PROPOSAL PENELITIAN
I.
Nama Peneliti
: Ade Cahyana Andika Pratama Anindya Tama Teja D. Bening Dewi Ruslina Choirotun Hisan Yuyun Suci Megawati
NIM / Semester
: G0013003/ VI G0013027/ VI G0013031/ VI G0013057/ VI G0013063/ VI G0013243/ VI
II.
Judul Penelitian
: Hubungan Panjang Tulang Ibu Jari
Tangan
dengan Tinggi Badan pada Mahasiswa Progam Studi Kedokteran UNS
III. Bidang Ilmu
: Forensik/ Klinis
IV. Latar Belakang Masalah Tinggi badan adalah penjumlahan dari panjang tulang-tulang panjang dan tulang-tulang pelengkap yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Patel, 2007; Bogin dan Silva, 2009). Tinggi badan merupakan salah satu komponen untuk menentukan status gizi, dimana penilaian status gizi yang sering dilakukan adalah penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diukur berdasarkan rasio berat badan (kilogram) dan kuadrat tinggi badan (meter) (Madden et al., 2012). Penghitungan IMT yang salah satu komponennya berupa pengukuran tinggi badan dapat dilakukan secara akuratmenggunakan
1
pengukuran antropometri sebagai parameter dari pertumbuhan dan kesehatan manusia (Murbawani et al., 2012). Cara pengukuran tinggi badan yang biasa digunakan adalah mengukur dari puncak kepala (vertex) hingga bagian ujung tumit pada posisi berdiri tegak atau disebut sebagai stature (Duquet dan Carter, 2009; Ahmed, 2013; Mulla dan Kulkani, 2014). Pengukuran tinggi badan sangat penting dilakukan pada proses identifikasi korban, tetapi seiring dengan meningkatnya frekuensi kejadian bencana alam dan musibah buatan manusia seperti serangan teroris, ledakan bom, kecelakaan masal, mutilasi, yang kebanyakan korban hanya ditemukan sebagian tubuh sehingga tinggi badan korban tidak dapat diukur dengan cara biasa (Kanchan et al., 2008; Bagali et al., 2013; Oladunni, 2013). Teknik estimasi tinggi badan dapat digunakan jika tinggi badan tidak dapat diukur dengan cara biasa. Perkiraan atau estimasi tinggi badan dapat dilakukan dengan manusia yang masih hidup secara perkutan maupun radiografi. Estimasi tinggi badan adalah prediksi dalam menentukan tinggi badan yang penting untuk keperluan medikolegal (Kanchan et al., 2008; Patel, 2007). Menurut beberapa penelitian estimasi tinggi badan ini dapat dilakukan dengan pengukuran tulang- tulang berikut, yaitu humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, phalanges, sternum, tinggi hidung, calcaneus, jejak kaki (Dayal et al., 2008; Krishan, 2008; Singh et al., 2013; Fatati, 2014; Kumar et al., 2014). Penelitian Suseelamma et al. (2014) yang dilakukan di India menunjukan terdapat korelasi yang signifikan antara panjang jari tangan dan tinggi badan pada laki- laki maupun perempuan. Di Indonesia penelitian tentang hubungan panjang tulang empat jari (jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking) dengan tinggi badan sudah pernah dilakukan oleh Fatati (2014) menunjukan hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang tulang jari telunjuk, jari tengah dan jari manis memiliki, sedangkan jari kelingking tidak. Penelitian tentang estimasi atau perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ibu jari (Pollex) belum
2
pernah dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara panjang tulang ekstrimitas sebelah kanan ataupun yang kiri terhadap tinggi badan. (Hallikeri, 2012; Suseelamma et al., 2014; Gaur et al., 2016) Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara panjang tulang ibu jari (Pollex) dengan tinggi badan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara panjang tulang ibu jari (Pollex) dengan tinggi badan, dan mengetahui formulasi perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ibu jari (Pollex). V.
Perumusan Masalah A. Adakah hubungan antara panjang tulang ibu jari (Pollex) tangan dengan tinggi badan? B. Bagaimana formulasi untuk menentukan perkiraan tinggi badan menggunakan panjang ibu (Pollex) tangan?
