Contoh Proposal Rhizobacter (1).docx

  • Uploaded by: Hasbi Yallah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Contoh Proposal Rhizobacter (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,564
  • Pages: 33
USULAN PENELITIAN PROJECT TEKNIK FORMULASI DAN PRODUKSI BIOFARMING PENGARUH KONSENTRASI POC INOKULUM Rhizobacteri TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF PADI MERAH PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN

Diajukan Oleh Golongan C1 Rhizobacteri :

Rozanov Cita Fatra Adi Hajija Arfa Hasyasya Adnin Gustian Mohamad Aziz Alkautsar Nurul Sakinah Dego Juanda

(20160210121) (20160210126) (20160210138) (20160210140) (20160210141) (20160210143)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2018

HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH KONSENTRASI POC INOKULUM Rhizobacteri TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF PADI MERAH PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN

Dengan ini menyatakan bahwa Proposal Project TFPB Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah

Yogyakarta

dengan

judul

“PENGARUH

KONSENTRASI POC INOKULUM Rhizobacteri TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF PADI MERAH PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN” yang disusun oleh :

Ketua

: Nurul Sakinah

Anggota

:

20160210141

1. Rozanov Cita Fatra Adi

20160210121

2. Hajija Arfa

20160210126

3. Hasyasya Adnin Gustian

20160210138

4. Mohamad Aziz Alkautsar

20160210140

5. Dego Juanda

20160210143

Telah disetujui dan dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2018

Yogyakarta, 4 Maret 2018

Menyetujui, Asisten

(Bernadhita Nur Utami, S.P.) ii

DAFTAR ISI

Table of Contents HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii I.

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan .......................................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4 A. Tanaman Padi Merah(Oryza sativa L.) ........................................................ 4 B. Rhizobacteri ................................................................................................. 6 C. Tanah Regosol .............................................................................................. 7 D. Asosiasi Rhizobacteri pada Tanaman .......................................................... 9 E. Hipotesis..................................................................................................... 10 III.

TATA CARA PENELITIAN ..................................................................... 11

A. Waktu dan tempat penelitian ...................................................................... 11 B. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 11 C. Metode Penelitian....................................................................................... 11 D. Cara Penelitian ........................................................................................... 12 E. Parameter Pengamatan ............................................................................... 18 F.

Analisis Data .............................................................................................. 20

G. Jadwal Kegiatan ......................................................................................... 21 IV.

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 22

LAMPIRAN 1. Layout Penelitian ................................................................................... 24

2. Perhitungan Pupuk ................................................................................ 25 3. Perhitungan Pembuatan Media.............................................................. 27 4. Kebutuhan Benih Padi Merah ............................................................... 29 5. Daftar Alat dan Bahan ........................................................................... 30

iii

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Padi beras merah merupakan salah satu jenis padi yang dibudidayakan oleh para petani. Menurut Kristamtini dan Purwaningsih (2009) pada kasus padi beras merah di wilayah Yogyakarta cenderung untuk dikembangkan dengan cara mendorong konsumsi dan memotivasi para petani. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras nasional pada tahun 2008 adalah 29,266 juta ton beras dengan luas lahan sawah yang ditanami padi 12,343 juta ha. Angka kebutuhan konsumsi beras nasional menunjukkan 32 juta ton, sehingga pada tahun 2008 produksi padi Indonesia mengalami defisit 2,734 juta ton. Merujuk dari data BPS mengharuskan Indonesia mengimpor beras untuk mencukupi kebutuhan pokok pangan nasional. Jalan yang dapat ditempuh guna mengurangi tingkat impor beras di Indonesia yaitu dengan program intensifikasi dan ekstensifikasi. Hasil dari program intensifikasi masih kurang dari harapan. Program lain yang dapat ditempuh yaitu ekstensifikasi. Melalui program ekstensifikasi, lahan-lahan baru mulai dibuka. Keterbatasan lahan produktif menjadi hambatan utama program ini. Menurut data BPS, konversi lahan produktif pertanian menjadi lahan non produktif sebesar 110.000 Ha/th. Solusinya adalah program ekstensifikasi dilakukan di lahan marjinal. Hal ini didukung oleh potensi lahan marjinal di Indonesia sekitar 10 juta hektar. Salah satu masalah yang timbul adalah kekeringan pada lahan marjinal. Kekeringan mengakibatkan unsur hara tidak dapat terserap dengan baik oleh tanaman, sehingga tanaman mengalami stres dan lama kelamaan akan mati. Salah satu cara mengurangi dampak kekeringan pada tanaman adalah penggunaan Rhizobacteri. Hal ini dikarenakan Rhizobacteri memiliki kemampuan dapat membantu pertumbuhan tanaman dan Rhizobacteri juga memiliki kemampuan yang sangat penting yaitu kemampuan menghasilkan senyawa osmoprotektan. Senyawa tersebut dapat mengontrol ketimbangan air diantara sitoplasma dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mencegah kekurangan air 1

