = 16,5
= + 0,001 (0,66) (2)2 (16,5) = + 0,044 tm MtX
MtY
=
0,001 Wu LX2 x
=
0,001 (0,66) (2)2 (75)
=
0,198 tm
=
0,001 Wu LX2 x
=
0,001 (0,66) (2)2 (54,5)
=
0,144 tm
x = 75
x = 54,5
b. Momen akibat beban hidup dan beban angin Dihitung berdasarkan PBI-1971 pasal 13-4. Momen negatif rencana dianggap menangkap pada bidang muka tumpuan persegi, di mana tumpuan-tumpuan bulat atau dengan bentuk lain dianggap sebagai tumpuan bujur sangkar dengan luas yang sama.
Keadaan I Plat menerima beban satu roda (di tengah plat) a = 44 cm ; b = 65 cm
sa b
LX = 2 m
a LY = 3 m
Beban berada di tengah-tengah di antara kedua tepi yang tidak tertumpu untuk : LY <
3 r LX
LY <
3 ½ 2
3
3
=
r = ½ (untuk plat yang terjepit penuh pada kedua tumpuannya)
8
Perencanaan Jembatan Baja
sehingga : Sa =
a r.l X 0,44 0,5.(2) .l Y = .(3) = 1,080 m 3 0,5.(2) l Y r.l X
Momen arah bentang LX : MlX =
MO Sa
MO dianggap sebagai momen maksimum balok di atas dua tumpuan. MO = MlX =
1 1 P LX = (7,514) (2) = 1,879 tm 8 8 MO 1,879 = = 1,740 tm/m 1,080 Sa
Momen positif arah bentang lY : LY < 2 LX LY < 2 (2) 3
< 4
sehingga : MlY =
Ml X 1,740 = = 1,097 tm/m 4 (0,44) 4 a 1 1 3 LY
Momen negatif arah bentang lY : MlY =
0,10
MO = Sa
0,10
1,879 = -0,174 tm/m 1,080
Keadaan II Beban terpusat (dua roda) simetris terhadap sumbu plat. LY = 300 cm A B IWF 400 x 400 56 44
100
v1 v2
LX = 200 cm 44 56
9
Perencanaan Jembatan Baja
Momen akibat roda A : LY
r LX
r = ½ (untuk plat yang terjepit penuh pada kedua tumpuannya)
LY
½ (2)
3
1
sehingga : Sa =
3 a 4
1 r LX 4
v1 =
3 1 (0,44) (1 2) (2) 0,56 = 1,140 m 4 4
Momen arah bentang LX : MlX =
MO 1,879 = = 1,648 tm/m 1,140 Sa
Momen positif arah bentang LY : MlY =
Ml X 1,648 = = 1,039 tm/m 4 (0,44) 4 a 1 1 3 Ly
Momen negatif arah bentang lY :
0,10
MlY =
MO = Sa
0,10
1,879 = -0,165 tm/m 1,140
Momen akibat roda B : LY
r LX
r = ½ (untuk plat yang terjepit penuh pada kedua tumpuannya)
LY
½ (2)
3
1
sehingga : Sa =
3 a 4
1 r LX 4
v2 =
3 1 (0,44) (1 2) (2) 2 = 2,580 m 4 4
Momen arah bentang LX : MlX =
MO 1,879 = = 0,728 tm/m 2,580 Sa
10
Perencanaan Jembatan Baja
Momen positif arah bentang LY : MlY =
Ml X 0,728 = = 0,459 tm/m 4 (0,44) 4 a 1 1 3 Ly
Momen negatif arah bentang lY : MlY =
0,10
MO = Sa
0,10
1,879 = -0,073 tm/m 2,580
Diperoleh momen akibat roda A dan B : MlX = 1,648 + 0,728
= 2,376 tm/m
MlY = 1,039 + 0,459
= 1,498 tm/m
MlY = -0,165 - 0,073
= -0,238 tm/m
Dari kedua keadaan tersebut, ternyata momen pada keadaan II yang lebih menentukan : MlX = 2,376 tm/m MlY = 1,498 tm/m MlY = -0,238 tm/m (momen pada tumpuan arah Ly) Momen yang terjadi seluruhnya pada plat lantai (akibat beban mati + beban hidup + beban angin) adalah : MlX =
0,120 + 2,376 = 2,496 tm = 24,96 kNm
MlY =
0,044 + 1,498 = 1,542 tm = 15,42 kNm
MtX = - 0,198 tm
=
-1,98 kNm
MtY = - 0,144 – 0,238 = -0,382 tm =
-3,82 kNm
2.1.4
Perencanaan Penulangan Plat Lantai
Mutu baja (fy)
= 240 MPa
=
2400 kg/cm2
Mutu beton (fc’)
= 25 MPa
=
250
kg/cm2
11
Perencanaan Jembatan Baja
Ukuran plat yang direncanakan : tebal plat (h)
=
20 cm
=
200
mm
lebar plat (b) dihitung tiap 2 m
=
2000 mm
diameter tulangan (D)
=
16
mm
selimut beton (p)
= 40
mm
Tinggi efektif untuk arah x : dx = h – p – ½Dx
= 200 – 40 – ½.(16) = 152 mm
Tinggi efektif untuk arah y : dy = h – p – Dx – ½Dy
= 200 – 40 – 16 – ½.(16) = 136 mm
Dari tabel A-10 untuk fy = 240 MPa dan fc’ = 25 MPa (Tabel Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo, halaman 464) diperoleh : min
= 0,0058
max
= 0,0403
Tabel penulangan untuk ø = 0,8 :
Momen
Mu
Mu / ( bd2)
(kN.m)
(kN/m2)
hit.
pakai
Asperlu=
Tulangan
.b.d
yang
(mm2)
dipakai
MlX
24,96
675,208
0,0058
0,0058
1763,2
ø 16 – 100
MlY
15,42
521,059
0,0058
0,0058
1577,6
ø 16 – 100
MtX
-1,98
-53,562
0,0058
0,0058
1763,2
ø 16 – 100
MtiY
-3,82
-129,082
0,0058
0,0058
1577,6
ø 16 – 100
12
Perencanaan Jembatan Baja
2.2
Perhitungan Lantai Trotoar
2.2.1
Data Perencanaan
Data perencanaan : lebar lantai trotoar
=1m
beban hidup konstruksi trotoar
= 500 kg/m2 (PPPJJR-1987)
tebal plat (h)
= 20 cm = 200 mm = 0,2 m
diameter tulang (D)
= 16 mm
mutu beton (fc’)
= 25 MPa
mutu baja (fy)
= 240 MPa
ukuran plat lantai trotoar
= (1
3) m2
5 cm 20 cm 5 cm 5 cm
20 cm 30 cm
20 cm 20 cm
2.2.2
Pembebanan
Berat beton bertulang lantai trotoar = 0,2 m Berat lapisan aspal
= 0,05 m
2,5 t/m3
= 0,500 t/m2
2,2 t/m3
= 0,011 t/m2 = 0,500 t/m2
Beban hidup Beban air hujan
= 0,05 m
1 t/m3
= 0,050 t/m2 q
= 1,061 t/m2
13
Perencanaan Jembatan Baja
LY 3 = =3m LX 1 LY = 3 m
LX = 1 m
MlX
= + 0,001 q LX2 x
x = 84
= + 0,001 (1,061) (1)2 (84) = + 0,089 tm = 0,89 kN.m MlY
= + 0,001 q LX2 x
x = 19
= + 0,001 (1,061) (1)2 (19) = + 0,020 tm = 0,20 kN.m MtX
MtiX
=
0,001 q LX2 x
=
0,001 (1,061) (1)2 (124)
=
0,132 tm =
x = 124
1,32 kN.m
= ½ MlX = ½ (+ 0,089) = + 0,045 tm = 0,45 kN.m
MtiY
= ½ MlY = ½ (+ 0,020) = + 0,010 tm = 0,10 kN.m
2.2.3
Perencanaan Penulangan Plat Trotoar
Mutu baja (fy)
= 240 MPa
=
2400 kg/cm2
Mutu beton (fc’)
= 25 MPa
=
250
kg/cm2
14
Perencanaan Jembatan Baja
Ukuran plat yang direncanakan : tebal plat (h)
=
20 cm
=
200
mm
lebar plat (b) dihitung tiap 1 m
=
1000 mm
diameter tulangan (D)
=
12
mm
selimut beton (p)
= 40
mm
Tinggi efektif untuk arah x : dx = h – p – ½Dx
= 200 – 40 – ½.(12) = 154 mm
Tinggi efektif untuk arah y : dy = h – p – Dx – ½Dy
= 200 – 40 – 12 – ½.(12) = 142 mm
Dari tabel A-10 untuk fy = 240 MPa dan fc’ = 25 MPa (Tabel Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo, halaman 464) diperoleh : min
= 0,0058
max
= 0,0403
Tabel penulangan ø = 0,8 :
Momen
Mu
Mu / ( bd2)
(kN.m)
(kN/m2)
hit.
pakai
Asperlu=
Tulangan
.b.d
yang
(mm2)
dipakai
MlX
0,89
46,909
0,0058
0,0058
893,2
ø 16 – 200
MlY
0,20
12,398
0,0058
0,0058
823,6
ø 16 – 200
MtX
-1,32
-69,573
0,0058
0,0058
893,2
ø 16 – 200
MtiX
0,45
23,718
0,0058
0,0058
893,2
ø 16 – 200
MtiY
0,10
6,199
0,0058
0,0058
823,6
ø 16 – 200
15
Perencanaan Jembatan Baja
Balok yang menghubungkan plat lantai dengan trotoar direncanakan (20
50) cm2.
Pembebanan : Berat sendiri
= 0,2 m
Beban hidup trotoar
= 0,5 t/m2
0,50 m
2,5 t/m3
0,2 m
= 0,250 t/m = 0,100 t/m
q
= 0,350 t/m
Momen yang terjadi : M=
1 12
. q . ly2 =
1 12
. (0,350) . (3)2 = 0,263 tm = 2,63 kN.m
Ukuran balok direncanakan : tebal balok (h)
= 50 cm = 500 mm
lebar balok (b)
= 20 cm = 200 mm
diameter tulangan (D)
=
12 mm
diameter sengkang (Ds)
=
10 mm
=
40 mm
selimut beton (p)
= 4 cm
Tinggi efektif : d = h – p – Ds – ½D
= 500 – 40 – 10 – ½.(12) = 444 mm
Dari tabel A-10 untuk fy = 240 MPa dan fc’ = 25 MPa (Tabel Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo, halaman 464) diperoleh : min
= 0,0058
max
= 0,0403
Mu 2,63 = = 66,705 kN/m2 2 2 0,2 (0,444) bd
Dari tabel 5.1.c buku GTPBB, untuk nilai
Mu = 66,705 kN/m2 diperoleh ρ = 2 bd
0,0005. Karena ρ = 0,0005 < ρmin = 0,0058 maka dipakai ρmin. As perlu = ρ . b . d = 0,0058. (200) . (444) = 515,04 mm2 Dipakai tulangan 5 ø 12 = 565 mm2 Untuk tulangan tekan : As’ = ½ . (515,04) = 257,52 mm2
16
Perencanaan Jembatan Baja
Dipakai tulangan 3 ø 12 = 339 mm2
3 12 50 cm 5 12
20 cm
2.3
Perhitungan Sandaran Jembatan
2.3.1
Data Perencanaan
Tinggi tiang sandaran
= 90 cm
Jarak antara tiang sandaran
= 150 cm
Bahan sandaran mendatar
= baja profil CNP – 4
Bahan tiang sandaran
= baja profil CNP – 12
Beban horizontal (PPPJJR – 1987)
= 100 kg/m
Tiang Sandaran Sandaran Mendatar Lantai Trotoar
90 cm Sandara n
1,5 m Sandara n
2.3.2
Pembebanan
a. Sandaran mendatar Sandaran mendatar direncanakan dibuat dari baja profil CNP-4 dengan data sebagai berikut : q = 4,87 kg/m; WX = 7,05 cm3; WY = 3,08 cm3; IX = 14,1 cm4; IY = 6,7 cm4.