VI. Tujuan Penelitian A. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara panjang tulang ibu jari (Pollex) tangan dengan tinggi badan B. Mengetahui formulasi untuk menentukan perkiraan tinggi badan menggunakan panjang ibu jari (Pollex) tangan. VII. Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis Memberikan informasi ilmiah tentang hubungan antara panjang tulang ibu jari (Pollex) dengan tinggi badan. B. Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mempermudah proses identifikasi korban dalam memperkirakan tinggi badan melalui pengukuran panjang tulang ibu jari (Pollex), terutama pada kondisi tertentu dimana pengukuran tinggi badan tidak bisa dilakukan secara langsung.
3
VIII. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinggi Badan 1. Definisi Tinggi Badan Tinggi badan merupakan ukuran kumulatif atau komposit, yang terdiri atas tinggi kepala dan leher, tinggi tubuh, dan panjang tungkai (Indriati, 2004; Bogindan Silva, 2009). Menurut Patel (2007) tinggi badan merupakan penjumlahan dari panjang tulang – tulang panjang dan tulang – tulang pelengkap yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, sangat penting secara antropologis untuk menentukan perbedaan rasial. Menurut Weinbrenner et al. (2006), tinggi badan merupakan salah satu komponen untuk menentukan status gizi, contohnya pengukuran dengan indeks massa tubuh. Selain itu, tinggi badan juga dapat didefinisikan sebagai hasil pengukuran maksimum panjang tulang – tulang secara paralel yang membentuk poros tubuh ( The Body Axis), yang diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (The Calcaneus Tuberosity) yang disebut heel. Tinggi badan laki- laki mencapai maksimal pada usia 17- 18 tahun, massa tulang maksimal terjadi pada 9 sampai 12 bulan setelah mencapai tinggi badan maksimal, sedangkan pada perempuan tinggi badan mencapai maksimal padausia 14- 15 tahun, dan sekitar 95 % massa tulang pada perempuan mencapai maksimal pada usia 20tahun (AAOS, 2012). Tinggi badan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. a. Faktor Genetik 1) Jenis kelamin dan umur Perbedaan jenis kelamin menunjukan perbedaan tinggi badan rata- rata diseluruh dunia,laki- laki memiliki tinggi badan lebih tinggi dari perempuan. Sedangkan tiap umur menunjukan berbeda tinggi badan pada masa
4
pertumbuhan sampai mencapai tinggi badan maksimal (Komlos dan Cinnirella, 2007; Hur et al., 2008; Sields et al., 2009Australian Bureau of Statistics, 2012). 2) Ras dan Etnis Beberapa penelitian menunjukan tinggi badan setiap orang dipengaruhi oleh etnis dan ras, berupa adanya perbedaan rata- rata tinggi badan setiap ras dan etnis (Jasuja dan Singh, 2004; Gillum dan Sempos, 2005; Hur et al., 2008; Bharati et al., 2010). b. Faktor Lingkungan 1) Nutrisi Nutrisi sangat berpengaruh terhadap tinggi badan, hal ini berhubungan dengan proses pembentukan dan pertumbuhan tulang. Proses pembentukan dan pertumbuhan tulang sangat membutuhkan bahan- bahan seperti kalsium, fosfordan vitamin D (Bogin dan Rios, 2003; AAOS, 2012, Artaria, 2012). 2) Letak Geografis Keadaan geografis dapat mempengaruhi tinggi badan, sinar matahari yang diterima oleh suatu daerah berpengaruh pada pembentukan vitamin D. Vitamin D berguna untuk meningkatkan penyerapan kalsium di usus. Selain itu, letak geografis menentukan kemudahan untuk mendapatkan sumber nutrisi yang mendukung proses pertumbuhan tulang (Carson, 2008). 3) Sosial Ekonomi Sosial ekonomi berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan ekonomi yang dapat mempengaruhi asupan nutrisi pada masa pertumbuhan, asupan nutrisi sangat mempengaruhi pertumbuhan tulang (Baten dan Murray, 2000; Artaria, 2012).