2

pada sel Rhizobacteri itu sendiri. Hal ini menandakan Rhizobacteri osmotoleran mampu beradaptasi dengan kondisi kekeringan dengan cara membuat tekanan sel tubuhnya menjadi rendah dari lingkungan sekitar. Hal tersebut akan menyebabkan air mendekati sel tubuh Rhizobacteri osmotoleran, sehingga air akan berada di sekitar perakaran tanaman sehingga akar tanaman akan lebih mudah memperoleh air. Dengan kemampuan Rhizobacteri tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman dalam cekaman kekeringan. Bahan pembawa yang biasa digunakan sebagai bahan penyimpan inokulum bakteri pada umumnya yaitu medium Nutrien Cair. Bahan ini cukup mahal harganya. Penelitian sebelumnya mendapati bahwa pupuk organik cair dapat menggantikan medium Nutrien Cair. pupuk organik cair inokulum Rhizobacteri merupakan larutan yang kaya akan nutrisi dan mikrobia, sehingga pupuk organik cair ini dapat menambah kesuburan dan kemampuan bertahan tanaman dalam cekaman kekeringan di lahan marjinal. Kelebihan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Hal ini berarti dapat mengurangi tingginya penggunaan pupuk anorganik pada lahan marjinal (Khoiriyah, 2009). Kesalahan pemberian pupuk organik cair dapat mengakibatkan kekurangan unsur hara dalam tanaman, sehingga tanaman tidak dapat menghasilkan produk secara maksimal.

B. Rumusan Masalah Untuk mengatasi lahan marginal yang memiliki kandungan unsur hara yang rendah dan mengalami kekurangan air yaitu dengan penggunaan varietas padi yang tahan kekeringan (Padi Merah) dan penggunaan mikroba Rhizobacteri yang membantu pertumbuhan padi dalam kondisi cekaman kekeringan. Dari solusi tersebut diperoleh beberapa macam rumusan masalah antara lain : 1. Bagaimana pengaruh Rhizobacteri terhadap pertumbuhan vegetatif Padi Merah pada kondisi cekaman kekeringan?

3

2. Berapakah konsentrasi Pupuk Organik Cair inokulum Rhizobacteri yang tepat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman Padi Merah? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh Rhizobacteri terhadap pertumbuhan vegetatif Padi Merah pada kondisi cekaman kekeringan. 2. Untuk mengetahui konsentrasi Pupuk Organik Cair inokulum Rhizobacteri yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman Padi Merah pada kondisi cekaman kekeringan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi Merah (Oryza sativa L.) Tanaman Padi adalah termasuk jenis tanaman rumput-rumputan. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut : Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Class

: Monocotyledoneae

Ordo

: Graminales

Famili

: Graminaceae Genus Oryza

Spesies

: Oryza sativa L.

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar, batang dan daun. Bagian generatif terdiri dari malai atau bulir, bunga, buah dan bentuk gabah. Sistem perakaran serabut (Radix adventicia), karena tidak terdapat akar utama/akar pokok dan digantikan oleh sejumlah akar yang ukurannya kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Tanaman padi dapat tumbuh di daerah yang memiliki curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23°C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 mdpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam

4

5

perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7 (Salman, 2014). Kegiatan pembudidayaan tanaman padi dimulai dari persemaian, persiapan dan pengolahan lahan sawah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. a. Persemaian Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah. Oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai (Salman, 2014). b. Persiapan dan Pengolahan Lahan Sawah Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap, diantaranya yaitu pembersihan, pencangkulan, pembajakan, penggaruan, dan perataan (Salman, 2014). c. Penanaman Bibit di persemaian yang telah berumur 15-21 hari (tergantung jenis padinya, genjah/dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan. Dalam menanam bibit padi secara umum, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sistem larikan (cara tanam), jarak tanam, jumlah tanaman tiap lubang, kedalaman lubang tanam, dan cara menanam (Salman, 2014). d. Pemeliharaan

6

Dalam pemeliharaan tanaman padi ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya yaitu penyulaman dan penyiangan, pengairan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit (Salman, 2014).

B. Rhizobacteri Rhizobacteri Pemacu Tumbuh Tanaman (RPTT) atau populer disebut Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) adalah kelompok bakteri menguntungkan yang agresif ‘menduduki’ (mengkolonisasi) rizosfir (lapisan tanah tipis antara 1-2 mm di sekitar zona perakaran). Aktivitas RPTT memberi keuntungan bagi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai fitohormon pemacu tumbuh. Sedangkan pengaruh tidak langsung berkaitkan dengan kemampuan RPTT menekan aktivitas patogen dengan cara menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik dan siderophore (Kloepper et al , 1991). Berbagai jenis bakteri telah diidentifikasi sebagai RPTT. Sebagian besar berasal dari kelompok gram-negatif dengan jumlah strain paling banyak dari genus Pseudomonas dan beberapa dari genus Serratia (Kloepper, 1993). Selain kedua genus tersebut, dilaporkan antara lain dari genus Azotobacter, Azospirillum, Acetobacter, Burkholderia dan Bacillus (Glick, 1995). Meskipun sebagian besar Bacillus (grampositif) tidak tergolong pengkoloni akar, beberapa strain tertentu dari genus ini ada yang mampu melakukannya, sehingga bisa digolongkan sebagai RPTT. Kemajuan nyata yang diperoleh dari penelitian pemanfaatan RPTT bagi tanaman telah meningkatkan antusias peneliti untuk mempopulerkan RPTT sebagai agen penting dalam sistem produksi pertanian yang ramah lingkungan, karena penggunaan RPTT akan mengurangi pemakaian senyawa kimia sintetis berlebihan,