17
Perencanaan Jembatan Baja
Beban vertikal: Berat sendiri profil (qx) = 4,87 kg/m Berat orang duduk (P) = 100 kg RA = ½ qx . L + ½ P = ½ (4,87)(1,5) + ½ (100) = 53,653 kg Momen yang timbul: Mx =
1
=
1
8
.qx . L2 +
8
4,87
1
4
.P . L
(1,5)2 +
1
4
100
1,5 = 38,87 kgm = 3887 kgcm
Beban horizontal: Berat orang bersandar (qy) = 100 kg/m Momen yang timbul: Mx =
1
8
.qy . L2 =
1
100
8
(1,5)2 = 28,125 kgm = 2812,5 kgcm
Kontrol tegangan:
Mx Wx
My
3887 7,05
lt ytb
=
lt ytb
= 1464,497 kg/cm2 <
Wy
2812,5 = 1464,497 kg/cm2 3,08 = 1600 kg/cm2 …………………….…...….(aman)
Kontrol lendutan:
f
1 L 360
1 150 = 0,417 cm 360
fx
5q x L4 384EI x
fx
5(0,0487)(150) 4 384(2,1 10 6 )(14,1)
fy
f ytb
5q y L4 384EI y
f x2
PL3 48EI x
=
f y2
(100)(150) 3 = 0,248 cm 48(2,1 10 6 )(14,1)
5(1)(150) 4 = 0,469 cm 384(2,1 10 6 )(6,7)
(0,248) 2
(0,469) 2
0,282cm < f
0,417cm ..….......(aman)
18
Perencanaan Jembatan Baja
b. Tiang sandaran Tiang sandaran direncanakan dibuat dari profil baja CNP – 12 dengan data sebagai berikut:
q
= 13,4 kg/m
ix = 4,62 cm
F = 17 cm2
iy = 1,59 cm
Wy = 11,1 cm3
Ix = 364 cm4
Tinggi tiang sandaran terhitung dari papan lantai trotoar: H = (tinggi tiang sandaran) + (aspal trotoar) + (papan lantai totoar) = 90 + 5 + 20 = 115 cm Beban vertikal: Berat sendiri tiang
= 1,15
Berat sandaran mendatar
=2
13,4
1,5
= 15,41 kg
4,27 = 12,81 kg
Berat orang duduk
= 100 P
kg
= 128,22 kg
Beban horizontal: Menurut PPPJJR–1987, selain beban vertikal atau beban normal, bekerja pula beban horizontal sebesar 100 kg/m yang bekerja pada tinggi 90 cm di atas lantai totoar. Beban horizontal = H = 100 Momen yang timbul: M = 150
1,5 = 150 kg 0,9 = 135 kgm = 13500 kgcm
Kondisi tumpuan adalah jepit – bebas. P
Lk = 2 L = 2
H
= L = 90 cm
90 = 180 cm
L k 180 113,208 i min 1,59
Berdasarkan tabel baja, untuk baja BJ-37 dengan diperoleh
= 2,473.
= 113,208
19
Perencanaan Jembatan Baja
Kontrol tegangan:
M W
13500 128,22 2,473 P.ω 1538,923 kg/cm 2 = 0,8 11,1 17 F
ytb
=
ytb
= 1538,923 kg/cm2 <
1600 kg / cm 2 …………...……………..….(aman)
Kontrol lendutan: f
=
L (untuk balok kantilever pada bangunan umum, PPBBI-1984 halaman 180
155)
HL3 ytb = 3EI
150 90 3 3 (2,1 10 6 ) 364
0,048 cm < f
L 180
90 180
0,5 cm ..….(aman)
20
Perencanaan Jembatan Baja
BAB III PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN
3.1
Gelagar Memanjang
Data Perencanaan : Lebar lantai kendaraan
=6m
Jarak antara gelagar memanjang = 2 m Jarak antara gelagar melintang
=3m
q plat lantai
= 0,66 t/m
Pada gelagar memanjang tengah digunakan profil DIR-15 dengan ketentuan sebagai berikut: q = 76,3 kg/m
Wx = 530 cm3
d = 1,6 cm
Ix = 4610 cm4
b = 15,8 cm
Sx = 320 cm3
Pada gelagar memanjang tepi digunakan profil DIR-16 dengan ketentuan sebagai berikut: q = 83,5 kg/m
Wx = 611 cm3
d = 1,6 cm
Ix = 5560 cm4
b = 16,7 cm
Sx = 368 cm3
Pelimpahan beban lantai :
3m a b 2m
2m
2m
21
Perencanaan Jembatan Baja
qeq tipe a L X 3.LY
qeq =
2
2
L X .q plat
2
=
1m
2
6L Y
3 32 2 2 6 32
LY = 3 m
0,66
= 0,562 t/m qeq tipe b
1 q plat Lx 3
qeq =
1m
LX = 2 m
1 0,66 2 = 0,44 t/m 3
=
3.1.1
Gelagar Memanjang Tengah
A.
Pembebanan
a. Beban mati (M) Berat sendiri gelagar Berat lantai tipe a
= 0,076 t/m =2
0,562
= 1,124 t/m qm = 1,200 t/m
Mmax =
1 12
q L2 =
1 12
D max =
1 2
q L =
1 2
1,200
(3)2
1,200
3
= 0,900 tm = 1,800 t
b. Beban hidup (H) Beban hidup berupa beban D terdiri dari beban terbagi rata (q) dan beban garis (P). Beban terbagi rata : Menurut PPPJJR-1987 halaman 7, untuk jembatan dengan panjang bentang L < 30 m maka beban terbagi rata untuk satu jalur lalu lintas adalah q = 2,2 t/m.
22
Perencanaan Jembatan Baja
Untuk jembatan kelas II: q = 70 %
2,2 = 1,540 t/m
Besarnya muatan yang diterima oleh gelagar tengah adalah: q=
1,54 2 2,75
100 % = 1,12 t/m
Beban garis (terpusat): P 1
1
/2P
0,25
5,5
0,25
/2P
0,25
2,75
Menurut PPPJJR-1987, beban garis adalah P = 12 t. Untuk jembatan kelas II, P diambil 70% sehingga P = 70%
12 = 8,4 ton
Besarnya muatan yang diterima oleh gelagar tengah adalah: P=
8,4 2 2,75
100 % = 6,109 t
Koefisien kejut (PPPJJR-1987): K=1+
20 20 =1+ 50 L 50 30
Mmaks =
1 12
= ( 121
q L2 1,12
1 8
K
1,25
P L
(3)2) + 1,25
( 18
6,109
3)
= 3,704 tm
Dmaks =
1 2
q L K
1 2
P = ( 12
1,12
3) + 1,25
( 12
6,109) = 5,498 t
23
Perencanaan Jembatan Baja
c. Beban angin (A) Dari perhitungan sebelumnya diperoleh tekanan angin pada lantai R = 0,514 ton (lihat muatan angin pada lantai, Bab II). Momen yang timbul : M =
1 1 R L = 0,514 3 = 0,193 tm 8 8
Gaya lintang yang timbul : D =
1 1 R = 0,514 = 0,257 ton 2 2
d. Beban gempa (G) Pengaruh gempa pada jembatan diperhitungkan senilai dengan dengan pengaruh gaya yang bekerja pada titik berat konstruksi yang ditinjau dalam arah yang paling berbahaya. Gaya horizontal akibat gempa bumi diperhitungkan dengan persamaan : K =E
G
di mana : K = Gaya horizontal E = Koefisien gempa bumi (0,1 untuk daerah gempa II), G = Beban mati K = 0,1
(3 m
1,200 t/m) = 0,360 ton
Momen yang timbul : M =
1 1 K L = 0,360 3 = 0,135 tm 8 8
Gaya lintang yang timbul : D =
1 1 K = 0,360 = 0,180 ton 2 2
24
Perencanaan Jembatan Baja
e. Gaya rem (R) Berdasarkan PPPJJR 1987 halaman 15, besarnya gaya rem diperhitungkan sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut dan dianggap bekerja horisontal dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas lantai kendaraan. Besarnya gaya rem dan traksi ini : R = 5% = 5%
(q
l + P)
(1,12
3 + 6,109)
= 0,474 ton Momen yang timbul : M = 1,8 R = 1,8
0,474 = 0,853 tm
Gaya lintang yang timbul : D =
1 1 R = 2 2
0,474 = 0,237 ton
f. Kombinasi momen Momen akibat beban mati (M)
= 0,900 tm
Momen akibat beban hidup (H)
= 3,704 tm
Momen akibat beban angin (A)
= 0,193 tm
Momen akibat beban gempa (G)
= 0,135 tm
Momen akibat rem dan traksi (R) = 0,853 tm Kombinasi Pembebanan: M1 = M + H = 0,900 + 3,704 = 4,604 tm M2 = M + A = 0,900 + 0,193 = 1,093 tm M3 = M + H + R + A = 0,900 + 3,704 + 0,853 + 0,193 = 5,650 tm M4 = M + G = 0,900 + 0,135 = 1,035 tm
25
Perencanaan Jembatan Baja
B.
Kontrol Tegangan dan Lendutan
Kontrol tegangan lentur dari masing-masing kombinasi:
σ1 =
M1 Wx
σ2 =
M2 109300 = = 164,981 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 0 Wx 125 0 (530)
σ3 =
M3 565000 = = 761,456 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 Wx 140 0 0 (530)
σ4 =
M4 103500 = = 130,189 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 0 Wx 150 0 (530)
=
460400 = 868,679 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 100 0 0 (530)
Tegangan yang menentukan adalah tegangan lentur yang mendekati tegangan lentur izin yaitu
1
= 868,679 kg/cm2.