5
2. Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran tinggi badan manusia dapat dilakukan secara akurat menggunakan pengukuran antropometri (Murbawani et al., 2012). Teknik pengukuran tinggi badan yang biasa digunakan adalah mengukur dari puncak kepala (vertex) hingga bagian ujung tumit pada posisi berdiri tegak dalam sikap anatomi. Sikap anatomi yaitu posisi kepala sejajar dengan dataran Frankfurt, ekstremitas superior berada di samping tubuh, dan wajah serta telapak tangan menghadap ke depan. Pengukuran tinggi badan ini disebut stature (Snell, 2006; Duquet dan Carter, 2009; Ahmed, 2013; Mulla dan Kulkani, 2014). Hasil pengukuran tinggi badan ini dapat akurat jika pengukuran beradapa dan bidang horizontal yang kaku dan kuat serta pita pengukur atau microtoise yang melekat pada bidang vertikal. Pita pengukur harus dapat digeser naik turun dengan mudah sehingga terjadi kontak antara pita pengukur dengan kulit kepala dan subjek harus berdiri tegak tanpa menggunakan alas kaki dan tumit kanan kiri menyatu di bidang medial (Jasuja dan Singh, 2004). Teknik lain yang digunakan untuk melakukan pengukuran tinggi badan adalah teknik pengukuran estimasi. Pengukuran estimasi ini melalui pengukuran tulang panjang atau tulang pendek secara perkutan maupun radiografi, kemudian hasil pengukuran panjang tersebut dimasukan kedalam suatu formulasi tinggi badan berdasarkan tulang yang sudah diteliti sebelumnya sehingga diperoleh perkiraan tinggi badan seseorang. Alat yang digunakan untuk mengukur panjang tulang panjang maupun tulang pendek umumnya menggunakan caliper (Patel, 2007; Kanchan et al., 2008; Borkar, 2014;
Suseelamma et al., 2014; Mehta et al.,
2015).Teknik pengukuran ini dapat dilakukan pada manusia yang masih hidup maupun yang telah meninggal sehingga sering digunakan untuk kepentingan identifikasi oleh ahli forensik dan
6
medikolegal lainnya dengan menerapkan prinsip antropometri (Agnihotri,2008; Rani et al., 2011). Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pengukuran tinggi badan tidak bisa diukur secara akurat, sebagai berikut: a. Kelainan Tulang Belakang Kelainan tinggi badan seperti lordosis, kifosis dan skoliosis menyebabkan bengkok pada tulang belakang sehingga saat berdiri tidak menunjukan tinggi badan sebenarnya (Leroux et al., 2000). b.Kanker dan Tumor pada Penyokong Tinggi Badan Tulang penyusun tinggi badan dapat mengalami perubahan ukuran seperti pada penyakit tumor atau kanker tulang yang biasanya ukuranya semakin membesar pada keadaan tersebut (Thomas et al., 2011). c. Hilangnya Tulang Penyokong Tinggi Badan Hilangnya tulang penyokong tinggi badan akibat adanya kecelakaan, bencana alam, ledakan maupun hasil prosedur pengobatan seperti amputasi (Galmessa, 2006). B. Ibu Jari (Pollex) 1. Anatomi Ibu Jari (Pollex) Ibu jari (Pollex) memiliki fleksibilitas khusus, terutama kemampuannya melakukan oposisi terhadap jari-jari lain yang merupakan gambaran khusus tangan manusia. Fleksibilitas ibu jari berasal dari ossa metacarpi policis yang lebih mobil daripada ossa metacarpi jari lain yang berhubungan dengan carpal (Paulsen dan Waschke, 2013). Menurut Walsh (2014) Ibu jari memegang sekitar 50% dari fungsi tangan secara keseluruhan. Dasar ossa metacarpal ibu jari merupakan gabungan unik yang memungkinkan berbagai gerakan untuk tetap menjaga stabilitas untuk memegang dan mencubit pada berbagai posisi.
7
Gambar 1. Anatomi Tangan (American Societyfor Surgery of the Hand, 2016) Jari diklasifikasikan sebagai tulang panjang, yang juga disebut phalanges. Ibu jari (Pollex) hanya terdiri dari dua phalanges, berbeda dengan jari lain (Index, Medius, Anularius dan Minimus) yang terdiri dari tiga phalanges (Paulsen and Waschke, 2013). Phalanx proximalis merupakan tulang pada ibu jari yang lebih dekat dengan tubuh, sedangkan phalanx distalis merupakan tulang yang lebih jauh (paling ujung). Ibu jari tidak memiliki phalanx media seperti jari yang lain (American Society for Surgery of the Hand, 2016).