7

baik dalam penyediaan hara tanaman (biofertilizers) maupun dalam pengendalian patogen tular tanah (bioprotectants). Pengaruh positif RPTT bagi pertumbuhan tanaman pertama kali dilaporkan pada tanaman umbi-umbian seperti Lobak, Kentang, Gula bit (Kloepper, 1993). Tanaman Kanola (Brassica compestris) yang diinokulasi Oleh Pseudomonas putida strain GR12-2 meningkatkan panjang akar, tinggi tanaman, dan penyerapan hara P (Lifshitz et al., 1987). Beberapa laporan lain juga mengindikasikan adanya pengaruh positif RPTT pada berbagai tanaman seperti Barley (sejenis gandum), Kacangkacangan (Buncis, Kacang tanah, Kacang polong, dan Kedelai), Kapas, berbagai tanaman sayuran, dan tanaman pohon-pohonan (Apel dan Jeruk). Pengaruh positif RPTT pada berbagai jenis tanaman masih terus diteliti, baik menggunakan strain Rhizobacteri yang sudah dikenal maupun isolat-isolat lokal yang diperoleh/diisolasi dari lingkungan tanah setempat (indigenous). Secara umum, fungsi RPTT dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dibagi dalam tiga kategori, yaitu: sebagai pemacu/perangsang pertumbuhan (biostimulants) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti Asam Indol Asetat (AIA), Giberellin, Sitokinin, dan Etilen dalam lingkungan akar. Sebagai penyedia hara (biofertilizers) dengan menambat N2 dari udara secara asimbiosis dan melarutkan hara P yang terikat di dalam tanah. Sebagai pengendali patogen berasal dari tanah (bioprotectants) dengan cara menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit anti patogen seperti siderophore, Glukanase, Kitinase, Antibiotik, dan Sianida (Kloepper, 1993).

C. Tanah Regosol Salah satu jenis tanah marjinal di daerah beriklim tropika basah yang mempunyai produktivitas rendah tetapi masih dapat dikelola dan digunakan untuk usaha pertanian adalah Regosol (Psamment). Luas lahan Sub Ordo Psamment di Indonesia sekitar 1,28 juta hektar (Hakim et al., 1986). Penggunaan Regosol sebagai

8

lahan pertanian dapat dilakukan, jika terlebih dahulu diperbaiki sifat fisika, kimia dan biologinya. Sifat fisika yang menjadi penghambat adalah drainase dan porositas serta belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi (Munir, 1996). Hal ini menyebabkan tingkat produktivitas tanah Regosol rendah sehingga diperlukan perbaikan secara fisika, kimia dan biologi. Perbaikan Regosol perlu dilakukan untuk memperkecil faktor pembatas yang ada pada tanah tersebut sehingga mempunyai tingkat kesesuaian yang lebih baik untuk lahan pertanian. Untuk menghindari kerusakan tanah lebih lanjut dan meluas diperlukan usaha konservasi tanah dan air yang lebih mantab. Salah satu upaya pengelolaan untuk peningkatan produktivitas sumberdaya lahan, perlu diberikan energi kepada lahan-lahan pertanian, antara lain dengan penambahan bahan amelioran, bahan organik dan pemupukan (Widjaya-Adhi & Sudjadi, 1987). Pemberian dan pengembalian limbah organik berupa kotoran ternak (pupuk kandang), bahan organik sisa panen maupun limbah hasil pertanian pada lahan–lahan pertanian, merupakan tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang diharapkan dapat mengurangi degradasi lahan, mendukung kemantapan peningkatan produktivitas lahan dan sistem pertanian akan terlanjutkan (Salikin, 2003). Kadar bahan organik tanah dapat dipertahankan dengan menambah bahan organik ke dalam tanah, baik kotoran ternak yang berupa kompos dan pupuk kandang maupun sisa-sisa hijau-hijauan dari tanam-tanaman sebangsa padi dan leguminosa berupa jerami padi dan jerami kacang tanah (Juarsah, 2000). Bahan organik juga mempunyai kemampuan ganda dalam memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, adalah rendahnya efisiensi dan efektivitas pengaruh pada tanah (Shiddieq & Partoyo, 2000). Mengingat jumlah pupuk organik yang diperlukan sangat besar, mempunyai kandungan hara yang rendah dan lambat dalam penyediaannya bagi tanaman. Hal inilah yang perlu dicari alternatif atau kombinasi lain untuk mempertahankan kandungan hara tanah dan meningkatkan produktivitas tanah dengan pemberian pupuk anorganik (sintetis).