Kombinasi gaya lintang : D1
= Dm + Dh
= 1,800 + 5,498 = 7,298 ton
D2
= Dm + Da
= 1,800 + 0,257 = 2,057 ton
D3
= Dm + Da + Dh + Dr = 1,800 + 0,257 + 5,498 + 0,237 = 7,792 ton
D4
= Dm + Dg
= 1,800 + 0,180 = 1,980 ton
Kontrol tegangan geser dari masing-masing kombinasi: 1
=
D1 S 7298 320 = = 316,616 kg/cm2 < 0 b I) 100 0 (1,6 4610)
= 0,58 1600 = 928 kg/cm2
2
=
D2 S 2057 320 = = 71,393 kg/cm2 < 0 b I) 125 0 (1,6 4610)
= 0,58 1600 = 928 kg/cm2
3
=
D3 S 7792 320 = = 241,463 kg/cm2 < b I) 140 0 0 (1,6 4610)
= 0,58 1600 = 928 kg/cm2
4
=
D4 S 1980 320 = = 57,267 kg/cm2 < 0 b I) 150 0 (1,6 4610)
= 0,58 1600 = 928 kg/cm2
Tegangan geser yang menentukan adalah tegangan geser yang mendekati tegangan geser izin yaitu
1
= 316,616 kg/cm2.
26
Perencanaan Jembatan Baja
Lendutan maksimum: f=
1 .L (untuk balok pendukung lantai bangunan umum, PPBBI-1984 hal360
155) f=
300 = 0,833 cm 360
Jumlah beban terbagi rata yang diterima gelagar memanjang: q = 1,200 + 1,12 = 2,320 t/m = 23,20 kg/cm Jumlah beban terpusat (P) yang diterima gelagar memanjang : P = 6,109 + 0,514 + 0,360 + 0,474 = 7,457 ton = 7457 kg Lendutan yang terjadi (Mekanika Teknik II) : fytb =
5 q L4 384 E I
P L3 48 E I
fytb =
5 23,20 300 4 384 (2,1 10 6 ) 4610
7457 300 3 = 48 (2,1 10 6 ) 4610
0,686 cm
fytb = 0,686 cm < fizin = 0,833 cm …......……………………………… (aman) Dengan demikian profil DIR-15 dapat digunakan untuk gelagar memanjang tengah.
3.1.2
Gelagar Memanjang Tepi
A.
Pembebanan a. Beban mati (M) Berat sendiri gelagar
= 0,084 t/m
Berat lantai tipe a
= 0,562 t/m
Berat balok trotoar = 0,2
0,5
Berat plat lantai trotoar = 0,2
2,5 1
2,5
= 0,250 t/m = 0,500 t/m qm = 1,396 t/m
27
Perencanaan Jembatan Baja
Mmax =
1 12
q L2 =
1 12
D max =
1 2
q L =
1 2
1,396
(3)2 = 1,047 tm
1,396
3
= 2,094 t
b. Beban hidup (H) Beban hidup berupa beban D terdiri dari beban terbagi rata (q) dan beban garis (P). Beban terbagi rata : Menurut PPPJJR-1987 halaman 7, untuk jembatan dengan panjang bentang L < 30 m maka beban terbagi rata untuk satu jalur lalu lintas adalah q = 2,2 t/m. Untuk jembatan kelas II: q = 70 %
2,2 = 1,540 t/m'
Besarnya muatan hidup pada lantai yang diterima oleh gelagar tepi adalah: q=
1,54 2 2,75
100 % +
1,54 2 2,75
50 % = 1,68 t/m
Besarnya muatan hidup pada trotoar diambil 500 kg/m2 (PPPJJR-1987, halaman 10), maka: 500 kg/m2 = 500 kg/m = 0,5 t/m
q = 1m
Digandakan dengan 60 % (PPPJJR-1987, halaman 10), maka: q = 60 %
0,5 t/m’ = 0,3 t/m
Beban garis (terpusat): Menurut PPPJJR-1987, beban garis adalah P = 12 t. Untuk jembatan kelas II, P diambil 70% sehingga P = 70% Besarnya muatan yang diterima setiap gelagar adalah: P=
8,4 2 2,75
100 % +
8,4 2 2,75
Koefisien kejut (PPPJJR-1987): K=1+
20 20 =1+ 50 L 50 30
1,25
50 % = 9,164 t
12 = 8,4 ton
28
Perencanaan Jembatan Baja
Mmaks =
1 12
q1 L2
= ( 121
1,68
1 8
K
P L
(3)2) + 1,25
1 12
( 18
q 2 L2 9,164
3) + ( 121
0,3
(3)2)
= 5,781 tm Dmaks =
1 2
q1 L K
= ( 12
1,68
1 2
P
3) + 1,25
1 2
q2 L
( 12
9,164) + ( 12
0,3
3) = 8,698 t
c. Beban angin (A) Dari perhitungan sebelumnya diperoleh tekanan angin pada lantai R = 0,514 ton (lihat muatan angin pada lantai, Bab II). Momen yang timbul : M =
1 1 R L = 0,514 3 = 0,193 tm 8 8
Gaya lintang yang timbul : D =
1 1 R = 0,514 = 0,257 ton 2 2
d. Beban gempa (G) Pengaruh gempa pada jembatan diperhitungkan senilai dengan dengan pengaruh gaya yang bekerja pada titik berat konstruksi yang ditinjau dalam arah yang paling berbahaya. Gaya horizontal akibat gempa bumi diperhitungkan dengan persamaan : K =E
G
di mana : K = Gaya horizontal E = Koefisien gempa bumi (0,1 untuk daerah gempa II), G = Beban mati K = 0,1
(3 m
1,396 t/m’) = 0,419 ton
29
Perencanaan Jembatan Baja
Momen yang timbul : M =
1 1 K L = 0,419 3 = 0,157 tm 8 8
Gaya lintang yang timbul : D =
1 1 K = 0,419 = 0,210 ton 2 2
e. Gaya rem (R) Berdasarkan PPPJJR 1987 halaman 15, besarnya gaya rem diperhitungkan sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut dan dianggap bekerja horisontal dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas lantai kendaraan. Besarnya gaya rem dan traksi ini : R = 5% = 5%
(q
l + P)
(1,68
3 + 9,164)
= 0,710 ton Momen yang timbul : M = 1,8 R = 1,8
0,710 = 1,278 tm
Gaya lintang yang timbul : D =
1 1 R = 1,278 = 0,639 ton 2 2
f. Kombinasi momen Momen akibat beban mati (M)
= 1,047 tm
Momen akibat beban hidup (H)
= 5,781 tm
Momen akibat beban angin (A)
= 0,193 tm
Momen akibat beban gempa (G) = 0,157 tm Momen akibat rem dan traksi (R) = 1,278 tm
30
Perencanaan Jembatan Baja
Kombinasi Pembebanan: M1 = M + H = 1,047 + 5,781 = 6,828 tm M2 = M + A = 1,047 + 0,193 = 1,240 tm M3 = M + H + R + A = 1,047 + 5,781 + 1,278 + 0,193 = 8,299 tm M4 = M + G = 1,047 + 0,157 = 1,204 tm
B.
Kontrol Tegangan dan Lendutan
Kontrol tegangan lentur dari masing-masing kombinasi:
σ1 =
M1 Wx
σ2 =
M2 124000 = = 162,357 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 0 125 0 (611) Wx
σ3 =
M3 829900 = = 970,189 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 140 0 0 (611) Wx
σ4 =
M4 120400 = = 131,369 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 0 150 0 (611) Wx
=
682800 = 1117,512 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 100 0 0 (611)
Tegangan yang menentukan adalah tegangan lentur yang mendekati tegangan lentur izin yaitu
1
= 1117,512 kg/cm2.
Kombinasi gaya lintang : D1
= Dm + Dh
= 2,094 + 8,698 = 10,792 ton
D2
= Dm + Da
= 2,094 + 0,257 = 2,351 ton
D3
= Dm + Da + Dh + Dr = 2,094 + 0,257 + 8,698 + 0,639 = 11,688 ton
D4
= Dm + Dg
= 2,094 + 0,210 = 2,304 ton
Kontrol tegangan geser dari masing-masing kombinasi: 1
=
D1 S 10792 368 = = 446,432 kg/cm2 < 0 b I) 100 0 (1,6 5560)
= 0,58 1600 = 928 kg/cm2
2
=
D2 S 2351 368 = b I) 125 0 0 (1,6 5560)
= 0,58 1600 = 928 kg/cm2
= 77,803 kg/cm2 <
31
Perencanaan Jembatan Baja
3
=
D3 S 11688 368 = b I) 140 0 0 (1,6 5560)
= 345,355 kg/cm2 <
= 0,58 1600 = 928 kg/cm2
4
=
D4 S 2304 368 = b I) 150 0 0 (1,6 5560)
= 63,540 kg/cm2 <
= 0,58 1600 = 928 kg/cm2
Tegangan geser yang menentukan adalah tegangan geser yang mendekati tegangan geser izin yaitu
1
= 446,432 kg/cm2.
Lendutan maksimum: f=
1 .L (untuk balok pendukung lantai bangunan umum, PPBBI-1984 hal360
155) f=
300 = 0,833 cm 360
Jumlah beban terbagi rata yang diterima gelagar memanjang : q = 1,396 + 1,68 = 3,076 t/m’ = 30,76 kg/cm Jumlah beban terpusat (P) yang diterima gelagar memanjang : P = 9,164 + 0,514 + 0,419 + 0,710 = 10,807 ton = 10807 kg Lendutan yang terjadi (Mekanika Teknik II) :
5 q l4 fytb = 384 E I
P l3 48 E I
5 30,76 300 4 = 384 (2,1 10 6 ) 5560
10807 300 3 48 (2,1 10 6 ) 5560
= 0,798 cm fytb = 0,798 cm < fizin = 0,833 cm ……..……………………………… (aman) Dengan demikian profil DIR-16 dapat digunakan untuk gelagar memanjang tepi.