8
Ibu jari memiliki dua sendi/artikulasi, yaitu articulationes metacarpophalangeae (menghubungkan ossa metacarpi dengan phalanx
proximal)
dan
articulationes
interphalangeae
(menghubungkan phalanx proximalis dengan phalanx distalis) (Petre et al., 2013). Ibu jari kanan dan kiri memiliki persamaan dari segi bentuk dan ukuran, berdasarkan beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara panjang tulang ekstrimitas sebelah kanan ataupun yang kiri terhadap tinggi badan (Hallikeri, 2012; Suseelamma et al., 2014; Gaur et al., 2016). 2. Pengukuran Panjang Ibu Jari (Pollex) Panjang tulang ibu jari (Pollex) dapat diukur dengan sliding caliper.
Pengukuran
dimulai
dari
articulationes
metacarpophalangeae sampai ujung distal dari phalanx distalis menggunakan sliding caliper. Pada saat pengukuran tulang ibu jari, tangan diletakan diatas kertas putih pada meja dengan telapak tangan menghadap kebawah. (Kumar et al., 2014; Suseelamma et al., 2014) Ada beberapa keadaan yang menyebabkan ibu jari tidak dapat diukur secara akurat, sebagai berikut: a. Trauma Trauma pada ibu jari seperti kecelakaan, bencana alam ,dan ledakan yang mengakibatkan perubahan bentuk, panjang bahkan hilangnya salah satu atau lebih bagian tulang penyusun sehingga ibu jari tidak dapat diukur secara akurat (Galmessa, 2006). b.Tumor dan Kanker Ibu Jari Tumor dan kanker dapat menyebabkan perbesaran jaringan didaerah jari sehingga menyulitkan untuk diukur, selain itu prosedur amputasi yang sering dilakukan untuk menghilangkan jaringan pada tumor atau kanker pada jari menyebabkan
9
hilangnya komponen tulang sehingga pengukuran ibu jari tidak akurat (Thomas et al., 2011). c. Kelainan Malformasi Konginetal pada Jari Kelainan malformasi pada jari yang menyebabkan kesulitan untuk diukur panjangnya adalah sindaktili tipe haas, merupakan kelainan
konginetal
yang
menyebabkan
terhambatnya
pertumbuhan jari tangan pada umur kehamilan enam minggu yang sering terjadi pada seluruh jari tangan (Flatt, 2005) C. Korelasi antara Tinggi Badan dengan Panjang Ibu Jari Tangan Hubungan tinggi badan dan jari menunjukan korelasi positif, hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan di Indonesia dan India, menunjukan korelasi yang sama pada jari tengah, jari manis dan jari telunjuk. Namun, penelitian di Indonesia menunjukan hubungan yang tidak signifikan pada jari kelingking meskipun penelitian di India menunjukan hasil signifikan. Penelitian mengenai hubungan tinggi badan dan ibu jari yang telah dilakukan di India, berkorelasi positif (Kumar et al., 2014; Suseelamma et al., 2014). Penelitian Kumar et al. (2014) menunjukan setiap pergeseran tinggi badan laki-laki sebesar 136.051 mm, maka terjadi pergeseran panjang ibu jari kiri sebesar 5.538 mm. Setiap pergeseran tinggi badan laki-laki sebesar 134.602 mm, maka terjadi pergeseran panjang ibu jari kanan sebesar 5.571 mm. Setiap pergeseran tinggi badan perempuan sebesar 132.90 mm, maka terjadi pergeseran panjang ibu jari kanan sebesar 3.851 mm. Setiap pergeseran tinggi badan sebesar 137.216 mm, maka terjadi pergeseran panjang ibu jari kanan sebesar 3.225 mm.