9

D. Asosiasi Rhizobacteri pada Tanaman Rhizobacteri adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran (rhizosfer) dan berperan penting bagi pertumbuhan tanaman. Rhizobacteri dapat memacu pertumbuhan tanaman atau PGPR (Plant Growth-Promotting Rhizobacteria) dengan memproduksi hormon tumbuh (IAA), sehingga dapat membantu tanaman dalam pertumbuhan dan produksinya (Sri dkk., 2015b). Rhizobacteri merupakan asosiasi bakteri yang bisa hidup pada perakaran tanah dan menghasilkan ZPT atau senyawa osmotoleran sehingga tahan terhadap cekaman kekeringan, Rhizobacteri mampu mensintesis senyawa organik dalam sitoplasma sebagai osmoregulator pada saat terjadi cekaman osmotik. Osmoprotektan berfungsi menjaga agar potensial osmotik sel selalu lebih tinggi daripada lingkungan, akibatnya akan terbentuk gradien konsentrasi antara sel dengan lingkungan sehingga air tetap mengalir dari lingkungan sel. Selain itu Rhizobacteri berfungsi dalam menghasilkan ZPT sehingga tanaman tumbuh subur, serta dapat menghasilkan fitoaleksin sehingga tanaman tahan terhadap penyakit. Isolat Rhizobacteri osmotoleran A1-19 mampu menghasilkan IAA sehingga secara signifikan telah meningkatkan proliferasi akar, selain mampu mendukung pertumbuhan tanaman pada keadaan cekaman kekeringan (Gatot, 2002). Rhizobacteri merupakan bakteri yang hidup di rhizosfer akar dan mampu menghasilkan ZPT atau senyawa osmotoleran sehingga tahan terhadap cekaman kekeringan. Tanaman Padi Merah yang diinokulasi Rhizobacteri menunjukkan hasil yang lebih baik dari segi pertumbuhan dan produksi daripada tanaman yang tidak diinokulasi (Sri dkk., 2015b). Pemberian Rhizobacteri tahan cekaman kekeringan dapat memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan pertanaman, luas daun, bobot basah dan kering tajuk, bobot basah dan kering akar. (Samidjo dkk, 2002).

E. Hipotesis

10

Diduga pemberian inokulum cair Rhizobacteri rhizosfer akar Padi menggunakan carrier POC dengan konsentrasi 15 ml/l + Pupuk NPK 50% memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman Padi Merah pada kondisi cekaman kekeringan.

III.

TATA CARA PENELITIAN

A. Rencana Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai bulan Juni 2018. Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi dan Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian yang digunakan meliputi Isolat Rhizobakteri rhizosfer akar Padi, Pupuk Organik Cair (POC), Beef Ekstrak, Tanah Regosol, Kompos, Bibit Padi Merah, NPK, Medium NC, NA, LBA dan Aquadest Steril. Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah : Tabung reaksi, Petridish, Gelas Ukur, Beaker glass, Desinfektan, Erlenmeyer, Mikropipet, Timbangan Analitik, Jarum Ose, Drigalsky, Pinset, Pipet Ukur, Stopwatch, Shaker, Autoklaf, Mikroskop, Lampu Bunsen, pH Stik, Label, Spidol, Polybag ukuran 3 kg. C. Metode Percobaan Pada penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode dengan 4 perlakuan yang diberikan, yaitu sebagai berikut : A. 5 ml POC isolat Rhizobacteri + NPK 50% B. 15 ml POC isolat Rhizobacteri + NPK 50% C. 25 ml POC isolat Rhizobacteri + NPK 50% D. Tanpa isolat Rhizobacteri + NPK 100% ( Kontrol Positif ) Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, sehingga diperoleh 12 unit percobaan. Setiap unit perlakuan terdapat 3 tanaman sehingga terdapat 36 tanaman.

11

12

D. Cara Penelitian Tahap 1 : Pembuatan Inokulum Cair Rhizobacteri 1. Sterilisasi Alat Peralatan Glassware yang akan digunakan dicuci bersih kemudian sterilkan dengan menggunakan autoklaf 121℃ dengan tekanan 1 atm selama 30 menit. 2. Pembuatan Media NC, NA, LB Agar Pembuatan media NC, NA, LB Agar menggunakan bahan Pepton, Beef Ekstrak, Trypton, NaCl dan Agar yang sebelumnya sudah ditimbang. Setelah bahan ditimbang, bahan dilarutkan dengan aquadest masing-masing 30 ml media NC, 60 ml media NA, 20 ml media LB Agar, dan dipanaskan dalan penangas air untuk mempercepat kelarutan dilakukan dengan larutan diaduk sampai homogen. Setelah larutan homogen, larutan tersebut diukur pH nya dengan pH stik dengan pH mencapai 7,2 untuk media NA, NC dan LB Agar. Masukkan larutan tersebut pada media pada wadah erlenmeyer dan tabung reaksi. Setelah itu, sterilkan media dengan autoklaf pada temperatur 121℃ dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. 3. Peremajaan Rhizobacteri Peremajaan bertujuan untuk mendapatkan bakteri yang aktif agar bakteri yang akan digunakan ini optimal dalam berproduksi. Peremajaan ini menggunakan media yang sama yakni, Luria Bertani (LB). Peremajaan dilakukan dengan cara menginokulasi isolat stok LB miring Rhizobacteri pada media LB miring yang baru selama 48 jam dengan 2 kali ulangan.

13

4. Perbanyakan Rhizobacteri Perbanyakan inokulum Rhizobacteri dilakukan dengan cara mengambil satu ose isolat hasil identifikasi. Isolat diinokulasikan pada media Nutrient Cair (NC) 30 ml kemudian diinkubasi selama 48 jam. 5. Pembuatan Starter Cair Pembuatan starter cair Rhizobacteri dilakukan dengan cara mengambil 10% dari hasil perbanyakan (tabung reaksi) yaitu 3 ml dan dimasukkan ke dalam 30 ml NC di erlenmayer kemudian dishaker selama 48 jam. 6. Formulasi Inokulum Cairc Pembuatan formulasi inokulum cair Rhizobacteri menggunakan carrier yaitu POC, hasil shaker dari starter cair diambil 10% dari media erlenmeyer 30 ml dipindahkan ke media POC 250 ml. Setelah itu media alternatif POC diinkubasi selama 48 jam. 7. Perhitungan Jumlah Bakteri Rhizobacteri Perhitungan Jumlah Bakteri Rhizobacteri dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC). TPC dilakukan dengan mengambil 1 ml sampel carrier diencerkan pada masing-masing 3 botol air aquadest steril 99 ml (10-2, 10-4, 10-6) dan 2 tabung reaksi (10-7;10-8), sehingga didapat seri pengenceran hingga 10-8. Setiap 0,1 ml pada seri 106