32
Perencanaan Jembatan Baja
3.2
Gelagar Melintang
3.2.1
Data Perencanaan
Direncanakan : Jarak antara gelagar melintang
=3m
Lebar lantai kendaraan + trotoar = 8 m Pada gelagar melintang digunakan profil DIR 34 dengan ketentuan sebagai berikut: q = 251 kg/m
3.2.2
Wx = 4040 cm3
d = 2,3 cm
Ix = 76000 cm4
b = 31 cm
Sx = 2360 cm3
Pembebanan
a. Beban terbagi rata Berat sendiri gelagar melintang = 0,251 t/m Menurut PPPJJR-1987 halaman 7, untuk jembatan dengan panjang bentang L < 30 m maka beban terbagi rata untuk satu jalur lalu lintas adalah q = 2,2 t/m. Untuk jembatan kelas II: q
= 70 %
2,2 = 1,540 t/m'
q
=
1,54 3 2,75
100 %
q
=
1,54 3 2,75
50 % = 0,84 t/m
= 1,68 t/m
q1 = Berat gelagar melintang = 0,251 t/m q2 = 2 = 2
Berat lantai kend. tipe b + Beban q 50% + Berat gel. melintang (0,44 t/m) + 0,84 t/m + 0,251 t/m = 1,971 t/m
q3 = 2 Berat lantai kend. tipe b + Beban garis 100% + Berat gel. melintang = 2
(0,44 t/m) + 1,68 t/m + 0,251 t/m = 2,811 t/m
33
Perencanaan Jembatan Baja
b. Beban terpusat Berat gelagar memanjang tepi = 0,0835 t/m Berat gelagar memanjang tengah = 0,0763 t/m Muatan garis menurut PPPJJR-1987, diambil sebesar 12 ton. Untuk jembatan kelas II: P = 70 %
12 ton = 8,4 ton
Beban garis P bekerja 100 % pada jalur kendaraan selebar 5,5 m dan selebihnya 50 % (PPPJJR-1987). Jarak as kendaraan 2,75 m. P = 100 %
8,4 1,25 = 3,818 t/m 2,75
P = 50 %
8,4 1,25 = 1,909 t/m 2,75
Muatan hidup trotoar diperhitungkan 60 % beban hidup yang ada 500 kg/m 2 (PPPJJR-1987, halaman 10). 0,500 t/m2
60 %
1 m = 0,3 t/m P2
P2 P1
P1
q1
q2
q3
1 m 0,25 2m 2m
Reaksi akibat muatan garis
Q1 RA 0,25
Q2
Q3
RB1 RB2 1,75 m
RC1 2m
0,25 1 m
5,5 m
2m
2m
34
Perencanaan Jembatan Baja
Bentang AB
ΣM B
0
R A (2) Q1 (1,875) Q 2 (0,875) RA
(1,909)(0,25)(1,875) (3,818)(1,75)(0,875) 2
ΣV 0 Q1 Q 2 R B1
0
RA
3,371t
R B1
(1,909)(0,25) (3,818)(1,75) 3,371 3,788t
Bentang BC
ΣM C
0
R B2 (2) Q 3 (1) R B2
RB
0
(3,818)(2)(1) 2
R B1
R B2
3,818t
3,788 3,818 7,606t
P1 -Berat sandaran mendatar
=2
3m
-Berat tiang sandaran
=2
1,15 m
-Berat lapisan aspal trotoar
= 0,05 m
1m
3m
2,2 t/m3
= 0,330 t
-Berat plat lantai trotoar
= 0,20 m
1m
3m
2,5 t/m3
= 1,500 t
-Beban hidup trotoar
=3m
-Berat balok penghubung
= 0,2 m
-Berat gel. memanjang tepi = 3 m
0,00487 t/m 0,0134 t/m
= 0,031 t
0,3 t/m 0,5 m
= 0,900 t 3m
2,5 t/m3
0,0835 t/m
-Berat aspal lt. kendaraan
= 0,2 m
-Berat plat lantai tipe a
= 0,562 t/m
-RA
= 0,029 t
½ (2 m)
= 0,750 t = 0,251 t
3m
2,2 t/m3 = 1,320 t
½ (3 m + 3 m)
= 1,686 t = 3,371 t 10,168 t
35
Perencanaan Jembatan Baja
P2 -Berat gelagar memanjang
=3m
0,0763 t/m
-Berat aspal lt. kendaraan
= 0,2 m
-Berat plat lantai tipe a
=2
2m
= 0,229 t
3m
0,562 t/m
2,2 t/m3
½ (3 m + 3 m)
-RB
= 2,640 t = 3,372 t = 7,606 t 13,847 t
Momen maksimum akibat beban terpusat: MA =
P.a . b 2 L2
MA =
1 [(10,168 82 + (10,168
1
72) + (13,847
3
52) + (13,847
32)
5
12)]
7
= 34,860 tm
Momen maksimum akibat beban terbagi rata:
q L.x 3 MA = 2 12 3 L
x4 4
1
0
0,251 82
8.13 14 3 4
2,811 2 2 8
8.(2,75) 3 3
= 2
q L.x 3 2 22 3 L
2
1,971 82
(2,75) 4 4
x4 4
8.(1,25) 3 3
Gaya lintang maksimum akibat beban terpusat: = ½ (2 P1 + 2 P2) = ½ {(2 = 24,015 t
10,168) + (2
13,847)}
1
8.(1,25) 3 3
= 3,365 tm
D
1,25
q L.x 3 2 23 3 L
(1,25) 4 4 (1,25) 4 4
x4 4
2,75
1,25
8.13 14 3 4
36
Perencanaan Jembatan Baja
Gaya lintang maksimum akibat beban terbagi rata: D
= ½ (2 q1. L1 + 2 q2 .L2 + q3 . L3) = ½ {(2
0,251
1) + (2
1,971
0,25) +( 2,811
5,5)}
= 8,474 t
c. Gaya angin Besarnya gaya angin yang bekerja pada tengah-tengah bentang gelagar melintang sama dengan gaya angin yang bekerja pada gelagar memanjang, R = 0,514 ton.
3.2.2
M =
1 1 R L = 0,514 8 = 0,514 tm 8 8
D =
1 1 R = 0,514 = 0,257 ton 2 2
Kontrol tegangan
Tegangan Normal : Mmaks = 34,860 + 3,365 + 0,514 = 38,739 tm = 3873900 kgcm =
ytb
M maks 3873900 = = 958,886 kg/cm2 WX 4040
= 1600 kg/cm2 ..…….. (aman)
Tegangan Geser : Dmaks = =
24,015 + 8,474 + 0,257 = 32,746 ton D S x 32,746 10 3 2360 = b I 2,3 76000
= 442,108 kg/cm2
= 0,58
= 928 kg/cm2 ………………...……. (aman)
Dengan demikian profil DIR-34 dapat digunakan untuk gelagar melintang.
37
Perencanaan Jembatan Baja
BAB IV PERHITUNGAN VAKWERK
4.1
Beban Mati Menurut Loa Wan Kiong (1976), berat sendiri dua buah vakwerk dapat
ditentukan secara pendekatan dengan rumus empiris berikut : G = (20 + 3.L) kg/m2 = ( 20 + 3
L = panjang jembatan (m)
30) kg/m2
= 110 kg/m2 Berat sendiri 2 buah vakwerk = 110 kg/m2
30 m
3m
= 9900
kg
11
= 22088
kg
Berat jembatan selain vakwerk untuk 2 vakwerk : a. Berat Gelagar Gelagar melintang
= 251 kg/m
8m
Gelagar memanjang tepi
= 83,5 kg/m
2
30 m
= 5010
kg
Gelagar memanjang tengah = 76,3 kg/m
2
30 m
= 4578
kg
2500 kg/m3 = 90000
kg
2200 kg/m3 = 19800
kg
2500 kg/m3 = 30000
kg
2200 kg/m3 = 6600
kg
b. Berat Lantai Kendaraan Berat beton bertulang
= 0,2 m
Berat lapisan aspal
= 0,05 m
6m
30 m
6m
30 m
c. Berat Trotoar Berat beton bertulang
= 0,2 m
Berat lapisan aspal
= 0,05 m
2m
30 m
2m
30 m
d. Sandaran Sandaran mendatar
= 2
2
Tiang sandaran
= 2
21
30 m
4,87 kg/m
1,15 m
13,4 kg/m
=
584,4
kg
=
647,22 kg
=179307,62 kg
38
Perencanaan Jembatan Baja
Beban seluruh jembatan untuk dua vakwerk (Ptot) = 9900 + 179307,62 = 189207,62 kg
Berat yang diterima satu vakwerk =
189207,62 = 94603,810 kg 2
Reaksi tumpuan: RA = RB = ½ · (94603,810) = 47301,905 kg ()
Berat sendiri 1 buah vakwerk =
9900 = 4950 kg 2
Berat sendiri vakwerk untuk tiap-tiap batang =
4950 = 120,732 kg 41
Berat jembatan selain vakwerk untuk 1 vakwerk =
Berat jembatan untuk tiap titik buhul atas =
179307,62 = 89653,810 kg 2
89653,810 = 8965,381 kg 10
Berat yang diterima tiap titik buhul bawah : PA = PB = PG = 1,5
120,732 = 181,098 kg
PC = PD = PE = PF = PH = PI = PJ = PK = 2
120,732 = 241,464 kg
Berat yang diterima tiap titik buhul atas : PL = PV = (1
120,732) + (1/2 . 8965,381) = 4603,423 kg
PM = PN = PO = PP = PR = PS = PT = PU = (2 PQ = (2,5
120,732) + 8965,381 = 9206,845 kg
120,732) + 8965,381 = 9267,211 kg
39
Perencanaan Jembatan Baja
Gaya-gaya batang akibat beban mati dihitung dengan menggunakan metode cremona.
4.2
Batang
Gaya Batang (ton)
Batang
Gaya Batang (ton)
A1 = A10
0
D1 = D10
- 60,246
A2 = A9
- 42,600
D2 = D9
- 45,608
A3 = A8
- 74,850
D3 = D8
- 33,517
A4 = A7
- 98,550
D4 = D7
- 19,940
A5 = A6
- 112,650
D5 = D6
- 6,364
B1 = B10
+
42,600
V1 = V11
+
B2 = B9
+
74,850
V2 = V10
+ 33,450
B3 = B8
+
98,550
V3 = V9
+ 24,000
B4 = B7
+ 112,650
V4 = V8
+ 14,550
B5 = B6
+ 117,150
V5 = V7
+
5,100
V6
+
0,300
4,650
Beban Hidup
Pada lantai kendaraan dengan lebar 6 m, beban hidup D bekerja penuh sebesar 100 % hanya pada jalur selebar 5,5 m, sedangkan pada jalur sisanya selebar 0,5 m beban hidup bekerja hanya sebesar 50 %. (PPPJJR-1987, halalaman 7) Beban terbagi rata : Menurut PPPJJR-1987 halaman 7, untuk jembatan dengan panjang bentang L < 30 m maka beban terbagi rata untuk satu jalur lalu lintas adalah q = 2,2 t/m. Untuk jembatan kelas II: q = 70 % q=
2,2 = 1,540 t/m'
1,54 2,75 2,75
100 % +
1,54 0,25 2,75
50 % = 1,61 t/m
Beban garis (terpusat): Menurut PPPJJR-1987, beban garis adalah P = 12 t.
40
Perencanaan Jembatan Baja
Untuk jembatan kelas II, P diambil 70% sehingga P = 70%
12 = 8,4 ton
Koefisien kejut (PPPJJR-1987): K=1+
20 20 =1+ 50 L 50 30 8,4 2,75 2,75
P = 1,25
1,25
100% +
8,4 0,25 2,75
50% = 10,977 t
Beban P dan q merupakan beban bergerak yang secara bersama-sama berjalan di atas jembatan. Gaya-gaya batang akibat beban hidup dihitung dengan metode garis pengaruh.