10
3)
Kerangka Berpikir Faktor genetik Tinggi Badan 1. Jenis Kelamin 2. Ras dan Etnis Trauma, kelainan kongintal, keganasan Faktor Lingkungan Utuh tulang penyokong tinggi badan
Perubahan, hilang penyokong tinggi badan Pengukuran estimasi
Pengukuran biasa (Stature)
1. Nutrisi 2. Letak Geografis 3. Sosial Ekonomi
Ibu jari (Pollex)
Medikolegal
Keterangan = yang diteliti Gambar 2. Kerangka Berfikir
4)
Hipotesis 1. Panjang tulang ibu jari (pollex) tangan memiliki hubungan yang signifikan dengan tinggi badan mahasiswa program studi kedokteran Fakultas Kedokteran UNS. 2. Dapat diketahui formulasi untuk menentukan perkiraan tinggi badan menggunakan panjang ibu jari (Pollex)
11
5)
Metode Penelitian A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross- sectional B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Prodi Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. C. Subjek Penelitian 1. Populasi Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Semester VII. 2. Sampel a. Kriteria Inklusi 1) Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNS semester VII ras Indonesia dengan rentang umur lebih dari sama dengan 18 tahun (AAOS, 2012). 2) Perempuan 3) Subjek dapat berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding tepat dibawa mikrotoise (kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit harus rapat ke dinding serta pandangan rata ke depan) (Ahmed, 2013; Duquet dan Carter, 2009; Jasuja dan Singh, 2004; Mulla dan Kulkani, 2014; Snell, 2006). 4) Bersedia menjadi subjek penelitian dan telah menyetujui lembar informed consent. b. Kriteria Eksklusi 1) Memiliki kelainan tulang belakang (Leroux et al., 2000). 2) Kehilangan salah satu atau lebih tulang penyokong tinggi badan (Galmessa, 2006).
12
3) Memiliki kanker dan tumor pada penyokong tinggi badan (Thomas et al., 2011). 4) Pernah mengalami trauma yang menyebabkan perubahan bentuk, panjang atau hilangnya penyusun ibu jari (Galmessa, 2006). 5) Tumor dan kanker ibu jari (Thomas et al., 2011). 6) Kelainan malformasi konginetal pada ibu jari (Flatt, 2005) 3. Teknik Pengambilan Sampel dan Besar Sampel Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi tersebut. Perkiraan besar sampel minimal pada penelitian dapat diambil dengan menggunakan rumus Slovin yaitu : 𝑁
n =1+𝑁(𝑑2 ) 𝑛=
240 1 + 240(0,12 )
n= 71 Keterangan N = Besar Populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan Besar sampel minimal yang diperoleh berdasarkan rumus adalah 71. Sehingga peneliti mengambil besar sampel sebanyak 100 (Notoatmodjo, 2010)
13
D. Alur Penelitian Populasi
Mahasiswa
FK
UNS
Prodi
Kedokteran Semester VII (240)
Kriteria Inklusi 1. Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNS semester VII, ras Indonesia umur ≥ 18 tahun 2. perempuan 3. berdiri tegak lurus, kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit harus rapat ke dinding serta pandangan rata ke depan 4. informed consent 5. depan
Sampel
Mahasiswa
1. 2. 3. 4. 5.
FK
Kriteria ekslusi Kelainan tulang belakang Kehilangan, penyokng tinggi badan Kanker dan tumor penyokong tinggi badan dan ibu jari Kelainan konginetal ibu jari Perubahan bentuk, ukuran, hilangnya penyokong ibu jari
UNS
Prodi
Kedokteran Semester VII (100)
Tinggi badan (cm)
Panjang Ibu Jari Kiri (cm)
Analisis data
Rumus regresi Y= a + bX
Korelasi tinggi badan dengan ibu jari
Gambar 3. Alur Penelitian
14
E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: Panjang ibu jari (pollex) kiri
2. Variabel terikat
: Tinggi Badan
3. Variabel perancu a. Terkendali
: usia, jenis kelamin, deformitas tulang
b. Tak terkendali
: lingkungan, hereditas
F. Definisi Operasional Variabel 1.
Tinggi Badan a.
Definisi: Tinggi badan adalah jarak dari vertex ke lantai, posisi tubuh anatomis dan posisi kepala pada bidang Frankfurt. Tinggi badan dapat diukur menggunakan microtoise dengan satuan sentimeter (cm). Pengukuran tinggi badan dilakukan minimal 3 kali, kemudian dihitung rata-ratanya (Ahmed, 2013; Duquet dan Carter, 2009; Jasuja dan Singh, 2004; Mulla dan Kulkani, 2014; Snell, 2006)..
b. Skala pengukuran: Rasio 2.