, 10-7, 10-8 diinokulasikan dengan metode permukaan atau surface platting method

menggunakan alat driglasky, ke 6 buah media petridish yang masing-masing berisi 10 ml Nutrient Agar (NA). Jumlah bakteri per ml dapat ditentukan dengan menghitung koloni yang tumbuh dari masing-masing pengenceran. Penentuan jumlah bakteri per ml (CFU/ml) dengan menggunakan rumus : jumlah bakteri pengenceran terakhir 𝑥𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 jumlah bakteri pengenceran sebelumnya

14

Dengan memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni (CFU/ml) 2) Tidak ada koloni yang menutupi lebih dari setengah luas cawan (spreader) perbandingan jumlah koloni dari pengenceran berturut – turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya. Jika sama atau lebih kecil dari 2 maka hasilnya dirata – rata, dan jika lebih besar dari 2 maka yang dipakai adalah jumlah dari hasil pengenceran sebelumnya. 3) Jika ulangan telah memenuhi syarat maka hasilnya dirata – rata. Tahap II : Uji Perkecambahan Uji perkecambahan dimaksudkan untuk memperoleh daya kecambah benih padi merah hasil dari seleksi benih. Benih yang akan digunakan memiliki daya kecambah >80%. Pengujian daya kecambah ini akan dilaksanakan dengan menggunakan petridish dari media kertas saring kemudia benih dikecambahkan pada 2 petridish diisi 36 butir benih padi merah dan diamati perkecambahannya setiap hari selama 5 hari kemudian dihitung daya kecambahnya dengan menggunakan rumus : DB (%) =

∑𝐾𝑁 1+ ∑𝐾𝑁 2+⋯..+ ∑𝐾𝑁 5 ∑𝐵𝑇

𝑥 100%

Keterangan : DB

= Daya Berkecambah

∑ KN 1

= Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari pertama

∑ KN 2

= Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari ke dua

∑ KN 5

= Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari ke lima

∑ BT

= Jumlah benih yang disemai

15

Tahap III : Persiapan Media Tanam 1. Penyiapan Media Tanam Persiapan media dilakukan dengan cara mengisi tiap polybag dengan tanah regosol sebanyak 3 kg/polybag yang sudah diayak, kemudian diberi pupuk kandang sebesar 28,846 gram/polybag. 2. Pembibitan Pertama, persiapkan benih seperti menyiapkan benih padi pada umumnya, usahakan pilih yang bagus. Cara memilih benih yang bagus secara praktis yaitu dengan memasukan benih kedalam gelas berisi air garam (garamnya secukupnya saja). Benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik, sedangkan benih yang tenggelam adalah benih yang baik. Lalu rendam dalam air tawar selama 1 hari, untuk melunakkan kulit biji benih. Lalu melakukan penyemaian di tempat persemaian atau dapat membuat persemaian dengan menggunakan besek bambu dengan isi campuran media 50% kompos dan 50% tanah dengan perbandingan 1:1. Tebarkan benih-benih yang telah direndam tersebut ke permukaan tanah kompos dalam besek. Biarkan benih-benih ini tumbuh. Hari kedua dan ketiga nampak akar kecambah mulai muncul, warnanya putih. Hari keenam dan ketujuh mulai tumbuh menjadi bibit padi dengan daun 2 lembar kecilkecil. 3. Penanaman Dan Aplikasi Rhizobacteri Bibit yang sudah disemai pada umur 14 hari, ditanam ke polybag ukuran 30x30 cm dengan setiap polybag ditanam 3 bibit. Sebelum dilakukan penanaman bibit, bibit tersebut direndam ke dalam media POC yang sudah diperbanyak dengan Rhizobacteri sesuai dengan perlakuan konsentrasi pemberian inokulum cair masing-masing. Perendaman bibit padi ke media POC hanya pada bagian akarnya saja dengan lama perendaman ± 1 jam. Setelah direndam, bibit padi tersebut ditanam ke dalam polybag yang dilakukan secara geser dengan memasukkan bibit disamping lubang tanam

16

kemudian menggeret bibit sesuai lubang tanam. Cara geser ini bertujuan untuk mengurangi stress bibit dan rusaknya perakaran bibit. Pemberian/aplikasi Rhizobacteri yang kedua dilakukan pada waktu 3 hari setelah tanam yang bertujuan agar akar bibit dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya. Pemberian Rhizobacteri dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan yaitu menggunakan perlakuan pemberian dosis inokulum cair 5 ml, 15 ml, 25 ml dan kontrol dengan 3 ulangan. Jadi pemberian/aplikasi Rhizobacter sebanyak 2 kali. 4. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman dilakukan 3 hari sekali menggunakan gembor, hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi tanah agar tidak terlalu basah sehingga pengaruh Rhizobacteri terhadap cekaman kekeringan dapat terlihat secara nyata. b. Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan setiap saat ada tanaman lain (gulma) yang tumbuh di polybag dengan cara pencabutan. c. Pemupukan Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada sebelum penanaman (Urea 0,2884 g; SP-36 0,173 g; dan KCl 0,173 g) dan 2 minggu setelah tanam meliputi (Urea 0,2884 g; SP-36 0,173 g; dan KCl 0,173 g). d. Pengendalian OPT Pengendalian hama dan penyakit dengan cara mengambil hama yang ada pada tanaman padi dan pengendalian dengan menghilangkan bagian tanaman yang terserang penyakit. Namum, apabila serangan hama melewati ambang batas akan dilakukan