4.2.1
Perhitungan Ordinat Garis Pengaruh
Untuk mencari gaya batang dengan garis pengaruh, dipakai beban titik P= 1 ton yang diletakkan di pusat momen masing-masing batang. 2 L
A1
1 M
D1 V1 1 A
4
3
A2
N
6
5
8
A3 O
A4
D3
D2 V2
P
D4
10 A5
9 Q
D5
A6
R
D6
V5
V4
V3
7
A7
D7
A8
T
A9
U
A10 V D10
D8
D9
V8
V7
V6
S
V9
H =3 m
V11
V10
B B1 3
C
2
5
B2
D
4
7
B3 6
E 9
B4 F 8
r r
B5
3
sin 3
cos
G
B6
H
B7
I
10
32
3 2 3 2 4,243 3 0,707 4,243 3 0,707 4,243
B8
J
B9
K
B10
41
Perencanaan Jembatan Baja
Pot. 1-1 P = 1 ton di L (RA = 1 ton) Σ MM = 0
ΣH=0
–V1 (3) – P (3) = 0
A1 = 0
–V1 (3) – 1 (3) = 0 V1 = 1 t (-) P = 1 ton di M (RA = 9/10 ton) Σ MM = 0
ΣH=0
–V1 (3) = 0
A1 = 0
V1 = 0
Pot. 2-2 P = 1 ton di L (RA = 1 ton) Σ MM = 0
ΣV=0
RA (3) – P (3) – B1 (3) = 0
RA – P + D1 sin
1 (3) – 1 (3) – B1 (3) = 0
1 – 1 – D1 (0,707) = 0
B1 = 0
D1 = 0
=0
P = 1 ton di M (RA = 9/10 ton) Σ MM = 0
ΣV=0
RA (3) – B1 (3) = 0
RA + D1 sin
(9/10) (3) – B1 (3) = 0
(9/10) + D1 (0,707) = 0
B1 = 0,9 t (+)
D1 = 1,273 t (–)
=0
Pot. 3-3 P = 1 ton di M (RA = 9/10 ton) Σ MC = 0
ΣV=0
RA (3) + A2 (3) = 0
RA – P – V2 = 0
(9/10) (3) + A2 (3) = 0
(9/10) – 1 – V2 = 0
A2 = 0,9 t (-)
V2 = 0,1 t (-)
42
Perencanaan Jembatan Baja
P = 1 ton di N (RA = 4/5 ton) Σ MC = 0
ΣV=0
RA (3) + A2 (3) = 0
RA – V2 = 0
(4/5) (3) + A2 (3) = 0
(4/5) – V2 = 0
A2 = 0,8 t (-)
V2 = 0,8 t (+)
Pot. 4-4 P = 1 ton di M (RA = 9/10 ton) Σ MN = 0
ΣV=0
RA (6) – P (3) – B2 (3) = 0
RA – P + D2 sin
(9/10) (6) – 1 (3) – B2 (3) = 0
(9/10) – 1 + D2 (0,707) = 0
B2 = 0,8 t (+)
D2 = 0,141 t (+)
=0
P = 1 ton di N (RA = 4/5 ton) Σ MN = 0
ΣV=0
RA (6) – B2 (3) = 0
RA + D2 sin
(4/5) (6) – B2 (3) = 0
(4/5) + D2 (0,707) = 0
B2 = 1,6 t (+)
D2 = 1,132 t (-)
=0
Pot. 5-5 P = 1 ton di N (RA = 4/5 ton) Σ MD = 0
ΣV=0
RA (6) + A3 (3) = 0
RA – P – V3 = 0
(4/5) (6) + A3 (3) = 0
(4/5) – 1 – V3 = 0
A3 = 1,6 t (-)
V3 = 0,2 t (-)
P = 1 ton di O (RA = 7/10 ton) Σ MD = 0
ΣV=0
RA (6) + A3 (3) = 0
RA – V3 = 0
(7/10) (6) + A3 (3) = 0
(7/10) – V3 = 0
A3 = 1,4 t (-)
V3 = 0,7 t (+)
43
Perencanaan Jembatan Baja
Pot. 6-6 P = 1 ton di N (RA = 4/5 ton) Σ MO = 0
ΣV=0
RA (9) – P (3) – B3 (3) = 0
RA – P + D3 sin
(4/5) (9) – 1 (3) – B3 (3) = 0
(4/5) – 1 + D3 (0,707) = 0
B3 = 1,4 t (+)
D3 = 0,283 t (+)
=0
P = 1 ton di O (RA = 7/10 ton) Σ MO = 0
ΣV=0
RA (9) – B3 (3) = 0
RA + D3 sin
(7/10) (9) – B3 (3) = 0
(7/10) + D3 (0,707) = 0
B3 = 2,1 t (+)
D3 = 0,99 t (-)
=0
Pot. 7-7 P = 1 ton di O (RA = 7/10 ton) Σ ME = 0
ΣV=0
RA (9) + A4 (3) = 0
RA – P – V4 = 0
(7/10) (9) + A4 (3) = 0
(7/10) – 1 – V4 = 0
A4 = 2,1 t (-)
V4 = 0,3 t (-)
P = 1 ton di P (RA = 3/5 ton) Σ ME = 0
ΣV=0
RA (9) + A4 (3) = 0
RA – V4 = 0
(3/5) (9) + A4 (3) = 0
(3/5) – V4 = 0
A4 = 1,8 t (-)
V4 = 0,6 t (+)
44
Perencanaan Jembatan Baja
Pot. 8-8 P = 1 ton di O (RA = 7/10 ton) Σ MP = 0
ΣV=0
RA (12) – P (3) – B4 (3) = 0
RA – P + D4 sin
(7/10) (12) – 1 (3) – B4 (3) = 0
(7/10) – 1 + D4 (0,707) = 0
B4 = 1,8 t (+)
D4 = 0,424 t (+)
=0
P = 1 ton di P (RA = 3/5 ton) Σ MP = 0
ΣV=0
RA (12) – B4 (3) = 0
RA + D4 sin
(3/5) (12) – B4 (3) = 0
(3/5) + D4 (0,707) = 0
B4 = 2,4 t (+)
D4 = 0,849 t (-)
=0
Pot. 9-9 P = 1 ton di P (RA = 3/5 ton) Σ MF = 0
ΣV=0
RA (12) + A5 (3) = 0
RA – P – V5 = 0
(3/5) (12) + A5 (3) = 0
(3/5) – 1 – V5 = 0
A5 = 2,4 t (-)
V5 = 0,4 t (-)
P = 1 ton di Q (RA = 1/2 ton) Σ MF = 0
ΣV=0
RA (12) + A5 (3) = 0
RA – V5 = 0
(1/2) (12) + A5 (3) = 0
(1/2) – V5 = 0
A5 = 2 t (-)
V5 = 0,5 t (+)
45
Perencanaan Jembatan Baja
Pot. 10-10 P = 1 ton di P (RA = 3/5 ton) Σ MQ = 0
ΣV=0
RA (15) – P (3) – B5 (3) = 0
RA – P + D5 sin
(3/5) (15) – 1 (3) – B5 (3) = 0
(3/5) – 1 + D5 (0,707) = 0
B5 = 2 t (+)
D5 = 0,566 t (+)
=0
P = 1 ton di Q (RA = 1/2 ton) Σ MQ = 0
ΣV=0
RA (15) – B5 (3) = 0
RA + D5 sin
(1/2) (15) – B5 (3) = 0
(1/2) + D5 (0,707) = 0
B5 = 2,5 t (+)
D5 = 0,707 t (-)
ΣV=0 V6 B5
B6
V6 = 0
=0
46
Perencanaan Jembatan Baja L
A1
M
D1 V1
A2
N
A3 O D3
D2 V2
V3
A4
P
D4
A5
A6
D5 V5
V4
Q
R
D6
A7
D7 V7
V6
S
A8
T
D8 V8
A9
U
D10
D9 V9
A10 V
V11
V10
A
B B1
C
B2
D
B3
E
B4 F
B5
G
B6
A1 = 0
H
B7
I
B8
J
B9
K
B10
gp A1=A10 gp A2=A9
(-) 0,8
0,9
gp A3=A8 (-) 1,4
1,6
gp A4=A7 (-)
1,8
2,1
gp A5=A6 (-)
2
0,9
2,4 (+) gp B1=B10 1,6
0,8 (+) gp B2=B9
2,1 1,4 (+)
gp B3=B8
2,4 1,8 (+)
gp B4=B7 2,5 2 (+) gp B5=B6
47
Perencanaan Jembatan Baja L
A1
M
D1 V1
A2
N
A3 O D3
D2 V2
A4
P
D4
Q
A6
D5
R
D6
V5
V4
V3
A5
A7
D7 V7
V6
S
A8
T
U
A10 V D10
D8 V8
A9
D9 V9
V11
V10
A
B B1
C
B2
D
B3
E
B4 F
B5
G
B6
H
B7
I
B8
J
B9
K
B10
x1 (-)
gp V1=V11
0,8 1
(+) 0,1
gp V2=V10
x2 0,7 (+) 0,2
gp V3=V9
x3 0,6 (+) (-)
0,3
gp V4=V8
x4 0,5 (+)
x5
(-)
gp V5=V7
0,4 V6 = 0
gp V6 gp D1=D10
(-) 1,273 0,141 x 7
gp D2=D9 (-) 1,132 0,283 +
x8
gp D3=D8 (-) 0,99
0,424 (+)
x9
gp D4=D7 (-)
0,849 0,566 (+)
x10
gp D5=D6 (-)
0,707
48
Perencanaan Jembatan Baja
4.2.2
Perhitungan gaya batang dengan metode garis pengaruh
Besarnya gaya batang akibat beban bergerak dihitung dengan menggunakan rumus : S = P.y + q . F Dimana : S = Gaya batang yang ditinjau (ton) P = Beban hidup garis (ton) q = Beban hidup terbagi rata (t/m) y = Ordinat garis pengaruh F = Luas bidang momen terbesar (m2)
a. Batang atas S = P y+q F S = P y + q (½ L y) S = y (P + ½ q L) S = y ( 10,977 + ½
1,61
30)
S = 35,127 y ton maka : A1 = A10 = 35,127
0
=0
A2 = A9 = 35,127
0,9
= 31,614 ton (-)
A3 = A8 = 35,127
1,6
= 56,203 ton (-)
A4 = A7 = 35,127
2,1
= 73,767 ton (-)
A5 = A6 = 35,127
2,4
= 84,305 ton (-)
b. Batang bawah S = P y+q F S = P y + q (½ L y) S = y (P + ½ q L)
49
Perencanaan Jembatan Baja
S = y ( 10,977 + ½
1,61
30)
S = 35,127 y ton maka : B1 = B10 = 35,127
0,9
= 31,614 ton (+)
B2 = B9 = 35,127
1,6
= 56,203 ton (+)
B3 = B8 = 35,127
2,1
= 73,767 ton (+)
B4 = B7 = 35,127
2,4
= 84,305 ton (+)
B5 = B6 = 35,127
2,5
= 87,818 ton (+)
c. Batang vertikal S =P y+q F S = P y + q (½ x y) S = y (P + ½ q x) S = y ( 10,977 + ½ .1,61 . x) S = y ( 10,977 + 0,805 x) maka : V1 = V11
x1 = 3 m
= 1 ( 10,977 + 0,805
3)
= 13,392 ton (-)
V2 = V10
x2 = 24 +
= 0,8 ( 10,977 + 0,805
3 0,8 = 26,667 m (0,8 0,1)
26,667)
= 25,955 ton (+)
V3 = V9
x3 = 21 +
= 0,7 ( 10,977 + 0,805 = 20,832 ton (+)
3 0,7 = 23,333 m (0,7 0,2)
23,333)
50
Perencanaan Jembatan Baja
V4 = V8
x4 = 18 +
= 0,6 ( 10,977 + 0,805
3 0,6 = 20 m (0,6 0,3)
20)
= 16,246 ton (+)
V5 = V7
x5 = 15 +
= 0,5 ( 10,977 + 0,805
3 0,5 = 16,667 m (0,5 0,4)
16,667)
= 12,197 ton (+) V6 = 0
d. Batang diagonal S =P y+q F S = P y + q (½ x y) S = y (P + ½ q x) S = y ( 10,977 + ½ .1,61 . x) S = y ( 10,977 + 0,805 x) maka : D1 = D10
x6 = 30 m
= 1,273 ( 10,977 + 0,805
30)
= 44,717 ton (-)
D2 = D9
x7 = 24 +
= 1,132 ( 10,977 + 0,805 = 36,728 ton (-)
3 1,132 = 26,668 m (1,132 0,141)
26,668)
51
Perencanaan Jembatan Baja
D3 = D8
x8 = 21 +
= 0,99 ( 10,977 + 0,805
3 0,99 = 23,333 m (0,99 0,283)
23,333)
= 29,463 ton (-)
D4 = D7
x9 = 18 +
= 0,849 ( 10,977 + 0,805
3 0,849 = 20,001 m (0,849 0,424)
20,001)
= 22,989 ton (-)
D5 = D6
x10 = 15 +
= 0,707 ( 10,977 + 0,805
3 0,707 = 16,666 m (0,707 0,566)
16,666)
= 17,246 ton (-)
4.3
Beban Angin
Menurut Peraturan Perencanaan Pembebanan untuk Jembatan dan Jalan Raya (PPPJJR-1987) : Besarnya tekanan angin yang diperhitungkan sebesar 150 kg/m 2. Pada jembatan rangka, luas sisi jembatan yang terkena gaya angin diambil 30 % + luas sisi yang tidak terkena angin 15 %. Tekanan angin itu bekerja pada tiga daerah, yaitu : 1. Pada lantai kendaraan (Hr) 2. Pada kendaraan setinggi 2 m dari atas lantai kendaraan (Hm) 3. Pada vakwerk (Hbr)
Letak titik tangkap masing-masing : Wr
= Tekanan angin pada lantai kendaraan
Wm
= Tekanan angin pada kendaraan
Wbr
= Tekanan angin pada vakwerk
52
Perencanaan Jembatan Baja
wm
wr
1m
6m
1m
Hm wbr
3m
Hbr
Potongan Melintang
Tinggi titik tangkap masing-masing : Hr
= Tinggi tekanan angin pada lantai kendaraan.