Panjang tulang ibu jari a.
Definisi: Panjang tulang ibu jari adalah panjang yang diukur dari articulationes metacarpophalangeae sampai ujung distal dari
phalanx
dsitalis
menggunakan
sliding
caliper.
Pengukuran panjang tulang ibu jari dengan cara duduk dan tangan diletakkan pada kertas putih di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke bawah untuk menjaga jari tetap rileks (Kumar et al., 2014; Suseelamma et al., 2014). b. 3.
Skala pengukuran: Rasio
Usia a.
Definisi: Umur responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Umur dapat diketahui melalui wawancara maupun kartu identitas (Dorland, 2008)
b.
Skala pengukuran: Rasio
15
4.
Estimasi Tinggi Badan a. Definisi: Prediksi dalam menentukan tinggi badan berupa formulasi, yang didapat dari regresi linier sederhana dengan memasukkan data panjang tinggi badan dan panjang tulang ibu jari yang telah diketahui. Dimana persamaan regresi linier sederhana adalah Y = a + bX . X sebagai variabel bebas dan Y sebagai variabel terikat (Dahlan, 2011; Notoadmodjo, 2012). b. Skala pengukuran: Rasio
G. Instrumen Penelitian 1.
Microtoise
2.
Sliding caliper
3.
Kertas A4 kosong
4.
Alat tulis
H. Cara Kerja 1.
Sampel diperoleh dari Mahasiswa Kedokteran UNS Semester VII yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
2.
Sampel
yang
telah
memenuhi
syarat
kemudian
dimintai
menandatangani informed consent s bahwa dirinya setuju menjadi subjek penelitian peneliti. 3.
Mahasiswa diukur tinggi badannya menggunakan microtoise. Pengukuran dilakukan dengan posisi berdiri tegak. Diukur dari vertex ke lantai, posisi tubuh anatomis, dan posisi kepala pada bidang Frankfurt. Pengukuran panjang tulang ibu jari dilakukan minimal 3 kali, kemudian dihitung rata-ratanya.
4.
Pengukuran panjang tulang ibu jari menggunakan sliding caliper. Pengukuran dimulai dari articulationes metacarpophalangeae sampai ujung distal dari phalanx distalis menggunakan sliding caliper. Pada saat pengukuran tulang ibu jari, tangan diletakan diatas kertas putih pada meja dengan telapak tangan menghadap kebawah. Pengukuran minimal dilakukan 3 kali, kemudian dihitung rata- ratanya.
16
5.
Data hasil pengukuran kemudian ditulis di kertas A4 kosong dan dilakukan analisis data. Untuk menganalisis data tentang adanya hubungan antara tinggi badan dengan panjang tulang ibu jari dan mencari formulasi tinggi badan berdasarkan panjang tulang ibu jari menggunakan aplikasi SPSS for Windows Release 2.2
I. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik dengan menggunakan SPSS for Windows Release 2.2. Data tinggi badan dan tulang ibu jari diuji distribusinya dengan uji Kolmogorov- Smirnov. Uji Pearson akan digunakan untuk analisis data jika data terdistribusi normal, tetapi jika data tidak terdistribusi normal maka akan menggunakan uji Spearman. Hasil analisis data akan menunjukan korelasi antara tinggi badan tinggi badan dengan panjang tulang ibu jari kiri. Kemudian, untuk mencari perkiraan tinggi badan menggunakan panjang tulang ibu jari kiri digunakan uji regresi linier sederhana. (Dahlan, 2011; Notoadmodjo, 2012) J. Jadwal Penelitian Rencana Kegiatan
Mar 16 3
4
April 16
Mei 16
Juni 16
Jul 16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pembuatan Proposal Bimbingan dan Konsultasi Proposal Proposal Siap Ujian Proposal Penelitian (Pengumpulan Data) Penulisan Skripsi Bimbingan dan Konsultasi Skripsi Ujian Skripsi
17
2
K.