17

pengendalian hama secara kimiawi menggunakan pestisida. Beberapa hama yang sering ada pada tanaman padi : 1) Wereng coklat (Nilaparvata lugens) Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman dan menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menjadi menguning dan mengering. Pengendalian dianjurkan menggukana insektisida sistemik Winder 100EC (0,25-0,5 ml/L), Winder 25WP (0,125-0,5 g/L), WinGran 0,5GR ditaburkan merata. 2) Wereng hijau (Niphotettix virescens) Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumnuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah tanam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye. Pencegahan dan pengendalian dianjurkan menggunakan insektisida sistemik Winder 100EC (0,250,5 ml/L), Winder 25WP (0,125-0,5 g/L), WinGran 0,5GR ditaburkan merata. 3) Walang sangit (Leptocorixa acuta) Walang sangit merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan bulir padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu. Pengendalian dianjurkan dilakukan pada saat gabah masak susu pada umur 70-80 hari setelah tanam dengan disemprot insektisida Greta 500EC (1-2 ml/L).

18

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari bagian pangkal batang sampai ujung daun yang tertinggi dengan cara daun tanaman di tungkupkan setiap 3 hari sekali. Dari pengukuran tinggi tanaman ini menggunakan alat penggaris dengan satuan cm dan alat tulis, pengamatannya dilakukan mulai dari penanaman sampai tanaman umur satu bulan setelah tanam. 2. Jumlah Daun (helai) Jumlah daun tanaman dihitung per helainya yang dilakukan pengamatan setiap 3 hari sekali mulai dari penanaman sampai dengan umur tanaman satu bulan (fase vegetatif). 3. Jumlah Anakan Pertanaman Jumlah anakan dilakukan pengamatan setiap 3 hari sekali dengan melihat jumlah anakan yang tumbuh pada tanaman tersebut, pengamatannya ini dilakukan dengan cara penghitungan jumlah anakan secara manual. 4. Luas Daun (cm2) Luas daun dihitung setelah tanaman dicabut pada umur satu bulan dengan cara membuat pola daun di atas kertas koran dan digunting pola tersebut kemudian ditimbang. Hasil timbangan pola daun kemudian dihitung dengan rumus: Luas daun =

Berat pola daun pada kertas 𝑥 100 cm Berat kertas 10x10 cm

19

5. Bobot Basah Tajuk (gram) Pengamatan bobot basah tajuk ini dilakukan dengan cara menimbang berat tanaman yang masih basah atau segar baru dicabut serta sudah dibersihkan dari sisa tanah yang masih menempel di akar maupun tanamannya. Alat yang digunakan saat pengamatannya yaitu menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram. Pengamatan ini dilakukan pada saat setelah selesai panen. 6. Bobot Kering Tajuk (gram) Pengamatan bobot kering tajuk ini dilakukan dengan cara menimbang berat kering tanaman yang sudah selesai dioven dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, hingga berat konstan menggunakan satuan gram. Pengamatan berat kering tajuk ini juga dilakukan setelah selesai panen. 7. Berat Segar Akar (gram) Pengamatan bobot segar akar dilakukan dengan cara menimbang berat akar basa atau akar segar tanaman yang baru dicabut dan sudah dibersihkan dari sisa tanah yang melekat, ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram. Pengamatan berat segar akar dilakukan pada waktu selesai panen. 8. Bobot Kering Akar (gram) Pengamatan bobot kering akar dilakukan dengan cara menimbang berat akar yang telah dioven sebelumnya, kemudian setelah kering akar ditimbang menggunakan timbangan analitik hingga berat konstan dengan satuan gram. Pengamatan berat kering akar juga dilakukan pada saat setelah selesai panen.

20

F. Analisis Data Hasil penelitian dari berbagai perlakuan disajikan dalam bentuk berupa grafik dan histogram. Hasil dari pengamatan kuantitatif di analisis dengan menggunakan sidik ragam atau Analysisi Of Varience (ANOVA) pada taraf α 5%. Apabila antar perlakuan yang diujikan terdapat perbedaan nyata maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Range Test (DMRT).