Hm
= Tinggi tekanan angin pada kendaraan.
Hbr
= Tinggi tekanan angin pada vakwerk.
Tinggi vakwerk
=3m
Tinggi kendaraan
=2m
Letak titik tangkap masing-masing gaya angin adalah : Hr
= ½ (0,10 + 0,20) + 3 = 3,15 m
Hm
= ½ (2) + 0,10 + 0,20 + 3 = 4,3 m
Hbr
= ½ (3) = 1,5 m
Luas bidang yang dapat menahan tekanan angin : 1. Pada lantai kendaraan Fr
= (tebal aspal + tebal plat lantai kendaraan) = (0,10 + 0,20 )
30 = 9 m
2
(panjang jembatan.)
Hr
53
Perencanaan Jembatan Baja
2. Pada kendaraan Fm = tinggi kendaraan =2
panjang jembatan
30 = 60 m2
3. Pada sisi vakwerk Fbr = (tinggi vakwerk = (3
30
panjang jembatan
30 %)
panjang jembatan
15 %)
30 %)
= 27 m2 Fcr = (tinggi vakwerk = (3
30
15 %)
= 13,5 m2
Besarnya tekanan angin yang bekerja : Wr
= Fr W
= 9
150 kg/m2
= 1350 kg
2
= 9000 kg
Wm
= Fm W
= 60
150 kg/m
Wbr
= Fbr W
= (27 + 13,5)
150 kg/m2 = 6075 kg
Reaksi yang timbul akibat tekanan angin pada vakwerk : R = =
(Wr Hr Wm Hm Wbr Hbr) L (1350 3,15 9000 4,3 6075 1,5) 8
= 6508,125 kg
Reaksi tumpuan : RA
= RB = ½ R
= ½ (6508,125) = 3254,063 kg
Gaya akibat beban angin ini dihitung dengan mengalikan gaya batang akibat beban mati dengan koefisien perbandingan antara reaksi tumpuan akibat beban angin dengan reaksi tumpuan beban mati : f
=
R A Beban angin 3254,063 = = 0,069 R A Beban mati 47301,905
54
Perencanaan Jembatan Baja
TABEL PERHITUNGAN GAYA BATANG UNTUK MENENTUKAN GAYA DESAIN
Beban
Beban
Beban
Beban
Beban
Gaya
Mati
Hidup
Angin
Tetap
Sementara
Desain
(t)
(t)
0,069. a
(t)
(t)
(t)
a
b
c
d
e=b+c
f = b+c+d
g
A1 = A10
0
0
0
0
0
A2 = A9
- 42,600
- 31,614
- 2,939
- 74,214
- 77,153
A3 = A8
- 74,850
- 56,203
- 5,165
- 131,053
- 136,218
A4 = A7
- 98,550
- 73,767
- 6,800
- 172,317
- 179,117
A5 = A6
- 112,650
- 84,305
- 7,773
- 196,955
- 204,728
B1 = B10
+ 42,600
+ 31,614
+ 2,939
+ 74,214
+ 77,153
B2 = B9
+ 74,850
+ 56,203
+ 5,165
+ 131,053
+ 136,218
B3 = B8
+ 98,550
+ 73,767
+ 6,800
+ 172,317
+ 179,117
B4 = B7
+ 112,650
+ 84,305
+ 7,773
+ 196,955
+ 204,728
B5 = B6
+ 117,150
+ 87,818
+ 8,083
+ 204,968
+ 213,051
V1 = V11
+
4,650
- 13,392
+ 0,321
-
-
V2 = V10
+ 33,450
+ 25,955
+ 2,308
+ 59,405
+ 61,713
V3 = V9
+ 24,000
+ 20,832
+ 1,656
+ 44,832
+ 46,488
V4 = V8
+ 14,550
+ 16,246
+ 1,004
+ 30,796
+ 31,800
V5 = V7
+
5,100
+ 12,197
+ 0,352
+ 17,297
+ 17,649
V6
+
0,300
0
+ 0,021
+
+
Batang
8,742
0,300
+ 213,051
8,421 -
8,742
+ 61,713
0,321
D1 = D10
- 60,246
- 44,717
- 4,157
- 104,963
- 109,120
D2 = D9
- 45,608
- 36,728
- 3,147
- 82,336
- 85,483
D3 = D8
- 33,517
- 29,463
- 2,313
- 62,980
- 65,293
D4 = D7
- 19,940
- 22,989
- 1,376
- 42,929
- 44,305
D5 = D6
-
- 17,246
- 0,439
- 23,610
- 24,049
6,364
- 204,728
- 109,120
55
Perencanaan Jembatan Baja
BAB V PENDIMENSIAN VAKWERK
5.1
Batang Atas (A)
Pdesain = 204,728 t (-) = 204728 kg Lk
= 3 m = 300 cm
Batang atas direncanakan memakai profil DIR, pemilihan ukuran profil didasarkan pada rumus pendekatan : Fpend
=
P + 3,2 Lk2 σd
=
204728 + (3,2 1600
32)
= 156,755 cm2
Dicoba menggunakan profil DIR 24, dari tabel konstruksi baja diperoleh : F = 175 cm2 ; imin = iy = 6,32 cm =
Lk i min
300 = 47,468 6,32
Dari tabel daftar konstruksi baja diperoleh : = 47
= 0,860
= 48
= 0,852
Dengan interpolasi diperoleh :
= 47,468
= 0,856
Kontrol tegangan :
σ ytb=
P α F
204728 = 1366,676 kg/cm2 0,856 175
= 1600 kg/cm2 ...…….(aman)
56
Perencanaan Jembatan Baja
5.2
Batang Bawah (B)
Pdesain = 213,051 t (+) = 213051 kg Lk
= 3 m = 300 cm
Menurut PPBBI-1984, perlemahan akibat lubang baut pada sambungan diambil sebesar 20 %. Fn
= 0,8 Fbr
Fbr
=
Fn P 213051 = 166,446 cm2 0,8 0,8 σ 0,8 1600
Dicoba menggunakan profil DIR 24, dari tabel konstruksi baja diperoleh : F = 175 cm2 ; imin = iy = 6,32 cm =
Lk i min
300 = 47,468 < 6,32
maks
= 240 (untuk konstruksi utama)
Kontrol tegangan: ytb
=
5.3
P Fn
213051 = 1521,793 kg/cm2 < 0,8 175
= 1600 kg/cm2 ......………… (aman)
Batang Vertikal (V)
Batang tekan (V1 & V11) Pdesain = 8,742 t (-) = 8742 kg Lk
= 3 m = 300 cm
Batang atas direncanakan memakai profil DIR, pemilihan ukuran profil didasarkan pada rumus pendekatan : Fpend
=
P + 3,2 Lk2 σd
57
Perencanaan Jembatan Baja
Fpend
=
8742 + (3,2 1600
32)
= 34,264 cm2 Dicoba menggunakan profil DIR-12, dari tabel konstruksi baja diperoleh : F = 52,8 cm2 ; imin = iy = 3,18 cm =
Lk i min
300 = 94,34 3,18
Dari tabel daftar konstruksi baja diperoleh : = 94
= 0,472
= 95
= 0,464
Dengan interpolasi diperoleh :
= 94,34
= 0,469
Kontrol tegangan :
σ ytb=
P α F
8742 = 353,024 0,469 52,8
kg/cm2
= 1600 kg/cm2 ……....(aman)
Batang tarik
Pdesain = 61,713 t (+) = 61713 kg Lk
= 3 m = 300 cm
Menurut PPBBI-1984, perlemahan akibat lubang baut pada sambungan diambil sebesar 20 %. Fn
= 0,8 Fbr
Fbr
=
Fn P 61713 = 48,213 cm2 0,8 0,8 σ 0,8 1600
Dicoba menggunakan profil DIR-12, dari tabel konstruksi baja diperoleh : F = 52,8 cm2 ; imin = iy = 3,18 cm =
Lk i min
300 = 94,34 < 3,18
maks
= 240 (untuk konstruksi utama)
58
Perencanaan Jembatan Baja
Kontrol tegangan: ytb
P Fn
=
5.4
61713 = 1461,009 kg/cm2 < 0,8 52,8
= 1600 kg/cm2 ....………… (aman)
Batang Diagonal (D)
Pdesain = 109,120 t (-) = 109120 kg Lk
3 2 3 2 = 4,243 m = 424,3 cm
=
Batang atas direncanakan memakai profil DIR, pemilihan ukuran profil didasarkan pada rumus pendekatan : Fpend
=
P + 3,2 Lk2 σd
Fpend
=
109120 + (3,2 1600
4,2432)
= 125,810 cm2
Dicoba menggunakan profil DIR-24, dari tabel konstruksi baja diperoleh : F = 175 cm2 ; imin = iy = 6,32 cm =
Lk i min
424,3 = 67,136 6,32
Dari tabel daftar konstruksi baja diperoleh : = 67
= 0,695
= 68
= 0,687
Dengan interpolasi diperoleh :
= 67,136
= 0,694
Kontrol tegangan :
σ ytb=
P α F
109120 = 898,477 0,694 175
kg/cm2
= 1600 kg/cm2 ...…….(aman)
59
Perencanaan Jembatan Baja
BAB VI PERHITUNGAN SAMBUNGAN
6.1
Ketentuan Umum
Tegangan-tegangan yang diizinkan dalam menghitung kekuatan baut adalah sebagai berikut : Tegangan geser yang diizinkan :
τ
0,6. σ
0,6 1600 kg/cm2
= 960 kg/cm2 …………...………………(a)
Tegangan tarik yang diizinkan :
σ ta
0,7 . σ
0,7 1600 kg/cm2 = 1120 kg/cm2 …………...……………..(b)
Kombinasi tegangan geser dan tegangan tarik yang diizinkan : σi
σ 2 1,56 . τ 2
σ …………………………………...……………(c)
Tegangan tumpu yang diizinkan :
σ tu
1,5. σ
σ tu
1,5 1600 kg/cm2 = 2400 kg/cm2
untuk s1 2d ………………………..…………...…………(d)
di mana : sl = jarak dari sumbu baut yang paling luar ke tepi bagian yang disambung. d
= diameter baut
σ = tegangan dasar menurut tabel 1 (PPBBI-1984, pasal 2.2), di mana persamaan (a), (b), dan (c) menggunakan tegangan dasar dari bahan baut, sedangkan persamaan (d) menggunakan tegangan dasar bahan yang disambung.