Daftar Pustaka
AAOS (2012). Healthy bones at every age. American Academy of Orthopedic Surgeons.1-6. Agnihotri AK, Agnihotri S, Jeebun N, Googoolye K (2008). Prediction of stature using hand dimensions.J Forensic Leg Med.15:479-82 American Society for Surgery (2016). American society for surgery of the hand. http://www.assh.org/handcare/hand-arm-anatomy - Diakses pada Maret 2016 Artaria MD (2012). Peran faktor sosial-ekonomi dan gizi pada tumbuh kembang anak. Departemen Antropologi, FISIP, Unair. 1-20. Australian Bureau of Statistics (2012). Australian health survey: first result 20112012. Australian Bureau of Statistics. 1-61 Bagali MA, Ingale DI, Bagali N, Gujar N, Bennishirur WA, Atik MD (2013). Estimation of stature from radiologically measured humerus length among indian adults. International Journal of Current Research. 5(4):917-20. Baten J, Murray JE (2000). Heights of men and women in 19th-century bavaria: economic, nutritional, and disease influences. Am J Orthop (Belle Mead NJ).37(4): 351-369. Bharati S, Mukherji D, Pal M, Som S, Kumar Adak D, Vasulu TS, Bharati P (2010). Influence of ethnicity, geography and climate on the variation of stature among indian populations. Collegium Antropologicum. 34(4): 120713. Bogin B, Rios L (2003). Rapid morphological change in living humans: implications for modern human origins. Comparative Biochemistry and Physiology Part A: Molecular & Integrative Physiology. 136 (1): 71–84 Bogin B, Silva MIV (2009). Leg lenght, proportion, health and beauty a review. Anthropologischer Anzieger. 67(4): 439. Borkar MP (2014). Estimation of height from the length of humerus in western region of maharashtra. International Journal of Research in Medical Siances. 2(2): 499. Bueno RA (2016). Thumb Reconstruction.http://www.emedicine.medscape.com/article/1244563overview - Diakses pada Maret 2016
18
Carson SA (2008). Geography, insolation, and institutional change in 19th century african-american and white stature in southern states.Cesifo Working Paper. 2434:1-41. Cole TJ(2003). The secular trend in human physical growth: a biological view. Economics and Human Biology. 1: 161 -168 Dahlan S (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 5. Jakarta: Salemba Medika. 1-30. Danikas D (2015). Intrinsic hand deformity. http://emedicine.medscape.com/article/1243669-overview#a4 – Diakses pada Maret 2016. Dayal MR, Steyn M, Kuykendall KL (2008). Stature estimation from bones of south african whites. South African Journal of Sciences. 104:124-28. Dorland, W. N. (2008). Kamus saku kedokteran dorland edisi 28. Alih bahasa Hartanto YB, Nirmala WK, Ardy, Setiono S. Jakarta: Elsevier. 1815. Duquet W, Carter JEL (2009). Somatotyping. in R.Eston, T.Reilly: kinanthropometry and exercise physiology laboratory manual:tests, procedures and data 3rd edition. New York: Routledge. 56. Fatati A (2014). Korelasi antara tinggi badan dan panjang jari tangan. Jurnal Universitas Airlangga. 3(1): 40-44. Flatt AE (2005). Webbed finger. Baylor University Medical Center Proceedings. 18(1): 26. Galmessa A (2006). First aid accident and prevention. EPHTI. 83-86. Gaur R, Kaur K, Airi R, Jarodia K (2016). Estimation of stature from percutaneous lenghts of tibia and fibula of scheduled castes of hariana state, india. Ann Forensic Res Anal. 3(1): 1025 Gillum RF, Sempos CT (2005). Ethnic variation in validity of classification of overweight and obesity using self-reported weight and height in american women and men: the third national health and nutrition examination survey. Nutrition Journal. 54:27 Gkiatas, Lykissas M, Kostas-Agnantis I, Korompilias A, Batistatou A, Beris A. (2015). Factors affecting bone growth. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25658073 - Diakses pada Maret 2016 Hallikeri VR (2012). Estimation of stature by using percutaneous measurements of long bones of leg and forearm in south indian population. M.D. Dissertation. Kle University, Belgaum, Karnataka, India.1-8. Hur YM, Kaprio J, Iacono WG, Boomsma DI, McGue M, Silventoinen K, Martin NG et al. (2008). Genetic influences on thedifference in variability of 19