G. Jadwal Kegiatan

NO

Hari ke-

Uraian Kegiatan

PJ

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persiapan Alat dan Bahan Pembuatan Media Perbanyakan Inokulum Pembuatan Starter

Nurul dan Fatra Nurul dan Arfa Arfa dan Dego Hasyasya dan Aziz Dego dan Aziz Arfa dan Nurul Nurul dan Hasyasya Fatra dan Hasyasya Fatra dan Dego Dego dan Aziz

Formulasi Cair Uji Perkecambahan Penyiapan Media Tanam Aplikasi Inokulum Penanaman Pemeliharaan dan Pengamatan Panen Analisis dan Penyusunan Laporan Projek

Semua Semua

21

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis dan Takaran Pupuk Kandang Terhadap Produktifitas Tanah Ultisol Terdegradasi di Desa Batin, Jambi. hlm. 303-319 dalam Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Buku II. Lido Bogor, 6-8 Desember 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor Anonim. 2008. Data Strategis BPS (Badan Pusat Statistik). Indonesia. Gatot S. 2002. Kajian Peranan Inokulasi Rhizobacteri Osmotoleran pada Tanaman Padi di Tanah Pasir Pantai. Tesis UGM. Yogyakarta. Glick, B.R. 1995. The enhancement of plant growth by free-living bacteria. Can. J. Microbiol. 4: 109-117. Hakim, N., Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong & H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah (TNH). Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung. Khoiriyah, S. 2009. Uji Viabilitas dan Efektitas Rhizobakteri Osmotoleran Pada Berbagai Formulasi dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair. Fakultas Pertanian UMY. Skripsi Mahasiswa (Tidak Dipublikasikan). Kloepper, J.W. 1993. Plant growth promoting rhizobacteria as biological control agents. p. 255-274. In F.B. Meeting, Jr. ( Ed.). Soil Microbial Ecology, Applications in Agricultural and Environmental Management. Marcel Dekker, Inc. New York. Kloepper, J.W. and M.N. Schroth. 1978. Plant growth promoting rhizobacteriaon radishes. p. 879-882.InAngers (Ed.). Proceedings of the Fourth International Conference on Plant Pathogenic Bacteria. Kloepper, J.W., W. Mahaffee, J.A. Mcinroy, and P.A. Backman. 1991. Comparative analysis of isolation methods for recovering root- colonizing bacteria from roots. p. 252-255. In C. Keel, B. Koller, and G. Defago (Eds.). Plant GrowthPromoting Rhizobacteria – Progress and Prospects. The Second International Workshop on PGPR. Interlaken, Switzerland, October 14-19, 1990. Kristamtini dan Heni Purwaningsih. 2009. Potensi Pengembangan Beras Merah Sebagai Plasma Nutfah Yogyakarta. Jurnal Litbang Pertanian, 28 (3). Lifshitz, R., J.W. Kloepper, M. Kozlowski, C. Simonson, J. Carlson, E.M. Tipping, and I. Zaleska. 1987. Growth promotion of canola (rapeseed) seedlings by a 22

23

strain of Pseudomonas putida under gnotobiotic conditions. Can. J. Microbiol. 33: 390-395. Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Nelson, L.M. 2004. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR): Prospects for New Inoculants. Online. Crop Management doi:10.1094/CM-2004-0301- 05RV. 2004, Plant Management Network. Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Depok. Salman.2014. Pengolahan Tanah Tanaman Padi. Pusat Pengambangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur. Samidjo, G.S., T. Yuwono dan J. Soedarsono. 2002. Kajian Peranan Inokulasi Rhizobakteri Osmotoleran Pada Tanaman Padi di Tanah Pasir Pantai. Tesis Program Studi Agronomi. UGM. Shiddieq, J & Partoyo. 2000. Suatu Pemikiran Mencari Paradigma Baru Dalam Pengelolaan Tanah Yang Ramah Lingkungan. Hal 139 - 156. Prosiding. Kongres Nasional VII HITI tgl 2 – 4 Nopember 1999, Bandung. Sri W., Suliasih dan Saefudin. 2015b. Isolasi dan Uji Efektivitas Plant Growth Promoting Rhizobacteria di Lahan Marginal pada Pertumbuhan Tanaman Kedelai Varietas Wilis. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. I (1): 59-65 Widjaja-adhi, IPG. Dan M. Sudjadi. 1987. Status dan Kelakuan Fosfat Tanah di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah.Bogor. Hlm 223-243.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lay Out Penelitian

D3

B3

A3

A1

B2

D1

C1

D2

C3

C2

B1

A2

Keterangan : A1, A2, A3 = 5 ml POC isolat Rhizobacteri + NPK 50% B1, B2, B3 = 15 ml POC isolat Rhizobacteri + NPK 50% C1, C2, C3 = 25 ml POC isolat Rhizobacteri + NPK 50% D1, D2, D3 = Tanpa isolat Rhizobacteri NPK 100% ( Kontrol Positif ) 24

25

Lampiran 2. Perhitungan Pupuk 1 Ha

= 100.000.000 cm2



Urea



SP-36 = 150 kg/ha



KCl



Pupuk kandang = 25.000 kg/ha

= 250 kg/ha

= 150 kg/ha

Berat tanah 1 ha = Luas lahan x Kedalaman Olah Tanah x BV = 100.000.000 cm2 x 20 cm x 1,3 g/cm3 = 2.600.000.000 cm3 = 2.600.000 kg 

Kebutuhan Urea 250 kg =

250 𝑘𝑔/ℎ𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 1ℎ𝑎

=

× 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 3𝑘𝑔

250 𝑘𝑔/ℎ𝑎 2.600.000

× 3 𝑘𝑔 = 0,2884 𝑔𝑟/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔

Kebutuhan total Urea = 0,2884 gr/polybag x 12 polybag = 3,4608 gr 

150 𝑘𝑔/ℎ𝑎

Kebutuhan SP-36 150 kg = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 1ℎ𝑎 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 3𝑘𝑔 =