6.2
Hubungan Gelagar Memanjang dengan Gelagar Melintang Profil gelagar memanjang tengah
= DIR-15
Profil gelagar memanjang tepi
= DIR-16
Profil gelagar melintang
= DIR-34
60
Perencanaan Jembatan Baja
6.2.1
Gelagar Memanjang Tengah dan Gelagar Melintang
Gaya yang harus ditahan adalah gaya lintang gelagar memanjang, yaitu: Akibat beban mati
= 1,800 ton
Akibat beban hidup
= 5,498 ton
P = Dmaks = 7,298 ton
Sebagai plat penyambung digunakan profil dengan diameter
80.80.8 dan alat sambung baut
7/8 ” = 2,222 cm. DIR-15
DIR-15 L 80.80.8
L 80.80.8
45 mm
2d 174
67 mm 45 mm
3d
B
2d
A
DIR-34
DIR-34
Tinjauan Baut A Jumlah baut yang digunakan dihitung terhadap geser dan tumpuan. Sambungan tampang dua : Pgs = n
¼
Ptu = d
t
d2
τ =2
σ t u = 2,222
0,8
¼
(2,222)2
960 = 7445,249 kg
2400 = 4266,24 kg
Dari kedua gaya tersebut diambil yang minimum, yaitu Ptu = 4266,24 kg. P 7,298 10 3 Jumlah baut yang digunakan : n = = = 1,711 Pt u 4266,24
Jadi digunakan 2 baut
2 baut
7/8”.
Baut A terdapat pada sambungan gelagar memanjang dengan plat penyambung, sehingga hanya menahan gaya vertikal.
61
Perencanaan Jembatan Baja
Gaya yang bekerja pada satu baut : V
=
D maks n
7,298 10 3 = 3649 kg 2
Kontrol tegangan :
σ ytb=
τ ytb
V d.t
3649 = 2052,768 kg/cm2 < σ t u = 2400 kg/cm2 ..………....... (aman) 2,222 0,8
V
3649
1 n. π d2 4
1 2 π 2,222 2 4
= 470,507 kg/cm2 <
= 960 kg/cm2….... (aman)
Tinjauan Baut B Baut B terdapat pada sambungan gelagar melintang dengan plat penyambung. Karena sambungan ini bukan sambungan simetris, maka harus diperhatikan momen yang timbul akibat adanya eksentrisitas. Sambungan yang digunakan adalah sambungan tampang satu. d2
Pgs = ¼ Ptu = d
t
(2,222)2
τ =¼
σ t u = 2,222
0,8
960 = 3722,624 kg
2400 = 4266,24 kg
Dari kedua gaya tersebut diambil yang minimum, yaitu Pgs = 3722,624 kg P 7,298 10 3 Jumlah baut yang digunakan : n = = = 1,961 Pt u 3722,624
Jadi digunakan 2 baut
7/8”.
Σ e2 = (e2)2 + (e1)2 = (11,2)2 + (4,5)2 = 145,69 cm2
D maks ω e maks 7,298 10 3 4,5 11,2 Ni = = = 2524,67 kg 145,69 e2
Gaya tarik yang ditahan oleh satu baut : N = ½ Ni = ½ (2524,67) = 1262,335 kg
2 baut
62
Perencanaan Jembatan Baja
σ ta
N
1262,335
1 π .d 2 4
1 π (2,222) 2 4
= 325,534 kg/cm2 <
= 1120 kg/cm2 ...…. (aman)
Gaya geser yang ditahan oleh satu baut :
D Pgs = maks n
τ ytb =
7,298 10 3 = 1824,5 kg 4
Pgs
1824,5
1 π. d 2 4
1 π (2,222) 2 4
= 470,507 kg/cm2 <
= 960 kg/cm2
Kombinasi tegangan tarik dan tegangan geser :
σi
σ 2ta 1,56τ 2
σi
(325,534) 2 1,56 (470,507) 2
σi
6.2.2
671,804 kg/cm2 <
= 1600 kg/cm2…………………...………………. (aman)
Gelagar Memanjang Tepi dan Gelagar Melintang
Gaya yang harus ditahan adalah gaya lintang gelagar memanjang, yaitu: Akibat beban mati
=
2,094 ton
Akibat beban hidup
=
8,698 ton
P = Dmaks = 10,792 ton
Sebagai plat penyambung digunakan profil dengan diameter
1” = 2,54 cm.
90.90.13 dan alat sambung baut
63
Perencanaan Jembatan Baja DIR-16
DIR-16 L 90.90.13
L 90.90.13
51 mm
2d 182
77 mm 51 mm
3d
B
2d
A
DIR-34
DIR-34
Tinjauan Baut A Jumlah baut yang digunakan dihitung terhadap geser dan tumpuan. Sambungan tampang dua : Pgs = n
¼
Ptu = d
t
d2 σ t u = 2,54
τ =2 1,3
¼
(2,54)2
960 = 9728,784 kg
2400 = 7924,8 kg
Dari kedua gaya tersebut diambil yang minimum, yaitu Ptu = 7924,8 kg. Jumlah paku keling yang digunakan : n = Jadi digunakan 2 baut
P 10,792 10 3 = = 1,362 Pt u 7924,8
2 baut
1”.
Baut A terdapat pada sambungan gelagar memanjang dengan plat penyambung, sehingga hanya menahan gaya vertikal.
Gaya yang bekerja pada satu baut : V
=
D maks n
10,792 10 3 = 5396 kg 2
Kontrol tegangan :
σ ytb=
V d.t
5396 = 1634,161 kg/cm2 < σ t u = 2400 kg/cm2 ….….….….... (aman) 2,54 1,3
64
Perencanaan Jembatan Baja
τ ytb
V
5396 = 532,457 kg/cm2 < 1 2 π 2,54 2 4
1 n. π d2 4
= 960 kg/cm2…..… (aman)
Tinjauan Baut B Baut B terdapat pada sambungan gelagar melintang dengan plat penyambung. Karena sambungan ini bukan sambungan simetris, maka harus diperhatikan momen yang timbul akibat adanya eksentrisitas. Sambungan yang digunakan adalah sambungan tampang satu. d2
Pgs = ¼ Ptu = d
t
τ =¼
σ t u = 2,54
1,3
(2,54)2
960 = 4864,392 kg
2400 = 7924,8 kg
Dari kedua gaya tersebut diambil yang minimum, yaitu Pgs = 4864,392 kg. Jumlah paku keling yang digunakan : n = Jadi digunakan 2 baut
10,792 10 3 P = = 2 baut 4864,392 Pgs
1”.