height, weight and body mass index between caucasian and east asianadolescent twins. J Obes (Lond).32(10): 1455–1467. Indriati, E. (2004). Antropologi Forensik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 1-23. Jasuja OP, Singh G (2004). Estimation of stature from hand and phalange length. JIAFM. 26:100-6 Komlos J, Cinnirella F (2007). European heights in the early 18thcentury. Franz Steiner Verlag. 94: 271: 284. Kanchan T, Menezes RG, Moudgil R, Kotian MS, Garg RK (2008). stature estimation from foot dimensions. Forensic Med Pathol. 29(4): 241.e1-e5 Krishan K (2008). Estimation of stature from footprint and foot outline dimensions in Gujjars of North India. Forensic Science International.175:93-101. Kumar L, Agarwal S, Garg R, Dixit AP (2014). correlation betweem index finger and stature in uttarakhand population. Anthropologist. 17(3):1007- 9. Leroux MA, Zabjek K, Simard G, Badeaux J, Collard C, Rivard C (2000). A noninvasive anthropometric technique for measuring kyphosis and lordosis: an application for idiopathic scoliosis. 25(13): 1689-94. Liu Y, Jalil F, Karlberg J (1998). Risk factors for impaired length growth in early life viewed in terms of the infancy-childhood-puberty (ICP) growth model . Acta Paediatrica. 87: 237- 43. Madden AM, Tsikoura T, Stott DJ (2012). The estimation of body height from ulna length in healthy adults from different ethnic groups. J Hum Nutr Diet.25, 121– 8. Mehta AA, Mehta AA, Gajbiye VM, Verma S (2015). Estimation of stature from ulna. International Journal of Anatomy and Research.3(2): 1157. Murbawani EA, Puruhita E, Yudomurti (2012). Tinggi badan yang diukur dan berdasarkan tinggi lutut menggunakan rumus chumlea pada lansia. Media Medika Indonesiana. 46(1): 1-6. Notoatmodjo S (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Oladunni EA (2013). Stature estimation from upper extremity long bones in a southern nigerian population. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 7(7):400-3. Patel SM (2007). Estimation of height from measurements of foot lengthin gujarat region. Journal Anatomy Sociology India. 56: 25– 7.
20
Petre, BM(2013). Metacarpophalangeal and interphalangeal ligament anatomy. http://www.emedicine.medscape.com/article/1923054-overview#a1Diakses pada Maret 2016 Rani M, Tyagi AK, Ranga VK, Rani Y, Murari A (2011). Stature estimates from foot dimensions. JPAFMAT. 11 Shields M, Gorber SC,Tremblay MS (2009). Methodological issues in anthropometry:self-reported versus. Measured Height and Weight.Statistics Canada. 1-8. Singh JP, Meena MC, Rani Y, Sharma GK (2013). Stature estimation from the dimensions of foot in females. Physical Anthropology. 9(2): 237 – 241. Snell RS (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Bagian I. Edisi 3. EGC: Jakarta. P: 1 - 55 Steckel RH (2009). Heights and human welfare: recent developments and new directions. Explorations in Economic History. 46: 1 -23. Suseelamma D,Gayathri P, Deepthi S, Mohan C, Kumar U, Amarnath (2014). Study of corellation between stature and length of fingers. Scholars journal of applied medical Sciences. 2(2D): 773:84. Thomas BP, Sasi K, Pallapati SCR, Mathew A, Sreekanth R, Thomas M (2011). Tucker-Seeley RD, Subramanian SV (2011). Childhood circumstances and height among older adults in the United States. Economics and Human Biology. 9: 194 -202. Walsh JJ (2014). Fracture.http://www.emedicine.medscape.com/article/1240642overview#a7 – Diakses pada Maret 2016
Rolando
Weinbrenner T, Schroder H, Escurriol V, et al. (2006). Circulating oxidized LDL is associated with increased waist circumference independent of body mass index in men and women. AMJ Clinical Nutrition. 83:30–5 Wilhelmi, BJ (2013). Hand Anatomy. http://www.emedicine.medscape.com/article/1285060-overview - Diakses pada Maret 2016
21