150 𝑘𝑔/ℎ𝑎 × 3 𝑘𝑔 = 0,173 𝑔𝑟/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔 2.600.000

Kebutuhan total SP-36 = 0,173 gr/polybag x 12 polybag = 2,076 gr 

Kebutuhan KCl 150 kg = =

150 𝑘𝑔/ℎ𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 1ℎ𝑎 150 𝑘𝑔/ℎ𝑎 2.600.000

× 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 3𝑘𝑔

× 3 𝑘𝑔 = 0,173𝑔𝑟/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔

Kebutuhan total KCL = 0,173 gr/polybag x 12 polybag = 2,076 gr

26



Kebutuhan Pupuk kandang = =

25.000 𝑘𝑔/ℎ𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 1ℎ𝑎 250.000 𝑘𝑔/ℎ𝑎 2.600.000

× 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 3𝑘𝑔

× 3 𝑘𝑔 = 28,846 𝑔𝑟/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔

Kebutuhan total Pupuk kandang = 28,846 𝑔𝑟/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔 x 12 polybag = 346,152 gr

27

Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Media A. Perhitungan Bahan Pembuatan media NA (Uji Viabilitas) 0,5 o Pepton = 1000 × 60 ml = 0,03 gr 0,3

o Beef Ekstrak = 1000 × 60 ml = 0,018 gr o Aquadest = 60 ml 1,5 o Agar = 1000 × 60 ml = 0,09 gr o pH = 7,2 o Kebutuhan total NA = 60 ml B. Perhitungan Bahan Pembuatan media NC 0,5 o Pepton = 1000 × 30 ml = 0,015 gr 0,3

o Beef Ekstrak = 1000 × 30 ml = 0,009 gr o Aquadest = 30 ml o pH = 7,2 o Kebutuhan total NC = 30 ml C. Perhitungan Bahan Pembuatan media POC (Media Inokulum Cair) o Air Leri = 125 ml (50%) o Air Kelapa = 125 ml (50%) o Gula Merah = 25 gram (10%) o Urea = 2,5 gram (1%) o Kebutuhan total POC = 135 ml + Produk 100 ml = 235 ml = 250 ml D. Perhitungan Bahan Pembuatan media LB Agar 1,0 o Trypton = 1000 × 20 ml = 0,02 gr 0,3

o Beef Ekstrak = 1000 × 20 ml = 0,006 gr 1,0

o NaCl = 1000 × 20 ml = 0,02 gr 1,5

o Agar = 1000 × 20 ml = 0,03 gr o Aquadest = 20 ml o Kebutuhan total LB Agar = 20 ml

28

Lampiran 4. Kebutuhan Benih Padi Merah 

Jumlah penanaman 12 polybag dikalikan 3 tanaman per lubang tanam.



Kebutuhan total tanaman 36 benih diasumsikan menjadi 50 benih yang dibutuhkan.

29

Lampiran 5. Daftar Alat dan Bahan A. Laboratorium 1. Isolat Rhizosfer Akar Padi 2. NA

60 ml

3. NC

30 ml

4. LB Agar

20 ml

5. Pupuk Organik Cair (POC) 135 ml + produk 100 ml = 250 ml a. Air Leri 100 ml (50%) b. Air Kelapa 100 ml (50%) c. Gula Merah 20 gram (10%) d. Urea 2 gram (1%) 6. Pepton NA 0,03 gr 7. Pepton NC 0,015 gr 8. Trypton LB Agar 0,02 gr 9. Beef Ekstrak NA 0,018 gram 10. Beef Ekstrak NC 0,009 gram 11. Beef Ekstrak LB Agar 0,006 gram 12. NaCl LB Agar 0,02 gr 13. Aquadest untuk semua media 600 ml 14. 1 ml sampel carrier untuk TPC 15. Tabung reaksi 3 buah 16. Petridish 8 buah TPC+Uji Perkecambahan 17. Erlenmeyer 2 buah 18. Gelas Ukur 19. Desinfektan 20. Mikropipet 1 buah 21. Timbangan Analitik 1 buah 22. Jarum Ose 1 buah

30

23. Drigalsky 1 buah 24. Pinset 1 buah 25. Pipet Ukur 26. Autoklaf 1 buah 27. Mikroskop 1 buah 28. Lampu Bunsen 1 buah 29. Ph Stik 1 buah 30. Label 1 lembar 31. Spidol 1 buah 32. Shaker 1 buah 33. Stopwatch 1 buah

B. Green House 1. Tanah Regosol

3kg/polybag

2. Bibit Padi Merah

36 bibit

3. Urea

0,2884 gr/polybag

4. SP36

0,173 gr/polybag

5. KCL

0,173 gr/polybag

6. Pupuk Kandang

28,846 gr/polybag

7. Polybag 3kg

12 buah

8. Kompos

1,5 gram

9. Besek

1 buah

Related Documents

Contoh Proposal
May 2020 22
Contoh Proposal
May 2020 20
Contoh Proposal
June 2020 17
Contoh Proposal
August 2019 50

More Documents from "dhedi.paoel"

Ps2 Iso.docx
April 2020 20
Bab I Awal.docx
June 2020 11
Kabudayaan Sunda.docx
May 2020 11
Presentasi.pptx
June 2020 17
Makalah.docx
April 2020 11