Σ e2 = (e2)2 + (e1)2 = (12,8)2 + (5,1)2 = 189,85 cm2
Ni =
D maks ω e maks 10,792 10 3 5 12,8 = = 3638,072 kg 189,85 e2
Gaya tarik yang ditahan oleh satu baut : N = ½ Ni = ½ (3638,072) = 1819,036 kg
σ ta
N
1819,036
1 π .d 2 4
1 π (2,54) 2 4
= 358,991 kg/cm2 <
Gaya geser yang ditahan oleh satu baut : Pgs =
D maks n
10,792 10 3 = 2698 kg 4
= 1120 kg/cm2 ….…. (aman)
65
Perencanaan Jembatan Baja
τ ytb =
Pgs
2698
1 π. d 2 4
1 π (2,54) 2 4
= 532,457 kg/cm2 <
= 960 kg/cm2
Kombinasi tegangan tarik dan tegangan geser :
σi
σ 2ta 1,56τ 2
σi
(358,991) 2 1,56 (532,457) 2 755,745 kg/cm2 <
σi
6.3
= 1600 kg/cm2…………………………...………. (aman)
Perhitungan Sambungan Gelagar Melintang dengan Vakwerk
Digunakan profil baja siku
100.100.10 dan gelagar melintang dengan
ukuran DIR 34. Data berikut diketahui dari perhitungan sebelumnya: Dmaks = 32,746 t Mmaks = 38,739 tm Digunakan tinggi las 10 mm. a. Beban D dipikul oleh las sudut baja siku L
D 0,707 t σ
32,746 10 3 0,707 1 1600
plat pada vakwerk
28,948 cm
Dipakai L = 2 ×15 cm b. Las tumpul antara plat siku dengan gelagar melintang dan menahan beban momen
P
M d
d = h – 2(t) – 2(r) d = 376 – 2(40) – 2(20) = 256 mm ≈ 250 mm
P
38,739 10 5 kg.cm 25,6 cm
151324,219 kg
Digunakan tebal plat 20 mm L perlu
P 0,707 t σ
Ldipakai = 2 ×34 cm
151324,219 0,707 2 1600
66,89 cm
66
Perencanaan Jembatan Baja
6.4
Sambungan Titik Buhul Pada sambungan titik buhul digunakan baut
= 11/4 = 3,175 cm dan tebal
plat Buhul (t) = 20 mm. Sambungan tampang satu : d2
Pgs = ¼ Ptu = d
t
(3,175)2
τ = ¼
σ t u = 3,175
2
960 = 7600,612 kg
2400 = 15240 kg
Dari kedua gaya tersebut diambil yang minimum, yaitu Pgs = 7600,612 kg Perhitungan jumlah baut yang digunakan pada titik buhul : n =
6.4.1
Pmaks Pmaks = Pgs 7600,612
Batang atas (A)
Pmaks = 204728 kg ( ) Jumlah baut yang digunakan : n=
204728 = 26,93 7600 ,612
6.4.2
28 baut
Batang Bawah (B)
Pmaks = 213051 kg (+) Jumlah baut yang digunakan : n=
213051 = 28,03 7600,612
6.4.3
28 baut
Batang Vertikal (V)
Batang tekan (V1 & V11) Pmaks = 8742 kg (-)
67
Perencanaan Jembatan Baja
Jumlah baut yang digunakan : n=
8742 = 1,15 7600,612
2 baut
Batang tarik Pmaks = 61713 kg (+) Jumlah baut yang digunakan : n=
61713 = 8,12 7600,612
6.4.4
10 baut
Batang Diagonal (D)
Pmaks = 109120 kg (-) Jumlah baut yang digunakan : n=
109120 = 14,36 7600,612
16 baut
68
Perencanaan Jembatan Baja
BAB VII PERENCANAAN IKATAN ANGIN
7.1
Pembebanan Besarnya gaya angin yang ditahan oleh ikatan pada konstruksi jembatan
rangka adalah sebagai berikut : Gaya angin pada lantai kenderaan (Wr)
=
1350 kg
Gaya angin pada kenderaan (Wm)
=
9000 kg
Gaya angin pada vakwerk (Wbr)
=
6075 kg
W
= 16425 kg
Gaya angin tersebut disebar ke tiap-tiap titik buhul sebesar : P=
16425 = 1642,5 kg 10
Reaksi pada tumpuan : RA = RB = ½ W = ½
16425 = 8212,5 kg
Gaya untuk tiap titik buhul tepi : ½ P = ½ (1642,5) = 821,25 kg Dmaks = RA – ½P = 8212,5
821,25 = 7391,25 kg
Tipe konstruksi ikatan angin direncanakan berbentuk K : 1
P
/2P
P
P
P
= arc tg Db 8m
Da
3m
3 = 36,87 4
69
Perencanaan Jembatan Baja
Gaya batang maksimum yang terjadi : H=0 Da sinα + Db sinα = 0 Da = - Db
V = 0 RA – ½ P – Da . cosα + Db . cosα = 0 RA – ½ P – 2 Da . cos α = 0 Da =
R A 12 P 2.cosα
7391,25 2.cos36,87o
Da = 4619,537 kg (+) Db = - Da = 4619,537 kg (–)
7.2
Pendimensian Ikatan Angin
Perhitungan batang tekan
Da
= 4619,537 kg = 4,619537 ton ()
Lk
=
42
3 2 = 5 m = 500 cm
Direncanakan ikatan angin memakai profil siku sama kaki. Dipakai rumus pendekatan (Potma de Vries) : Imin
= 1,69
P
Lk2 = 1,69
4,619537
52 = 195,175 cm4
Dipilih profil .100.100.12 dengan data sebagai berikut : Imin = 207 cm4; imin = 3,02 cm; F = 22,7 cm2
=
Lk i min
500 = 165,563 3,02
70
Perencanaan Jembatan Baja
Dari buku PPBBI-1984 halaman 12 untuk baja Fe.360 ( = 165
= 5,254
= 166
= 5,318
Dengan interpolasi diperoleh :
= 165,563
= 1600 kg/cm2) diperoleh:
= 5,29
Kontrol tegangan: ytb
=
Db .ω F
4619,537 5,29 = 1076,535 kg/cm2 < 22,7
= 1600 kg/cm2 ...… (aman)
Perhitungan batang tarik
Da
= 4619,537 kg = 4,619537 ton (+)
Lk
=
42
3 2 = 5 m = 500 cm
Dipilih profil .100.100.12 dengan data sebagai berikut : Imin = 207 cm4; imin = 3,02 cm; F = 22,7 cm2
=
Lk i min
500 = 165,563 < 3,02
maks
= 240 (untuk konstruksi utama)…...……….(aman)
Tinjauan terhadap kekuatan tarik harus diperhitungkan luas tampang bersih (netto), mengingat pada batang tarik terdapat perlemahan akibat lubang baut yang tertarik sebesar 20 % (PPBBI-1984), sehingga : Fn
= 0,8 . Fbr = 0,8
22,7 = 18,16 cm2
Kontrol tegangan: ytb
=
Da Fn
4619,537 = 254,38 kg/cm2 < σ = 1600 kg/cm2 ….....………… (aman) 18,16
71
Perencanaan Jembatan Baja
7.3
Perhitungan Jumlah Baut
Gaya maksimum yang bekerja (P) = 4619,537 kg Digunakan baut
7/8" (2,222 cm) dan tebal plat buhul (t) = 20 mm = 2 cm.
Sambungan tampang satu : Pgs = ¼ . π . d2. σ = ¼
π
Ptu = d . t . σ t u = 2,222
2
(2,222)2 (0,6 (1,5
1600) = 3722,62 kg
1600) = 10665,6 kg
Dari kedua gaya tersebut diambil yang minimum, yaitu : Pgs = 3722,62 kg Jumlah baut yang digunakan : n=
P Pgs
4619,537 = 1,241 ≈ 2 baut 3722,62
Jadi digunakan 2 baut .
7/8".
72
Perencanaan Jembatan Baja
BAB VIII PERHITUNGAN ZETTING
Berdasarkan Potma de vries (1984) halaman 197, lendutan maksimum yang diizinkan untuk kontruksi jembatan rangka baja adalah :
f maks
L 1000
untuk L = 3000 cm (panjang jembatan), maka :
f maks
3000 = 3 cm 1000
Untuk menghitung zetting pada konstruksi jembatan rangka baja, dianggap gaya P sebesar 1 ton bekerja pada tengah-tengah bentang. Gaya-gaya batang dapat dihitung dengan metode Cremona. Besarnya zetting yang timbul pada konstruksi jembatan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : fytb =
S. L . U E.F
dimana : f
= lendutan yang timbul (cm)
S = gaya batang akibat beban tetap (kg) L = panjang batang (cm) U = gaya batang akibat beban 1 satuan di tengah bentang E = modulus elastisitas baja (E = 2,1
106 kg/cm2)
F = luas penampang profil yang digunakan (cm2)
Untuk masing-masing gaya batang yang terjadi akibat beban mati dan beban 1 satuan dapat dilihat pada tabel perhitungan zetting.
73
Perencanaan Jembatan Baja
TABEL PERHITUNGAN ZETTING Batang
S
L
U
F 2
f=
S.L.U F.E
(kg)
(cm)
(satuan)
(cm )
A1 = A10
0
300
0
175
0
A2 = A9
-42600
300
- 0,5
175
0,017
A3 = A8
-74850
300
-1
175
0,061
A4 = A7
-98550
300
- 1,5
175
0,121
A5 = A6
-112650
300
-2
175
0,184
B1 = B10
42600
300
0,5
175
0,017
B2 = B9
74850
300
1
175
0,061
B3 = B8
98550
300
1,5
175
0,121
B4 = B7
112650
300
2
175
0,184
B5 = B6
117150
300
2,5
175
0,239
D1 = D10
-60246
424,3
- 0,707
175
0,049
D2 = D9
-45608
424,3
- 0,707
175
0,037
D3 = D8
-33517
424,3
- 0,707
175
0,027
D4 = D7
-19940
424,3
- 0,707
175
0,016
D5 = D6
-6364
424,3
- 0,707
175
0,005
V1 = V11
4650
300
0
52,8
0
V2 = V10
33450
300
0,5
52,8
0,045
V3 = V9
24000
300
0,5
52,8
0,032
V4 = V8
14550
300
0,5
52,8
0,020
V5 = V7
5100
300
0,5
52,8
0,007
V6
300
300
0
52,8
0 fytb = 2,486 cm
Kontrol : fytb = 2,486 cm < fmaks = 3 cm ……………………………………………...(aman)
74
Perencanaan Jembatan Baja
BAB IX PERENCANAAN PERLETAKAN
Bantalan untuk perletakan digunakan baja BJ-37 dengan σ = 1600 kg/cm2, sedangkan rol dibuat dari baja tuang dengan σ12 = 8500 kg/cm2.
9.1
Perletakan Rol
Ukuran perletakan direncanakan sebagai berikut : Panjang (L) = 65 cm Lebar (B)
= 60 cm
Gaya yang bekerja : RA akibat beban mati RA akibat beban hidup = ½
(1610
30 + 10977)
RA akibat beban angin
=
47301,905 kg
=
29638,500 kg
=
3254,063 kg
P =
80194,468 kg
Tebal plat landasan : S=
1 3 P L 2 B
1 3 80194,468 65 = 6,382 cm 2 60 1600
Diameter gelinding rol : d
=
0,75 10 6 P 2 B 12
=
0,75 10 6 80194,468 2 60 8500
= 13,874 cm
14 cm
7 cm
75
Perencanaan Jembatan Baja
65 cm
S d
28 cm
dd S
9.2
Perletakan Sendi
Ukuran perletakan direncanakan sebagai berikut : Panjang (L) = 65 cm Lebar (B)
= 60 cm
Diameter gelinding sendi : d 2
0,8 P σ L
d 2
0,8 80194,468 1600 65
d = 0,617 cm
5 cm 65 cm
5 cm
76
Perencanaan Jembatan Baja
BAB X PERHITUNGAN KUBIKASI
10.1
Kubikasi Profil Baja
Panjang Nama Batang
Batang (m)
Jumlah Batang
Profil
Berat
Berat
Profil
Batang
(kg/m)
(kg)
Batang atas
3
2 × 10
DIR - 24
137
8220
Batang bawah
3
2 × 10
DIR - 24
137
8220
Batang diagonal
4,243
2 × 10
DIR - 24
137
11625,82
Batang vertikal
3
2 × 11
DIR - 12
41,5
2739
Gelagar melintang
8
11
DIR - 34
251
22088
G. memanjang tepi
30
2
DIR - 16
83,5
5010
G. memanjang tengah
30
2
DIR - 15
76,3
4578
1,15
2 × 21
CNP – 12
13,4
647,22
Sandaran mendatar
30
2×2
CNP – 4
4,87
584,4
Ikatan angin
5
2 × 10
.100.100.12
17,8
1780
Tiang sandaran
65492,44
Jumlah
Berat vakwerk = {8220 × 2 + 11625,82 + 2739} = 30804,82 kg
10.2
Kubikasi Baut
Baut
11/4” = 3,175 cm
Batang atas (A)
= 2 × 11 × 28
= 616 baut
Batang bawah (B)
= 2 × 11 × 28
= 616 baut
Batang diagonal (D) = 2 × 2 × 10 × 16
= 640 baut
Batang vertikal (V)
= 528 baut
= 2 × 2 × 11 × 12 Jumlah
= 2400 baut
77
Perencanaan Jembatan Baja
Baut
1” = 2,54 cm
Sambungan gelagar memanjang tepi dan melintang = 2 × 11 × 4 Baut
= 88 baut
7/8” = 2,222 cm
Sambungan ikatan angin
= 4 × 2 ×10
= 120 baut
Sambungan gelagar memanjang tengah dan melintang = 2 × 11 × 4
= 88 baut
Rasio perbandingan berat vakwerk sebenarnya dengan berat vakwerk taksiran : Wsebenarnya Wt aksiran Wt aksiran
100%
= 211,16 %
30804,82 - 9900 100% 30804,82 9900